Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan
kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan rehabilitasi dalam menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. (CHS
dalam Achjar, 2013)
Keperawatan kesehatan masyarakat pada pada dasarnya adalah
perantara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan untuk seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok
risiko tinggi (Departemen Kesehatan 2003 dalam Achjar, 2013).
2. Level dan Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas
Layanan keperawatan komunitas berfokus pada tiga level pencegahan
(Achjar, 2013). Leavell and Clark mengidentifikasithree levels of
prevention (primary prevention, secondary prevention and tertiary
prevention) (Swarjana, 2014) seperti uraian berikut.
a. Level 1 : Primary prevention activities
Aktivitas pencegahan primer ini ditujukan sebelum masalah
kesehatan atau penyakit terjadi. Artinya, aktivitas ini dilakukan bagi
orang–orang yang selalu sehat untuk mempertahankan kesehatannya
atau untuk mencegah masalah kesehatan atau penyakit terjadi.
Kegiatan ini misalnya imunisasi, yang sangat bermanfaat untuk
mencegah penyakit tertentu. Imunisasi dapat diberikan pada bayi,
anak sekolah, termasuk imunisasi untuk orang dewasa.

5
b. Level 2 : Secondary prevention activities
Pada level ini pencegahan ditujukan untuk mendeteksi secara lebih
awal adanya masalah kesehatan atau penyakit yang dialami oleh
seseorang. Jadi level dilakukan pada orang yang sakit , tetapi belum
diketahui apa penyakitnya, sehingga perlu dideteksi atau didiagnosa.
Selanjutnya apabila ditemukan adanya masalah kesehatan maka
langkah selanjutnya adalah memberikan treatment atau tindakan atau
terapi untuk mengatasi masalah kesehatan atau penyakit yang telah
teridentifikasi tersebut. Kegiatan ini dikenal dengan early detection
and intervention. Misalnya :screening for sexually transmitted
disease.
c. Level 3 : Tertiary prevention activities
Pencegahan ini merupakan pencegahan yang dilakukan saat
masalah kesehatan telah selesai, dengan tujuan mencegah komplikasi
serta meminimalkan ketunadayaan (disability limitation) dan
memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti
melakukan rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi
individu yang memiliki masalah kesehatan, memfasilitasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian.
Bentuk intervensi kegiatan keperawatan komunitas dapat
dilakukan melalui kegiatan observasi, pemberian terapi modalitas
(modality therapies), dan terapi pelengkap (complementary
therapies). Terapi pelengkap juga dapat digunakan untuk promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, yang dapat dilakukan oleh
perawat komunitas di berbagai tatanan, misalnya saat kunjungan
rumah untuk mengatasi masalah kesehatan. Penggunaan terapi
modalitas dan terapi pelengkap dilakukan berdasarkan peran dan
fungsi perawat komunitas terutama saat memberi layanan langsung
kepada keluarga, kelompok dan masyarakat.

6
3. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma atau falsafah keperawatan komuntasi meliputi (Achjar, 2013):
a. Manusia
Manusia merupakan klien (individu, keluarga, kelompok,
komunitas) pada wilayah tertentu yang memiliki nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Manusia merupakan klien dengan perhatian khusus pada kasus risiko
tinggi dan daerah terpencil, konflik, rawan, serta kumuh.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi klien, termasuk biopsikososiokultural-spiritual.
c. Keperawatan
Paradigma keperawatan adalah tindakan keperawatan yang bertujuan
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas untuk
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, pencegahan sekunder
dan pencegahan tersier.
d. Kesehatan
Sehat merupakan kondisi terbebas dari masalah pemenuhan
kebutuhan dasar komunitas atau merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak keberhasilan mengatasi stressor.
4. Tujuan Keperawatan Komunitas
Adapun tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui :
a. Pelayanan kesehatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Pelatihan langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah dan isu kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat.
5. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi (Keluarga dan

7
penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi, dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan bumil).
Menurut Anderson (1988), sasaran keperawatan komunitas terdiridari
tiga tingkatan yaitu :
a. Tingkat Individu
Perawatan memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu misalnya DM, ibu hamil,
menyusui dan lain – lain yang dijumpai dipoliklinik, puskesmas, dengan
sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan
masalah kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga, dimana angota keluarga yang
bermasalah dalam hal kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauhmana telah terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, memberikan keperawatan kepada
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat, memanfaatkan
sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan upaya kesehatan
keluarga.
c. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga,
dilihat sebagai suatu keperawtan komunitas. Asuhan ini diberikan untuk
kelompok berisiko atau masyarakat wilayah binaan denga memandang
komunitas sebagai klien.
Untuk memahami konsep keperawatan komunitas perlu dipahami juga
mengenai model konseptual keperawatan komunitas. Model konseptual
adalah sintesa beberapa konsep dan teori yang terintegrasi dalam satu
kesatuan yang menjadi lingkup keperawatan (Anderson, Farley, 1988).
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Selanjutnya salah satu teori
keperawatan yang dapat mengacu untuk mengembangkan model keperawatan
adalah teori dari Betty Newman ( 1992 ) yang menekankan pendekatan total

8
untuk mengatasi masalah kesehatan. Model dari Newman pada dasarnya
mengandung esensi utama yaitu pengaruh lingkungan, masalah kesehatan
yang timbul tergantung pada besarnya stressor dan derajat reaksi, pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.
Model Health Care Sistem Neuman memandang klien sebagai sistem
terbuka yaitu klien dari lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.
Model ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan perilaku
individu, keluarga, kelompok dan komunitas dengan penekanan pada
bagaimana interaksi masing – masing komponen yang ada di komunitas
memengaruhi keseluruhan komunitas atau sebaliknya (Achjar, 2013).
Sistem Newman didasari oleh sistim dimana terdiri dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitasyang merupakan derajat pelayanan
kesehatan dimana lingkungan internal dan eksternal sangat mempengaruhi
derajat kesehatan komunitas. Pengaruh lingkungan tersbut tergantung
besarnya stressor dan derajat kesehatan masyarakat. Keshatan masyarakat
ditentukan pleh hasil interaksi dinamis antara lingkungan dan komunitas serta
tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan baik primer,
sekunder dan tersier.
Untuk lebih jelasnya, fokus keperawatan komunitas adalah upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya preventif keperawatan komunitas ditujukan pada tiga level pencegahan
yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Mengacu pada upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yang
menggunakan pelayanan kesehatan utama dengan penekanan pada peran serta
masyarakat, maka ilmu keperawatan komunitas sangat relevan dengan upaya
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional.

9
B. LANJUT USIA (LANSIA)
1. Pengertian
a. Menurut uu NO. 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupmya sehari – hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Wahyudi, 2000).
b. Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yan berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
c. Usia lanjut adalah suati proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006).
2. Batasan Lansia
Mneurut WHO, Batasan lansia meliputi :
a. Usia Pertengahan (Middle Age) adalah usia antara 45 – 59 tahun
b. Usia Lanjut (Elderly) adalah usia antara 60 – 74 tahun
c. Usai Lanjut Tua (Old) adalah usia antara 75 – 90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very Old) adalah usia 90 tahun keatas
3. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugraha (2000) perubahan yang terjadi
pada lansia adalah sebagai berikut :
a. Perubahan Fisik
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebi hbesar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, ginjal
dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme
perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lebih lambat dan hubugan antara persyarafan
menurut, berat otak menurun 10 – 20%, mengecilknya syaraf

10
panca indera sehingga mengakibatkan berkurangnya respon
penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan
perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap
dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil sklerosis,
daya membedakan warna menurun.
4) Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata –
kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun, membrane timpani
menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Kardiovaskular
Katup jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah : kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, systole
normal + 170 mmHg, diastole normal + 95 mmHg.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai uatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa faktor yang mempengaruhi yang sering ditemukan
antara lain : temperature ubuh menurun, keterbatasan reflek
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

11
7) Ssitem Respirasi
Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum enurun
dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,
CO2 arteri tidak berganti.
8) Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltic lemah dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbs menurun.
9) Sistem Genitourinaria
Otot – otot p[ada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningakt, pada wanita
sering terjadi atrofi vulva, selaput lendi, mengering, elastisitas
jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse pada seks sekunder.
10) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormone menurun (ACTH, TSH, FSH dan
LH) penurunan sekresi hormone kelamin misalnya : estrogen,
progesterone dan testosterone.
11) Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya
elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon

12
mengkerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut otot sehingga
menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor – faktor yang mempengaruhi perbahan mental adalah :
1) Perubahan fisik
2) Kesehantan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Hereditas
5) Lingkungan
6) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan silap
7) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0 – 10 menit.
8) Kenangan lama tidak berubah
9) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor
terjadi perubahan pada daya mmbanyangkan karena tekanan dari
faktor waktu.
c. Perubahan Psikososial
1) Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif.
2) Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
3) Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi.
4) Sadar akan datangnya kematian.
5) Perubahan dalan cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6) Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7) Penyakit kronis
8) Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
9) Gangguan syaraf panca indra.

13
10) Gizi
11) Kehilamgan teman dan keluarga
12) Berkurangnya kekuatan fisik.

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu
perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

a. Perubahan Biologis meliputi :


1) Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah
mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga
kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul
garis – garis yang menetap.
2) Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut
sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C
dan asam folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang
dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan
nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena
adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendenganran.
3) Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal
mengakibatkan gangguan funsi mengunyah yang berdampak
pada kurangnya asupan gisi pada usia lanjut.
4) Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran
pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu
makan usia lanjut. penurunan mobilitas usus dapat juga
menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan
wasir.
5) Kemampuan motorik yang menurun selain meyebabkan usia
lanjut menjadi lebih lambat kurang aktif dan kesulitan untuk
menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari
– hari.

14
6) Pada usia lanjut terjadi penurunan funsi sel otak yang
menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan
proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-
benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan
gangguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu
mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari – hari yang disebut dimensi
atau pikun.
7) Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi
pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang
menimbulkan rasa lelah.
8) Incontinensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu
masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada
kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi
minum yang mengakibatkan dehidrasi.
b. Kemunduran Psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian – penyesuaian terhadap situasi yang
dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih
berkepanjangan.
c. Kemunduran Sosiologis
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pemahanan usian lanjut itu atas dirinya sendiri. Status sosial
seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan.
Perubahan status sosial usia lanjut akan membawa akibat bagi yang
bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam
menghadapi perubahan tersebut aspek sosial ini sebaiknya diketahui
oleh usia lanjut sedini mungkin dapat mempersiapkan diri sebaik
mungkin.

15
C. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Definisi Keluarga
a. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Ciri dan Sifat Keluarga
a. Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton adalah sebagai berikut:
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan
garis keturunan
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah
tangga
b. Menurut Stuart (2001), lima sifat keluarga yang dijabarkan adalah
sebagai berikut:
1) Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem.
2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan, dan sosialisasi anggotanya.
3) Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota
keluarga.
4) Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan
dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.
5) Keluarga bisa memiliki anak atau tidak.

16
3. Tipe Keluarga
Menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988), tipe keluarga dibedakan
berdasarkan keluarga tradisional dan non tradisional.
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang
sama
2) Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent) yaitu keluarga
hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,
pisah atau ditinggallkan.
3) Pasangan inti (keluarga Dyad) hanya terdiri dari suami dan istri
saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
4) Bujang dewasa (single adult) yang tinggal sendirian
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
6) Jaringan keluarga besar terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah yang hidup berdekatan dalam
daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak.
3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
yang hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
4) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih dari
satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang
sama.

17
Tipe keluarga menurut Anderson Carter terdiri atas:

a. Keluarga inti (Nuclear family) keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended family), keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri atas wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga ini terjadi karena
perceraian dan kematian.
e. Keluarga berkomposisi: keluarga yang perkawinannya berpologami
dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga kabitas: dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.
4. Strktur Keluarga
a. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana setiap anggota
keluarga memiliki peran dan pungsinya masing-masing sehingga
tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai
dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk
saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
2) Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran
dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga dalam
berinteraksi setiap anggota tidak bisa sematamata tetapi memiliki
keterbataan yang dilandaskan pada tanggung jawab masing-masing
anggota keluarga.
3) Perbedaan dan kekhususan

18
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi
yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari
nafkah utama dan peran ibu sebagai anggota keluarga yang
merawat anak-anak.
b. Jenis struktur keluarga
1) Berdasarkan jalur hubungan darah
a) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun berdasarkan
garis keturunan ayah.

b) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun berdasarkan
garis keturunan ibu.
2) Berdasarkan keberadaan tempat tinggal
a) Matrilokal
Merupakan sepasang suami istri yang mana setelah menikah
dan tinggal bersama keluarga sedarah istri.
b) Patrilokal
Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
3) Berdasarkan pribadi pengambil keputusan
a) Patriakal: dominasi pengambil keputusan ada pada pihak suami
b) Matriakal: dominasi pengambil keputusan ada pada pihak istri
c. Dimensi struktur peran
1) Pola dan proses komunikasi
Adalah proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan-
kebutuhan dan opini.
2) Struktur peran

19
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang
dalam situasi sosial tertentu. Peran menunjukkan beberapa perilaku
yang bersifat homogen.
3) Struktur kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan seorang individu untuk mengontrol,
mempengaruhi dan mengubah tingkah laku seseorang.
4) Struktur nilai-nilai keluarga
Nilai adalah suatu ide, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
maupun tidak sadar mengikuti seluruh anggota keluarga dalam
suatu budaya yang lazim.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1987) mengungkapkan bahwa ada lima fungsi
keluarga yaitu :
a. Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran
yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh kasih
sayang.
b. Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan melaksanakan sosialisasi dimana
anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya, perilaku melalui
interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun keluarga
berperan di dalam kelurga.
c. Fungsi Reproduksi
Yaitu untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

20
Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan,
pakaian, perumahan dll.
e. Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu kelompok menyediakan makana, pakaian, perlindungan dan
asuhan kesehatan atau keperawatan atau pemeliharaan kesehatan
keluarga dan individu (Zaidin Ali, 1999).
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain adalah :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimana
yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
e. Fungsi Pendidikan

21
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat pengetahuannya (Nasrul
Effendy, 1998).
Menurut Effendi (1998) terdapat tiga fungsi pokok keluarga yaitu:
a. Asih
Yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
b. Asuh
Yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah
Yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Menurut Friedman ada lima tugas keluarga bidang kesehatan yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat, usia tua, usia terlalu muda.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
kelurga

22
D. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
1. Pengertian PHBS
Dalam health promotion, PHBS terutama di Indonesia sangat
familiar di kalangan petugas kesehatan termasuk masyarakat Indonesia.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sering dilihat dari berbagai macam
indikator salah satunya adalah dilihat dari pelaksanaan PHBS baik oleh
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2011) dalam Swarjana (2014).

2. Tujuan PHBS
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan
fasilitas kesehatan.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatnya komitmen dan aliansi strategis pemangku
kepentingan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kota,
kecamatan, desa dan kelurahan untuk pembinaan PHBS.
2) Meningkatnya aliansi dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha
3) Meningkatkan peran serta organisasi masyarakat/ kelompok sosial.
4) Mengembangkan kebijakan pembinaan PHBS tatanan rumah
tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan
tempat umum dan fasilitas kesehatan di semua tingkat administrasi
pemerintahan.
5) Memperkuat gerakan masyarakat dan peran serta masyarakat
melalui PHBS pada semua tatanan.

23
6) Meningkatnya kapasitas pengelola pembinaan PHBS di semua
tatanan.

3. Sasaran PHBS
a. Sasaran primer
Sasaran primer adalah sasaran langsung, misalnya perorangan atau
individu, kelompok dalam masyarakat dan masyarakat secara
keseluruhan yang diharapkan untuk mempraktekkan PHBS dengan
baik dan benar.
b. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder ini meliputi mereka yang memiliki pengaruh
terhadap sasaran primer terutama dalam pengambilan keputusan
dalam mempraktekkanPHBS. Tokoh masyarakat dalam sasaran
sekunder yang dimaksud sangat banya dan bervariasi, misalnya tokoh
agama, tokoh politik, tokoh pendidikan, tokoh bisnis, tokoh pemuda,
remaja dan tokoh lainnya. Tokoh ini juga punya kemampuan untuk
mengubah sistem nilai dan norma di masyarakat, namun dengan
terlebih dahulu melakukan di kelompoknya.
c. Sasaran tersier
Adapun sasaran tersier adalah mereka yang memiliki
kewenangan dalam pengambilan keputusan formal, karenanya mereka
memiliki kesempatan dan kemampuan untuk memberikan dukungan
berupa kebijakan maupun sumber daya lainnya dalam proses
pembinaan PHBS terhadap sasaran primer.

4. PHBS pada Tatanan Rumah Tangga


Yang terpenting dalam PHBS terutama di tatanan rumah tangga adalah
terciptanya keluarga yang ber PHBS menurut (Kemenkes, 2011) :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberikan ASI Ekslusif
c. Menimbang Balita setiap bulan

24
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Pengelolaan air minum dan makan rumah tangga
g. Menggunakan jamban sehat (stop buang air besar
sembarangan/stop BABS).
h. Pengelolaan limbah cair di rumah tangga
i. Membuang sampah di tempat sampah
j. Memberantas jentik nyamuk
k. Makan buah dan sayur setiap hari
l. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
m. Tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain.
5. PHBS pada Tatanan Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan juga menjadi target dari pelaksanaan PHBS.
Institusi ini misalnya : kampus, sekolah, pesantren dan lain-lain. Mereka
harus mempraktekkan PHBS di lingkungannya masing-masing. Adapun
PHBS nya mencakup (Kemenkes, 2011 dalam Swarjana, 2014).
a. Mencuci tangan menggunakan sabun
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat
c. Menggunakan jamban yang sehat
d. Membuang sampah di tempat sampah
e. Tidak merokok
f. Tidak mengkonsumsi narkotika, alkohol, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAFZA)
g. Tidak meludah di sembarang tempat
h. Memberantas jentik nyamuk dan lain–lain
6. PHBS pada Tatanan Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan salah satu tatanan strategis untuk promosi
kesehatan, khususnya PHBS. Adapun sasaran primernya adalah
(Kemenkes, 2011) :
a. Mencuci tangan menggunakan sabun
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yan sehat

25
c. Menggunakan jamban sehat
d. Membuang sampah di tempat sampah
e. Tidak merokok
f. Tidak mengkonsumsi NAFZA
g. Tidak meludah sembarang tempat
h. Memberantas jentik nyamuk

7. PHBS pada Tempat Umum


PHBS yang dimaksud untuk dilaksanakan di tempat-tempat umum
tersebut mencakup (Kemenkes, 2011) :
a. Mencuci tangan menggunakan sabun
b. Menggunakan jamban sehat
c. Membuang sampah di tempat sampah
d. Tidak merokok
e. Tidak mengkonsumsi NAFZA
f. Tidak meludah sembarangan tempat
g. Memberantas jentik nyamuk dan lain-lain

8. PHBS pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan menjadi tempat yang paling penting
bagi masyarakat. Tempat pelayanan kesehatan dimaksud misalnya :
rumah sakit, klinik, puskesmas, dan yang lainnya. Sasaran primernya
adalah mempraktekkan perilaku yang dapat menciptakan fasilitas
pelayanan kesehatan ber PHBS, yang mencakup :
a. Mencuci tangan menggunakan sabun
b. Menggunakan jamban sehat
c. Membuang sampah di tempat sampah
d. Tidak merokok
e. Tidak mengkonsumsi NAFZA
f. Tidak meludah sembarang tempat
g. Memberantas jentik nyamuk dan lain-lain

26
E. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah lapangan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi
sosial,perbaiakan kondisi fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya
yang lebih besar, ditujukan kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit
dan dirawat di rumah sakit beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus
yang mempunyai masalah kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan(Word Health Organization, 1959).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah sebagai suatu lapangan khusus
dibidang keperawatan, dimana teknik keperawatan, keterampilan hubungan
antar manusia dan keterampilan berorganisasi diterapkan dalam hubungan
yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada
tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat(Freeman, 1961).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu sintesa dari praktek
kesehatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk(American Nurses
Association, 1973).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah selain mencakup perawatan
kesehatan keluarga juga meliputi / memperhatikan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi
masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan kepada orang lain(Word Health Organization, 1974).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah kesatuan yang unik dari
preaktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada
pemgembangan peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai
perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau
masyarakat, pelayanan ini mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk
masyarakat(Freeman, 1981).

27
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah generalis, mampu berfungsi
sebagai team dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu
berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan pada masyarakat tersebut(Chang, 1982).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah bagian dari usaha kesehatan
pokok yang menjadi beban kesehatan puskesmas, yang melaksanakan
perawatan penderita, keluarga dan masyarakat, uhntuk menyembuhkan dan
meningkatkan kesehatan penderita, keluarga dan masyarakat sekitar melalui
peningkatan kapasitas masing – masing sehingga dapat mengatasi pelbagai
masalah kesehatan yang kesehatan yang dihadapi(Azwar, 1983).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
oleh perawat, dengan mengikutserrtakan team kesehatan lainnya dan
masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari
individu, keluarga dan masyarakat(Departemen Kesehatan R.I, 1986).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan
pelyanan promotif dan preventif secara berkesimnambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,kelompok dan masyarakat
sebagai kesatuan yang utuh,melalui proses keperawatan untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya
kesehatan(Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat ,1990).
Adapun konsep model asuhan kesehatan komunitas antara lain menurut
ANA (American Nursing Association, 1980) yaitu Perkesmas adalah suatu
sintesa dari praktek kesehatan masyarakat dan perawatan yang diterapkan
untuk meningkatkan memelihara kesehatan populasi. Sedangkan menurut
APHA (American Public Health Association) yaitu Perkesmas mensintesa
body of knowledgenya dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori-teori
perawatan untuk meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat.

28
Perawatan komunitas merupakan suatu bentuk merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
(keluarga dengan resiko tinggi ,daerah tertinggal,miskin dan tidak
terjangkau). Dalam upaya pencapaian upaya kesehatan yang optimal melalui
peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan
perawatan dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat dijangkau oleh
masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan
Peran serta masyarakat dalam PKU mengandung pengertian masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan dan aktif didalam seluruh proses,sejak
pengenalan masalah kesehatan sampai dengan
penanggulangannya.Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas ditujukan
kepada masyarakat dan keluarga yang merupakan subsistem komunitas
dengan memperhatikan juga masalah individu sebagai anggota keluarga.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas meliputi :
1. Pengkajian
Pada tahap ini, menurut Anderson dan Mc. Forlance (1985) meliputi :
demografi,populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang
dipengaruhi oleh subsistem komunitas yang terdiri dari fisik, lingkungan
perumahan dan pendidikan, keselamatan dan transportasi, pelayanan
social,komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Semua aspek ini dikaji melalui
pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket wawancara
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah setempat.
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari,
maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa berat reaksi yang
timbul pada masyarakat tersebut.Berdasarkan hal tersebut diatas dapat
disusun diagnosa keperawatan komunitas menurut Mueke (1987) dimana
terdiri dari: masalah kesehatan, karakteristik populasi dan karakteristik
lingkungan.

29
Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis
sebagai berikut (Achjar, 2013).
a. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari
komponen problem (P) saja, tanpa komponen etiologi.
b. Diagnosis ancaman (risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (P), etiologi (E) dan
symptom/sign (S).
c. Diagnosis aktual/gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/masalah
kesehatan di komunitas, yand didukung oleh beberapa data
maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual terdiri
atas problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign (S).
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan,
prioritas masalah kesehatan komunitas yang ada perlu ditetapkan bersama
masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya
mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat berdasarkan kategori dapat
diatasi, kemudahan dan kekhususan, mengingat banyaknya masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. (Achjar, 2013).

30
Penentuan prioritas masalah masalah keperawatan komunitas dapat
dilakukan melalui metode berikut.
a. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)
Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah perubahan terhadap
untuk positif jika kualitas
dipecahkan: diatasi : hidup bila
Masalah Total
1 Rendah 0 Tidak ada diatasi:
2 Sedang 1 Rendah 0 Tidak ada
3 Tinggi 2 Sedang 1 Rendah
3 Tinggi 2 Sedang
Risiko 3 3 3 9
meningkatnya
kejadian
intertilitas
pada agregat
remaja.
Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan
hygiene
personal

Tabel 2.1. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas dengan metode


paper and pencil tool

b. Skoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)


MASALAH
A B C D E F G H TOTAL
KEPERAWATAN
Risiko meningkatnya
kejadian infertilitas pada 2 3 2 5 2 3 2 2 21
agregat remaja
Kurangnya kebiasaan
3 4 3 3 3 3 3 3 25
hygiene personal

31
Tabel 2.2. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas menurut Depkes
RI.
2. Perencanaan
Tahap selanjutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan
komunitas adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan
normal, dan pencegahna tersier untuk memperkuat garis pertahanan
resistan (Anderson & McFarlane, 2000 dalam Achjar, 2013).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada
bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART
(S=spesifik, M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai,
R=reality, T=time limited/punya limit waktu).
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat
dijabarkan secara operasional dalam planning of action (POA) yang
disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya
mini masyarakat. (Achjar, 2013).
3. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah masyarakat. Implementasi keperawatan dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses
kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment).

32
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan
perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di
masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti adanya undang-
undang, situasi politik dan kejadian kritis eksternal masyarakat (Achjar,
2013).
Setiap akan melakukan kegiatan di masyarakat/implementasi
program, sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan
asuhan keperawatan komunitas, yang meliputi :
a. Latar belakang yang berisi komunitas, data yang perlu dikaji lebih
lanjut terkait implementasi yang akan dilakukan dan masalah
keperawatan komunitas yang terkait dengan implementasi saat ini.
b. Proses keperawatan komunitas yang berisi diagnosis keperawatan
komunitas, tujuan umum, dan tujuan khusus.
c. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan target
kegiatan, metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang
dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan,
pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas, susunan acara,
setting tempat acara.
d. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil dengan menyebutkan target presentasi pencapaian hasil
yang diinginkan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan
program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan
masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang dicapai
(Patton, 1986 dalam Helvie, 1998) dalam Achjar (2013).
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi
untuk umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi

33
tentang efektivitas pengambil keputusan. Pengukuran efektivitas program
dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan
program. Pengukuran efektivitas program di komunitas dapat dlihat
berdasarkan :
a. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan
dengan cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan
komunitas.
b. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran sosial dan
determinan kesehatan.
c. Pengukuran komunitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan
mengukur tingkat keberhasilan keluarga dan masyarakat sebagai
sumber informasi dan sumber intervensi kegiatan.

34

Anda mungkin juga menyukai