Anda di halaman 1dari 5

BAB: l

Laporan pendahuluan tujuan teori keperawatan eliminasi bowel

Eliminasi Bowel

Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak
dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam pembuangan
eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.

1.1.1Anatomi Fisiologi saluran pencernaan bawah

Anatomi fisiologi saluran pencernaan bawah :

Saluran pencernaan bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian
yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri atas empat bagian yaitu sekum,
kolon, apendiks, dan rektum.

A.Usus Halus

Panjang usus halus kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan lumen muskular yang
dilapisi membran mukosa yang terletak di antara lambung dan usus besar. Serat dan ototnya
berbentuk sirkuler dan longitudinal, yang memungkinkan terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam
mencampur dan mendorong kimus). Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan
berlangsung di sini. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.

1.Duodenum : adalah saluran berbentuk C dengan panjang sekitar 25 cm yang terletak di bagian
belakang abdomen, mengitari kaput pankreas. Duodenum digambarkan dalam 4 bagian, yaitu :

1). Bagian I, mengarah ke kanan.

2). Bagian II, mengarah ke bawah.

3). Bagian III, mendatar ke kiri dan ke depan vena kava inferior dan aorta.

4). Bagian IV, mengarah ke atas dan bersambungan dengan jejenum.

2.Jejenum dan ileum. Setelah duodenum, bagian usus halus berikutnya adalah jejenum yang diikuti
dengan ileum. Panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm. Tidak ada perbedaan yang jelas di
antaranya. Jejunum berukuran agak besar,memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa
yang lebih banyak, dan plak peyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan ileum terletak di dalam rongga
peritonium,kecuali sepanjang garis perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri
mesenterika superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk menyekresi cairan usus,
menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna makana, mangabsorbsi air, garam dan
mineral, serta menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush
(gelombang
peristaltik usu yang kuat) yang menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002).

B.Usus Besar

Usus besar,atau intestinum mayor, memiliki panjang kurang lebih 1,5 m dan diameter 5-6 cm. Usus
menerima makanan yang sudah berbentuk kimus ( makanan setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorbsi air, nutrien dan elektrolit.

Usus mensekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Fungsi usus besar adalah untuk menyerap air
dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri coli, dan tempat penampungan feses (Syaifuddin, 1994).
Bagian-bagian usus besar meliputi sekum, apendiks, kolon (asendens, tranversus, desendens,
sigmoid), rectum, dan anus.

Kolon yang merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air dan nutrient, member
perlindungan dengan mensekresi mucus yang akan melindungi dinding usus dari trauma akibat feses
dan aktivitas bakteri, serta menghantarkan sisa makanan sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon
bergerak dalam 3 cara, yaitu :

1.Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.

2.Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semi padat di sepanjang kolon.

, yakni gerakan berupa gelombang menuju anus.

1.1.2 Fisiologi defekasi

Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang disebabkan oleh refleks
gastrokolon. Refleks ini biasanya paling jelas terlihat setelah sarapan dan sering diikuti oleh keinginan
kuat untuk buang air besar. Ketika gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rectum,
terjadi peregangan rectum yang memicu refleks defekasi.

Terdapat 3 refleks defekasi yg terjadi:

1. Defekasi Intrinsik

Menurut Syaifuddin (1994), refleks deefekasi intrinsic berlangsung seperti


diuraikan pada tabel berikut ini:
2. Refleks Defekasi Parasimpatis

Refleks defekasi parasimpatis berlangsung seperti diuraikan dalambtabel (John Gibson, 2002):

3.Upaya Volunter

Selain kedua mekanisme reflex di atas, defekasi juga bisa terjadi karena upaya volunter seperti yang
terlihat pada tabel berikut ini:

1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi Bowel

A. Usia

Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi
menurun.

B. Diet

Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam
tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

C. Intake Cairan

Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi
cairan yang meningkat.

D. Aktivitas

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik
akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang colon.

E. Fisiologis

Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.
F. Pengobatan

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

G. Gaya Hidup

Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB dan kebiasaan menahan
BAB.

H. Prosedur Diagnostik

Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak BAB
kecuali setelah makan.

I. Penyakit

Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

J. Anestesi dan Pembedahan

Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan
ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.

K. Nyeri

Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi akan menghalangi
keinginan untuk BAB.

L. Kerusakan sensorik dan motorik

Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

1.1.4 Masalah Eleminasi Bowel :

a. Konstipasi

Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya
disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-
obatan, kurang aktivitas, usia.
b.Fecal Infaction

Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang
berkepanjangan.

c.Diare

Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya chyme melewati usus, sehingga
usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air.

d.Inkontinensia Alvi

Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui saraf spinter
anus

e.Kembung

Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi intestinal, dapat disebabkan
karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
gas.

f.Hemorroid

Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah anus.

Anda mungkin juga menyukai