KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa kami mengucapkan puji dan
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
nikmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum tentang ―Mekanika Fluida dan Hidraulika‖.
Laporan praktikum ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan laporan
praktikum ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah
sehingga dapat menjalankan praktikum dan punyusunan laporan dengan
lancar.
2. Orang tua, yang telah mendukung serta memberikan doa untuk kelancaran
praktikum dan penyusunan laporan.
3. Dr. Ir. Sri Legowo Wignyo Darsono, selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah Mekanika Fluida dan Hidraulika.
4. Mashuri, S.T, M.T., selaku dosen pengajar mata kuliah Mekanika Fluida
dan Hidraulika.
5. Miskar Maini, S.T., M.Eng., selaku dosen pengajar mata kuliah Mekanika
Fluida dan Hidraulika.
6. Ayudia Hardiyani Kiranaratri, S.T., M.T., selaku dosen pengajar mata
kuliah Mekanika Fluida dan Hidraulika.
7. Dheni Saputra JP, S.T., selaku koordinator laboratorium sipil Mekanika
Fluida dan Hidraulika.
8. Christine Monica Panjaitan, selaku asisten penanggung jawab dalam
melaksanakan praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika di Institut
Teknologi Sumatera.
9. Seluruh teman-teman prodi Teknik Sipil angkatan 2018 Institut Teknologi
Sumatera. Semoga kontribusinya mendapat balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika
i
Institut Teknologi Sumatera Kelompok 11
Demikian Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika kami buat. Kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan praktikum
selanjutnya. Akhir kata, harapan kami laporan praktikum ini bisa memberikan
manfaat untuk pembaca dan kita sekalian.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.7.3. Sudut Vs Tinggi Pada Ketinggian 0,05 m Sebelah Kiri ............... 126
Grafik 4.7.4. Sudut Vs Tinggi Pada Ketinggian 0,1 m Sebelah Kanan ............. 127
Grafik 4.7.5. Sudut Vs Tinggi Pada Ketinggian 0,1 m Sebelah Kiri ................. 127
1.1. Pendahuluan
Pernahkah anda membuka kran air namun debit air yang keluar sangatlah
kecil? Sedangkan penampung air sudah terisi penuh, namun air tetap saja
keluar sangat kecil, tetapi saat menyalakan kran lain dari penampungan
yang sama, air yang keluar cukuplah deras. Mengapa hal itu terjadi? Pada
modul ini akan dipelajari hilangnya kemampuan kerja atau kehilangan
tinggi tekan aliran fluida karena gesekan serta sebab-sebab lainnya saat
melalui suatu jaringan tata pipa.
Kehilangan tinggi tekan suatu fluida dalam pipa dapat terjadi karena factor
gesekan atau akibat dari faktor perubahan bentuk geometri pipa.
Kehilangan tinggi tekan yang akan dipelajari pada modul I ini adalah
kehilangan tinggi tekan akibat faktor gesekan pipa lurus, kontraksi tiba-
tiba, ekspansi tiba-tiba dan tikungan pada pipa katup. (Streeter,dkk,1975)
a. Satu jaringan yang terdiri dari dua buah sirkuit dilengkapi dengan
Piezometer
d. Gelas Ukur
Suatu aliran air pada saluran tertutup memiliki tinggi tekan yang berbeda-
beda pada setiap pipanya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu
kehilangan tinggi tekan pada pipa.
Untuk menghitung kehilangan tinggi tekan (hf) koefisien gaya gesek pipa
dapat digunakan rumus F blassius yakni:
Fb =0,316 X R
Hf =
Fdw=
Hf=
KB = (hLB)
KL = (hT – [1 - ] hf)
Dimana:
g = Percepatan gravitasi
R = Jari-jari lingkungan
L = Panjang Lintasan
Ht = Kehilangan tinggi tekan pada tikungan
hf = Kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus
d. Bilangan Froude
Fr =
Tabel 1.7.1. Data Perhitungan Pipa Lurus Biru (H-3 & H-4)
Log
No Q(m^3/s) V(m/s) 3 4 Hf(m) Re Fb Fdw Log Q
Hf
1 0,0002336 1,6091 654 654 0 24507,3 0,0252 0 1 -3,631
2 0,0002267 1,5617 644 644 0 23784,9 0,0254 0 1 -3,644
3 0,0002352 1,6205 660 660 0 24680,3 0,0252 0 1 -3,628
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.2. Data Perhitungan Pipa Lurus Abu-abu (H-8 & H-9)
Log
No Q(m^3/s) V(m/s) 8 9 Hf(m) Re Fb Fdw Log Q
Hf
1 0,0002336 0,4335 218 210 8 12721,3 0,0297 23,921 0,903 -3,631
2 0,0002267 0,4208 228 220 8 12346,3 0,0299 25,396 0,903 -3,644
3 0,0002352 0,4366 232 220 12 12811,1 0,0297 35,380 1,079 -3,628
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.3. Data Perhitungan Ekspansi Tiba Tiba (H-7 & H-8)
No Q(m^3/s) v(m/s) 7 8 HL(m) HL(he≠0) HL(he=0)
1 0,000233645 0,433595 190 218 28 0,008887 0,001886
2 0,000226757 0,420813 198 228 30 0,00837 0,001777
3 0,000235294 0,436655 200 232 32 0,009012 0,001913
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.4. Data Perhitungan Kontraksi Tiba Tiba (H-9 & H-10)
No Q(m^3/s) v(m/s) 9 10 HL(m) HL(he≠0) HL(he=0)
1 0,000233645 0,433595 210 40 170 -0,1224 -1381,58
2 0,000226757 0,420813 220 44 176 -0,11529 -1381,57
3 0,000235294 0,436655 220 38 182 -0,12413 -1381,58
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.5. Data Perhitungan Tikungan Siku Tajam R=0 mm (H-5 & H-6)
No Q(m^3/s) v(m/s) 5 6 Re Fb Ht Hf HLG Kb Kl
1 0,00017 1,238 110 760 18865,3 0,026 346 0,131 345,8 4422,3 4423,0
2 0,00022 1,520 115 752 23154,8 0,025 398 0,188 397,8 3376,5 3377,1
3 0,00027 1,871 113 758 28503,1 0,024 374 0,271 373,7 2093,3 2093,9
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.6. Data Perhitungan Tikungan Siku Tajam R=12,7 mm (H-1 & H-2)
No Q(m^3/s) v(m/s) 5 6 Re Fb Ht Hf HLG Kb Kl
1 0,00017 1,238 110 760 18865,3 0,026 346 0,131 345,8 4422,3 4423,0
2 0,00022 1,520 115 752 23154,8 0,025 398 0,188 397,8 3376,5 3377,1
3 0,00027 1,871 113 758 28503,1 0,024 374 0,271 373,7 2093,3 2093,9
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.7. Data Perhitungan Tikungan Siku Tajam R=50 mm (H-15 & H-16)
No Q(m^3/s) v(m/s) 5 6 Re Fb Ht Hf HLG Kb Kl
1 0,00017 1,238 110 760 18865,3 0,026 346 0,131 345,8 4422,3 4423,0
2 0,00022 1,520 115 752 23154,8 0,025 398 0,188 397,8 3376,5 3377,1
3 0,00027 1,871 113 758 28503,1 0,024 374 0,271 373,7 2093,3 2093,9
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.8. Data Perhitungan Tikungan Siku Tajam R=100 mm (H-11 & H-12)
No Q(m^3/s) v(m/s) 11 12 Re Fb Ht Hf HLG Kb Kl
1 0,000179 1,238 550 550 18865,3 0,026 0 0,131 -0,131 -1,685 -0,680
2 0,000220 1,520 558 558 23154,8 0,025 0 0,188 -0,188 -1,600 -0,646
3 0,000271 1,871 566 566 28503,1 0,024 0 0,271 -0,271 -1,519 -0,613
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Tabel 1.7.9. Data Perhitungan Tikungan Siku Tajam R=150 mm (H-13 & H14)
No Q(m^3/s) v(m/s) 13 14 Re Fb Ht Hf HLG Kb Kl
1 0,000179 1,238 524 524 18865,3 0,026 0 0,131 -0,131 -1,685 -0,524
2 0,000220 1,520 538 538 23154,8 0,025 0 0,188 -0,188 -1,600 -0,498
3 0,000271 1,871 536 536 28503,1 0,024 0 0,271 -0,271 -1,519 -0,472
Sumber: Data Hasil Perhitungan
1 1 1 1
0.8
Log Hf
0.6
0.4
0.2
0
-3.65 -3.645 -3.64 -3.635 -3.63 -3.625
Log Q Biru
Log Hf Vs Log Q
1
0.98
0.96
0.94
0.92
0.903089987 0. 903089987
0.9
0.88
-3.65 -3.645 -3.64 -3.635 -3.63 -3.625
Log Q Abu-Abu
Fb Vs Re Biru
0.0255
0.02545 0.025445544
0.0254
0.02535
Fb
0.0253
0. 025255911
0.02525
0.025211537
0.0252
0.02515
23600 23800 24000 24200 24400 24600 24800
Re Biru
Fb Vs Re Abu-abu
0.03
0.029977978
0.02995
0.0299
0.02985
Fb
0.0298
0.029754566
0.02975
0.0297 0.029702289
0.02965
12300 12400 12500 12600 12700 12800 12900
Re Abu-Abu
Fdw Vs Re Biru
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Fdw
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 0 0 0
23600 23800 24000 24200 24400 24600 24800
Re Biru
Fdw Vs Re Abu-abu
40
35 35.38080109
30
25 25.39660835
23.92137178
Fdw
20
15
10
5
0
12300 12400 12500 12600 12700 12800 12900
Re Abu-Abu
0.0087
0.0086
0.0085
0.0084
0.008370383
0.0083
0.001760.00178 0.0018 0.001820.001840.001860.00188 0.0019 0.00192
HL (He≠0)
0.0089 0. 008886587
HL (He=0)
0.0088
0.0087
0.0086
0.0085
0.0084
0.008370383
0.0083
0.00175 0.0018 0.00185 0.0019 0.00195
HL (He≠0)
2093.995717
2000
1500
1000
500
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Kb
Kb Vs Kl Tikungan Standart
(R=12,7mm)
4000
3579.20105
3500
4
3000
2613.30936
2500
4
2000
Kl
1746.75017
1500
1000
500
0
0 1000 2000 3000 4000
Kb
Kb Vs Kl Tikungan (R=50mm)
-0.74
-1.7 -1.65 -1.6 -1.55 -0.7-5 -1.5
0.7-503.77641997
-0.77
-0.78
-0.79
Kl
-
0.793935661 -0.8
-0.81
-0.82
-0.83
-
0.835659697 -0.84
Kb
Kb Vs Kl Tikungan (R=100mm)
-0.-601.63136537
-1.7 -1.65 -1.6 -1.55 3 -1.5
-0.62
-0.63
-0.64
-0.64607338
5 -0.65
Kl
-0.66
-0.67
-0.68002675
-0.68
2
-0.69
Kb
Kb Vs Kl Tikungan (R=150mm)
-0.47
-1.7 -1.65 -1.6 -1.55 -0.4729-818.575
-0.48
-0.49
-
-0.5
Kl
0.498211109
-0.51
-0.52
-
0.524393807
-0.53
Kb
1.8. Analisis
Dari data hasil perhitungan didapat data dari beberapa macam pipa. Pada
perhitungan pipa lurus biru H-3 dan H-4 didapat nilai KTT, 644, 654, dan
660 dengan nilai Q dan v selalu bertambah. Selanjutnya, pada perhitungan
pipa lurus abu-abu H-8 adalah 218, 228, dan 232, sedangkan H-9 adalah
210, 220 dan 220 dengan nilai Q dan v selalu bertambah. Selanjutnya,
pada perhitungan ekspansi tiba-tiba H-7 adalah 190, 198, dan 200,
sedangkan H-8 adalah 218, 228, dan 232 dengan nilai Q dan v selalu
bertambah. Selanjutnya, pada perhitungan kontraksi tiba-tiba H-9 adalah
210, 220, dan 220, sedangkan H-10 adalah 38, 40, dan 44 dengan nilai Q
dan v selalu bertambah. Selanjutnya, pada perhitungan tikungan siku
tajam R=0 mm H-5 adalah 110, 115, dan 113, sedangkan H-6 adalah 760,
752, dan 758 dengan nilai Q dan v selalu bertambah. Selanjutnya, pada
perhitungan tikungan siku tajam R=12,7 mm H-1 adalah 110, 115, dan
113, sedangkan H-2 adalah 760, 752, dan 758 dengan nilai Q dan v selalu
bertambah. Selanjutnya, pada perhitungan tikungan siku tajam R=50 mm
H-15 adalah 110, 115, dan 113, sedangkan H-16 adalah 760, 752, dan 758
dengan nilai Q dan v selalu bertambah. Selanjutnya, pada perhitungan
tikungan siku tajam R=100 mm H-11 adalah 550, 558, dan 566, sedangkan
H-12 adalah 550, 558, dan 566 dengan nilai Q dan v selalu bertambah.
Selanjutnya, pada perhitungan tikungan siku tajam R=150 mm H-13
adalah 524, 538, dan 536, sedangkan H-14 adalah 524, 538, dan 536
dengan nilai Q dan v selalu bertambah.
Setelah melakukan percobaan kehilangan tinggi tekan, didapatkan
hubungan antara log Hf (kehilangan tinggi tekan) dengan log Q (debit).
Tujuan pembuatan grafik log Hr dengan log Q adalah memahami
hubungan atau pengaruh dari besarnya debit terhadap besarnya kehilangan
tinggi tekan pada pipa lurus. Faktor yang menyebabkan perbedaan
kehilangan tinggi tekan antara aliran pipa biru dan pipa abu abu adalah
panjang pipa dan diameter pipa, dimana pipa dengan diameter lebih besar
akan mengalami kehilangan tinggi tekan lebih kecil daripada pipa dengan
diameter lebih kecil, dan pipa yang lebih panajg akan mengalami
kehilangan tinggi tekan lebih besar daripada pipa yang lebih pendek.
Setelah melakukan percobaan kehilangan tinggi tekan, didapatkan pula
hubungan antara Kb dan. Kl. Tujuan pembuatan grafik Kb dengan Kl
adalah untuk mengetahui hubungan antara koefisien kehilangan tinggi
tekan akibat perubahan geometri pipa dengan koefisien kehilangan tinggi
tekan akibat gesekan pipa. Dari data hasil perhitungan dapat dilihat bahwa
ketika kecepatan bertambah besar, maka nilai Kb yang didapat semakin
besar dan nilai Kl yang didapatkan semakin besar. Hal itu munjukkan
bahwa besarnya nilai Kb dan nilai Kl adalah berbanding lurus. Pada pipa
Fb dan Re dapat dilihat bahwa semakin besar bilangan Reynold (Re) maka
nilai Fb akan semakin keceil. Hal ini menunjukan bahwa kedua nilai
tersebut berbanding terbalik.
1.9.1. Kesimpulan
1.9.2. Saran
2.1. Pendahuluan
Pancaran dari sebuah fluida pasti memiliki pancaran, oleh karena itu
pancaran juga memiliki energi kinetik. Jika ada penghalang yang berada
pada lintasan gerak dari pancaran maka akan menerima gaya dinamik yang
disebut impact of jet. (Streeter,dkk,1975)
2.2. Tujuan Percobaan
a. Jet Impact
d. Piringan Cekung
g. Piringan miring 30
Apabila sebuah piringan yang simetris pada sumbu x, sebuah jet yang
terisi fluida dengan aliran pada tingkat W (kg/s) sepanjanag sumbu X
dengan kecepata (m/s) mengenai piringan dan terdefleksi sebesar sudut
, sehingga fluida tersebut meninggalkan piringan dengan kecepatan V1
(m/s). perubahan pada ketinggian dan tekanan dalam piezometrik dalam
jet karena mengenai piringan hingga meninggalkannya diabaikan.
Gaya yang terjadi pada piringan (arah X) adalah sama tetapi berlawanan
arah sehingga didapat persamaan pada sumbu Y :
Fukur = W ( ) cos
Untuk piringan datar, nilai maka cos =0
Fdatar = W , tidak tergantung harga
Fcekung = W ( )
Fcekung = 2W W
Aliran fluida di ukur dengan satuan W (kg/s) yang mewakili satuan debit
W / 1 ( sehingga kecepatan pancaran , v (m/s) saat meninggalkan
nozzle diberikan oleh :
V = 12,75 w (m/s)
d. Lakukan kalibrasi
e. Hitung debit air dengan membagi satuan volume dengan satuan waktu
5.000
4.000 1.49, 5.091
1.49, 5.096
3.000
2.000
1.000
0.000
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
F hitung
5.000
3.06, 6.283 3.06, 6.321
4.000
1.53, 4.655 1.53, 4.904
3.000
2.000
1.000
0.000
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
F hitung
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40
F hitung
0.35, 3.517
5.000 0.35, 3.428
1.77, 6.480
4.000 1.77, 6.321
3.000
0.35, 3.546
2.000 0.35, 3.497
1.000
0.000
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
F hitung
2.8. Analisis
Dari percobaan jet impact ini dapat digambarkan suatu grafik yaitu F ukur
terhadap F hitung. Tujuan grafik ini adalah untuk memperhatikan efisiensi dari
penggunaan piringan datar, piringan 30°, piringan setengah lingkaran, dan
piringan cekung pada suatu alat jet impact. Hal ini sejalan dengan rumus ,
Kondisi ideal dari perhitungan data pada praktikum adalah saat dimana efisiensi
mencapai nilai 1 atau 100% yang berarti Fukur = Fhitung (Y = X), karena seharusnya
gaya yang dihasilkan adalah sama jika ditinjau dari segi pengukuran dan segi
perhitungan data. Pada grafik, terlihat bahwa efisiensi dari piringan setengah bola
lebih besar daripada piringan yang lainnya yang dapat dilihat dengan pergerakan
grafik yang lebih besar diantara yang lain.
2.9.1. Kesimpulan
2.9.2. Saran
OSBORNE REYNOLD
3.1. Pendahuluan
Pada percobaan ini, aliran yang diamati terdiri atas dua komponen yaitu air
dan tinta hitam. Sifat-sifat aliran akan diamati secara visual untuk
menentukan besaran-besaran yang berhubungan. Setelah mendapatkan
bilangan Reynolds, dapat diklasifikasikan sifat-sifat aliran tersebut secara
teoritis. Hasil yang didapatkan secara teoritis akan dibandingkan dengan
hasil pengamatan secara visual. (Streeter,dkk,1975)
d. Pewarna
Menurut Reynold, tipe aliran dibagi menjadi 3 jenis yaitu aliran laminar,
transisi, dan turbulen. Definisi masing-masing aliran tersebut adalah :
1. Aliran laminar adalah aliran yang bergerak secara teratur dan
lapisan-lapisannya dalam aliran tersebut tidak bertabrakan satu
sama lain.
2. Aliran transisi adalah aliran peralihan antara aliran laminar dan
turbulen.
3. Aliran turbulen adalah aliran yang geraknya tidak teratur dan
lapisan-lapisannya yang bertabrakan satu sama lain.
Untuk membedakan ketiga jenis
Jenis-jenis aliran dapat diklasifikasikan melalui 4 variabel yang
mempengaruhi aliran, yaitu kecepatan (v), karakteristik panjang (l), massa
jenis (p), serta viskositas dinamik ( ) dan viskositas kinematic ( ).
Gabungan dari 4 variabel tersebut menghasilkan bilangan Reynolds.
Hubungan dari parameter-parameter tersebut adalah :
Re dimana
Sehingga :
Re
Keterangan :
v = Viskositas kinematik
= Kecepatan rata yang diberikan untuk volume debit
D = Diameter pipa
Re VS QTurbulen
7900
7800
7700
7600
Re
7500
7400 Reynolds
7300
7200
7100
0.0000550.0000560.0000570.0000580.000059 0.00006 0.000061
Q Turbulen
Re VS QTransisi
2500
2000
1500
Re
1000 Reynolds
500
0
0 0.000005 0.00001 0.000015 0.00002
Q Transisi
Re VS QLaminer
210
205
200
195
Re
190
185 Reynolds
180
175
170
0.00000131.35E-060.00000141.45E-060.00000151.55E-060.0000016
Q Laminer
3.8. Analisis
3.9.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan analisis grafik yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. Bilangan Reynolds dipengaruhi debit dan kecepatan aliran, semakin
besar debit air yang diberikan maka nilai bilangan Reynolds akan
semakin membesar, dan sebaliknya.
b. Menurut pengamatan visual pada zat tinta yang mengalir pada fluida
didapatkan bahwa aliran laminar akan membentuk garis sejajar stabil
dan teratur, untuk aliran turbulen zat warna akan bergerak tidak
beraturan dalam fluida sehingga menabrak jalur satu dengan yang
lainnya dan untuk aliran transisi zat wama akan bergerak dari aliran
laminar kealiran turbulen dalam fluida sehingga zat bergerak secara
teratur kemudian tidak teratur.
3.9.2. Saran
Adapun saran dari praktikum Osborne Reynold kali ini adalah sebagai
berikut :
a. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam melakukan perhitungan data.
b. Praktikan diharapkan dapat menjaga alat praktikum yang digunakan.
c. Praktikan diharapkan tidak lalai dalam menjalankan kewajibannya.
d. Praktikan diharapkan datang 15 menit sebelum praktikum dimulai agar
dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum memulai
praktikum.
3.10. DaftarPustaka
TINGGI METASENTRIK
4.1. Pendahuluan
Ketika kita memerhatikan kapal yang berada di permukaan air baik sungai
maupun laut, kapal tersebut tidak terbalik walaupun diterjang oleh
gelombang-gelombang air dibawahnya atau yang biasa kita sebut ombak.
Kedudukan kapal tersebut akan kembali pada posisi seperti pada keadaan
semula. peristiwa seperti ini merupakan pendeskripsian dari kata stabilitas.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain sebagai
berikut :
1. Satu Unit Alat Peraga
Suatu benda apung dalam zat cair akan menerima gaya apung. FB selalu
beraksi vertikal keatas berdasarkan rapat massa zat cair yang sebanding
dengan volume dari zat cair yang dipindahkan oleh gaya apung dengan
pengaruh gravitasi. Dalam bentuk persamaan sistematis dapat ditulis
dengan persamaan sebagai berikut :
FB =
Keterangan :
= Rapat massa zat cair
= Percepatan gravitasi
V= Volume zat cair yang dipindahkan oleh zat cair
Titik kerja gaya apung disebut pusat apung atau titik B (center of
buoyancy). Jika titik berat benda apung G berada dibawah keseimbangan
benda apung ditentukan oleh letak titik metasentrik, N yaitu titik potong
garis kerja gaya apung dengan garis tengah asli benda itu terhadap titik G.
Namun pada kondisi tertentu terdapat ketentuan seperti berikut, yaitu
apabila :
Keterangan :
GN = Tinggi Metasentrik (m)
AM = Selisih berat ponton dengan berat massa pengatur (kg)
Ө = Sudut Kemiringan (°)
M = Berat ponton (kg)
(Bagus, 2017)
3. Atur letak beban geser (sliding mass) pada tiang sehingga pusat
gravitasi terjadi pada puncak ponton. Hal ini dapat ditentukan
memakai mata pisau atau dengan menggantungkan benang/senar
disekitar tiang vertikal kemudian ukur posisi pusat berat dari dasar
ponton.
4. Geser beban satu per satu lalu ukur perubahan sudut yang terjadi pada
poton.
Pengkuran
No. Waktu Ketinggian Air pada Tabung (mm)
Percobaan untuk
Debit
Bangku A B C D E F G H J K L
Hidraulik (h₁) (h₂)
(detik)
1 0.08 184 186 182 178 179 181 181 182 182 183 184
2 0.17 196 196 182 165 170 179 182 186 188 190 192
3 0.255 213 212 183 144 155 176 185 193 197 202 203
4 0.34 237 234 182 112 134 168 188 200 208 206 220
5 0.425 266 258 182 76 110 162 192 212 226 236 242
6 0.51 300 292 182 26 78 152 194 226 248 262 268
7 0.595 342 328 178 0 40 140 198 242 270 290 300
8 0.681 392 374 178 0 0 124 202 260 300 322 336
Sumber : Data Hasil Percobaan
GN Total 0,235
GN Total 0,252
0.05 0.05
0.04 0.04
0.03 0.03
0.02 0.02
0.01 0.01
0
0 2 4 6 8 10 12
Sudut (°)
0.05 0.05
0.04 0.04
0.03 0.03
0.02 0.02
0.01 0.01
0
0 2 4 6 8 10 12
Sudut (°)
0.05 0.05
0.04 0.04
0.03 0.03
0.02 0.02
0.01 0.01
0
0 2 4 6 8 10 12
Sudut (°)
4.8. Analisis
mass, terdapat beberapa faktor lain seperti pengalibrasian alat yang kurang
baik dan penempatan letak beban yang kurang baik.
4.9.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan pada tinggi metasentrik yang telah
dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Dari data hasil perhitungan tersebut bahwa, semakin besar ketinggian
yang diberikan, akan semakin kecil hasil GN Total yang dihasilkan.
b. Semakin tinggi sliding mass, akan menghasilkan nilai GN (tinggi
metasentrik) minimum.
c. Nilai tinggi metasentrik dari letak setengah tiang lebih besar daripada
tiang penuh dikarenakan beban akan semakin terpusat pada titik
tcrsebut.
4.9.2. Saran
TEKANAN HIDROSTATIK
5.1. Pendahuluan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
sebagai berikut :
a. Alat tekan hidrostatis
Tekanan di dalam fluida tak bergerak yang diakibatkan oleh adanya gaya
gravitasi disebut tekanan hidrostatik. Tekanan di dalam zat cair yang
disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang bekerja pada tiap bagian zat
cair. Besar tekanan hidrostatik bergantung pada kedalaman, makin dalam
letak suatu bagian zat cair, semakin besar tekanan pada bagian itu.
dimana:
F = gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran
= masa jenis
= gravitasi
ℎ = kedalaman pusat
Laporan Mekanika Fluida dan Hidraulika
164
Institut Teknologi Sumatera Kelompok 11
h' =
= 0 + 𝐴ℎ²
𝑑
+ 𝐵𝑑 ( ² )= 𝐵𝑑
h(m)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0.066 0.070 0.073 0.078 0.080 0.083 0.089 0.091 0.094
h(m)
5.8. Analisis
gaya, massa berbanding lurus terhadap momen aktual, dan kedalam air
berbanding lurus dengan momen teoritis. Dengan kata lain, semakin besar
massa yang diberikan, maka semakin besar pula momen aktual dan gaya
normal yang dihasilkan, dan semakin kecil kedalaman air terhadap massa
yang ditentukan.
5.9.1. Kesimpulan
5.9.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Sebaiknya dalam melakukan percobaan dilakukan beberapa kali agar
mendapatkan hasil yang akurat.
b. Sebaiknya dalam penggunaan alat agar lebih berhati-hati lagi dalam
menggunkan alat praktikum.
6.1. Pendahuluan
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam
merancang bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran
air yang melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan
bangunan air untukpendistribusian air maupun pengaturan sungai. Dalam
percobaan ini akan ditinjau aliran pada ambang yang merupakan aliran
berubah tiba-tiba. Selain itu, dengan memperhatikan aliran pada ambang
dapat dipelajari karakteristik dan sifat aliran secara garis besar.
(Streeter,dkk,1975)
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain sebagai
berikut :
a. Ambang tajam
Peluap disebut ambang lebar apabila B> 0,4ℎ dengan B adalah lebar
peluap, dan ℎ adalah tinggi peluap.
Q = Cd *b* (h^3/2)
Keterangan :
Q = Debit aliran ( /dt)
h = Tinggi total hulu ambang (m)
Cd = Koefisien debit
b = Lebar ambang (m)
3
Q = Cd * Cv * b * ℎ𝑢
Keterangan :
ℎ = Tinggi muka air hulu ambang (m)
Cd = Koefisien debit
Cv = Koefisien kecepatan
Secara teori naiknya permukaan air ini merupakan gejala alam dari aliran
dimana untuk memperoleh aliran air yang stabil, maka air akan mengalir
dengan kondisi aliran subkritik, karena aliran jenis ini tidak akan
menimbukan gerusan (erosi) pada permukaan saluran.
Pada saat melewati ambang biasaya aliran akan berprilaku sebagai aliran
kritik, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu
misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang cukup
besar, setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku sebagai aliran
super kritik.
Pada penerapan di lapangan apabila kondisi super kritik ini terjadi maka
akan sangat membahayakan, dimana dasar tebing saluran akan tergerus.
Strategi penanganan tersebut diantaranya dengan membuat peredam
energy aliran, misalnya dengan memasang lantai beton atau batu-batu
cukup besar di hilir ambang.
F=
√
Keterangan :
F = Angka Froude
D = Kedalaman aliran (m)
V = Kecepatan (m/s)
g = Gravitasi (m/ )
Dimana jika :
F<1 Disebut aliran subkritik.
F=1 Disebut aliran kritik
F>1 Disebut aliran superkritik
(Bambang, 1992)
H dan Cd
1.6
1.518650131
1.4
1.2
1.065574916
1
H (m)
0.8
0.701013847
0.6
0.4
0.2
0
0.7 0.8 0.88
Cd
H dan Q
1
0.88
0.8
0.6
(H m)
0.4
0.2
0.090434783
0.048395062
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Q (m^3/s)
-0.4
-0.6
Log Q
-0.719013679
-0.8
-0.868430684
-1
-1.165475796
-1.2
-1.4
Log H
H/L dan Cd
3
2.5
2.472308504
1.917580843
2
Cd
1.5
1. 072673784
1
0.5
0
0 2 4 6 8 10
H/L
H dan Q^2/3
0.18
0.16 0.161
0.14
Q^2/3 (m^3/s)
0.12
0.11
0.1
0.08
0.06
0.051
0.04
0.02
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
H (m)
6.8. Analisis
Dari data yang dihasilkan dari data hasil perhitungan didapat data yaitu,
pada ambang lebar Qt1 = 9.77E-05, Qt2 = 0.0002277, Qt3 = 0.0003982,
Fr1 = 0.07776, Fr2 = 0.12434, Fr3 = 0.1576, Es1 = 0.087263, Es2 =
0.101781, Es3 = 0.114403. Sedangkan pada ambang tajam Qt1 =
0.0001418, Qt2 = 0.0004301, Qt3 = 0.0008308, Fr1 = 0.14379, Fr2 =
0.22515, Fr3 = 0.28559, Es1 = 0.079817, Es2 = 0.095357, Es3 =
0.108241. Dari data hasil perhitungan tersebut didapat bahwa Qt, Fr, dan
Es adalah berbanding lurus.
Adapun perbedaan hasil kecepatan (v) dari data hasil perhitungan yang
didapat, yaitu pada kecepatan yang melalui ambang lebar didapat data v1
= 0.071839 m/s, v2 = 0.123762 m/s, dan v3 = 0.165929 m/s. Selanjutnya
pada kecepatan yang melalui ambang tajam yaitu v1 = 0.126582 m/s, v2 =
0.215054 m/s, dan v3 = 0.288462 m/s. Dari data yang didapat bisa
disimpulkan bahwa kecepatan yang melalui ambang tajam lebih cepat
mengalir dibandingkan kecepatan aliran pada ambang lebar.
6.9.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan pada tinggi metasentrik yang telah
dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
d. Hubungan antara muka air di atas ambang terhadap debit air yang
melimpah di atas ambang adalah berbanding lurus yaitu dengan
bertambahnya debit (Q), maka tinggi air (h) di atas ambang menjadi
bertambah besar.
e. Kecepatan aliran pada ambang tajam lebih cepat mengalir
dibandingkan dengan kecepatan aliran pada ambang lebar.s
6.9.2. Saran
Adapun saran dari praktikum Aliran melalui Ventruilume kali ini adalah :
i. Mahasiswa harus lebih memperhatikan keakuratan perhitungan.
j. Mahasiswa diharapkan dapat lebih teliti dalam pembacaan data.
k. Pada saat praktikum harus saat serius dan tidak boleh main-main,
karena akan mempengaruhi angka yang akan didapat.
l. Kebersihan harus tetap dijaga saat praktikum maupun setelah
praktikum.
m. Agar alat-alat yang ada dalam laboratorium ―Mekanika Fluida‖ dapat
digunakan sepenuhnya pada saat praktikum, maka dilakukan
pengecekan alat terlebih dahulu.
7.1. Pendahuluan
Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaannya. Pada bangunan
air, aplikasi pintu sorong adalah pintu pembilas. Fungsinya yaitu
mencegah sedimen layang masuk ke dalam pintu pengambilan (intake)
dan membilas sedimen yang menghalangi aliran. Aliran setelah pintu
sorong mengalami perubahan kondisi dari subkritis ke superkritis. Di
lokasi yang lebih hilir terjadi peristiwa yang disebut air loncat / lompatan
hidraulik (hydraulic jump). Air loncat memiliki sifat aliran yang
menggerus.
d. Pintu sorong
Pintu sorong yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah pintu air
gesek tegak dengan pipa aliran bawah. Pada rancangan pintu sorong jenis
ini, hal yang menjadi perhatian utama adalah hubungan antara debit
dengan distribusi tekanan pada pintu dan bentuk pinggiran pintu. Namun
karena rancangan pinggiran pintu air sangat bervariasi, maka focus dari
modul ini lebih kepada hubungan debit dan distribusi tekanan.
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam desain pintu air adalah
gaya yang bekerja, alat pengangkat, sekat kedap air, dan bahan bangunan.
Gaya yang berpengaruh adalah gaya akibat tekanan air horizontal bekerja
pada plat pintu dan diteruskan ke sponning.
Debit Teori :
Koefisien Kecepatan :
Koefisien Kontraksi :
Debit Aktual :
𝐴𝐵𝐶𝐶√
FH :
ℎ
Fr :
V:
A:
𝐴𝐵
ℎ
ℎ
yb/ya :
()
Fg :
* ( )+ * ( )+
Yc :
3
√
Emin :
Fg/Fh :
ℎℎ
Yb/Ya(percobaan)
b. Alirkan air dengan debit tertentu sehingga terjadi jenis aliran yang
diinginkan
Tabel 7.6.1. Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Berubah
Debit Berubah
Praktikum Pintu Sorong Praktikum Air Loncat
Yg (m) Yo (m) Yi (m) Xa (m) Ya (m) Xb (m) Yb (m) Q (m^3/s)
0.04 0.079 0.029 0.36 0.029 1.26 0.064 0.00226
0.04 0.096 0.03 0.95 0.034 1.7 0.065 0.0025
0.04 0.109 0.029 1.27 0.031 2.08 0.069 0.0027
Sumber : Data Hasil Percobaan
Tabel 7.6.2. Hasil Percobaan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Tetap
Debit Tetap
Praktikum Pintu Sorong Praktikum Air Loncat
Yg (m) Yo (m) Yi (m) Xa (m) Ya (m) Xb (m) Yb (m) Q (m^3/s)
0.038 0.12 0.027 1.76 0.079 1.98 0.069 0.0027
0.04 0.093 0.03 1.05 0.04 1.35 0.068 0.0027
0.045 0.09 0.029 0.45 0.037 1.6 0.069 0.0027
Sumber : Data Hasil Percobaan
Tabel 7.7.1. Hasil Perhitungan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit
Berubah
Debit Berubah
0.002470317 0.91486232 0.725 0.015661489 7.460505 0.01177 0.00578 0.0166 26.488 0.00543 0.008149
0.002875059 0.86954749 0.75 0.016667115 15.38208 0.00456 0.00337 0.0064 40.792 0.00581 0.008716
0.003015258 0.89544584 0.725 0.017960395 23.35271 0.00386 0.00641 0.0055 54.154 0.00612 0.009175
Sumber : Data Hasil Perhitungan
Tabel 7.7.2. Hasil Perhitungan Pintu Sorong dan Air Loncat dengan Debit Tetap
Debit Tetap
0.00299451 0.90164989 0.7105 0.0027 32.98122 0.00174 5x 0.0025 67.059 0.00612 0.009175
0.002818974 0.95779514 0.75 0.0027 13.77815 0.0041 0.00202 0.0058 38.011 0.00612 0.009175
0.00268106 1.00706441 0.6444 0.0027 9.932625 0.00996 0.00321 0.0141 35.607 0.00612 0.009175
Sumber : Data Hasil Perhitungan
7.8. Analisis
Pada percobaan kali ini, praktikan mencari debit aliran sebelum melewati
pintu sorong dan sesudah melewati pintu sorong tersebut. Didapatkan bahwa
nilai dari Xa semakin besar bila nilai debit besar. Dari praktikum yang telah
dilakukan dengan debit aliran sebesar 0.00226 m^3/s nilai Xa-nya
menunjukan angka 0.36m, sedangkan dengan debit 0.0025m^3/s nilai Xa
yang di dapat sebesar 0.95m, dan pada debit 0.0027, nilai Xa yang di dapat
sebesar 1.27m. Hal ini terjadi karena jika debit air di naikan maka tinggi
muka air sebelum pintu sorong akan lebih tinggi, sehingga kuat tekan pada
pintu sorong akan semakin besar. Dari data yang didapat pun menunjukan
bahwa nilai Y0 pada percobaan pertama 0.079, percobaan kedua 0.096, dan
percobaan ketiga sebesar 0.109. Dengan besaran debit dari yang kecil ke
debit besar secara berurutan.
Dalam percobaan dengan debit yang sama namun dengan bukaan dari pintu
sorong yang berbeda, didapatkan bahwa nilai dari Xa dan Yo berbanding
terbalik dengan besarnya nilai bukaan pada pintu sorong, ketika bukaan
pintu sorong sebesar 0.12, nilai dari Xa dan Yo secara berturut-turut adalah
1.76m dan 0.12m. Ketika bukaan pintu sorong sebesar 0.04 nilai dari Xa dan
Yo adalah 1.05 dan 0.093 dan pada percobaan ke-3 dengan bukaan pintu
sorong 0.045 didapatkan nilai Xa 0.45 dan Yo sebesar 0.09 .Hal ini
disebabkan karena rumus dari nilai tekanan yakni sehingga semakin besar
7.9.1. Kesimpulan
c. Dapat menentukan gaya-gaya yang terjadi pada saat air melewati pintu
sorong dan saat reaksi air loncat.
d. Energi kehilangan yang dialami akibat air loncat bergantung pada
besar kecilnya saluran pintu sorong tersebut.
e. Pada saat air melalukan loncatan terjadi karena adanya tekan yang
lebih dari pintu sorong.
f. Dapat diketahui setiap percobaan pada saat air melewati pintu sorong
dapat dihitung tingginya h.
7.9.2. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
a. Sebaiknya menggunakan alat pengukur panjang yang lebih akurat agar
mendapatkan data yang sesuai.
b. Sebaiknya dalam melakukan percobaan menggunakan debit air yang
lebih banyak variannya agar didapatkan data yang lebih banyak.
c. Sebaiknya dalam penggunaan alat-alat laboratorium lebih berhati-hati
lagi dalam penggunaannya
8.1. Pendahuluan
Debit dan kecepatan aliran penting untuk diketahui besarya dalam melakuan
penelitian fluida. Untuk itu, digunakan alat untuk mengkur debit cairan,
salah satunya adalah menggunakan prinsip-prinsip bernoulli dan kontinuitas
pada pipa tertutup yang diaplikasikan melalui alat bernama venturimeter.
Dengan demikian, venturimeter adalah alat untuk mengukur debit cairan
yang melalui pipa tertutup. Melalui pengamatan pada venturimeter, dapat
dibuktikan pula persamaan bernoulli dan kontinuitas. (Streeter,dkk,1975)
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
sebagai berikut:
a. Alat Venturimeter
Persamaan Kontinuitas :
𝐴𝐴
Hasil dari gabungan persamaan Bernoulli dan Kontinuitas akan
menghasilkan persamaan perhiungan debit pada venturimeter, sebagai
berikut
ℎℎ
𝐶 𝐴√
1 0.00008 0.184 0.186 0.182 0.178 0.179 0.181 0.181 0.182 0.182 0.183 0.184
2 0.00017 0.196 0.196 0.182 0.165 0.17 0.179 0.182 0.186 0.188 0.19 0.192
3 0.000255 0.213 0.212 0.183 0.144 0.155 0.176 0.185 0.193 0.197 0.202 0.203
4 0.00034 0.237 0.234 0.182 0.112 0.134 0.168 0.188 0.2 0.208 0.206 0.22
5 0.000425 0.266 0.258 0.182 0.076 0.11 0.162 0.192 0.212 0.226 0.236 0.242
6 0.00051 0.3 0.292 0.182 0.026 0.078 0.152 0.194 0.226 0.248 0.262 0.268
7 0.000595 0.342 0.328 0.178 0 0.04 0.14 0.198 0.242 0.27 0.29 0.3
8 0.000681 0.392 0.374 0.178 0 0 0.124 0.202 0.26 0.3 0.322 0.336
Ideal
Jarak Antar Luas (A) Throat
No Pipa Dimensional
Venturi (m) (m^2) Area
Pressure
Tabel 8.7.10. Data Aliran Debit, Coefision Of Discharge, dan Persentase Error
Debit
Q Coefisien
(|h2- Q Aktual Persentase
No Percobaan Of
h1|)^0.5 (m^3/s) Error
(m^3/s) Discharge
1 0,0774597 0,00008 5,76E-05 0,33 69,10%
2 0,1760682 0,00017 0,000115 0,635 0,04%
3 0,2626785 0,000255 0,000152 0,521 48,00%
4 0,3535534 0,00034 0,000191 0,998 35,10%
5 0,4358899 0,000425 0,000241 1,011 7,46%
6 0,5234501 0,00051 0,000285 1,01 12,27%
7 0,5848077 0,000595 0,000324 1,054 0,37%
8 0,626099 0,000681 0,000377 1,144 0,00%
0.7 0.626099034
0.584807661
0.6 0.523450093
(|h2-h1\)^0.5 (m) 0.5 0.435889894
0.4 0.353553391
0.262678511
0.3
0.176068169
0.2
0.077459667
0.1
0
Q (m^3/s)
1.4
1.2
Coefisien of discharge
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Q (m^3/s)
0
-0.1 0 7 19 33 48 63 78 93 108 123 143
0
-0.1 0 7 19 33 48 63 78 93 108 123 143
-0.2
Dimensional Pressure
-0.3
-0.4 Q = 0.000425
-0.5 Q = 0.00051
-0.6 Q = 0.000595
-0.7 Q = 0.000681
-0.8
-0.9
-1
Jarak Antar Venturi (m)
8.8. Analisis
8.9.1. Kesimpulan
8.9.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Sebaiknya dalam melakukan percobaan dilakukan beberapa kali agar
mendapatkan hasil yang akurat.
b. Sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam penggunaan alat praktikum.
c. Sebaiknya kebersihan pada alat praktium lebih diperhatikan lagi
d. Sebaiknya dalam melakukan pengamatan lebih diteliti lagi dalam
megamati tinggi air di dalam tabung.