Teknik Operasi Cruciate Ligament - Kelompok 4a
Teknik Operasi Cruciate Ligament - Kelompok 4a
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 KELAS A
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya, makalah Ilmu Bedah Khusus Veteriner yang berjudul “Teknik Cruciate
Ligament” dapat kami selesaikan tepat waktu. Adapun pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana pada Semester Ganjil tahun 2021/2022.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, sehingga segala kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perkembangan makalah ini menjadi lebih baik. Akhir
kata, kami ucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 1
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 Terminologi...................................................................................................... 4
2.2 Indikasi............................................................................................................. 4
2.3 Anestesi............................................................................................................ 5
2.4 Praoperasi......................................................................................................... 5
2.5 Operasi.............................................................................................................. 9
2.6 Pascaoperasi...................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................................ 11
3.1 Simpulan........................................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat penulisan
Dengan tulisan ini diharapkan para mahasiswa, khusunya mahasiwa Fakultas
Kedokteran Hewan dapat mengerti dan mengetahui manfaat dan kegunaan operasi
Cruciate Ligament. Selain itu diharapakan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui
bagaimana tata cara pelaksanaan operasi Cruciate Ligament yang akan berguna
nantinya di dunia lapangan pekerjaan sebagai profesi dokter hewan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi
Cruciate Ligament adalah ligamentum (pengikat) yang terdapat
pada persendian persendian lutut (stifle joint). Ada 2 buah cruciate ligament, yaitu:
cuciate cuciate ligament bagian depan (cranial) dan cruciate ligament bagian
belakang (caudal). Kedua cruciate ligament tersebut terletak di dalam persendian lutut,
diantara tulang paha (femur) dan tulang kering (tibia).
3
CCL dapat terjadi pada anjing dari semua ukuran, keturunan, dan usia,
tapi jarang kucing. Ras anjing terte jarang kucing. Ras anjing tertentu diketahui
memiliki insiden yang lebih tinggi dari CCL (Rottweiler, Newfoundland,
Staffordshire Terrier, Mastiff, Akita, Saint Bernard, Chesapeake Bay Retriever, dan
Labrador Retriever) sementara yang lebih jarang terkena (Greyhound, Dachshund,
Basset Hound, dan Old English Sheepdog). CCL yang bersifat genetik yaitu
Newfoundlands dan Labrador Labrador Retriever Retriever.
2.2 Indikasi
Beberapa indikator yang memungkinkan untuk dilakukannya operasi setelah
hewan mengalami pecahnya ligamen cruciatum yaitu:
1. Hewan mengalami kesulitan berdiri
2. Hewan mengalami kesulitan melompat
3. Penurunan tingkat aktivitas
4. Kepincangan atau pincang (tingkat keparahan bervariasi)
5. Atrofi otot (penurunan massa otot di kaki yang terkena)
6. Penurunan rentang gerak pada sendi lutut
7. Suara letupan (yang mungkin juga menunjukkan robekan meniscal)
8. Pembengkakan di bagian dalam tulang kering
2.3 Anestesi
Terlebih dahulu dilakukan premedikasi yang digunakan yaitu Atropin sulfat
0,025% dengan dosis (0,02 - 0,04 ml/kg BB) secara subkutan. Untuk anastesi
digunakan kombinasi Xylazine 2% dosis 2 ml/kg BB dengan Ketamin HCL 10%
dosis 15 mg/kg BB yang diberikan secara intramuskuler pada hewan kecil. Dan
dilakukan maintenance dengan anestesi inhalasi seperti isoflurane atau sevoflurane
(2% - 3%) dalam oksigen. Pemberian Cefazolin sodium (20 mg/kg BB, IV) diberikan
kepada anjing beberapa menit sebelum operasi.
4
2.4 Preoperasi
Sebelum melakukan operasi baik operator maupun co-operator harus terlebih
dahulu melepas semua asesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi. Tangan
operator dan co-operator harus steril dalam melakukan operasi untuk menghindari
adanya infeksi bawaan dari luar tubuh hewan. Tangan dicuci dari telapak tangan
hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan sabun, setelah itu dapat
dicuci Kembali dengan larutan alcohol 70%.
Sedangkan untuk pasien sebelum operasi dilaksanakan, pasien yang telah
diperiksa keadaan fisik dan keadaan darah rutin dipuasakan terlebih dahulu selama 8-
12 jam yang bertujuan untuk menghindari dampak pemberian anastesi dan juga untuk
membersihkan saluran cerna sehingga memudahkan dalam melakukan pembedahan.
Hewan dimandikan dan dicukur bulu di sekitar daerah yang akan diopersi dua jam
sebelum operasi dilakukan. Pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat,
premedikasi, dan obat anastesi yang akan diberikan.
5
Gambar 2. Metode Ekstra-artikuler
B. Metode Intra-artikuler
Metode ini digunakan untuk anjing-anjing ras kecil. Prinsip dari metode ini
adalah menggantikan CCL yang putus dengan fasia otot bagian lateral dari patella
sebagai tali, dengan lebar 1cm. Tali tersebut memiliki insertion di tulang tibia. Tali
tersebut dimasukan ke dalam persendian, dengan jalan mengkaitkan ujungnya
menggunakan jarum bengkok besar. Setelah ditarik, tali tersebut kemudian dijahitkan
dengan periosteum tulang femur.
6
Gambar 4. Kulit dan fasia dipreparir untuk mengekspos patella dan CCL
Gambar 5. Fasia otot bagian lateral dari patella disayat dan dipreparir untuk membuat
tali pengganti CCL
7
Gambar 7. Tali dimasukkan ke dalam persendian di antara tulang femur dan tibia
8
Gambar 10. Sisa tali dipotong
9
dan hal ini dapat membaik dalam 1 minggu. Sehingga hewan harus menjalani cage
rest, kondisi kandang perlu diperhatikan seperti permukaan lantai yang tidak licin dan
tidak diberikan furniture yang membahayakan kesembuhan luka operasi. Fisioterapi
dan hidroterapi dapat dimulai pada minggu ke dua postoperasi. Hewan dapat dilatih
untuk berjalan dengan dibawa keluar tetapi perlu diikat dengan tightrope dan dibatasi
jaraknya, seperti halnya hanya untuk pee and poo selama dua minggu pertama
postoperasi. Jahitan atau staples kulit dapat dilepaskan pada hari ke-10 hingga 14.
Setelah jahitan atau staples dikulit dilepas, maka hewan mulai dapat diajak jalan lebih
jauh tetapi tetap harus dibatasi dan dalam pengawasan. Selain itu, hewan juga dapat
mulai dilatih berenang setelah jahitan atau staples dilepas.
Fase kedua, rehabilitasi. Penting untuk disadari bahwa sampai tulang sembuh
sepenuhnya, perbaikan akan rentan terhadap cedera jika stres berlebihan. Oleh karena
itu, tingkat aktivitas harus dikontrol dengan cermat. Selama enam minggu postoperasi,
aktivitas anjing dapat ditingkatkan secara bertahap untuk membantu pembentukan
otot. Jumlah aktivitas harus berkembang secara bertahap. Dimulai dari meningkatkan
durasi secara perlahan, bukan intensitas aktivitas. Selama fase pemulihan ini kaki
yang tidak dioperasi masih berisiko cedera akibat beban lebih berat sementara kaki
yang dioperasi menjadi lebih kuat. Berlari, melompat, dan bermain masih tidak
diizinkan.
Dalam dua minggu pertama rehabilitasi (minggu ke 7 dan 8 setelah operasi),
anjing dapat dilatih berjalan lebih jauh dengan intensitas yang ditambah pula seperti 3
sampai 4 kali sehari. X-ray dapat dilakukan pada minggu ke 8 untuk menilai tingkat
kesembuhan tulang. Pada minggu ketiga dan keempat masa rehabilitasi (minggu ke-9
dan ke-10 setelah operasi), jalan-jalan dapat dilakukan selama anjing merasa nyaman
dengan panjang durasi yang masih dapat ditoleransi oleh hewan. Mendorongnya
untuk melakukan lebih banyak saat ini tidak akan mempercepat rehabilitasi dan
berisiko cedera pada kaki belakang lainnya. Pada minggu kelima dan keenam
rehabilitasi (minggu 11 dan 12 setelah operasi), latihan exercise anjing dapat
dilakukan tanpa tightrope.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cruciate Ligament adalah ligamentum (pengikat) yang terdapat pada
persendian lutut (stifle joint), merupakan jaringan fibrosa kuat yang menghubungkan
femur distal ke tibia proximal. Ada 2 buah cruciate ligament, yaitu: cruciate ligament
bagian depan (cranial) dan cruciate ligament bagian belakang (caudal). Persiapan
hewan/pasien sebelum operasi berlangsung sebaiknya dilakukan terlebih dahulu
pengecekan anamnesa dilakukan untuk mengetahui bagian rufturnya cruciate
ligament, penyebab, kapan terjadinya sehingga dapat membantu diagnosis. Sebelum
melakukan rekonstruksi ligamen crucriate, arthrotomy dilakukan membuka atau
mengekspos persendian lutut. Arthrotomy dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
yaitu pendekatan lateral dan pendekatan medial. Prosedur postoperasi cranial cruciate
ligament (CCL) terdiri atas dua fase yaitu fase pertama dan kedua.
3.2 Saran
Dalam melakukan operasi cruciate ligament harus dilakukan dengan steril dan
dilakukan oleh orang yang benar-benar berpengalaman dan professional, untuk
meminimalisir kesalahan yang terjadi ketika proses operasi. Mengetahui bagaimana
teknik operasi yang benar dan tepat sehingga operasi dapat berjalan lancar.
Pemberian anastesi juga harus tepat agar hewan tidak merasakan kesakitan ketika
dilakukan insisi serta lakukan perawatan pasca operasi yang tepat untuk menghindari
infeksi pada daerah operasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12