Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH SANKSI PAJAK, PELAYANAN PAJAK DAN

PENGETAHUAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB


PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN (PBB) DI KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2020

MAKALAH

Oleh:
VICAYA CITTA DHAMMO
2032600039

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dengan menuntut adanya

perubahan sosial budaya (Labantu, 2013). Pembangunan tersebut harus dapat

direncanakan dengan sebaik mungkin bagi suatu Negara agar dapat

berlangsung secara efektif. Untuk melaksanakan pembangunan harus

diperlukan adanya dana yang besar baik itu dari dalam negeri maupun dari luar

negeri. Dana yang diperlukan dalam berinvestasi sebaiknya berasal dari dalam

negeri, sehingga dapat mengurangi jumlah utang suatu Negara. Sumber

pendapatan Negara yang berasal dari penghasilan perusahaan Negara,

penghasilan dari barang yang dimiliki oleh pemerintah. Salah satu penerimaan

bagi negara yaitu pajak.

Pajak merupakan iuran negara yang terutang oleh wajib membayarnya

menurut peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi

kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintah (Ayza dalam Adriani, 2017). Pajak

memiliki peran penting terhadap pendapatan Negara pada masa sekarang. Hal

ini terjadi karena pajak merupakan suatu sumber yang pasti dalam memberikan

kontribusi kepada suatu negara. Salah satu pajak dalam negeri adalah Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Berdasarkan Undang-undang nomor 12 tahun

1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang nomor 12 Tahun 1994, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang bersifat kebendaan dalam arti

besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan

atau bangunan.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) yang dimaksudkan diterima oleh Pemerintah Daerah adalah

pajak yang dikenakan atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasi, dan

atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang

digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Penjelasan tersebut mengatakan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang

menjadi hak Pemerintah Daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

sektor P2 (Perdesaan dan Perkotaan), bukan sektor P3 (Perkebunan,

Perhutanan, dan Pertambangan). Pajak ini bersifat objektif dimana besarnya

pajak ditentukan oleh objek pajaknya yaitu bumi dan bangunan. Semakin luas

bumi dan bangunan yang dimiliki, maka pajak yang dikenakan semakin besar.

Dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga dibutuhkan

adanya kepatuhan yang tinggi dari WP PBB. Kepatuhan wajib pajak

merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan

pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang
berbentuk sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan usaha sesuai

dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Namun dalam kenyataanya negara

sering kesulitan dalam memungut pajak, termasuk Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB). Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah yang sangat penting,

baik bagi negara maju maupun negara berkembang (Salmah dalam Kurnia,

2018). Karena jika wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan

untuk melakukan tindakan penghindaraan, pengelakan, penyelundupan dan

pelalaian pajak yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan

penerimaan pajak negara akan berkurang (Salmah dalam Kurnia, 2018).

Fenomena empiris kepatuhan wajib pajak di Kota Tangerang Selatan

adalah berdasarkan catatan Bapenda Kota Tangerang Selatan, penerimaan

pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mengalami penurunan cukup

dalam secara bulanan akibat pandemi Covid-19. Selama bulan Mei, dari total

wajib pajak PBB dan BPHTB di Kota Tangerang selatan yakni 420.000 wajib

pajak, baru 53.000 wajib pajak yang membayar pajak. Pembayaran Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) dari bulan Januari hingga Mei 2020, baru mencapai Rp

56 miliar atau rata-rata Rp 16 miliar sampai dengan Rp 28 miliar per bulan.

Adapun khusus bulan April dan Mei, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) menurun tajam masing-masing sebesar Rp 6 miliar dan Rp 9 miliar.

Sementara itu, penerimaan dari BPHTB hingga Mei 2020 mencapai Rp 105

miliar. Biasanya penerimaan PBB dan BPHTB selama sebulan itu bisanya dari

Rp 30 miliar sampai dengan Rp 35 miliar (https://www.regional.kontan.co.id/).


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu sanksi pajak, pelayanan

pajak dan pengetahuan pajak. Faktor pertama yang mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu sanksi

pajak. Sanksi pajak merupakan pemberian sanksi bagi wajib pajak yang tidak

memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku di suatu Negara (Ronia, 2013). Berdasarkan

Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, jumlah kekurangan pajak yang terutang akan dikenakan sanksi

administratif berupa bunga sebesar 2% per bulan dihitung dari pajak yang

kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan

dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Adanya sanksi pajak membuat wajib pajak berpikir lebih untuk

membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tepat waktu, daripada tidak patuh

dan dikenakan sanksi. Ketidakpatuhan wajib pajak akan membuat pengeluaran

wajib pajak menjadi lebih besar karena membayar sanksi. Untuk menghindari

pengeluaran yang lebih besar tersebut wajib pajak harus patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, dengan adanya sanksi

pajak mengindikasikan semakin tingginya kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Faktor kedua yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu pelayanan pajak. Menurut

Boediono dalam Caroko (2015) pelayanan pajak adalah bantuan kepada wajib
pajak dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan

interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan. Dengan pelayanan pajak

yang baik dan jelas, wajib pajak menjadi lebih mengerti mengenai pemenuhan

kewajiban perpajakan. Dengan wajib pajak lebih mengerti, maka wajib pajak

akan lebih mudah untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga wajib

pajak akan cenderung patuh. Oleh karena itu, adanya pelayanan pajak yang

baik maka mengindikasikan semakin tingginya kepatuhan dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Faktor ketiga yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu pengetahuan pajak.

Menurut Carolina dalam Caroko (2015) pengetahuan pajak adalah informasi

pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak,

mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu

sehubungan dengan pelaksanaan kewajibannya di bidang perpajakan. Jadi,

secara sederhana pengetahuan pajak adalah informasi yang diketahui wajib

pajak terkait dengan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Wajib pajak

dengan pengetahuan pajak yang baik berarti mengetahui tindakan apa yang

harus dilakukan untuk memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan pengetahuan

pajak yang baik, wajib pajak juga menjadi tidak kesulitan dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya sehingga wajib pajak akan cenderung patuh. Adanya

pengetahuan pajak yang baik dapat mengindikasikan semakin tingginya

kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

memilih judul penelitian yaitu “Pengaruh Sanksi Pajak, Pelayanan Pajak

Dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2020”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang

akan dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

2. Apakah pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

3. Apakah pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

4. Apakah sanksi pajak, pelayanan pajak dan pengetahuan pajak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang serta perumusan masalah yang

telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian dalam makalah ini

sebagai berikut:
1. Untuk menguji seberapa besar pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

2. Untuk menguji seberapa besar pengaruh pelayanan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Untuk menguji seberapa besar pengaruh pengetahuan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

4. Untuk menguji seberapa besar pengaruh sanksi pajak, pelayanan pajak dan

pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB).

Anda mungkin juga menyukai