Anda di halaman 1dari 21

Pengauditan I

“Penerimaan dan Perencanaan


Audit”

KELOMPOK 7 :

 Bela Novyndya (1510321053)


 Taufiq Effendi L (1510321062)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
MAKASSAR
2017

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Penerimaan dan Perencanaan Audit”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Penerimaan dan Perencanaan Audit
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 29 Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Keputusan Perikatan Audit


2.2 Penyiapan Penugasan dan Perencanaan Audit
2.2.1 Penerimaan Penugasan
2.2.2 Perencanaan Audit
2.3 Prosedur Penilaian Risiko audit
2.4 Pemahaman Industri Bisnis Klien

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada


perusahaaan yang telah diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka audit
cukup dilakukan oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang
relatif tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak begitu besar. Namun
berbeda pada perusahaan raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka dibutuhkan
auditor dengan jumlah yang banyak dan waktu pengerjaanpun membutuhkan waktu yang
tidak sebentar bahkan bahkan berbulan-bulan dan honorarium audit yang sangat tinggi.
Sebelum menerima suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa penugasan
tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk
standar auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan yang tepat merupakan
pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengambilan keputusan perikatan audit


2. Jelaskan penyiapan penugasan dan perencanaan audit
3. Jelaskan prosedur penilaian risiko audit
4. Jelaskan pemahaman industri bisnis klien

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengambilan keputusan perikatan audit
2. Untuk mengetahui penyiapan penugasan dan perencanaan audit
3. Untuk mengetahui prosedur penilaian risiko audit
4. Untuk mengetahui pemahaman industry bisnis klien
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Keputusan Perikatan Audit

Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu


ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing
mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut,
klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor
sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarka kompetensi
profesionalnya.

Seorang auditor tidak diwajibkan untuk melaksanakan audit laporan keuangan


untuk setiap entitas yang memintanya. Dalam menerima suatu perikatan, seorang auditor
memiliki tanggung jawab professional terhadap masyarakat,klien, dan anggota profesi
akuntan publik lainnya. Auditor harus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi
akuntan dengan mempertahankan indepedensi, integritas, dan objektivitas. Kepentingan
klien harus dipenuhi dengan kompetensi dan perhatian professional. Dan untuk
meningkatkan reputasi profesi dan kemampuannya untuk melayani masyarakat. Oleh
karena itu, keputusan untuk menerima klien audit baru atau melanjutkan hubungandengan
klien yang telah ada tidak boleh di anggap remeh. Pentingnya keputusan ini direfleksikan
dengan memasukkan keputusan untuk menerima dan mempertahankan klien sebagai
suatu elemen pengendalian mutu bagi kantor akuntan publik.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh kantor-kantor akuntan publik untuk


memastikan hanya menerima perikatan audit yang dapat diselesaikan sesuai dengan
semua standar profesiona yang dapat di aplikasikan :

1. Mengavaluasi integritas manajemen


2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Mengavaluasi independensi
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan
6. Membuat surat perikatan.
2.2 Penyiapan Penugasan dan Perencanaan Audit

2.2.1 Penerimaan Penugasan

Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan
keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan
untuk menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi
klien yang sudah ada.

Langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:

1. Mengavaluasi Integritas manajemen


Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah :
a. Berkomunikasi dengan auditor terdahulu
Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus membuat pertanyaan-
pertanyaan spesifik dan beralasan berkenan dengan hal-hal yang dapat
mempengaruhi keputusan untuk menerima suatu perikatan audit, seperti :
 Informasi yang dapat menunjukkan integritas manajemen.
 Perselisihan dengan manajemen mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan
prosedur-prosedur audit, atau hal-hal signifikan sejenis lainnya.
 Komunikasi kepada komite audit atau pihak lain yang memiliki otoritas dan
tanggung jawab yang ekuivalen dengan komite audit berkenaan dengan
kecurangan, tindakan melanggar hukum oleh klien, hal-hal yang berkaitan
dengan pengendalianintern, dan kualitas prinsip-prinsip akuntansi.
 Pemahaman auditor terdahulu mengenai alasan dari penggantian auditor.
b. Mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga lainnya.
Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dengan meminta
keterangan kepada penasihat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam
masyarakat keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon
klien. Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dapat juga dipakai sebagai sumber
informasi untuk mengevaluasi integritas manajemen. Dalam melakukan audit,
auditor menghadapi kemungkinan disajikannya dengan sengaja laporan keuangan
yang tidak benar untuk kepentingan pribadi berbagai anggota manajemen.
c. Me-review pengalaman masa lalu dengan klien yang telah ada
Dalam hal auditor mempertimbangkan akan melanjutkan atau
menghentikan hubungan dengan klien dalam perikatan audit, auditor harus secara
seksama mempertimbangkan pengalamannya dimasa lalu dalam berhubungan
dengan klien dalam perikatan audit.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus
dan risiko yang tidak biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan
audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara :
a. Mengidentifikasi pemakai laporan yang telah di audit
b. Menilai stabilitas keuangan dan hukum calon klien
c. Mengidentifikasi pembatasan lingkup
d. Mengavaluasi system pelaporan keuangan entitas dan kemampuan untuk audit
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum pertama dari GAAS menyatakan :
Audit dilaksanakan oleh seseorang atau orang-orang yang memiliki pelatihan teknis
dan kecakapan yang memadai sebagai seorang auditor.
Oleh karena itu, sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor harus
menentukan apakah mereka memiliki kompetensi professional untuk menyelesaikan
perikatan sesuai GAAS. Umumnya hal ini termasuk mengidentifikasi anggota kunci
dari tim audit serta mempertimbangkan kebutuhan untuk mencari bantuan dari
konsultan dan spesialis selama pelaksanaan audit.
a. Jasa yang diinginkan
b. Mengidentifikasi tim audit
Tim audit pada umumnya trdiri dari :
 Seorang partner, yang memiliki baik tanggung jawab keseluruhan maupun
tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan.
 Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlihan signifikan dalm
industri dan yang mengkordinasi serta mengawasi pelaksanaan progam audit.
 Satu atau lebih senior, yang mungkin memilii tanggung jawab untuk
merencanakan audit, melakukan bagian dari progam audit, dan mengawasi
serta me-review pekerjaan asisten staf.
 Asisten staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang di perlukan.
c. Mempertimbangkan kebutuhan untuk konsultasi dan menggunakan spesialis
4. Mengavalusi indepedensi
Standar umum kedua dari GAAS menyatakan :
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indepedensi dalam sikap
mental perlu dipertahankan oleh para auditor.
Indepedensi dalam perikatan audit diwajibkan oleh peraturan 101 dari kode etik
perilaku professional AICPA dan merupakan salah satu dari elemen pengendalian
mutu. Lebih lanjut, jika calon klien diwajibkan menyerahkan laporan keuangan yang
telah diaudit kepada SEC, auditor harus mematuhi persyratan komisi berkenaan
dengan indepedensi.
Oleh karena itu, sebelum menerima klien audit yang baru, kantor akuntan public
harus mengavaluasi apakah terdapat kondisi yang akan mempengaruhi indepedensi
dengan klien. Satu prosedur yang dapat digunakan adalah mengedarkan nama calon
klien kepada semua staf professional untuk mengidentifikasi apakah terdapat
hubungan keuangan atau bisnis. Jika disimpulkan bahwa persyratan indepedensi tidak
dapat depenuhi, maka perikatan harus ditolak atau calon klien harus diberitahu bahwa
kantor akuntan akan menolak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Kantor akuntan public harus menetukan apakah penerimaan klien tidak akan
menimbulkan konflik kepentingan dengan klien lainnya.
5. Keputusan untuk menerima atau menolak audit
Kondisi yang dapat menyebabkan kantor akuntan public menarik diri dari suatu
audit termasuk :
a. Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang tampak
selama audit.
b. Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan.
c. Klien tidk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki
kecurangan atau tindakan melawan hukum yang ditemukan salam audit.
6. Mempersiapkan surat perikatan
Secara umum surat perikatan harus mencakup hal-hal berikut :
a. Identifikasi yang jelas mengenai entitas dan laporan keuangan yang akan diaudit.
b. Tujuan audit
c. Referensi terhadap standar-standar professional (GAAS) yang akan menjadi
acuan auditor (dan jika dapat diterapkan, referensi terhadap peraturan
pemerintah, seperti ketika melaksanakan audityang diminta oleh pemerintah
tertentu)
d. Suatu penjelasan mengenai sifat dan lingkup audit serta tanggung jawab auditor
e. Suatu pernyataan bahwa suatu audit yang telah dirancang dan dilaksanakan
dengan tepat mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidakberesan yang
material.

2.2.2 Perencanaan Audit


Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan
audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit
meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit.
Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap
pertimbangan penerimaan penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi
mengenai intergritas manajemen, kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum
klien dalam merencanakan audit. Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung
pada :
1. Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
2. Pengalaman auditor dengan klien,
3. Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta  seluruh stafnya.

Langkah-langkah Perencanaan audit :


1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien
Pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung
perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan
untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang mungkin
timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal
yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah
sebagai berikut:
a. Manajemen senior
b. Tujuan dan sasaran manajemen
c. Sumberdaya organisasi
d. Produk dan jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas
e. Proses inti entitas dan siklus operasi
f. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas
g. Prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis dan industri
Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh
melalui:
 Me-review data industry
 Me-review informasi bisnis kunci
 Mengadakan tinjauan operasi klien
 Mengajukan pertanyaan kepada komite audit
 Mengajukan pertanyaaan kepada manajemen
 Me-review kertas kerja tahun lalu
 Menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
2. Melaksanakan Prosedur Analitis
Prosedur analitis sebagai evaluasi informasi yang dilakukan dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal anatara data keuangan dan non keuangan. Prosedur
tersebut berkisar dari perbandingan sederhana hingga pengguna matematika
kompleks dan model statistic yang melibatkan banak hubungan dan elemen data.
Prosedur analitis digunakan dalam audit, untuk tujuan berikut :
a. Dalam tahap perencanaa audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan
sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya.
b. Dalam tahap pengujian, sebagai penguji substantive untuk memperoleh bukti
mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun tatau transaksi
c. Pada penyelesaian audit, dalam melakukan review akhir terhadap kelayakan
keseluruhan laporan keuangan yang diaudit.
Langkah-langkah yang terlibat dalam melaksanakan prosedur analitis :
a. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dilakukan
Jenis perhitungan dan perbandingan yang digunakan secara umum termasuk hal-
hal sebagai berikut :
 Perbandingan data absolut. Prosedur ini melibatkan perbandingan sederhana
suatu jumlah saat ini, seperti saldo akun, dengan suatu jumlah yang
diharapkan atau dipredeksikan.
 Laporan keuangan ukuran umum. Teknik ini melibatkan perhitungan
persentase dari total yang berhubungan yang dipresentasikan oleh kompenen
laporan keuangan.
 Analisis rasio. Sejumlah rasio yang seringkali digunakan oleh manajemen
atau analis keuangan dapat dihitung dan dibandingkan dengan nilai yang
diharapkan untuk rasio tersebut. Jumlah dari hasil perhitungan dapat
dianalisis secara individual atau dalam kelompok yang berhubungan.
 Analisis tren. Analisis tren melibatkan perbandingan beberapa data
(absolut,ukuran umum, atau rasio) bagi lebih dari dua periode akuntansi
untuk mengidentifikasi perubahan penting yang mungkin tidak nyata dari
perbandingan yang terbtas pada periode saat ini dan periode masa lalu.
 Hubungan informasi keungan dengan informasi non keuangan yang relevan.
Data non keuangan seperti jumlah karyawan, luas ruangan penjualan, dan
volume barang yang diproduksi mungkin berguna dalam memperkirakan
saldo akun berhubungan seperti beban gaji, penjualan dan harga pokok
produksi.
b. Mengembangkan ekspktasi
Dalam mengembangkan ekspektasi ini selain digunakan data keuangan, juga
digunakan data non-keuangan. Beriut adalah beberapa conoh :
 Informasi keuangan klien periode-periode yang lalu dengan
mempertimbangkan perubahan yang diketahui
 Hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan
 Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode
 Data industri
 Hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan yang
relevan
c. Melaksanakan perhitungan/perbandingan
Tahap ini menyangkut pengupulan data yang akan digunakan untuk
menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah tahun ini
dengan jumlah tahun yang lalu, menghitung data common-size , dan rasio-rasio,
dan sebagainya.
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Bagian penting dari analisis adalah identifikasi fluktuasi dalam data yang
tidak diharapkan atau tidaka ada fluktuasi yang diharapkan yang bisa memberi
petunjuk meningkatnya risiko tersajinya salah saji. Elemen yang paling kritis
dalam proses ini adalah memutuskan besarnya selisih atau fluktuasi yang akan
diselidiki lebih lanjut.
e. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak diharapkan
Selisih tak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut
peninjauan kembali metoda dan faktor-faktor yang digunakan dalam
mengemangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen.
f. Menentukan dampak atas perencanan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus
dipandang sebagai indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekeningatau
rekening-rekening yang tercakup dalam perhitungan atau perbandingan. Dalam
keadaan demikian, auditor biasanya akan melakukan pengujian yang lebih
mendalam atas rekening tersebut. Dengan mengarahkan perhatian auditor pada
tempat-tempat yang memiliki risiko besar, prosedur analisis bisa memberikan
kontribusi yang besar pada pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.

3. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas


Auditor membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan audit. Pertimbangan ini sering disebut dengan materialitas yang
direncanakan, pada akhirnya mungkin bisa menjadi berbeda dengan tingkat
materialitas yang digunakan dalam pengambilan keputusan audit ketika auditor
mengevaluasi hasil temuan, karena (1) keadaan-keadaan yang melingkupi mungkin
berubah (2) tambahan informasi tentang klien yang diperoleh selama audit
berlangsung. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan
materialitas pada 2 tingkat, yaitu :
a. Tingkat laporan keuangan (karena pendapat auditor mengenai kewajaran
mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan )
b. Tingkat saldo rekening ( karena auditor melakukan verifikasi atas saldo-saldo
rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran
laporan keuangan .

4. Mempertimbangkan risiko audit


Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
dimodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material.
Komponen-komponen risiko audit :
a. Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan trasaksi
terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
b. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh struktur pengendalian intern satuan usaha.
c. Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

5. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan


Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu:
a. Pendekatan substantive utama dengan penekanan terhadap pengujian terinci
(Primarily substantive approach emphasizing tests of details)
Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada
auidit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan pengujian substantif dari
pada pengujian pengendalian. Auditor relatif lebih sedikit melakukan prosedur
untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.

b. Tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (Lower assessed level of
control risk)
Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih
diutamakn dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada pengujian
substantif. Tetapi auditor dalam hal ini auditor  bukan berarti tidak melakukan
pengujian substantif tapi tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama.
Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman
mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini sering digunakan dalam
auidit klien lama.

6. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien


Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan. Oleh karena itu,
auditor harus melaksanaan prosedur audit yang antara lain meliputi prosedur untuk
memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern.
Pemahaman struktur pengendalian intern digunakan untuk :
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial,
b. Mempertimbangkan faktor yang mempengruhi risiko salah saji material,
c. Merancang pengujian substantif.
Unsur-unsur yang terkandung dalam sistem pengendalian intern :
a. Lingkungan pengendalian,
b. Sistem akuntansi,
c. Prosedur pengendalian.
Tujuan pokok sistem pengendalian intern yang efektif :
a. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi,
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
c. Mendorong efisiensi,
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan yang pertama dan kedua di penuhi dengan pengendalian akuntansi yang baik.
Tujuan ketiga dan keempat dapat dipenuhi dengan pengendalian adminitstrasi yang
baik.
Disamping keenam tahap perencanaan tersebut, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan auditor pada tahap perncanaan, yaitu :
a. Menyusun program audit,
b. Menyusul jadwal kerja,
c. Menentukan staf pelaksana audit.

2.3 Prosedur Penilaian Risiko Audit

Tujuan prosedur penialaian risiko adalah mengidentifikasi dan menilai risiko


salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui
pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai
pengendalian internal entitas tersebut.
Auditor wajib melakukan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat
asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri tidak memberikan bukti audit yang cukup dan
tepat sebagai dasar pemberian opini audit (ISA 315.5 alinea A1 – A5).

Prosedur penilaian risiko meliputi (ISA 315.6, alinea A6 – A11):

1. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut auditor
mungkin mempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi risiko salah
saji yang material yang disebebkan oleh kecurangan atau kekeliruan;
2. Prosedur analitikal;
3. Pengamatan dan inspeksi.
Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam
banyak situasi, hasil dari suatu prosedur akan membawa pada prosedur lain.

Sebagai contoh, dalam wawancara dengan manajer penjualan, terungkap adanya kontrak
penjualan yang tidak biasa. Wawancara ini (prosedur inquiry) diikuti dengan prosedur
inspeksi atas kontrak penjualan dan dilanjutkan dengan analisis (analytical procedure)
mengenai dampaknya terhadap margin penjualan. Atau temuan dari pelaksanaan
analytical procedure atas angka-angka dalam draf laporan laba rugi mungkin memicu
pertanyaan bagi manajemen.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membawa auditor ke prosedur


inspeksi atas dokumen tertentu atau prosedur pengamatan atas kegiatan tertentu.

Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai:

1. Industri terkait, ketentuan perundangan dan faktor eksternal lainnya, termasuk


kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan.
2. Sifat entitas diantaranya: (1) operasinya, (2) struktur kepemilikan dan governance-
nya.
3. Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, termasuk alasan untuk mengubah
kebijakan akuntansi. Auditor wajib mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi yang
diterapkan entitas cocok untuk bisnis itu dan konsisten dengan kerangka pelaporan
yang diterapkan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam industri itu.
4. Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat berakibat pada risiko
salah saji.
5. Pengukuran dan riviu kinerja keuangan entitas.

Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai pengendalian internal yang relavan


bagi auditnya. Meskipun kebanyakan pengendalian yang relavan dengan audit, sangat
berhubungan dengan pelaporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang
berhubungan dengan pelaporan keuangan adalah relavan dengan audit.

Dengan kearifan profesionalnya, auditor menilai apakah suatu pengendalian secara


individu atau dalam kombinasi dengan pengendalian lain, adalah relavan dengan auditnya
(ISA 315.12 alinea A42 – A65).
1. Menyananyakan kepada Manajemen dan Pihak lain
Kutipan dari ISA 240 tentang prosedur “Menanyakan kepada manajemen dan
pihak lain”, termasuk menanyakan masalah kecurangan, diantaranya:
ISA 240.17

Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang:

a. Penilaian oleh manajemen mengenai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan karena kecurangan, termasuk tentang sifat, luas dan berapa
seringnya penilaian tersebut dilakukan; (A12 – A13)
b. Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangan dalam entitas itu, termasuk risiko kecurangan yang diidentifikasi oleh
manajemen atau yang dilaporkan kepada manajemen, atau risiko kecurangan
mungkin terjadi dalam jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan; (A14)
c. Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam
entitas itu;
d. Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang pandangan
manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan prilaku etis.

ISA 240.18
Auditor wajib mananyakan kepada manajemen dan pihak lain di dalam entitas (jika
perlu), untuk menentukan apakah mereka mengetahui kecurangan yang terjadi, yang
disangka terjadi atau yang dituduhkan, yang mempunyai dampak pada entitas. (A15 –
A17)
Prosedur bertanya digunakan auditor dalam hubungannya dengan prosedur penilaian
risiko lainnya, untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material. Perhatian utama
dalam pertanyaan yang diajukan adalah pemahaman mengenai setiap aspek yang wajib
diketahui.

2. Prosedur Analitikal
Prosedur analitikal sebagai prosedur penilaian risiko membantu
mengidentifikasi hal-hal yang mempunyai implikasi terhadap laporan keuangan dan
audit. Sebagai contoh, segala sesuatu yang bersifat luar biasa, seperti transaksi atau
peristiwa luar biasa, angka-angka yang terlalu tinggi, rasio yang melenceng dan tren
yang ganjil.
Disamping sebagai prosedur penilaian risiko, prosedur analitikal juga dapat
digunakan sebagai prosedur audit selanjutnya dalam:

a. Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan. Ini adalah prosedur


analitikal substantif;
b. Melakukan riviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang akhir
audit.

Hasil prosedur analitikal dibandingkan dengan informasi yang dikumpulkan untuk:

a. Mengidentifikasi risiko salah saji yang material mengenai asersi yang terkandung
dalam unsur-unsur laporan keuangan yang signifikan;
b. Membantu merancang sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya.

3. Observasi (Pengamatan) dan Inspeksi


Observasi atau pengamatan dan inspeksi (Observation and Inspection)
mempunyai dua fungsi:

a. Mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemen dan pihak-pihak


lain;
b. Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya.

2.4 Pemahaman Industri Bisnis Klien


Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industry klien dan pengetahuan atas
operasional perusahaan merupakan hal yang penting untuk melakukan audit dengan
memadai. Standar kedua pekerjaan lapangan menyatakan : Auditor harus mendapatkan
pemahaman yang memadai atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya, untuk menilai resiko salah saji material dalam laporan keuangan, baik
disebabkan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat waktu dan
keluasan prosedur audit yang lebih lanjut. Sifat bisnis dan industry klien memengaruhi
risiko bisnis klien dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor
mempertimbangkan beberapa factor yang telah meningkatkan pentingnya pemahaman
atas bisnis dan industry klien dengan menggunakan suatu pendekatan system strategis
untuk memahami bisnis klien. Beberapa factor tersebut diantaranya, yaitu :
1. Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan dan
pemasok utamanya. Akibatnya, auditor harus memiliki pengetahuan yang lebih
mengenai pelanggan dan pemasok utama dan risiko - risiko terkait.
2. Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui modal
ventura dan aliansi strategis.
3. Teknologi yang mempengaruhi proses pengendalian internal klien, meningkatkan
kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan.
4. Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya telah
meningkatkan kompleksitas akuntansi dan pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.
5. Auditor perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan industry
klien untuk memberikan jasa yang memiliki nilai tambah pada kliennya.

A. Siklus Bisnis Klien


Penting bagi auditor untuk memahami aspek-aspek kunci dari siklus bisnis klien.
Siklus bisnis terus berjalan seperti suatuorganisasi memahami kekuatan pasar dan
peraturan yang mendefinisikan lingkungan kompetetif, dan membuat keputusan penting
berkenaan dengan penyebaran sumberdaya-sumberdaya ke dalam proses inti untuk
memperoleh konsumen serta mendistribusikan produk dan jasanya.
Proses-proses inti ini harus menghasilkan profitabilitas, arus kas, operasi dn
bergantung pada tujuan organisasi, pertumbuhan dan peningkatan nilai. Jasa bernilai
tambah penting yang ditawarkan akuntn public berkaitan dengan penilaian bisnis dan
menjelaskn bagaimana arus kas dan pengembangan sumberdaya yang berkaitan dengan
nilai organisasi.
Entitas kemudian harus mengelola arus kasnya untuk mengembangkan
sumberdaya-sumberdaya serta mempertahankan likuiditas dan solvabilitas. Suatu entitas
harus menentukan sumberdaya tambahan yang diperlukan, bagaimana sumberdaya
tersebut akan didanai, apakah entitas memerlukan tambahan modal dari luar, dan apakah
entitas memiliki dana yang cukup untuk membayar kembali pinjaman. Siklus bisnis
berlanjut sejalan dengan organisasi mempertimbangkan kembali tujuannyadan
penyebaran sumberdaya-sumberdaya pentingnya.
Terdapat beberapa aspek kritis dari siklus bisnis yang penting bagi auditor untuk
dipahami. Hal tersebut termasuk :
a. Manajemen, tujuan manajemen, dan sumberdaya-sumberdaya organisasi
b. Produk dan jasa, pasar, pelanggang dan persaingan entitas
c. Proses inti dan siklus operasional entitas
d. Bagaimana proses inti menghasilkan pertumbuhan, laba, arus kas dan nilai
e. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas

1. Manajemen senior
Manajemen senior biasanya berarti pejabat entitas, dewan direksi dan lainnya
yang mengendalikan arah strategi perusahaan. Dalam beberapa hal, sebuah perusahaan
mungkin akan dikelola oleh pemiliknya dan tjuannya digerakkan oleh tujuan pemilik.
Memahami pengalaman manajemen dengan entitas dan pengalaman manajemen dapat
membantu auditor menilai risiko bawaan dari salah saji laporan keuangan.

2. Tujuan dan sasaran manajemen


Tujuan manajemen mungkin berhubungan dengan memperoleh pangsa pasar
tambahan atau memperoleh target pertumbuhan penjualan, laba, ars kas, atau penilaian
pasar entitas.

3. Sumberdaya organisasi
a. Sumberdaya keuangan
b. Sumberdaya berdasarkan aktiva
c. Sumberdaya manusia
d. Sumberdaya informasi
e. Sumberdaya tidak berwujud
Pemahaman atas sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan adalah penting
untuk :
a. Menentukan kinerja yang dilaporkan berkenaan dengan bagaimana laporan keuangan
dibandingkan dengan pengetahuan auditor yang mendasari aktivitas bisnis.
b. Mengembangkan suatu ekspektasi atas laporan keuangan.

4. Produk dan jasa, pasar, pelanggan dan persaingan entitas


Penjualan merupakan suatu pemicu penting dari biaya, profitabilitas, dan arus
kas. Titik awal yang biasa ditempuh adalah pengidentifikasian produk dan jasa entitas.
Pemahaman mengenai produk organisasi mensyaratkan auditor untuk memperoleh
pemahaman mengenai keseluruhan psar bagi produk.
Auditor biasanya menilai pangsa pasar dengan membandingkan penjualan klien
terhadap estimasi total penjualan industry bagi produk dan jasa klien serta produk dan
jasa pesaing.

5. Proses inti entitas dan siklus operasi


Proses inti adalah proses yang digunakan klien untuk mengembangkan,
memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan produk dan jasanya. Auditor harus
memahami struktur biaya entitas, termasuk apakah operasi merupakan pada biaya tetap,
atau apakah biaya operasi terutama terdiri dari biaya variable yang bervariasi sesui
dengan volume aktivitas.
Siklus operasi mengacu pada periode waktu dimulainya penggunaan kas untuk
membeli persediaan, untuk mengkonvirmasi persediaan kembali menjadi kas melalui
penjualan dan untuk mengumpulkan piutang usaha.

6. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas


Suatu entitas harus mengelola (1) aktiva dan sumberdaya yang diperlukan untuk
menghasilkan penjualan, laba dan arus kas, dan (2) sumber daya modal yang digunakan
untuk memperoleh sumberdaya-sumberdaya tersebut.
BAB III
PENUTUPAN

2.5 Kesimpulan
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu
ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing
mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut,
klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor
sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarka kompetensi
profesionalnya.

Langkah-langkah dalam penerimaan suatu perikatan audit :

1. Mengavaluasi integritas manajemen


2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Mengavaluasi independensi
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan
6. Membuat surat perikatan.

Langkah-langkah penting dalam merencanakan audit :


2. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry klien
3. Melaksanakan prosedur analitis
4. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
5. Mempertimbangkan risiko audit
6. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan
7. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien

Anda mungkin juga menyukai