Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Nor Rahmah

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 031143017

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4314/Perekonomian Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 16/Pekanbaru

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Adapun faktor internal yang menyebabkan terjadinya krisis moneter ialah sebagai berikut:

1. Kondisi Politik

Pergolakan dalam dunia politik dinilai berpotensi menyebabkan perpecahan dalam masyarakat
yang dikarenakan adanya perbedaan pendapat. Akibatnya, kondisi negara menjadi tidak stabil, dan
tidak menutup kemungkinan terjadinya kerusuhan di sana-sini. Dalam keadaan chaos seperti itu
maka para investor, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, enggan untuk berinvestasi
pada negara dan memilih untuk berinvestasi ke negara lain hingga kondisi politik kembali
kondusif. Hal ini berdampak pada berkurangnya penerimaan pembiayaan negara untuk
menjalankan pemerintahan dan dengan demikian memperburuk kondisi ekonomi secara
signifikan.

2. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah menunjukkan kredibilitas pemerintah dalam mengatasi berbagai situasi


yang terjadi pada suatu negara. Bagi para investor, kebijakan pemerintah yang terwujud dalam
penerapan regulasi sangat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi pada suatu negara.
Pemerintah melalui regulasi-regulasi yang disusun seharusnya dapat menyeimbangkan peranan
pihak swasta dalam perdagangan, industri, dan alat-alat produksi. Hal tersebut bertujuan untuk
mencegah agar pihak swasta tidak terlalu banyak mengambil keuntungan. Karena apabila pihak
swasta terlalu banyak mengambil keuntungan, maka akan berpotensi menyebabkan krisis moneter.

3. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Ada beberapa faktor penyebab inflasi di Indonesia, yaitu peningkatan kebutuhan, dorongan biaya,
peningkatan harga rumah, dan jumlah uang yang beredar. Dampak inflasi dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat di suatu negara, dan secara khusus akan mempengaruhi keputusan
masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsi, investasi, dan produksi.

4. Kelemahan Sistem Perbankan

Lemahnya sistem perbankan bertanggungjawab atas terjadinya krisis moneter yang menimpa
Indonesia pada tahun 1997-1998. Pada masa itu, sebagai dampak dari paket deregulasi perbankan
Oktober 1988, setiap orang dapat mendirikan bank hanya dengan berbekal modal 1 miliar
sehingga banyak bank baru bermunculan. Sayangnya, kemunculan bank-bank tersebut tidak
dibarengi sistem manajerial dan pengawasan yang baik. Banyak bank yang mengandalkan
pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dan tidak disertai mekanisme hedging. Lemahnya
pengawas otoriter moneter menyebabkan banyak penyaluran dana terkonsentrasi pada debitur
dalam satu grup. Tidak cukup disitu, persaingan antar bank yang ketat membuat masing-masing
bank berusaha menarik pelanggan dengan menawarkan produk seperti pinjaman beresiko. Hal-hal
tersebut memicu tingginya resiko kredit macet yang mengakibatkan terjadinya krisis moneter.

5. Masalah pada Sektor Produksi

Pada umumnya, ada dua macam masalah pada sektor produksi yang dinilai berpotensi sebabkan
krisis moneter, yakni:
 Lemahnya alokasi asset atau faktor-faktor produksi yang menyebabkan kesenjangan
produktivitas
 Ketidakseimbangan pada struktur produksi

Peran kebijakan fiscal peran kebijakan moneter faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya
krisis moneter, antara lain:

1. Hutang Luar Negeri

Negara-negara maju pada umumnya memasang tingkat bunga pinjaman yang rendah dengan
tujuan menarik perhatian debitur. Rendahnya bunga pinjaman ini biasanya dibarengi dengan
jangka waktu yang pendek. Hal tersebut memicu ketergantungan hutang suatu negara, khususnya
negara berkembang yang membutuhkan pinjaman dana untuk membiayai proyek-proyek seperti
pembangunan infrastruktur. Tanpa menyadari kenyataan bahwa pinjaman dana dalam jumlah
besar dan jangka waktu pendek dapat memicu terjadinya krisis finansial.

2. Krisis Ekonomi Global

Suatu negara juga dapat mengalami krisis moneter sebagai dampak dari krisis ekonomi global,
atau krisis yang juga dialami oleh negara-negara lain. Misalnya, krisis ekonomi tahun 1997-1998
yang dialami oleh negara-negara di Asia, dan krisis ekonomi tahun 2008 atau dikenal sebagai
krisis subprime mortgage yang dialami oleh Amerika. Krisis moneter yang terjadi pada suatu
negara memang biasanya akan berdampak pada negara lain, karena negara-negara di dunia saling
terkait dalam perekonomian, misalnya dalam perdagangan, industri, dan pinjam-meminjam dana.
Akan tetapi, krisis ekonomi global dapat dihindari dengan kebijakan Pemerintah. Contohnya pada
krisis ekonomi tahun 2008, Indonesia terkena imbas dari krisis subprime mortgage yang dialami
Amerika namun masih dapat terselamatkan berkat penguatan di sektor perbankan.

2. Umumnya WTO sendiri dibentuk dengan tujuan agar dapat menciptakan suatu sistem
perdagangan yang bebas dan juga adil dalam sistem internasional. Termasuk didalamnya terdapat
liberalisasi perdagangan di sektor pertanian yang seyogyanya menimbulkan berbagai
permasalahan-permasalahan. Beberapa diantaranya seperti produk pangan lokal kalah bersaing
dengan produk impor, disinyalir dapat menciptakan ketergantungan impor yang justru
menjauhkan Indonesia dalam memenuhi ketahanan pangannya.

Indonesia melakukan perjanjian dengan WTO pada tahun 1995 yang menandai awal mula
liberalisasi di sektor pertanian. Liberalisasi sektor pertanian disinyalir memengaruhi komoditi
utama Indonesia yaitu beras, jagung, gula dan kedelai. Hal ini tentu semakin memperkokoh impor
pangan dari luar dan semakin menyengsarakan petani dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan
liberalisasi memberikan kebebasan kepada pasar dalam menjalankan mekanisme yang ada.

Adapun bentuk-bentuk kebijakan yang ditempuh Indonesia setelah masuk dalam sistem
perdagangan internasioanl tersebut adalah mengurangi monopoli impor BULOG atas gandum,
tepung gandum, gula, kedelai, bawang putih, serta beras. Kemudian menghapuskan tingkat tarif
untuk semua makanan maksimal 5 % dan menghapus peraturan tentang muatan lokal. Selanjutnya
menghapuskan tata perdagangan dan pemasaran restriktif untuk sejumlah komoditi termasuk
persyaratan muatan lokal. Serta mengatur perdagangan produk pertanian antar wilayah termasuk
cengkeh, jeruk dan ternak.

Liberalisasi sektor pertanian tersebut memberikan peranan terhadap WTO dalam mengatur serta
mengendalikan sistem pangan pada negara-negara anggotanya seperti Indonesia. Indonesia yang
kemudian terjebak dalam lingkaran tersebut harus menanggung konsekuensi yang ada. Pemerintah
yang melakukan pengurangan subsidi maupun menghapus subsidi tentunya dapat merugikan
petani dalam negeri. Hal tersebut membuat petani Indonesia kalah bersaing dengan produk pangan
yang dihasilkan dari luar negeri yang kemudian di impor di Indonesia.

Liberalisasi sektor pertanian tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap kebijakan-


kebijakan yang ada di dalam negeri. Indonesia melakukan swasembada pangan seperti beras,
pemerintah dalam negeri melakukan intervensi terhadap pasar, investasi untuk irigasi, serta
mendorong segala bentuk aktivitas pasar beras. Selain itu kebijakan yang diambil oleh pemerintah
adalah mengurangi serta menghapus subsidi, seperti pada tahun 1989 subsidi pestisida dihapuskan
serta subsidi pupuk yang sempat dihilangkan. Bahkan pemerintah mengakhiri monopoli BULOG
untuk perdagangan komoditas pertanian kemudian menggantinya dengan stabilisasi harga beras
melalui intervensi pasar dengan program distribusi beras untuk keluarga yang kurang mampu.

Liberalisasi sektor pertanian tersebut tentunya dapat memberikan implikasi-implikasi terhadap


Indonesia. Seperti halnya semakin meningkatnya impor produk pertanian di Indonesia. Biasa kita
temui di tempat-tempat perbelanjaan banyak buah-buahan maupun sayur-sayuran yang di impor
dari luar negeri, padahal Indonesia sendiri juga memproduksi buah-buahan maupun sayur-
sayuran. Indonesia sendiri sempat mengalami krisis pangan pada tahun 1990-an. Hal tersebut
tentunya memengaruhi ketahanan pangan di Indonesia.

Hal yang cukup berdampak sebagai akibat dari liberalisasi sektor pertanian adalah menurunnya
pendapatan petani. Hal ini diperparah dengan dikuranginya subsidi terhadap pestisida serta sempat
dihilangkan subsidi pupuk. Ketika subsidi pupuk dan pestisida dikurangi bahkan sampai dengan
dihilangkan tentu hal tersebut berimbas pada petani. Petani akan kesulitan untuk mendapatkan
akses terhadap produk-produk yang diperlukan dalam pertanian. Dengan demikian, penghasilan
petani kian menurun sebagai akibat dari peraturan yang diterapkan tersebut.

Liberalisasi sektor pertanian sejatinya bertujuan untuk mengatasi kekurangan produk pangan yang
ada di dalam negeri. Akan tetapi hal tersebut menyebabkan biaya produksi pertanian dalam negeri
menjadi meningkat. Hal ini diperparah dengan dikuranginya serta dihilangkannya subsidi sesuai
dengan peraturan WTO. Kemudian produk pertanian impor lebih murah dibandingkan dengan
produk pertanian dalam negeri. Produk dari luar dipaksa bersaing dengan produk dalam negeri
tentunya petani dalam negeri akan kesulitan dalam hal tersebut.

Liberalisasi sektor pertanian yang dilakukan pemerintah Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk
memperbaiki sistem pertanian yang ada. Akan tetapi, hal tersebut justru memberikan masalah
yang cukup serius pada sistem yang ada di Indonesia. Karena mekanisme yang diterapkan oleh
WTO tersebut justru memberikan dampak seperti ketergantungan pada produk pangan impor,
kesejahteraan petani dalam negeri menurun, produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk
pertanian dari luar negeri. Indonesia yang menerapkan sistem ketahanan pangan justru kurang
berhasil dalam menerapkan program yang ditawarkan dari WTO tersebut.

3. Cara yang ditempuh pemerintah untuk menyehatkan perbankan Indonesia antara lain :
1. Kebijakan Orang Republik Indonesia (ORI) : pemberlakuan mata uang Indonesia sebagai alat
tukar resmi dan diberlakukannya pelarangan penggunaan mata uang NICA dan diganti dengan
ORI.

2. Konferensi Ekonomi : mengatasi permasalahan ekonomi yang mendesak.

3. Pinjaman Nasional : Program ini diwujudkan dengan pendirian Bank Tabungan Pos. Tugas
Bank Tabungan Pos adalah menyalurkan pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Juga memberikan pinjaman berjangka melalui rumah gadai.
Bertujuan mengumpulkan dana bagi kepentingan perjuangan dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah Indonesia.

4. Badan Perancang Ekonomi (planning board) : Badan ini diusulkan oleh menteri kemakmuran
yang bernama A.K Gani. Badan ini bertugas untuk menyusun rencana pembangunan ekonomi
yang berjangka waktu 2-3 tahun yang kemudian disepakati sebagai Rencana Pembangunan
Perkebunan, dan industri milik negara serta penyitaan perusahaan milik Jepang sebagai ganti rugi
terhadap Indonesia.

5. Rencana Kasimo : menteri urusan bahan makanan yang bernama I.J Kasimo menyusun sebuah
program yang dinamai rencana Kasimo. Program ini adalah rencana produksi berjangka waktu 3
tahun mengenai usaha swasembada pangan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat
dengan meningkatkan produksi pangan.

4. Lembaga keuangan mikro dan kemiskinan menurut Wijono (2005), secara hipotesis mempunyai
hubungan sangat erat. Menurut Wijono, pemberian kredit mikro merupakan upaya pengentasan
kemiskinan, karena kredit mikro merupakan sarana bagi orang yang akan menjadi pengusaha
pemula.

5. Hal itu diatur dalam UU No 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Menteri Keuangan kala
itu, Bambang Brodjonegoro mengatakan tujuan tax amnesty yakni meningkatkan penerimaan
pajak. Pasalnya, masyarakat banyak yang masih enggan melaporkan hartanya mdan menyebabkan
penerimaan pajak yang cenderung stagnan.

Dengan adanya tax amnesty maka ada potensi penerimaan yang akan bertambah dalam
APBN kita baik di tahun ini atau tahun-tahun sesudahnya yang akan membuat APBN kita lebih
sustainable," ujar Bambang seperti dikutip Kompas.com dari laman resmi Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). "APBN lebih sustainable dan kemampuan pemerintah untuk spending atau untuk
belanja juga semakin besar sehingga otomatis ini akan banyak membantu program-program
pembangunan tidak hanya infrastruktur tapi juga perbaikan kesejahteraan masyarakat," jelas dia.
Adapun berikut tujuan amnesty pajak seperti dikutip dari laman pajak.go.id: Mempercepat
pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara lain akan
berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan
suku bunga, dan peningkatan investasi; Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem
perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid,
komprehensif, dan terintegrasi; dan Meningkatkan penerimaan pajak, yang digunakan untuk
pembiayaanpembangunan.

Anda mungkin juga menyukai