Anda di halaman 1dari 10

DERITAKU SAAT INI

Penderitaan setiap orang selalu ada, dan anggap saja itu tantangan untuk kita berjuang

Udara pagi ini terasa sangat sejuk. Kuawali pagi ku dengan membuka pintu dan menghirup udara sekitar
ku. Aku tinggal di ibukota Indonesia, lebih tepatnya di pinggiran kali di ibu kota Jakarta. Aku dilahirkan
dari keluarga yang kurang mampu, yang dimana orang tuaku bekerja keras agar aku dapat bersekolah.
Saat ini umurku 17 tahun yang berada di kelas 2 SMA. Untuk anak yang seumuran dengan ku ,
kehidupan ku bisa dikatakan sangatlah rumit, tetapi aku tidak terlalu memusingkan hal tersebut, karena
aku sangat bersyukur dengan keadaan ku sekarang , salah satu nya yaitu aku bisa bersekolah di SMA
Negeri favorit di daerah ku.

Aku mengawali pagi ku dengan membantu ibu ku untuk menyiapkan gerobaknya, dengan merapikan
barang rongsok di dalamnya dan menyiapkan bekal seperti minum dan makan. Setelah itu aku bersiap –
siap untuk sarapan pagi. Ya … kami sarapan pagi, setelah itu kami berpuasa hingga pagi lagi. Kalau di
bilang kami lapar, pasti lapar, namun aku selalu mencari kesibukan seperti berkeliling mencari barang
rongsok bersama dengan ibuku. Walaupun hidup kami tak berkecukupan, kami sangat bersyukur karna
kami masih diberi kehidupan di dunia ini.

“Ibu ini roti aku, nanti kalau ibu lapar ibu makana ya “ ucap ku sebelum ibu pergi membawa gerobak
rongsoknya.

“Tidak Lif ibu tidak akan lapar, ibu lebih suka kalau kamu yang makan. Kamu juga butuh tenaga untuk
belajar “ Ucap ibu yang menolak roti sarapanku.

“Tapi bu… nanti kalau ibu sakit gimana ? ibu kan sudah 2 hari belum makan “

“Tenang aja sayang, ibu gak akan lapar kok, lagian ini baru 2 hari kan ? dan ibu juga banyak minum kok.
Jadi ibu merasa kenyang. Udah ya intinya Alif jangan khawatir, Ibu akan makan kalau ibu lapar” Kata
kata itu selalu aku dengar. Yang membuat diriku, semakin tidak tega dengannya.

“Insya allah, ibu sudah menabung untuk membelikan mu handphone untuk kamu belajar jarak jauh, jadi
kamu tidak harus lagi menumpang di Handphone teman mu lagi”

Aku mengeluarkan air mataku dan aku pun langsung memeluk ibu dan mengucapkan terima kasih
padanya. Mungkin kalau dibandingkan dengan superhero, ibuku tak ada tandingannya. Aku
melambaikan tangan kepada ibu ku, setelah itu aku masuk ke dalam gubuk kecilku. Dan pergi kerumah
temanku, dengan jalan kaki. Teman ku bernama Galih, dia dari keluarga yang sederhana. Dia adalah
sahabat terbaik ku. Dia tidak pernah malu berteman denganku.

“Assalamualaikum, Galih … “ Salam ku di depan rumahnya

“Waalaikumsalam, eh iya… masuk aja lif” Ucap ibunya Galih.

“Apa kamu sudah sarapan ?” Tanya ibunya Galih

“Sudah bund, terima kasih” Ucap ku kepada Ibunya Galih, dan biasanya aku memanggil ibunya dengan
kata bunda, karena dia menganggapku seperti anaknya, katanya dia
“Baiklah, semangat ya kalian belajarnya hari ini” kata ibunya untuk menyemangati kita berdua

“Oke siap bund” ucapku dengan senyuman.

Aku langsung mengerjakan tugas – tugas yang diberikan oleh guruku melalui aplikasi google classroom.
Hingga akhirnya pukul 12.00 siang dan PJJ (Pelajaran Jarak Jauh) telah usai. Dan aku kembali ke rumahku
untuk membersihkan gubuk kecil ku. Dan setelah itu aku pergi ke perpustakaan gratis untuk membaca
beberapa buku di sana.

waktu sudah mau memasuki waktu ashar, aku kembali kerumah. Setelah solat ashar aku menunggu
ibuku pulang ke rumah. “Mengapa ibu lama sekali pulangnya”,pikirku. Aku khawatir dengannya.
Akhirnya aku pergi keluar dan mencari ibuku di arah biasanya ia pulang. Dan aku pun melihat gerobak
ibu di depan semak – semak. Dan ternyata dia pingsan di dalam semak tersebut.

“ Ya allah ibu…” aku panik dan aku langsung mengangkat ibu ke dalam gerobak, dan membawanya ke
rumah sakit. Setelah sesampainya aku dirumah sakit, aku hanya bisa menangis, karena aku khawatir jika
ia terjadi apa – apa, karena aku hanya memilikinya. Setelah ibuku di periksa di UGD, aku menunggunya
di luar ruangan. Dan setelah dokternya keluar aku langsung menemui dokternya.

“Ibu saya kenapa dok ?” Tanya ku pada dokter.

“Asam lambung ibumu naik dan dia ada penyakit jantung. Saran saya makan – makanan bergizi dan tidak
terlalu capek terlebih dahulu ya, apalagi sampai terlambat makannya” Kata dokter dengan
penjelasannya mengenai penyakit yang ada di dalam tubuh ibuku.

“Baik dok, terima kasih ya dok” Ucap terima kasih ku pada dokter yang setelah memeriksa ibuku. Aku
langsung masuk kembali keruangan ibuku dan melihat kondisi ibu, dan ternyata dia sudah kembali sadar
dari pingsannya. “ Alhamdulillah ibu sudah sadar. Ibu inget ya apa kata dokter, jangan gak makan lagi,
jangan terlalu capek banget.” Ibu mengangguk dan tersenyum setelah mendengarkan kata - kata ku.

“Nanti malam kita makan nasi ya bu” kata ku kepada ibu.

“Uang dari mana nak?”

“Aku tadi membantu pak Rudi dan Alhamdulillah dapat dua puluh ribu, Jadi kita bisa membeli nasi untuk
makan malam kita nanti” Ibu tersenyum mendengar ucapan ku dan berkata terima kasih kepada ku. Dan
dia menanyakan sekolah ku hari ini. Dan aku menjawab dengan perasaan yang bahagia.

Akhirnya kita keluar dari rumah sakit, dan kita pun langsung pergi menuju gerobak nasi goreng yang
tidak jauh dari rumah sakit. Setelah sampai aku langsung memesan dua porsi nasi goreng, karena sedang
dibuat aku dan ibu bercerita sedikit mengenai hari ini dan kemarin.

“Oh, iya bu. Waktu itu aku mendaftarkan diri untuk lomba olimpiade fisika di sekolah, dan lusa kemarin
aku tes dan hasilnya aku lolos ke babak selanjutnya” Ucapku dengan bahagia

“Alhamdulillah … anak ibu emang pinter banget, ibu senang sekali dengarnya” ucap ibu yang terlihat
bahagia sekali setelah mendengarkan berita ku.
“Doain aku ya bu, semoga aku bisa menang hingga babak nasional. Dan katanya kalau Alif bisa menang
hingga babak final, Alif bisa dapet uang sebesar lima puluh Juta bu di tambah lagi, biaya untuk sekolah
ditanggung pemerintah bu. Dan bisa ikut olimpiade tingkat internasional juga ” Kata ku yang meminta
doa kepada ibuku dan menjelaskan mengenai olimpiade yang aku ikuti.

“Pasti ibu doakan nak, kamu belajar yang rajin ya… kejar cita - cita mu. Namun jangan sampai kita lupa
dengan pencipta kita, Allah SWT, karena dengan usaha di bantu doa, itu bakal mempermudah kita
dalam mencapainya”. Amanah ibu yang ku dengar dan dengan senyuman yang ku berikan.

Setelah kita membeli nasi goreng kita kembali ke gubuk kami yang kecil., kami membersihkan diri dan
bersiap untuk tidur. Aku tidur bersama ibu ku, karena kami tidak mempunyai kamar lainnya.

“Ibu seandainya covid ini telah usai, pasti seru sekolah di sekolahan, bisa belajar dengan teman –
teman , gak harus pakai Hp atau laptop. Kan itu bikin kita kesusahan” uacp ku sambil menatap ibu

Ibu tersenyum dan berkata “ Alif, di balik wabah covid ini pasti ada hikmahnya. Kamu sabar ya.. kita pasti
bakal lewatin ini semua”

“Tapi aku takut ibu kenapa – kenapa. Apalagi sampai ibu terkena penyakit itu” kata ku sambil memeluk
ibuku.

“Insya Allah, Allah bakal melindungi kita nak. Asal kita selalu berusaha dan berserah diri padanya” Aku
tersenyum mendengarkan kata – kata itu dan memeluk kembali ibuku. Aku memang lelaki yang sangat
manja kepada ibuku. Namun tidak jika ke orang selain ibuku. Aku sangat ingin sekali suatu saat nanti
bisa membawa ibuku pergi dari gubuk kecil ini. Dan ingin memberikan kehidupan yang layak untuknya.

Pada hari esok paginya hujan deras mengguyur kota Jakarta, Aku menatap luar dari depan pintu ku yang
terbuka. Aku bingung apakah aku bolos sekolah lagi, karena diriku tidak mempunyai hp untuk
berkomunikasi. Aku terdiam dan beberapa saat aku kembali membaca buku pelajaran ku. Rasanya aku
ingin menangis, mengapa diriku tak seperti orang lain ,mengapa tuhan tidak adil dengan ku. Dan
seketika air mataku pun terjatuh mengenai buku pelajaran ku. Karena aku ingin menangis, akhirnya aku
keluar rumah dan mengguyurkan tubuhku dengan hujan yang amat deras. Aku pergi ke jalan raya. Dan
tak sengaja aku melihat seorang anak yang sedang belajar menggunakan laptop di dalam kafe tersebut.
Aku menatapnya dan berharap suatu saat aku bisa sepertinya.

Dan tak sengaja dia menatap ku kembali dengan tatapan yang sinis. Mungkin dia melihat ku merasa
aneh, karna aku yang merupakan orang asing, namun aku menatapnya terus. Lalu aku pergi menuju
halte yang ada di dekat kafe tersebut, untuk berteduh sebentar. Saat ku duduk di halte yang kecil, Aku
melihat mobil yang lewat serta kendaraan lainnya.

“Hai … mau kopi hangat ?” Ucap seseorang dari samping ku, ternyata ia anak gadis yang ada di kafe tadi.

“Eh, maaf tadi aku melihat mu terus di kafe tadi, maaf ya … “ ucapku sambil menundukkan kepala ku

“Hei tidak apa… kamu kedinginan pasti, ini minuman untuk mu” Ucap Gadis cantik tersebut, yang
terlihat seumuran dengan ku.
“Kamu … tinggal dimana ?” Tanya gadis itu. Aku diam dan menggelengkan kepala ku.

“Yaudah kalau tidak ingin kasih tau kamu tinggal dimana, aku ingin tau nama kamu boleh ?”

“Saya Alif, nama kamu siapa ?” Kata ku setelah memperkenalkan diri

“Aku Hani… Kamu kelas berapa ?”

“Dua belas, kalau kamu ?” Jawab ku.

“Sama… aku juga …”.

Dan disaat itu kami mengobrol panjang mengenai pelajaran sekolah, dan hal lainnya. Termasuk diriku,
yang hanya seorang pemulung. Kami bercerita sampai akhirnya hujan berhenti, hingga terdengarnya
adzan dzuhur.

“Eh ini sudah adzan… kita sholat yuk ?”Ucap ku kepada Hani, Gadis itu terdiam dan tersenyum kepada
ku.

“Sorry Lif aku non muslim”

“Owalah, iyaa maaf ya. Aku kira kamu islam, yaudah kalau gitu aku pergi duluan yaa… sampai jumpaa”

“Eh … Lif… ada no whatsapp atau instagram ?”

“Kamu lupa ya ? hahaha… aku kan udah cerita sama kamu”

“Eh iya sorry lagi, Trus gimana caranya kalau aku ingin main sama kamu ? atau belajar bareng ?”

“Kamu sering di kafe itu kan ? nanti aku bakal lewat kafe itu kok setiap jam satu atau dua siang”

Dia tersenyum dan mengangguk kepada ku, yang artinya ia berkata “ya”.

Aku senang sekali hari ini, aku mendapatkan teman baru. Sepanjang jalan pulang aku tersenyum terus.
Mengingat perbincangan kita yang tadi pagi. Sesampainya aku di rumah, aku melihat gerobak ibu berada
di depan rumah. Akupun lari dan masuk ke dalam rumah, karena ingin sekali menceritakan ini kepada
ibu. Namun ketika aku masuk ke dalam rumah , aku melihat ibu ku terbaring di bawah meja makan. Aku
panik, aku khawatir ibu ku kenapa – kenapa. Akhirnya aku memutuskan untuk segera membawa ibu ke
rumah sakit agar diperiksa kembali.

Setelah sesampainya dirumah sakit, ternyata ibu harus dirawat di rumah sakit. Aku bingung bagaimana
caranya aku mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit ibu ku. Akhirnya aku pergi menuju rumah
paman ku yang tak jauh dari rumah ku. Namun, setelah aku sampai di rumahnya ternyata ia tidak
sedang di rumah. Aku merasa putus asa, yang bisa ku lakukan saat ini ialah menangis. Akhirnya aku
pulang ke rumah. Dan aku melihat tas ibu yang berada di bawah kolong meja, dan ternyata di dalam
tasnya terdapat handphone untuk ku. Aku menangis melihat hp ini. Karena aku tidak mempunyai pilihan
lagi, aku menjual hp yang diberikan ibuku, untuk pengobatan ibuku.

Hasil penjualannya hanya cukup untuk biaya obat saja. Akhirnya, aku pergi mencari pekerjaan. Dan
syukurnya ada sebuah toko banguanan yang membutuhkan pekerja, Ya, walaupun ia menolakku kara
diriku yang masih pelajar. Namun, karena dia mengasihi ku akhirnya aku diizinkan oleh nya. Aku kerja
hingga malam. Dan setelah itu aku mendapatkan upah untukku membeli makanan. Aku besok akan
pergi untuk bekerja lagi, sehingga sepertinya aku akan bolos sekolah lagi.

Pagi aku terbangun, ibu masih saja belum saja sadar. Akhirnya, aku pergi lagi untuk bekerja di toko
bangunan yang kemarin ku bekerja. Namun saat ku sedang di perjalanan menuju toko, aku mendengar
suara Galih dari belakang.

“Alif… “ dia berlari menuju ku.

“Eh .. lih ada apa ?”

“ini ada surat titipan dari sekolah untuk kamu. Kemarin Bu Lina guru BK kita datang ke rumah kamu, tapi
kamunya sedang tidak ada di rumah. Jadinya ia menitipkan suratnya kepada ku. “ Galih memberikan
surat itu. Aku bingung ada apa guru Bk memanggilku dan aku baru ingat bahwa aku telah bolos 2 hari
berturut - turut.

Akhirnya siang itu aku izin untuk tidak bekerja, untuk pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku
langsung memasuki ruang BK.

TOK TOK TOK

“Iya silahkan masuk” Jawab bu Lina dari ruang BK. aku pun memasuki ruang BK.

“Eh Alif, alhamdulillah kamu datang”

“Ada apa ya bu saya di panggil?”

“Ibu heran, ibu lihat kamu bolos terus ya.. tidak mengisi absen. Lalu ibu juga bingung mengapa kamu
tidak bisa dihubungi ?”

“Iya bu maaf, saya tidak mempunyai hp. Dan ibu saya sedang sakit, sekarang lagi di rawat di rumah sakit.
Dan saya juga bolos sekolah karena saya bekerja bu sebagai tukang angkut barang di toko bangunan,
untuk membayar biaya rumah sakit ibu saya” kujelaskan semua yang kualami saat ini kepada bu Lina.

“Inalillahi, Oh iya sebenarnya ibu juga ingin kasih ini” Bu lina membuka laci mejanya dan memberikan ku
sebuah Handphone dan 2 buah amplop.

“Apa ini bu ?” tanya ku pada bu Lina

“Ini bantuan dari sekolah, untuk kamu belajar. Karena kemarin diberitahu oleh Galih katanya kamu tidak
mempunyai Hp”

“Alhamdulillah … terima kasih ibu”

“Lalu ini, ada surat undangan untuk lomba olimpiade kamu di babak selanjutnya, kamu belajar yang rajin
ya...karena satu babak lagi kamu masuk ke nasional.” Ucap penjelasan Bu Lina.

“SIappp bu…” kata ku dengan nada yang sangat gembira.

“Sama ini sedikit uang untuk kehidupan kamu, ini semua dari guru - guru sekolahan ini. Karena kami
tahu kalau kamu itu anak yang pintar dan sopan”
“Serius bu ??? ” Kata ku dan bu Lina pun tersenyum dan menganggukan kepalanya. Aku menangis di
dalam ruangan itu dan aku langsung bersujud syukur karena ternyata Allah memang tidak pernah tidur.
Dibalik semua cobaan pasti ada jalannya.

“Alahmdulillah, Terima kasih ibu… “ Aku mencium tangan Bu Lina, sebagai tanda terima kasih ku.

“Ya sudah, sekarang kamu pulang ya… dan ibu akan berikan surat dispensasi untuk izin sekolah selama
seminggu untuk kamu belajar olimpiade”

“Baik ibu, terima kasih” kata ku, sambil mengelap air mataku yang masih berjatuhan.

Setelah aku diberikan surat dispensasi, aku langsung pergi kerumah sakit untuk menjenguk ibu ku.
Namun, tiba - tiba ada seorang perawat yang memakai baju astronot membawa ibuku ke ruangan lain.
aku mengejar suster itu, namun aku di tahan oleh salah satu suster lainnya.

“Sudah dek, kamu tidak bisa untuk menjenguk lagi” Ucap perawat yang menahan ku.

“Memang ada apa ?”, tanya ku.

“Ibumu terkena covid-19”

Aku terkejut mendengarkan jawaban perawat itu. Baru saja aku ingin menceritakan hal ini kepada ibu.

“Lalu bagaimana sust ? siapa yang menjaga ibu saya ?” Tanya ku pada salah satu perawat.

“Insya allah, bakal baik - baik saja, adek banya - banyak doa saja ya. Semoga Allah memberikan
perlindungan untuk ibu adek”

Mataku berkaca-kaca karena aku menahan tangis saat itu, aku lemas dan tidak bisa berpikir apapun.
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Sesampainya aku dirumah aku menangis, karena
merasa kesepian. Akhirnya aku mengambil wudhu dan beribadah, dan mengikhlaskan cobaan ini.
Setelah itu aku pergi menuju perpustakaan, untuk meminjam buku olimpiade fisika tahun - tahun yang
lalu. Aku menghabiskan waktu ku di sana, Hingga aku lupa bahwa aku belum makan dari pagi tadi.
Akhirnya aku pergi mencari makanan, karena aku berpikir kalau aku tidak boleh sakit, Takut merepotkan
ibu. Setelah makan malam, aku langsung membaca buku olimpiade ku kembali.

Hampir tujuh hari aku tidak menjenguk ibu. Bagaimana keadaanya akupun tidak tahu. Yang aku pikirkan
sekarang untuk fokus ke lomba yang aku ikuti. Akhirnya tiba juga hari dimana aku akan melaksanakan
tes olimpiade tersebut, paginya aku bersiap - siap menuju sekolah untuk mengikuti tes olimpiade tingkat
kota. Aku pun mengerjakan tes olimpiade tersebut dengan serius dan sungguh-sungguh. Setelah selesai
aku merasa sangat lega dan lelah dikarenakan dalam seminggu diriku hanya belajar. Aku kangen sama
Ibuku, karena aku ingin mendengarkan keadaan ibuku, akhirnya sepulang sekolah aku segera pergi ke
rumah sakit. Sesampainya aku disana aku bertanya kepada suster yang ada di sana.

“Permisi sust, pasien di kamar 205 bagaimana keadaannya?” Tanya ku kepada perawat berbaju
astronot itu.

“Alhamdulillah, kadar oksigennya sudah naik, namun masih saja belum sadar” Ucap perawat tersebut

“Apakah saya boleh menjenguk ibu saya ?” Tanya ku


“Maaf dek, belum boleh. Karena ibu masih tercatat positif covid” Jawab perawat tersebut.

Aku pun mengangguk setelah mendengar berita ibu. Akhirnya aku mengucapkan terima kasih kepada
perawat tersebut dan pergi meninggalkan rumah sakit untuk segera pulang ke rumah. Sesampainya di
rumah aku mendapatkan pesan dari Galih untuk main bersamanya dirumahnya, Aku pun pergi menuju
rumahnya.

Sesampainya disana aku bercerita pengalaman ku setelah mengikuti olimpiade. Dan tak sengaja aku
mendengar suara dari ruang TV yang memberitahu kematian pasien covid -19 begitu melonjak. Seketika
aku teringat ibuku dan aku takut hal buruk yang ku pikirkan terjadi, namun aku tetap berpikir positif.

Waktu maghrib pun datang, aku menumpang solat dirumah Galih terlebih dahulu sebelum pulang.
Setelah itu aku pergi kembali ke rumah ku. Dan sekalian aku membeli makanan untuk makan malam ku.
Sesampainya dirumah aku segera makan dan kemudian tidur.

Keesokan harinya aku mendapatkan pesan dari bu Lina, ternyata aku lolos ke babak Nasional. Mataku
berkaca-kaca karena terharu , aku sangat senang sekali kemudian aku langsung bersujud syukur kembali.
Setelah menjawab pesan dari bu Lina aku langsung pergi menuju perpustakaan dan aku melewati jalan
yang melewati kafe dimana aku bertemu dengan Hani. Namun aku tidak berekspektasi sih kalau akan
bertemu dengannya, karena aku melewati kafe itu masih pukul jam 8 pagi. Namun tak disangka aku
bertemu dengannya kembali. Hati ku senang sekali bertemu dengannya.

“Hai alif… apakabar nih??” Ucap Hani ketika bertemu dengan ku

“Hai.. Hani… Alhamdulillah baik, bagaimana dengan mu ?” tanya ku padanya. Setelah itu kami
mengobrol banyak hal. Hingga akhirnya aku lupa waktu dan tiba-tiba teringat tujuan ku untuk pergi
menuju perpustakaan. Akhirnya aku izin untuk pergi ke perpustakaan.

“ Han, aku mau pergi ke perpustakaan dulu ya”

“Aku boleh ikut gak?” tanya Hani pada ku. Aku terdiam dan memegang dagu ku seakan - akan memikir
panjang.

“Udah ah aku gak mau tahu, aku harus ikut” Kata Hani sambil menarik tangan ku.Aku pun tertawa
setelah mendengarkan kata - kata itu. Akhirnya kita berdua pergi bersama menuju perpustakaan.
sesampainya disana kami menghabiskan waktu untuk membaca buku dan bercanda bersama. Hati aku
terasa gembira sekali saat bersamanya. Aku merasa aku tidak lagi sendirian. Waktu telah berlangsung
sangat cepat dan saat aku melihat jam , waktu sudah menuju pukul enam sore. Kami memutuskan untuk
pulang ke rumah.

“Eh lif, kamu kan sekarang ada handphone. Berarti kamu udah ada whatsapp kan ?” tanya Hani
kepadaku, aku pun menganggukkan kepalaku.

“Sini berapa nomer telpon kamu, biar bisa aku hubungi kalau aku ingin ajak kamu main. Boleh kan ?”
Kata Hani kepadaku

“Boleh '', aku pun memberikan nomor teleponku.

Setelah itu kami pulang ke rumah kami masing - masing.


Dua hari kemudian, aku mengikuti lomba olimpiade Nasional di sekolahan. Aku sangat gugup sekali.
Badan ku terguyur oleh keringat dingin, aku takut tidak bisa berkonsentrasi. Namun, ketika aku
memasuki kelas dan ingin menaruh tas, aku mendapatkan pesan dari Hani “Semangat ALIFF. JANGAN
GUGUP, JANGAN BURU - BURU JUGA … aku yakin alif bisa” Entah mengapa aku merasa yakin dengan
diriku setelah mendapatkan pesan dari Hani.

Aku pun memasuki ruangan tersebut. Di ruangan itu aku sendiri, karena sedang ada covid-19 jadi
olimpiade diadakan di sekolah masing - masing secara daring. Ada 4 kamera di depan ku, itu membuat
suasana di dalam ruangan semakin tegang. Namun aku terus mencoba untuk menenangkan diriku.
Sebelum memulai pastinya aku berdoa kepada Allah agar aku diberi kemudahan saat mengerjakannya.
Dan aku meminta restu kepada ibu dari jauh agar aku bisa melewati babak akhir yaitu babak tingkat
nasional. Setelah aku melakukan ritual untuk menenangkan diriku. Aku mulai mengerjakan soal satu
hingga seterusnya.

Setelah melakukan tes, aku mendapatkan dukungan dari beberapa guruku. Aku sangat senang
mendengarnya, ternyata banyak yang peduli dengan ku. Padahal aku merasa tidak melakukan apapun.
Setelah urusan ku di sekolah selesai aku langsung pergi ke rumah sakit. Menanyakan keadaan ibuku.

Sesampainya aku di sana, aku bertemu dengan perawat yang kemarin. Dan setelah aku tanya. Ibu sudah
siuman dan keadaannya membaik. Aku kembali sujud syukur, ternyata lagi - lagi Allah memberikan jalan
untuk kami. Lalu aku menanyakan ibu dapat pulang kerumah dan katanya di tunggu hingga hasil tesnya
sudah negatif. Setelah mendengar kabar ibu, aku merasa lega dan beban pikiran ku sedikit menghilang.
Setelah menjenguk ibuku aku pun pulang kerumah untuk mengerjakan tugas - tugas yang sudah ku
lewati.

Lima hari sudah ku lewati dan aku tidak sabar sekali bertemu dengan ibuku. Namun, sebelum aku pergi
ke rumah sakit aku harus mengerjakan tugas sekolah terlebih dahulu. Ketika aku sedang mengerjakan
tugas, ada pesan yang masuk dari hp-ku. Ternyata itu pesan dari bu Lina, katanya aku berhasil
mendapatkan juara pertama. Aku sangat bahagia dan aku lagi - lagi bersujud syukur. Karna akhirnya
usaha ku tidak sia - sia, walaupun keadaan aku waktu itu sedang diberi ujian oleh Allah. Namun, Allah
berikan jalan yang baik untuk ku. Aku segera menyelesaikan tugas ku, setelah aku menyelesaikan
tugasku, aku pun langsung bergegas untuk pergi ke rumah sakit. Di Perjalanan ke rumah sakit aku tiba-
tiba kepikiran untuk makan nasi ayam bersama ibu nanti. Akhirnya aku mampir terlebih dahulu untuk
membeli nasi ayam.

Setelah aku membeli ayam, aku pun langsung menuju rumah sakit. Saat di jalan aku terus
membayangkan diriku dan ibuku saat makan ayam bersama dan bercerita banyak saat aku mengikuti
olimpiade. Sampainya aku di koridor rumah sakit, aku melihat ada seorang pasien yang ditutupi oleh
kain berwarna putih, yang keluar dari ruangan ibuku. Aku kepada perawat yang kemarin, menjaga ibuku.

“Maaf sust, itu siapa ya yang habis keluar dari ruangan ibu saya ?”Tanya ku kepada perawat tersebut.

“Oh iya kmau anak pasien dari bu Ranti kan ya ? maaf sebelumnya kami tidak tahu kami harus memberi
tahu siapa, namun karna ada kamu saya ingin memberitahu beliau meninggal tadi pagi karena covid
menyerang berat paru - parunya”mendengar hal itu aku lemas dan menangis. Aku mencoba untuk
mengejar ibuku, namun tidak diizinkan oleh perawat yang ada disana. Akhirnya aku pergi keluar namun
tak tahu harus pergi kemana. Aku mencari tempat yang sepi, yang dimana tidak ada satupun orang
yang melihat ku menangis. Aku sangat terpukul dan merasa tidak adil dengan dunia ini. Sekarang aku
hanya bisa menangis dan tidak tahu apa yang sedang terjadi. Aku benar - benar merasa putus asa.

Handphone ku terus berdering, itu pesan dari Hani. Dia terus menelponku, akhirnya aku
mengangkatnya.

“Kamu dimana?” Kata hani setelah ku mengangkat teleponnya.

Namun aku hanya diam, dan tak menjawab apapun. Akhirnya Hani menutup telepon ku. Setelah aku
menenangkan diri aku kembali kerumah sakit dan mengurusi pemakaman ibuku. Setelah aku mengurusi
pemakaman ibu ku, aku kembali kerumah untuk menenangkan diri kembali. Aku tidak bisa mengikuti
pemakaman, karena ibuku terkena covid. Sekarang aku sendiri, benar - benar sendiri, Tidak tahu harus
bercerita dengan siapa. Tidak tahu harus membanggakan siapa. Aku tidak tahu apakah diriku akan
seperti ini terus? murung tak tahu arah ? atau Allah memberikan ku jalan yang baik. Aku tidak tahu, tapi
aku sudah mengikhlaskan ibuku, dan nasib ku saat ini.

Anda mungkin juga menyukai