Anda di halaman 1dari 28

KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN PERKOTAAN DAN

PEDESAAN LAPORAN INSPEKSI PENILAIAN RUMAH SEHAT

Dibuat Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan
Pemukiman
Dosen Pengampu : Icca Stella Amalia, SKM., MPH

PENYUSUN

Nita Agustina Sari CMR0180051

Peminatan Kesehatan Lingkungan

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

KUNINGAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapih.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kuningan, November 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah perumahan telah diatur dalam undang-undang pemerintahan tentang

perumahan dan pemukiman No.4/1992 Bab III pasal 5 ayat I yang berbunyi “Setiap

warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau

memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan

yang optimum. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang

harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung

penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit

berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian

di Indonesia. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan

kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009).

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan

jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya

kerja atau daya produktif seseorang. Timbulnya permasalahan kesehatan di

lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan

ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan

keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).


B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, rumusan masalah adalah sebagai

berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Rumah Sehat ?

2. Bagaimana hasil cakupan rumah sehat di rumah atau tempat tinggal ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Pengamatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan perencanaan tindak

lanjut rumah sehat di dalam rumah masing-masing mahasiswa, sebagai salah satu

syarat penilaian mata kuliah Kesehatan Lingkungan Pemukiman, Perkotaan dan

Pedesaan.

2. Mengetahui apa itu Rumah Sehat.

3. Mengetahui bagaimana hasil cakupan rumah sehat di tempat tinggal ?

D. Manfaat

1. Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang

cakupan rumah sehat di dalam rumah tangga.

2. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat

mengenai kriteria rumah sehat, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Rumah Sehat

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi

tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah

keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi

bagian dari gaya hidup manusia.

Sedangkan pengertian Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna

baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit

dan kelemahan (kecacatan). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan

cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap

penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar

dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat

dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat,

sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial

(Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan (2010) yang dikutip dari

Azwar, rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk

beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani

maupun sosial.
a. Kriteria Rumah Sehat Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat

yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :

 Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai

tempat istrahat.

 Mempunyai tenpat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan

kamar mandi.

 Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

 Bebas dari bahan bangunan berbahaya.

 Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya

dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.

 Member rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

b.Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat

(Depkes RI, 2007).

 Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan

khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masingmaing penghuni.

 Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,

bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,

cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari

pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.


 Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis

sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan

kecelakaan di dalam rumah.

c. Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham

Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :

• Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara

atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya temperatur udara

dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara

luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah

cukup segar.

• Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya

matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya

(penerangan buatan). Semua penerangan ini 4 harus diatur sedemikian rupa

sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.

• Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran

udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari

luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka

dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10%

dari luas lantai.


• Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras

dan tidak terlalu sedikit.

• Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang

berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung

maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul

antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan

mental seperti mudah marah dan apatis.

• Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk

anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan

bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan

lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau

tempat lain yang membahayakan.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :

• Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya ruangan

khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur

untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih

diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10

tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-

anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.

• Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga,

dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang

tuannya.
• Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang

memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan

orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin.

 Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi

lalu lintas dalam ruangan.

• W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan

terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila

terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena

harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka

seperti sungai atau kebun.

• Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman

bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan

bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

c. Mencegah penularan penyakit, yang meliputi :

• Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan

• Bebas dari kehidupan serangga dan tikus

• Pembuagan sampah

• Pembuangan air limbah.

• Pembuangan Tinja

• Bebas pencemaran makanan dan minuman.

d. Mencegah terjadinya kecelakaan yaitu rumah harus dibangun sedemikian rupa


sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau

kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh,

tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-

alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni,

terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC,

2006; Sanropie, 1991).

2.2. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), lingkup

penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana

sanitasi dan perilaku penghuni.

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela

kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana

pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan

kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan

sampah.

3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,

membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,

membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada

tempat sampah.

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah

sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999


tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

1. Bahan bangunan Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 μg/m3,

asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak

melebihi 300 mg/kg.

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah harus memenuhi

persyaratan fisik dan biologis seperti berikut:

a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik

tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat

menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu

perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang 7

tegel, keramik, teraso dan lain-lain. Untuk mencegah masuknya air ke

dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan

tanah.

b. Dinding, dengan pembagian:

(i) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana

ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara;

(ii) Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah

dibersihkan. Fungsi dinding selain sebagai pendukung atau


penyangga atap, dinding juga berfungsi untuk melindungi ruangan

rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi

dari pengaruh panas.

c. Langit-langit Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan.

d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus

dilengkapi dengan penangkal petir

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang

tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang

mandi, dan ruang bermain anak.

2.3. Sarana Sanitasi Rumah Sehat

Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan

dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:

a. Sarana air bersih dan air minum

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi
penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain

(a) jarak antara sumber 12 air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank,

tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter,

(b) pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air

dengan pembuatan cincin dan bibir sumur,

(c) penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau

perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.

Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi sebagai air

minum, antara lain:

• Syarat fisik Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak

berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga

menimbulkan rasa nyaman.

• Syarat kimia Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara

berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya

bagi kesehatan.

• Syarat bakteriologis Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme.

Sebagai petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah

adanya E.coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faeces manusia baik

yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan

pemanasan air.

b. Saluran Pembuangan Air Limbah


Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih dan

mengandung pelbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia, hewan

dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia. Pada dasarnya pengolahan air

limbah bertujuan untuk:

• Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai penyakit.

Ini disebabkan karena limbah sering dipakai sebagai tempat berkembang-

biaknya berbagai macam bibit penyakit.

• Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut

mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan hidup.

• Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-

hari, terutama jika sulit ditemukan air bersih.

c. Jamban/kakus

Kakus atau jamban adalah tempat yang dipakai manusia untuk melepaskan

hajatnya. Adapun syarat-syarat dalam mendirikan kakus atau jamban ialah:

• Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari pandangan

orang lain, terlindung dari panas atau hujan, serta terjamin privacy-nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, syarat ini dipenuhi dalam bentuk

mengadakan ruangan sendiri untuk kakus di rumah ataupun mendirikan

rumah kakus di pekarangan.

• Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai mengganggu

pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya

perbagai binatang.
• Bangunan kakus memiliki lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak

yang kuat, syarat ini yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus

model cemplung.

• Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan

pada sumur penampungan atau sumur rembesan.

• Menyediakan alat pembersih seperti air atau kertas yang cukup, sehingga

dapat segera dipakai setelah membuang kotoran.

• Jenis-jenis kakus atau jamban dilihat dari bangunan jamban yang didirikan,

tempat penampungan, pemusnahan kotoran dan penyaluran air kotor,

seperti:

o Kakus cubluk (pit privy), ialah kakus yang tempat penampungan

tinjanya dibangun dekat dibawah tempat injakan atau dibawah

bangunan kakus. Kakus ini dibuat dengan menggali lubang ke

dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter.

Lama pemakaiannya antara 5- 15 tahun. Pada kakus ini harus

diperhatikan

(i) jangan diberi desinfektan karena mengganggu proses

pembusukan sehingga cubluk cepat penuh,

(ii) untuk mencegah bertelurnya nyamuk, tiap minggu diberi

minyak tanah,

(iii) agar tidak terlalu bau diberi kapur barus.

o Kakus empang (overhung latrine), ialah kakus yang dibangun di atas


empang, sungai atau rawa. Kakus model ini kotorannya tersebar

begitu saja, yang biasanya kotoran tersebut langsung dimakan ikan,

atau ada yang dikumpul memakai saluran khusus yang kemudian

diberi pembatas 14 seperti bambu, kayu dan lain sebagainya yang

ditanam melingkar ditengah empang, sungai atau rawa.

o Kakus kimia (chemical toilet), kakus model ini biasanya dibangun

pada tempat- tempat rekreasi, pada alat transportasi dan lain

sebagainya. Di tempat ini, tinja didisenfeksi dengan zat-zat kimia

seperti caustic soda, dan sebagai pembersihnya dipakai kertas (toilet

paper). Kakus kimia sifatnya sementara, oleh karena itu kotoran

yang telah terkumpul perlu dibuang lagi. Ada dua macam kakus

kimia, yaitu (i) tipe lemari (commode type) dan (ii) tipe tanki (tank

type).

o Kakus dengan “angsa trine” ialah, kakus dimana leher lubang kloset

berbentuk lengkungan, dengan demikian akan selalu terisi air yang

penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-binatang

kecil. Kakus model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau

sumur penampung/sumur resapan yang disebut septi tank. Kakus

model ini adalah yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan

lingkungan.

d. Tempat Sampah

Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia


adalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti penyimpanan

(storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan (disposal). Tempat sampah

tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik. Tempat sampah sebaiknya tidak

ditempatkan di dalam rumah atau di pojok dapur, karena akan menjadi gudang

makanan bagi tikus-tikus dan rumah menjadi banyak tikusnya. Tempat sampah yang

baik harus memenuhi kriteria, antara lain

(a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak,

(b) harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik serangga atau binatang-

binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat

dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan,

(c) ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh

pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga

karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya.

      2.4    Penilaian Rumah Sehat

Menurut Munif Arifin (2009), kriteria rumah sehat didasarkan pada pedoman

teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap

kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku

didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadap Lingkungan (45%),

Perilaku (35%), Pelayanan Kesehatan (15%), Keturunan (5%).


Dalam hal rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan keturunan

diabaikan, sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentulan sebagai

berikut :

1. Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31

2. Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 25

3. Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang

merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan criteria sebagai berikut :

1.      Memenuhi syarat : 80 -100 % dari total skor.

2.      Tidak memenuhi syarat : < 80 % dari total skor.

Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat

menggunakan Indikator komponen sebagai berikut :

1.      Langit-langit

2.      Dinding

3.      Lantai

4.      Jendela kamar tidur

5.      Jendela ruang keluarga

6.      Ventilasi

7.      Lubang asap dapur

8.      Pencahayaan

9.      Kandang

10.   Pemanfaatan Pekarangan


11.   Kepadatan penghuni.

Indikator penilaian perilaku penghuni rumah meliputi bebrapa parameter

sebagai berikut :

1.      kebiasaan mencuci tangan.

2.      keberadaan tikus.

3.      keberadaan jentik

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data pada laporan ini diperoleh dari data primer yang berasal dari hasil

wawancara, pengisian kuisioner serta pengamatan langsung di lingkungan dlam

maupun luar rumah atau tempat tinggal pribadi. Pengambulan data primer

dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 6 November 2021.

Sampel yang diambil dalam kegiatan Inspeksi penilaian rumah sehat ini

adalah rumah milik pribadi mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat,

Departemen Kesehatan Lingkunga Semester 7, menggunakan Kuisioner berupa

formulir penilaian rumah sehat berdasarakan pedoman teknis rumah sehat

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2002).

adapun hasilnya :

Tabel Formulir Penilaian Rumah Sehat.

No ASPEK PENILAIAN KRITERIA NILAI BOBOT


1 KOMPONEN RUMAH 31
1 Langit-langit a.  Tidak ada 0

b.  Ada, kotor, sulit dibersihkan dan 1


rawan kecelakaan

c. Ada, bersih, dan tidak rawan 2 62


kecelakaan

2 Dinding a.  Bukan tembok (terbuat dari 1


anyaman  bambu/ilalang)
2
b.  Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bat atau batu yang
untuk di plester/papan tidak kedap air. 3
93
c. Permanen (tembok/pasangan batu
bata yang di plester), papan kedap air

3. Lantai a. Tanah 0

b. Papan/anyaman bambu dekat dengan 1

tanah/plesteran yang retak dan berdebu

c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah 2 62

panggung)
4. Jendela kamar tidur a. Tidak ad 0

b. Ada 1 31
5. Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0

b. Ada 1 31
6. Ventilasi a. Tidak ada 0

b. Ada luas ventilasi permanen < 10 % dari 1


31
luas lantai.

c. Ada luas ventilasi permanen > 10 % dari 2

luas lantai.
7. Lubang asap dapur a. Tidak ada 0

b. Ada luas ventilasi permanen < 10 % dari 1

luas lantai dapur.

c. Ada luas ventilasi permanen > 10 % dari 2


62
luas lantai dapur (asap keluar dengan

sempurna) atau ada exhaust fan/ada

peralatan lain yang sejenis.


8. Pencahayaan a. Tidak terang (tidak dapat digunakan 0
untuk membaca.

b. Kurang terang, sehingga kurang jelas 1

untuk dipergunakan membaca dengan

normal.

c. Terang dan tidak silau sehingga dapat 2 62

dipergunakan untuk membaca dengan

normal.
II SARANA SANITASI 25
1. Sarana air bersih a. Tidak ada 0

(SGL/SPT/PP/KU/PAH) b. Ada. Bukan milik sendiri dan tidak 1

memenuhi syarat kesehatan

c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi 2

syarat kesehatan

d. Ada bukan milik sendiri dan memenuhi 3

syarat kesehatan
100
e. Ada, milik sendiri 4
2. Jamban (Sarana a. Tidak ada 0

pembuangan kotoran) b. Ada, bukan leher angsa tidak ada tutup, 1

disalurkan ke sungai/ kolam

c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup \, 2

disalurkan ke sungai/kolam

d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 3

disalurkan ke septic tank.


e.Ada leher angsa, Ada tutup, disalurkan 4
100
ke septic tank
3. Sarana pembuangan ail a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak 0

limbah (SPAL) teratur di halaman rumah.

b. Ada, diresapkan tetapi mencemari 1

sumber air (jarak dengan sumber air <

10 m).

c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka. 2 50

d. Ada, diresapkan tetapi mencemari 3

sumber air (jarak dengan sumber air <

10 m).

e. Ada, disalurkan ke selokan tertutup 4

(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut


4. Sarana Pembuangan a. Tidak ada 0

sampah (Tempat b. Ada, tapi tidak kedap air dan tidak ada 1

sampah) tutup

c. Ada kedap air, dan tidak tertutup 2 50

d. Ada, kedap air dan bertutup 3


III PERILAKU PENGHUNI 44
1. Membuka jendela kamar a. Tidak pernah dibuka 0

b. Kadang-kadang 1 44

c. Setiap hari dibuka 2


2 Membuang jendela a. Tidak pernah dibuka 0

ruang keluarga b. Kadang-kadang 1 44


c. Setiap hari dibuka 2
3 Membersihkan halaman a. Tidak pernah dibuka 0

rumah b. Kadang-kadang 1

c. Setiap hari dibuka 2 88


4 Membuka tinja bayi dan a. Dibuang ke 0

balita ke jamban sungai/kebun/kolam/sembarangan

b. Kadang-kadang ke jamban 1

c. Setiap hari ke jamban 2 88


5 Membuang sampah ke a. Dibuang ke 0

tempatnya sungai/kebun/kolam/sembarangan

b. Kadang-kadang ke tempat sampah 1

c. Setiap hari ke tempat sampah 2 88


TOTAL HASIL PENILAIAN 1086

Ket :

* Kriteria Rumah Sehat

 Rumah Sehat : 1068 – 1200

 Rumah Tidak Sehat : < 1068

Berdasarkan Tabel penilaian diatas diketahui bahwa nilai total keseluruhan

hasil inspeksi penilaian rumah di tempat tinggal pribadi mahasiswa, didaptakan nilai

sebesar 1086.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rumah tersebut sudah sesuai

dengan kriteria rumah sehat yaitu lebih dari 1068.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk

beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani

maupun sosial.

Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang

wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim

di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.

Penilaian rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI

tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan


Pada hasil Inspeksi yang dilakukan tanggal 6 November 2021 di rumah

tempat tinggal salah satu mahasiswa STIKes Kuningan Prodi Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan Lingkungan, dan berdasasrkan hasil penilaian memenuhi

kriteria rumah sehat, dengan jumlah nilai total sebesar 1086.

4.2 SARAN

a. Bagi petugas Kesehatan Menghimbau kepada petugas kesehatan, kesehatan

lingkungan agar meningkatkan program penyuluhan langsung yang

berkesinambungan mengenai rumah sehat di seluruh wilayah kerja Puskesmas-

Nya.

b. Bagi Masyarakat dan pemiliki rumah dengan diadakannya Inspeksi ini, diharapkan

mau mengubah perilaku dan mau lebih proaktif dalam meningkatkan derajat

kesehatan keluarga dan lingkungan, khususnya masalah perumahan sehat


DAFTAR PUSTAKA

Putra Prabu. Rumah Sehat. 2009. Diunduh tanggal 13 Agustus 2012. Available at:

http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/03/rumah-sehat/

Subdhi Febrillah. Rumah Sehat. 2010. Diunduh tanggal 13 Agustus 2012. Available

at: http://www.scribd.com/doc/22740907/febrillah-subdhi-makalah-

rumahsehat-untuk-download-lihat-description-di-bawah

Keputusan Mentri Kesehatan RI No.829.Menkes

SK/VII/2009/01/03/rumahsehat/Januari 2011. Available at:

http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/03/rumahsehat/

Kesehatan Lingkungan.2010. diunduh tanggal 13 Agustus 2012 . Available at:

http://www.dinkes-kabtengerang.go.id/index.php?option=com

Munif Arifin. Rumah Sehat. Diunduh tanggal 13 Agustus 2012. Available at:

http://www.scribd.com/doc/37715533/RumahSehat

Ulfansyam. Rumah Sehat. 2010. Diunduh tanggal 14 Agustus 2012. Available at:
http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarakat/21-

rumahsehat.html

Saifudin.2000. Tempat tinggal Sehat, Air Bersih dan Sehat Lingkungan Bersih dan

Sehat: Jawa tengah

Anda mungkin juga menyukai