Anda di halaman 1dari 9

Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

PERAN PETUGAS GIZI DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ASUHAN


GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP

Anggara Dwi Sulistiyanto1 , Oktia Woro Kasmini H2, dan Eunike R. Rustiana2

RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang


1

Prodi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, PPs, Universitas Negeri Semarang


2

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian yang sangat vital dari sistem pe-
Diterima Agustus 2016 layanan paripurna terhadap pasien di rumah sakit.Pelayanan gizi diberikan agar
Disetujui September 2016 pasien mencapai kondisi yang optimal dalam memenuhi kebutuhan giziataupun
Dipublikasikan April 2017
mengoreksi kelainan metabolisme. Penelitian ini mengenai bagaimana peran petu-
Keywords: gas gizi dalam memberikan pelayanan asuhan gizi kepada pasien rawat inap di
Nutrition Care Services. RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang. Jenis penelitian adalah penelitian
observasional dengan pendekatan kualitatif yang mendekripsikan objek dengan
mengamati, melakukan wawancara serta mencatat bagaimana petugas gizi mem-
berikan pelayanan asuhan gizi. Data sampel diambil secara purposive sampling
dengan jumlah responden 7 orang. Petugas gizi sudah melaksanakan dengan baik
sesuai dengan perannya yaitu melakukan monitoring dan evaluasi pasien terhadap
dampak asuhan giziserta melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter atau tenaga
kesehatan lain. Perlu pembentukan tim terapi gizi tersandart dengan melibatkan
tenaga kesehatan lain agar pelayanan gizi rumah sakit lebih optimal.

Abstract
The hospital nutrition care service is a vital part of the plenary service system to the patients
in the hospital. Nutrition care services given to patients in order to achieve optimal condi-
tions in fulfillment of nutritional needs or correcting metabolic abnormalities.This study was
conducted to answer whether the role of nutritionists in providing nutrition care services to
inpatients in dr. R. Soetrasno hospital, is in accordance with hospital nutrition care service or
not.This study was an observational study using qualitative approach, that described object
by observing, interviewing and making notes about how is the role of nutritionists. Data was
taken using purposive sampling with 7 respondances.Nutritionists already performed their
duties properly by doing evaluation to the inpatients and report the results of nutrition care
services to the doctor or other health professionals. Hospitals need to create a qualified nutritio-
nal therapy team, involving other health professionals.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
RSUD dr. R Soetrasno Kabupaten Rembang pISSN 2252-6781
Jl. Pahlawan No. 16 Kabongan Kidul, Jawa Tengah. eISSN 2584-7604
E-mail: sulistiyantoanggara@gmail.com
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

PENDAHULUAN yang dihimpun dari Instalasi gizi, pelayanan gizi


RSUD dr. R Soetrasno sudah memenuhi stan-
Pada era globalisasi, pelayanan prima me- dar yang diterapkan, utamanya standar KARS
rupakan elemen utama di rumah sakit dan unit (Komite Akreditasi Rumah Sakit). Akan tetapi
kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk mem- berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
berikan pelayanan kesehatan yang memenuhi pelayanan asuhan gizi di RSUD dr. R. Soetrasno
standar pelayanan yang optimal dan paripurna. khususnya di pelayanan pasien rawat inap masih
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting kurang. Pada saat ini pelayanan gizi di RSUD
yang tidak dapat terpisahkan, karena merupakan dr. R Soetrasno Rembang hanya berupa pelaya-
hal yang langsung berpengaruh terhadap kualitas nan katering atau pemberian makan saja kepada
sumber daya manusia suatu negara. Hal terse- pasien, tanpa memperhatikan apakah makanan
but digambarkan melalui pertumbuhan ekono- yang diberikan termakan oleh pasien atau tidak.
mi, usia harapan hidup dan tingkat pendidikan. Sebagai contoh pada saat dilakukan wawancara
Tenaga sumber daya manusia yang berkualitas pendahuluan di ruang perawatan Dahlia kelas III
tinggi dan berdayasaing yang hebat hanya da- bangsal penyakit dalam RSUD dr. R Soetrasno
pat dicapai oleh kesehatan dan status gizi yang Rembang, ditemukan makanan yang disajikan
baik. Untuk itu diperlukan upaya- upaya untuk dari rumah sakit banyak yang tersisa, dan banyak
perbaikan gizi masyarakat melalui upaya perbai- pasien yang membawa makanan atau membeli
kan gizi di dalam keluarga dan pelayanan gizi makanan dari luar rumah sakit.
pada individu yang karena kondisi kesehatannya Di RSUD dr. R Soetrasno Rembang te-
harus mengalami perawatan di suatu pelayanan naga kesehatan misalnya dokter, perawat, apo-
kesehatan sebagai contoh pelayanan kesehatan di teker, belum membantu proses dalam mengelola
rumah sakit (Depkes, 2013 dan Nurparida, 2011) pelayanan asuhan gizi. Sebagai contoh perawat
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan ba- belum sepenuhnya membantu petugas gizi dalam
gian yang sangat vital dari sistem pelayanan pa- memberikan pelayanan asuhan gizi. Padahal pe-
ripurna terhadap pasien di rumah sakit. Menurut rawat lebih dekat dengan pasien, dibandingkan
Depkes 2013, yang disebut pelayanan gizi rumah dengan petugas kesehatan lain. Dokterpun tidak
sakit adalah pelayanan gizi yang diberikan kepa- sepenuhnya memperhatikan hal tersebut, sehing-
da pasien untuk mencapai kondisi yang optimal ga pelayanan gizi kepada pasien tidak dapat op-
dalam memenuhi kebutuhan gizi orang yang sa- timal.
kit, baik untuk keperluan metabolisme tubuhnya, Observasi awal tersebut mendorong penu-
peningkatan kesehatan ataupun mengoreksi ke- lis untuk meneliti bagaimana peran petugas gizi
lainan metabolisme dalam rangka meningkatkan dalam memberikan pelayanan asuhan gizi kepa-
upaya penyembuhan pasien rawat inap dan rawat da pasien rawat inap di RSUD dr. R. Soetrasno
jalan. Mengingat pentingnya hal tersebut perlu Kabupaten Rembang.
disadari dengan sepenuhnya bahwa peranan dan
fungsi dari pelayanan gizi di dalam rumah sakit METODE
sangatlah penting, baik dalam segi pelaksanaan
rujukan maupun dalam melaksanakan intervensi Penelitian ini bersifat kualitatif dipergu-
gizi secara paripurna atau general terhadap pa- nakan untuk menjelaskan atau menggambarkan
sien di dalam sebuah rumah sakit (Nursalam, tentang Peran petugas gizi dalam memberikan
2011). pelayanan asuhan gizi pada pasien rawat inap,
Berdasarkan pedoman pelayanan gizi ru- sehingga dalam penelitian ini merujuk dari bebe-
mah sakit atau disingkat PGRS tahun 2013, pe- rapa pertimbangan diantaranya sebagai berikut:
layanan gizi rumah sakit meliputi 4 bagian yaitu : Pertama, penelitian Peran petugas gizi da-
asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien lam memberikan pelayanan asuhan gizi pada pa-
rawat inap, penyelenggaraan makanan, peneliti- sien rawat inap ini lebih menekankan pada aspek
an dan pengembangan gizi. Kempat kegiatan ter- proses atau kegiatan dan makna suatu tindakan
sebut mencerminkan mutu pelayanan kesehatan yang dilihat secara komperhensif dan menyulu-
pada rumah sakit. Kesuksesan dari pelayanan ruh (holistic). Hal tersebut dilihat sebagai bagian
gizi yang dilaksanakan tesebut tidak terlepas dari dari keseluruhan proses, sehingga tidak mengu-
berbagai faktor salah satunya adalah faktor petu- rangi kejadian tersebut kedalam variabel – va-
gas gizi dalam memberikan pelayanan. riabel yang kemudian dicari hubunganya secara
Pelayanan gizi juga merupakan bagian pararel.
integral dari pelayanan di rumah sakit termasuk Kedua, instrumen human. Dalam peneli-
di RSUD dr. R Soetrasno. Menurut informasi tian ini, peneliti sendiri yang merupakan instru-

76
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

men penelitian, sehingga dengan empati peneliti but dapat diuraikan sebagai berikut:
dapat menyesuaikan diri dengan realitas, yang
tidak dapat dikerjakan oleh non human, mam- Asesmen/ pengkajian, mengidentifikasi/ diag-
pu menangkap makna dan interaksi bobot nilai. nosis gizi dan merancang intervensi gizi lanjut
(Muhajir, 2006:108) pada pasien rawat inap
Penelitian ini akan lebih terfokus pada, ba- Assemen atau pengkajian merupakan ba-
gaimana kajian materi yang dilakukan oleh pene- gian awal dari proses pelaksanaan asuhan gizi,
liti sebagaimana disebutkan dalam permasalahan proses pengkajian awal dilakukan untuk menge-
yang ada, yaitu untuk mendapatkan gambaran tahui bagaimana kondisi awal pasien yang ma-
peran petugas gizi dalam memberikan pelayanan suk rumah sakit. Setelah pengkajian awal selesai
asuhan gizi kepada pasien rawat inap di RSUD dilakukan penentuan diagnosa yang dilihat dari
dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang, yang ber- keadaan umum, hasil pengukuran antropometri
kaitan dengan aspek : (1). Melakukan asesmen/ dan hasil pengukuran laboratorium. Bagian akhir
pengkajian, mengidentifikasi/ diagnose gizi dan adalah proses intervensi lanjut yang berupa pem-
merancang intervensi gizi lanjut pada pasien ra- berian diet pasien atau pemberian edukasi (Hera-
wat inap, (2). Berkoordinasi dengan dokter, pe- wati dkk, 2014).
rawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksa- Proses pengkajian atau assemen yang baik
naan intervensi gizi, (3). Melakukan monitoring maka akan menentukan proses selanjutnya, ka-
dan evaluasi pasien terhadap intervensi terhadap rena tujuan dari pengkajian atau assesmen ada-
dampak asuhan gizi, (4). Memberikan edukasi, lah menetapkan data dasar tentang kebutuhan,
penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan,
klien/pasiendan keluarganya, (5). Mencatat dan praktek kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup
melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter. yang dilakukan oleh pasien atau klien. Jadi apa-
Untuk menghimpun atau mengumpulkan bila proses pengkajian baik maka langkah selan-
data digunakan teknik observasi dan wawancara jutnya akan baik atau sempurna sesuai dengan
mendalam dengan sumber informasi yang terpi- kebutuhan pasien.
lih (purposive sampling). Purposive sampling adalah Hasil penelitian terkait dengan perlunya
teknik penentukan sampel dengan pertimbangan proses perencanaan disampaikan oleh Ida Siti
tertentu. Teknik sampling ini digunakan pada Nurparida 2011, dengan judul Evaluasi Pelak-
penelitian yang mengutamakan tujuan peneli- sanaan Program Pelayanan Gizi Rumah Sakit
tian daripada sifat populasi dalam menentukan dengan Sistem Outsorcing di RSUD Kabupaten
sampel penelitian. Dengan demikian, yang dapat Sumedang, bahwa ”Terdapat faktor penghambat
menjadi sumber informasi awal dalam penelitian keberhasilan pelayanan gizi di RSUD Sumedang
ini sejumlah 7 orang, yaitu Kepala Instalasi Gizi, dikarenakan salah satu adalah fungsi perenca-
Petugas Instalasi Gizi, Kepala Bidang pelayanan naan, pengorganisasian, pengarahan dan penga-
Penunjang, Perawat pelaksana, Dokter, Petugas wasan kegiatan asuhan gizi belum maksimal”.
Kebersihan dan Pasien, yang ditentukan secara Selain itu, PAGT juga menyebutkan bah-
puposive sampling sesuai dengan kebutuhan data wa tujuan skrining atau pengkajian adalah untuk
penelitian. Pada penelitian ini jumlah informan mengidentifikasi pasien/ klien yang berisiko, ti-
juga dapat bertambah ketika proses penelitian ini dak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kon-
berjalan. Data yang diperoleh dari para respon- disi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan
den dianalisis secara kualitatif. kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriat-
rik, kanker dengan kemoterapi/ radiasi, luka ba-
HASIL DAN PEMBAHASAN kar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis
dan sebagainya (PGRS, 2013:15).
Berdasarkan data hasil penelitian yang ber- Berdasarkan keterangan yang dikemuka-
hasil peneliti kumpulkan baik data yang dipero- kan oleh Kepala Instalasi Gizi RSUD dr R Soet-
leh dari hasil pengamatan langsung oleh peneliti rasno Rembang, pada saat wawancara pada tang-
maupun data yang diperoleh dari hasil wawanca- gal 29 Maret 2016 pukul 12.00 WIB, bahwa :
ra yang dimulai dari informan atau nara sumber,
sehingga didapatkan data yag dimaksud. Kemu- “Pada dasarnya skrining atau peng-
dian langkah selanjutnya peneliti akan mengana- kajian (assesment) awal pasien rawat
lisis data hasil penelitian tersebut, peneliti hanya inap yang masuk kedalam rumah sakit
mengungkapkan data atau informasi yang ber- ini dilakukan di IGD yang melakukan
beda, yaitu yang menjadi permasalahan dalam petugas kesehatan yang bertugas, sete-
implementasi. Pembahasan hasil penelitian terse- lah dilakukan pengkajian yang berupa

77
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

diukur TB, BB, kemudian pasien dila- an mendiagnosa dan intervensi lanjut,
kukan pengkajian lanjut di ruangan. kesemua kegiatan ini kami lakukan
Diruang rawat inilah petugas gizi me- berdasarkan prosedur yang ada. Ka-
nentukan dietnya berdasarkan hasil dang – kadang saya juga melakukan
laboratorium dan diagnosa dokter. koordinasi dan berkomunikasi dengan
Setelah tahap ini petugas gizi bersa- kepala instalasi saya apabila menemui
ma- sama dengan pasien menentukan masalah, pasienya komplaint dengan
diet yang tepat, selanjutnya dilakukan makananan contohnya apabila saya
monitoring dan evaluasi kepada pasien, tidak bisa menyelesaikan saya meng-
hal ini dilakukan sesuai dengan SOP hubungi bu ana (kepala instalasi gizi).
yang ada. Kadangkala kalau menemui Hal tersebut jarang sekali terjadi dan
masalah waktu awal atau proses asu- biasanya pasien yang kelas VIP , pasien
han gizi berlangsung ke pasien petugas yang berpendidikan tinggi dan pasien
gizi melaporakan kepada saya, kemu- yang ekonomi menengah keatas”.
dian saya langsung turun tangan, hal
tersebut biasanya terjadi pada pasien Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
yang mempunyai jabatan atau pasien beberapa informan kunci pada saat pelaksanaan
kelas VIP”. wawancara tersebut diatas, yaitu kepala instala-
si gizi dan dua orang petugas gizi RSUD dr R
Senada dengan apa yang disampaikan pe- Soetrasno Rembang, peran petugas gizi dalam
tugas gizi lain, saat wawancara pada tanggal 31 melakukan asesmen/ pengkajian, mengidenti-
Maret 2016 jam 12.00 WIB, beliau menyampai- fikasi/ diagnosis gizi dan merancang intervensi
kan bahwa : gizi lanjut pada pasien rawat inap masih belum
terlaksana dengan baik karena adanya kendala di
“Identifikasi awal pasien rawat inap lapangan.
dilakukan dengan prosedur yang sudah Kendala- kendala tersebut antara lain, pe-
ditetapkan, diagnosa gizi disesuaikan tugas kesehatan yang ada di Instalasi Gawat Da-
dengan cm dari masing- masing pasi- rurat (IGD) belum melakukan pengkajian awal
en. Pengkajian awal dilakukan semua atau skrining gizi dikarenakan banyaknya jumlah
petugas kesehatan baik dokter, bidan, pasien yang masuk IGD yang tidak memungkin-
perawat atau apoteker ataupun petugas kan dilakukan pengkajian awal sebagai contoh
kesehatan yang pada saat itu berada melakukan pemeriksaan antropometri seperti
di IGD, dan tidak harus petugas gizi pengukuran tinggi badan dan berat badan sehing-
untuk pelaksaanaan skrining awal. ga pengkajian awal terlewati. Data terkait banya-
Pada skrining awal itu biasanya yang knya pasien rawat inap di RSUD dr R Soetrasno
diukur antropometri diantaranya dan dapat dilihat pada grafik 4.1 dibawah ini :
tensi awal, biasanya hal ini terlewatkan Kendala yang lain adalah kondisi pasien
oleh petugas dari IGD. Apabila terjadi yang tidak bisa dikaji karena kondisi yang lemas
kesalahan pada proses pengkajian awal atau tidak memungkinkan sehingga petugas kes-
di IGD kita lakukan lagi diruangan te- ehatan di IGD melakukan kegiatan untuk men-
tapi hal ini jarang terjadi. Pengkajian gatasi kegawatdaruratnya terlebih dahulu sesuai
lanjut kita lakukan di ruangan kemudi- dengan prinsip triage dari pada melakukan asse-

Sumber: Data Rekam Medis RSUD dr. R. Soetrasno Rembang

78
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

men gizi. Setelah penanganan kegawatan selesai yang belum tahu. Dan struktur TTG di
biasanya petugas lupa untuk melakukan asses- RSUD belum ada.”
men gizi kemungkinan menangani masalah lain
atau pasien sudah di pindahkan ke ruang rawat Pernyataan lain oleh tenaga kesehatan yai-
inap. tu perawat ruang paviliun VIP Kartini, yang men-
gatakan bahwa:
Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi,
dan tenaga lain dalam pelaksanaan intervensi “Selama ini petugas gizi melakukan
gizi koordinasi kepada kami perawat secara
Koordinasi merupakan elemen terpenting langsung, belum pernah kami perawat
dalam proses melakukan pekerjaan, koordina- dan petugas gizi duduk bersama rapat
si adalah salah satu bentuk metode komunikasi atau apa istilahnya membahas ten-
yang efektif bagi tenaga kesehatan. Keberhasilan tang gizi pasien. Biasanya petugas gizi
petugas gizi dalam memberikan asuhanya juga datang kemudian membuka catatan
tergantung pada bagaimana proses koordinasi medis kemudian apabila ada hal yang
dengan tenaga kesehatan lain baik dokter, pera- belum diketahui langsung bertanya
wat atau tenaga kesehatan lainnya kepada kami. Dan sebaliknya apabila
Berkoordinasi dengan dokter, perawat, petugas gizi belum menulis dilembar
farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan in- integrasi atau pasien belum diedukasi
tervensi gizi sangatlah penting karena membantu kami langsung mengkomunikasikan
proses kesembuhan pasien dan membantu ker- pada petugas gizi”
ja dari petugas gizi tersebut. Hal ini sesuai yag
disampaikan oleh kepala instalasi gizi, pada tang- Dalam hal berkoordinasi dengan dokter,
gal 29 Maret 2016 pukul 12.00 WIB yaitu: perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelak-
sanaan intervensi gizi, peran petugas gizi mem-
“Peran petugas gizi sangat terbantu berikan asuhan pelayanan gizi pada pasien rawat
apabila tenaga kesehatan lain seper- inap merupakan suatu bagian dari proses asuhan
ti dokter, perawat itu aktif berperan gizi yang baik. Koordinasi yang baik akan meng-
serta. Sebenarnya perlu dibentuk tim hasilkan suatu dampak yang baik juga terhadap
khusus untuk penanganan gizi pasien, pelayanan kesehatan masyarakat, hal ini sesuai
tetapi selama ini belum. Rapat khusus dengan penelitian yang berjudul Evaluasi pelak-
membahas tentang gizi pasien belum sanaan program pelayanan gizi rumah sakit dengan
pernah ada, rapat biasanya satu bulan sistem outsorcing di RSUD Kabupaten Sumedang,
sekali interen dengan petugas gizi atau bahwa terdapat faktor penghambat keberhasilan
rapat instalasi, rapat antar instalasi pelayanan gizi yaitu terbatasnya SDM dan mate-
atau ruangan juga sebulan sekali teta- rial, belum adanya struktur organisasi Tim Terapi
pi tidak membahas masalah gizi akan Gizi (TTG) sehingga tidak jelas dalam pembagi-
tetapi permasalahan global. Selain an tugas, pendelegasian wewenang dan koordina-
dukungan dari tenaga kesehatan lain si ditambah dengan kurangnya komunikasi, dise-
dukungan dari jajaran struktural juga minasi, supervisi, monitoring dan evaluasi untuk
mendukung semisal tentang anggaran kegiatan asuhan gizi pasien di ruangan (Ida Siti
untuk instalasi gizi” Nurparida, 2011).
Karena dalam pelaksanaan intervensi gizi
Senada pernyataan yang lain yaitu wa- hampir terlaksana dengan baik. Paling banyak
wancara tanggal 1 April 2016 pukul 11.00 yang petugas gizi berkoordinasi dengan perawat diban-
disampaikan oleh petugas gizi . adalah sebagai dingkan berkoordinasi dengan dokter, hal terse-
berikut : but terjadi karena perawat yag berada diruangan
selama 24 jam menemani pasien dibandingkan
“saya sering melakukan koordinasi dengan dokter hanya datang ketika melakukan
dengan petugas kesehatan lain terkait visite saja, maka petugas gizi tidak ketemu den-
dengan diet pasien biasanya sayame- gan dokter. Selain hal tersebut belum adanya
lakukan dengan perawat ruangan. Ko- struktur TTG (Tim Terapi Gizi) yang jelas mem-
laborasi itu perlu dan seharusnya ada buat tenaga kesehatan lain kurang berkontribusi
stuktur organisasi sesuai TTG tetapi ke- terhadap pelayanan gizi pasien rawat inap selain
banyakan tenaga kesehatan lain belum kurang berkontribusi TTG penting untuk men-
mengetahuinya apalagi dokter banyak tukan kegiatan rutin seperti rapat atau seminar

79
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

yang terkait perkembangan ilmu gizi yang terba- bersisa 50,8 % (Leistra dkk, 2009; Fatimah dkk,
ru. 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaku-
Monitoring dan evaluasi pasien terhadap inter- kan oleh Ellizabet (2011) pada 58 orang pasien
vensi terhadap dampak asuhan gizi rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
Proses melakukan monitoring dan evaluasi 2011 menunjukkan bahwa rata-rata sisa maka-
pasien terhadap intervensi terhadap dampak asu- nan yang ada di Rumah Sakit Haji Jakarta men-
han gizi dalam menunjukan peran petugas gizi capai 20,27%. Nilai tertinggi sisa makanan yang
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi pada ditinggalkan oleh responden adalah 57,94%
pasien rawat inap. Monitoring dapat diartikan se- Data pendukung terkait makanan sisa dari
bagai pengumpulan dan analisa data secara rutin dokumen instalasi gizi pada bulan Februari 2016
untuk mengetahui kemajuan kegiatan dan me- dari sasaran mutu sisa makanan yang tidak di-
mastikan kesesuaian terhadap standar yang telah makan oleh pasien dari jumlah sempel 50 orang
ditetapkan. Sedangkan Evaluasi dapat didefinisi jumlah yang tidak habis nasi sebanyak 3 orang,
sebagai penilaian yang sistematis dan sesubyektif lauk 3 orang dan sayur 3 orang dengan penca-
mungkin terhadap kegiatan yang sedang berjalan paian target < 20 %. Maka indikator kurang dari
atau telah selesai. (Markas PMI, 2014). 20% makanan sisa menurut standar dinyatakan
Dalam melaksanakan tugas sebagai petu- baik karena tidak lebih dari 30%. Hasil pengama-
gas gizi monitoring dan evaluasi dilakukan, akan tan yang dilakukan peneliti di ruang perawatan
tetapi kegiatan monitoring dan evaluasi belum ruang VIP Kartini pada tanggal 2 April 2016 dari
terlaksana secara komperhensif hal tersebut di 13 tempat tidur yang tersedia semua makanan
sesuai pernyataan dari perawat, sebagai berikut: yang disajikan hampir semua makanan habis ter-
makan pasien.
“...kegiatan monitoring dan evaluasi Dari informasi di atas makan dapat ditarik
yang dilaksanakan oleh petugas gizi kesimpulan peran petugas gizi dalam memberi-
sepengetahuan saya belum berjalan kan pelayanan asuhan gizi pada pasien rawat inap
dengan baik. Contohnya ketika pasien aspek melakukan monitoring dan evaluasi pasien
yang tidak menghabiskan makan atau terhadap intervensi terhadap dampak asuhan gizi
pasien yang membawa makanan dari adalah masih belum dilaksanakan secara optimal
luar petugas gizi belum melakukan pe- hal tersebut terjadi karena proses monitoring dan
neguran, tapi hal tersebut dicatat oleh evaluasi tidak melibatkan tenaga kesehatan lain.
tenaga gizi yang menyajikan makanan
di ruangan. Tetapi pada kasus tertentu Pemberian edukasi, penyuluhan, motivasi, dan
kadang kami perawat berinisiatif un- konseling gizi pada klien/ pasien dan keluarg-
tuk menghubungi petugas gizi untuk anya
memperhatikan asupan makanan pasi- Edukasi atau penyuluhan kesehatan dapat
en dan kita sebagai perawat juga mem- didefinisakan sebagai upaya persuasi atau pem-
berikan motifasi kalau pasien tidak belajaran kepada masyarakat atau pasien agar
makan makanan dari rumah sakit, itu masyarakat atau pasien mau melakukan tinda-
semua sudah tugas perawat” kan- tindakan untuk memelihara, dan mening-
katkan taraf kesehatannya. (Notoatmodjo, 2010;
Salah satu indikator monitoring dan evalu- Leistra dkk, 2009)
asi adalah mengenai makanan sisa yang dimakan Pemberian edukasi penyuluhan, motivasi,
pasien. Petugas gizi menyebutkan makanan sisa dan konseling gizi pada klien/pasien dan kelu-
tidak ada atau sangat sedikit sekali sesuai den- arganya sangatlah penting karena hal ini meru-
gan data pendukung yang menyebutkan bahwa pakan salah satu cara untuk mempercepat proses
makanan sisa dari sampel yang diambil > 20 %. kesembuhan pasien. Selain itu edukasi penting
Hasil tersebut dikatakan tidak ada sisa makanan. sebagai bekal pasien ketika pulang dari rumah
Sisa makanan adalah jumlah makanan sakit untuk kelanjutan proses penyembuhan dan
yang tidak dimakan oleh pasien dari yang disaji- supaya penyakit yag diderita tidak kambuh lagi
kan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya. atau tidak semakin parah (Fatimah dkk, 2007;
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nida Murti 2006).
(2011) di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, ra- Terkait dengan pemberian edukasi, peny-
ta-rata sisa makanan pasien bersisa banyak (> 25 uluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/
%) pada jenis makanan sayur yaitu sebesar 67,8 pasien dan keluarganya disampaikan oleh salah
%, lauk hewani bersisa 52,2 % dan lauk nabati satu dokter yaitu yang diwawancarai pada tang-

80
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

gal 4 April 2016 pukul 10.00, yaitu : gan jumlah tenaga gizi. Sesuai dengan perhitun-
gan dari Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
“Sebagai dokter dan petugas kesehatan 81/Menkes/I/ 2004 tentang Pedoman penyusu-
sudah kewajibanya untuk memberikan nan Sumber daya manusia kesehatan di tingkat
edukasi, penyuluhan dan motivasi ke- Provinsi, Kabupaten/ Kota dan rumah sakit ada-
pada pasien semua hal yang menyang- lah sebagai berikut:
kut kesehatan pasien atau penyakitnya Ratio tenaga ahli gizi : konsumen = 1 : 40
salah satu contonya pemberian eduka- Hari pelayanan 7 hari/ miggu, hari kerja efektif
si kepada pasien. Saya sebagai dokter 6 hari / minggu
ketika melalukan visite, selain menje- Koreksi faktor cuti = 0,2
laskan kepada pasien mengenai proses Jam kerja = 7 jam / hari dan istirahat 1 jam ( jam
perkembangan penyakitnya saya juga kerja efektif 6 jam)
memberikan informasi terkait gizi pasi- Maka dapat dihitung dengan jumlah konsumen
en, diet pasien dan lain- lain. Motifasi 295 tempat tidur adalah sebagai berikut:
juga saya berikan kepada pasien agar Ratio 1 : 40 , 295/40 orang = 7,4 orang
segera pulih dari sakitnya”. Koreksi faktor hari kerja:
7/6 hari x 7,4 orang = 8,6 orang
Ungkapan pernyataan tersebut juga Koreksi cuti atau libur:
sama yang dikemukakan oleh perawat ruang dah- 8,6 orang + ( 0,2 x 8,6 ) = 10,32 orang
lia sebagai berikut : Koreksi istirahat 1 jam:
7/6 x 10,32 orang = 12,04 orang
“... salah satu fungsi perawat adalah Maka kebutuhan tenaga ahli gizi adalah 12
memberikan edukasi kepada pasien , orang, sedangkan jumlah ahli gizi yang tersedia 7
saya biasanya memberikan edukasi ke orang, jadi kurang 5 orang.
pasien mengenai diet gizi lewat diskusi
saja, saya tidak menggunakan alat ban- Pencatatan dan pelaporan hasil asuhan gizi
tu seperti leaflet, brosur lembar balik kepada dokter atau tenaga kesehatan lain
dan lain- lain, kalau petugas gizi bia- Mencatat dan melaporkan merupakan
sanya yang memebrikan leaflet kepada bukti secara otentik hasil kinerja dari pekerjaan
pasien mengenai dietnya” yang dikerjakan. Mencatat dan melaporkan hasil
asuhan gizi kepada dokter atau petugas keseha-
Informasi yang diperolah dari hasil wa- tan lain merupakan salah satu peran petugas gizi.
wancara dan observasi dapat diketahui bahwa Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi
peran petugas gizi dalam memberikan edukasi, merupakan bentuk pengawasan dan pengenda-
penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada lia mutu pelayanan dan komunikasi (Dewi dkk,
klien/ pasien dan keluarganya pada prinsipnya 2015; Hanafiah, 2011).
sudah berjalan baik tetapi belum maksimal be- Disampaikan oleh salah satu petugas gizi
lum semua pasien mendapatkan pelayanan ini pada wawancara yang dilaksanakan pada tanggal
karena banyak kendala yang disebabkan salah 1 April 2016 pukul 11.00, sebagai berikut :
satunya tidak imbangnya antara petugas gizi
dengan jumlah pasien dan perbandingan jumlah “ ... pencatatan saya lakukan pada
pasien atau tempat tidur dengan jumlah tenaga format lembar integrasi pada cacatan
kesehatan khususnya petugas gizi. Data dari pro- medis pasien, selai itu saya punya buku
fil RSUD dr R Soetrasno Tahun 2015 menyebut- catatan sendiri. Kadang saya menemu-
kan bahwa jumlah tenaga kesehatan secara kese- kan hal yang janggal dan saya langsung
luruhan + 550 tenaga, dan petugas gizi hanya 7 bertanya pada perawat kalau itu dari
orang dengan perbandingan jumlah tempat tidur dokter saya bertanya pada dokter lang-
adalah 295. sung kalau tidak saya titipkan pesan
Dalam hal ini peran petugas gizi dalam kepada perawat”.
memberikan pelayanan asuhan gizi kepada pa-
sien rawat inap khususnya memberikan edukasi, Ditemui ditempat terpisah perawat ruang
penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada dahlia menyampaikan bahwa:
klien/ pasien dan keluarganya di RSUD dr. R
Soetrasno Rembang belum sesuai dengan hara- “ Apabila petugas gizi telah selesai mela-
pan (Nurlaela dkk, 2006; Herawati dkk, 2014). kukan kegiatan kepada pasien biasanya
Jumlah pasien yang banyak tidak sebanding den- mereka langsung menulis pada lebar

81
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

integrasi yang ada. Kadang kala ka- tugas gizi dalam mencatat dan melaporkan hasil
lau ada sesuatu yang dianggap penting asuhan gizi kepada dokter atau tenaga kesehatan
petugas gizi melaporkan kepada kami lain berjalan dengan baik sebagai bukti adalah
perawat untuk ikut mengawasinya se- petugas gizi menuliskan intervensi pada catatan
bagai contoh pasien diet khusus seperti medis dan dibaca oleh tenaga kesehatan lain.
diabetes mellitus, hipertensi, gizi buruk,
kami sebagai perawat ikut mengawasi UCAPAN TERIMA KASIH
asupan makanan yang dimakan”
RSUD dr. R Soetrasno Rembang sebagai
Dari informasi hasil wawancara diatas da- tempat penelitian.
pat diketahui bahwa peran petugas gizi dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi pada pasien DAFTAR PUSTAKA
rawat inap aspek mencatat dan melaporkan hasil
asuhan gizi kepada dokter atau tenaga kesehatan Ariefuddin MA. 2007. Analisis Sisa Makanan Lunak
lain sudah berjalan dengan baik sebagai bukti Rumah Sakit pada Penyelenggaraan Makanan
pada lembar integarasi pada catatan medis pasi- Dengan Sistem Outsourcing Di RSUD Gunung Jati
Cirebon [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah
en diisi oleh tenaga gizi dan dibaca oleh tenaga
Mada.
kesehatan yang lain.
Disamping itu, dokumentasi atau rekam Dewi M., Diah H., Anggun R., Ahmad Y. 2015.
medis merupakan hal yang berkas penting yang Analisis Pelayanan Gizi Rumah Sakit dengan
berisi catatan dan dokumen identitas pasien, ha- Pendekatan Health Technology Assessement
sil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan (HTA). Jurnal Sistem Kesehatan, 1 (2): 97-105.
serta tindakan dan pelayanan lain yang telah di-
berikan kepada pasien. Rekam medis sangat pen- Ellizabet, L. U. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Pasien
ting dalam pelayanan bagi pasien karena selain
Rawat Inap Rumah Sakit Haji Jakarta 2011.
dapat memberikan informasi untuk menentukan [Skripsi] Univerrsitas Syarif Hidayatullah Ja-
keputusan dalam pengobatan, penanganan, serta karta.
tindakan medis, tetapi juga mempunyai peranan
yang sangat penting dalam aspek hukum dima- Fatimah S, Tjahyono K, Toto C. 2007. Pengaruh Ku-
na rekam medis dapat menjadi alat bukti tertulis liner Juru Masak Terhadap Mutu Makanan
untuk menyelesaikan perkara hukum. Bila dite- Pasien di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo
lusuri lebih jauh, rekam medis mempunyai aspek Makassar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia; 4(2): 87-
hukum kedisiplinan dan etik petugas kesehatan, 91.
kerahasiaan, keuangan, mutu serta manajemen
Herawati, Triwahyu, Alamsyah. 2014. Metode Skrin-
rumah sakit, audit medik, dan memiliki banyak ing Gizi di Rumah Sakit MST Lebih Efektif di-
kegunaan untuk berbagai macam kepentingan abdingkan SGA. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
(Ariefuddin, 2007; Wiliam dan Walton, 2011, 28 (1).
Purwandari dan Maharani, 2015)
Leistra E, Neelemaat F, Evers AM, van Zandvoort MH,
SIMPULAN Weijs PJ, van der van Bokhorst-de Schueren
MA, et al: 2009. Prevalence of undernutrition
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh in Dutch hospital outpatients. European Journal
Internal Medicine, 20(5):509–513.
simpulan bahwa petugas gizi belum melakukan
asesmen/ pengkajian, mengidentifikasi/ diagno- Murti, B. 2006. Contracting Out pelayanan kesehatan
sis gizi dan merancang intervensi gizi lanjut pada sebuah alternatif solusi keterbatasan kapasi-
pasien rawat inap belum secara optimal dikare- tas sektor publik. Surakarta: Jurnal manajemen
nakan dua hal, pertama banyaknya jumlah pasi- pelayanan kesehatan, 9 (3).
en yang masuk instalasi gawat darurat dan kon-
disi pasien yang gawat sehingga proses assesmen Nurlela I, Tjahyono K, Toto C. 2006. Pengaruh Pela-
terlewatkan. tihan Asuhan Gizi dalam Meningkatkan Kin-
erja Ahli Gizi Ruang Rawat Inap di RSUD Dr.
Disamping itu petugas gizi belum mak-
Soetomo Surabaya. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
simal dalam memberikan edukasi memberikan 3(2): 85-90.
edukasi, penyuluhan, motivasi, dan konseling
gizi pada klien/pasien dan keluarganya, hal terse- Nurparida, I.S..2011. Evaluasi Pelaksanaan Program
but dikarenakan tidak imbangnya antara petugas Pelayanan Gizi Rumah Sakit dengan Sistem
gizi dengan jumlah pasien. Akan tetapi peran pe- Outsorcing di RSUD Kabupaten Sumedang.

82
Anggara D. Sulistiyanto, Oktia W. K. Handayani, dan Eunike R. Rustiana / Unnes Journal of Public Health 6 (2) (2017)

Jurnal PPs Univ. Padjadjaran Bandung. (diunduh onal (JKN) 2014 di Kabupaten Brebes. Unnes
14 April 2016). Journal of Public Health, 4(2) : 84-91.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas. Sura-
baya: Airlangga University.
Williams P, Walton K. 2011. Plate Waste in Hospi-
Purwandari, S.I. dan Maharani C. 2015. Analisis Si- tals and Strategies for Change. The European
kap Pekerja Informal non PBI Yang Belum E-Journal of Clinical Nutrition and Metabolism,
Terdaftar Program Jaminan Kesehatan Nasi- 6(6):235-41.

83

Anda mungkin juga menyukai