Teknik Operasi Jenis Luka KLMPK 2a
Teknik Operasi Jenis Luka KLMPK 2a
OLEH :
KELOMPOK II
KELAS A
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Teknik Operasi Jenis-
Jenis Luka/Vulnus”. Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari
beberapa jurnal. Adapun penyusunan paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Bedah Khusus Veteriner.
Penyusunan paper ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan
partisipasi dari semua pihak. Untuk itu izinkan kami menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dan mendukung pembuatan paper ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam paper ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan. Untuk itu kami berharap adanya kritik yang membangun untuk perbaikan
paper ini. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Akhir
kata, kami berharap paper ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Hormat kami,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk mengetahui teknik anestesi yang tepat untuk operasi jenis-jenis
luka/vulnus.
4. Untuk mengetahui persiapan sebelum operasi jenis-jenis luka/vulnus.
5. Untuk mengetahui teknik operasi jenis-jenis luka/vulnus.
6. Untuk mengetahui tindakan pascaoperasi jenis-jenis luka/vulnus.
1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai
teknik operasi jenis-jenis luka/vulnus, agar nantinya dapat digunakan sebagai bekal di
dunia lapangan kerja sebagai dokter hewan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi
Luka atau vulnus merupakan rusak atau hilangnya kontinuitas/kesatuan jaringan
tubuh yang disebabkan karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem
perlindungan tubuh. Luka dapat terjadi karena adanya trauma yang berasal dari luar
atau dari dalam tubuh. Penyebab luka ada berbagai macam, yaitu: trauma mekanis
(tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur, terjepit); trauma elektrik (sengatan
listrik, sambaran petir); dan trauma termis karna suhu terlalu panas (vulnus lombustum),
suhu dingin (vulnus longolationum). Beberapa reaksi yang muncul jika terjadinya luka,
yaitu: hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ; respon stres simpatis; pendarahan
dan pembekuan darah; kontaminasi bakteri dan kematian sel. Luka juga dapat
menyebabkan nyeri yang intensitasnya dipengaruhi oleh objek yang menyebabkan luka
dan inervasi pada bagian tubuh yang mengalami luka. Menurut Karakata & Bachsinar
(1995), luka dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam jenis berdasarkan
mekanisme terjadinya luka, waktu penyembuhan luka, tingkat kontaminasi luka dan
kedalaman serta luasnya luka.
2.1.1 Berdasarkan Mekanisme Terjadinya Luka
a. Luka Tertutup (Close Wound), yaitu luka yang terjadi dibawah kulit sehingga
tidak terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Terdiri dari :
1. Luka memar (vulnus contusum) : luka yang disebabkan oleh dorongan
benda tumpul, sehingga menyebabkan cidera pada bagian dalam tubuh
(hematoma dan pembengkakan).
2. Luka trauma (vulnus traumaticum) : luka yang terjadi di dalam
tubuh, tetapi tidak tampak dari luar.
b. Luka Terbuka (Open Wound), yaitu luka yang terpapar oleh udara karena
adanya kerusakan pada kulit tanpa atau disertai kerusakan jaringan di bawahnya.
Terdiri dari :
1. Luka lecet (vulnus excoriatio) : luka yang mengenai lapisan kulit
paling atas/luar (epidermis) dan sangat dangkal yang disebabkan oleh
gesekan kulit dengan permukaan yang kasar.
3
2. Luka robek (vulnus laceratum) : luka yang disebabkan oleh trauma
benda tumpul. Tepi luka biasanya tidak teratur dan sebagian dari
jaringan umumnya hilang.
3. Luka insisi atau luka sayat (vulnus scissum/incisivum) : luka yang
terjadi karena teriris oleh benda yang tajam dan rata seperti silet atau
pisau. Tepi luka tampak teratur. Misalnya luka operasi.
4. Luka tusuk (vulnus punctum) : luka yang disebabkan oleh benda
runcing yang menusuk kulit, misalnya jarum atau paku. Luka ini
termasuk ke dalam luka kecil, tetapi bisa menjadi sangat dalam.
5. Luka tembak (vulnus sclopetorum) : luka karena peluru dari tembakan
senjata api.
6. Luka gigitan (vulnus morsum) : luka yang terjadi akibat gigitan hewan
atau manusia. Bentuk luka tergantung dari bentuk dan susunan gigi yang
menggigit. Kedalaman luka menyesuaikan dengan gigitan
hewan/manusia tersebut.
7. Luka bakar (vulnus combustio) : luka yang terjadi karena kontak
dengan api atau benda panas lainnya, zat kimia, terkena radiasi, aliran
listrik atau petir.
2.1.2 Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka Akut, yaitu luka baru yang terjadi secara mendadak dan sembuh sesuai
dengan waktu yang diperkirakan. Contohnya : luka tusuk, luka bakar, luka
sayat, serta luka operasi yang dibuat oleh ahli bedah.
b. Luka Kronis, yaitu luka yang berlangsung lama atau timbul kembali karena
terdapat kegagalan dalam proses penyembuhan luka tersebut. Keadaan tepi
lukanya tidak dapat diperkirakan dengan baik, sehingga risiko infeksinya
meningkat. Contohnya : luka bakar, ulkus venous, ulkus diabetic.
2.1.3 Berdasarkan tingkat kontaminasi luka
a. Luka bersih (Clean Wounds), yaitu luka bedah tidak terinfeksi dan tidak
terdapat inflamasi. Biasanya dijahit tertutup dan kemungkinan relatif infeksi
luka adalah 1% sampai 5%.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contaminated Wounds), yaitu luka
pembedahan dalam kondisi terkontrol dan kontaminasinya tidak selalu terjadi.
Kemungkinan relatif infeksi luka adalah 3% sampai 11%.
4
c. Luka terkontaminasi (Contaminated Wounds), yaitu luka terbuka, masih
segar, dan terdapat inflamasi akut, nonpurulen. Kemungkinan relatif infeksi
luka adalah 10% sampai 17%.
d. Luka kotor atau infeksi (Dirty/ Infected Wounds), terdapatnya
mikroorganisme pada luka. Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini
akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut, biasanya lebih
dari 27%.
2.1.4 Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah
luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness”. Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan
kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini adalah hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat
meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka
ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan di sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini adalah luka yang telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan
yang luas.
2.2 Indikasi
Tindakan operasi pada luka/vulnus biasanya dilakukan apabila terjadi kerusakan,
luka robek, atau pemisahan jaringan pada kulit yang disebabkan karena adanya trauma
mekanis (tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur, terjepit); trauma elektrik
(sengatan listrik, sambaran petir); trauma termis karna suhu terlalu panas (vulnus
lombustum), suhu dingin (vulnus longolationum); trauma kimiawi dengan atau tanpa
disertai pendarahan.
2.3 Preoperasi
5
menyiapkan ruang operasi sebelum dilakukannya tindak pembedahan, ruangan harus
difogging ( pengabutan ) yaitu penyemprotan larutan desinfektan dengan suatu alat
semprot sehingga tercapai kontak optimal. Dinding dan lantai dibersihkan dengan
bahan desinfektan. Selain itu pengaliran air ke ruangan bedah harus tetap dalam
keadaan lancar dan telah diklorinasi (Sidqi, 2002). Kemudian ruang operasi dibersihkan
dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi
dengan alkohol 70%. Begitu juga dengan alat alat bedah yang akan digunakan. Alat alat
bedah terlebih dahulu disterilisasi. Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk
menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang
steril atau pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi.
Adapun beberapa tahapan yang harus dilalui oleh pasien atau hewan yang akan
dioperasi yaitu pertama tama pasien yang akan dioperasi dilakukan
signalemen,anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan operasi, hewan
dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu teranastesi.Setelah
teranestesi, pasien ditempatkan pada posisi lateral recumbency. Hewan atau pasien
disiapkan secara aseptik, bulu disekitar daerah perlukaan dibersihkan/ dicukur.
Kemudian dilakukan pemasangan ETT dan dilakukan pemasangan intravena kateter
untuk infus lactat ringer. Sebagai pelaku tindak bedah, persiapan perlengkapan operator
dan asisten juga sangat penting. Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten
adalah masker, penutup kepala dan sarung tangan (glove) serta menggunakan pakaian
steril khusus operasi. Hal tersebut demi keselamatan operator dan asisten apabila dalam
proses pembedahan ditemukannya virus ataupun penyakit yang menular.
2.4 Anestesi
Pada prosedur bedah operasi premedikasi yang digunakan yaitu atropin sulfate
sebanyak 0,5 ml secara subkutan (dosis terlampir). Setelah 10 menit, kemudian di
anestesi menggunakan kombinasi xilazine dan ketamine dengan jumlah pemberian
anestesi masing-masing 0,2 ml xilazine dan 0,6ml ketamine secara intramuskuler.
2.5 Operasi
6
2. Vulnus Scissum (Luka sayat)
Pertama-tama hewan dibius lokal dan rambut disekitar tepi luka dicukur
sampai bersih. Apabila di dalam luka terakumulasi nanah, lakukan insisi seperlunya
pada permukaan luka dan dikeluarkan nanah dengan cara di tekan hingga dipastikan
bersih dari nanah.Luka dibersihkan dengan cairan perhydroldan irigasi luka dilakukan
dengan cairan NaCl fisiologis steril memakai spuit yang disemprotkan ke arah luka,
untuk membersihkan debris mikroskopis.Jahit luka dengan benang non absorable pola
simple interupted.
Pertama-tama hewan dibius lokal dan rambut disekitar tepi luka dicukur sampai
bersih. Fiksasi benda yang tertancap pada tubuh korban dengan menggunakan pembalut
penekan atau pembalut cepat yang salah satu sisinya digunting sebagai pengkait benda
yang tertancap. Amati kedalaman luka tusuk, apabila tusukan tidak terlalu dalam maka
hanya diberikan antiseptik dan dibiarkan luka terbuka.
7
Sedangkan jika luka tusukan dalam dan terjadi perdarahan hebat maka lakukan
ligasi pembuluh darah yang terpotong dan penutupan jaringan dengan jahitan pada otot
dengan benang absorable pola simple interupted dan bagian subkutan hingga kulit
dengan benang non absorable pola simple interupted.
Pertama-tama hewan dibius lokal dan rambut disekitar tepi luka dicukur sampai
bersih. Pembilasan luka dengan menggunakan NaCl dan sterilisasi luka menggunakan
yodium povidium 1%, klorheksidin 0,5%, yodium tincture 3% dan alkohol 70%.
Pembersihan luka bertujuan untuk membersihkan luka dari kotoran, benda asing,
jaringan mati dan pinggir kulit terutama agen patogen dalam saliva hewan yang
mengakibatkan luka gigit (Andras Fekete dan Lajos Zsiros, 2005). Lakukan penutupan
luka pada otot dengan benang absorable pola simple interupted dan bagian subkutan
hingga kulit dengan benang non absorable pola simple interupted.
Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan luka dibawah air mengalir
tujuannya untuk memindahkan kalor, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah.
Bila terbentuk bula dapat dibedah. Kemudian perawatan luka terbuka dengan tetap
8
menjaga sterilitas karena luka ini sangat mudah terinfeksi dan pastikan keseimbangan
cairan dalam tubuh pasien harus tetap dipantau.
Pertama-tama kompres luka dengan dengan air dingin yang akan menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah, sehingga akan memampatkan pembuluh darah yang
robek. Kemudian luka dibersihkan dengan antiseptik. Apabila luka dalam keadaan
terbuka perlu dilakukan penjahitan.
9
Gambar 7. Pada kulit anjing terdapat hematoma yang merupakan salah satu jenis
lukatertutup, dimana kerusakan jaringan di bawah kulit disertai perdarahan.
9. Luka Terbuka
A. Luka gigitan: Pada ular Phyton reticulatus (Puspo Kajang)
Pasien dianastesi dengan anastesi umum, lalu baringkan pada posisinya. Lalu luka
dibersihkan menggunakan NaCl fisiologis, antiseptik, antibiotik (nebasetin powder)
kemudian dijahit dengan pola terputus sederhana dengan menggunakan benang silk.
Pasien diananstesi dengan anastesi umum, lalu dibaringkan pada posisi lateral
recumbency. Luka pada tubuh pasien dibersihkan dengan menggunakan larutan NaCl
10
fisiologis. Setelah dibersihkan dilakukan identifikasi bagian kulit yang akan dielevasi
dan ditransposisi.
Kulit diinsisi pada bagian lateral dan medial dimulai dari bagian proksimal siku.
Kulit bagian lateral dielevasikan dan ditransposisikan ke bagian cranial luka. Lalu
dilakukan pertautan kulit menggunakan benang 4/0 monofilament nylon dengan pola
jahitan simple interrupted.
Gambar 10. Gambar a dan b menunjukkan penentuan posisi insisi dan banyaknyakulit yang
dapat dielavasi dan ditransposisi.
Gambar 11. Anjing Greyhound betina berumur 10 tahun, dengan luka terbuka
selebar 20cm.
Gambar 12. Insisi lateral dan medial dimulai dari bagian proximal siku.
11
Gambar 13. Ilustrasi insisi : a). Insisi lateral dan medial. b). Elevasi dan transposisis insisi
lateral ke arah cranial luka. c). Kulit disatukan.
2.6 Pascaoperasi
12
2. Memberi obat.
Pemberian obat disesuaikan dengan keperluan terhadap jenis-jenis luka atau
vulnus tersebut. Obat-obatan yang biasanya diberikan pada saat setelah tindakan
operasi jenis-jenis luka atau vulnus yaitu antibiotik. Setelah operasi dilakukan
penyuntikan antibiotik Betamox® untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Untuk
perawatan pasca operasi dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral yakni
amoxicillin. Antibiotik diberikan selama 5 hari yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka bekas operasi yang disebabkan oleh bakteri. Obat anti
inflamasi juga dapat diberikan. Obat anti inflamasi (anti radang) adalah suatu golongan
obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan
anti inflamasi (anti radang). Antiinflamasi yang biasanya digunakan yaitu antiinflamasi
carprofen 2.2 mg/kg diberikan 2 hari sekali selama 5 hari.
3. Perawatan Jahitan
Dalam perawatan jahitan, dokter hewan harus sering memonitoring atau
mengawasi pasien anjing/kucing serta sering mengganti balutan yang menutupi luka
jahitan. Pengangkatan jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi.
Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, dan adanya infeksi. Biasanya luka yang
memerlukan jahitan, jahitan baru diangkat setelah 10 hari pascaoperasi atau menunggu
luka tertutup dengan baik.
4. Membatasi Pergerakan Pasien
Untuk membatasi pergerakan pasien (hewan) setelah operasi, hewan
diistirahatkan dengan cara dikandangkan sehingga proses kesembuhan dapat berjalan
lebih cepat.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka atau vulnus merupakan rusak atau hilangnya kontinuitas/kesatuan jaringan
tubuh yang disebabkan karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem
perlindungan tubuh. operasi pada luka/vulnus biasanya dilakukan apabila terjadi
kerusakan, luka robek, atau pemisahan jaringan pada kulit yang disebabkan karena
adanya trauma mekanis,trauma elektrik ,trauma termis karena suhu terlalu panas dan
suhu dingin,trauma kimiawi dengan atau tanpa disertai pendarahan. Anestesi
menggunakan kombinasi xilazine dan ketamine.Teknik operasi dilakukan sesuai dengan
jenis luka pada pasien.pascaoperasi pada hewan dilakukan dengan melindungi luka
dapat dilakukan dengan cara membalut luka,memberikan obat yang disesuaikan dengan
keperluan terhadap jenis-jenis luka atau vulnus tersebut, sering memonitoring atau
mengawasi pasien anjing/kucing serta sering mengganti balutan yang menutupi luka
jahitan dan juga membatasi pergerakan pasien (hewan) setelah operasi.
3.2 Saran
Dalam melakukan operasi jenis-jenis luka/vulnus disarankan untuk
memperhatikan metode atau teknik operasi yang digunakan agar dapat mengurangi
infeksi pasca pembedahan.
14
DAFTAR PUSTAKA
András Fekete, Lajos Zsiros. 2005. Analysis and post-exposure management of mammalian
bite injuries in the Hungarian Central Military Hospital, 1995–2005.
Gorda, I. W. 2016. Vulnus Morsum Pada Kucing Lokal. Studi Kasus. Universitas Udayana,
Denpasar
Rahardjo, Pudji. 2016. Vulnus Sclopetorum Pada Anjing Lokal. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana : Denpasar.
Sidqi,N.A. 2011. Pengaruh Dosis Dewsinfektan Terhadap Penurunan Angka Kuman Pada
Lantai Ruang Kenanga di RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto
Sudisma Ngurah,dkk. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Universitas Udayana.
Denpasar.
15