Anda di halaman 1dari 7

Nama : IRFAN ARIF MAULANA

NIM : 1904109010029

Identifikasi Penyebaran Pelapisan Batuan di Kampung Jawa, Banda Aceh


Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas

1. Pendahuluan
TPA Gampong Jawa pertama sekali dibangun pada tahun 1994 dengan luas 12
Ha. Saat bencana gempa bumi dan tsunami tahun 2004, TPA ini hancur total dan
menyapu semua sampah yang ada di sana. Setelah difungsikan kembali serta
diperluas menjadi 21 Ha, TPA Gampong Jawa direhabilitasi pada tahun 2008 oleh
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias dan mulai beroperasi
secara sanitary landfill (sampah ditimbun harian) pada januari 2009. Untuk
penutupan sampah ini, setiap tahunnya dibutuhkan tidak kurang dari 5000 m3
tanah dan 3500 m3 kompos. Kompos digunakan untuk mengurangi bau tak sedap
yang ditimbulkan oleh sampah. TPA Gampong Jawa merupakan tempat
pemrosesan akhir sampah yang berada di
Kota Banda Aceh dengan luas lahan ± 21 Ha. Pencemaran lingkungan dari air
lindi
berpotensi memberikan dampak negatif terhadap kualitas air sumur yang berada
disekitar TPA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lama umur
operasional TPA Gampong Jawa dengan upaya reduksi sampah, mengetahui unit
apa saja yang harus diperhatikan dalam penutupan TPA, mengetahui pengaruh air
lindi terhadap kualitas air sumur serta mengetahui potensi pemanfaatan TPA
kedepannya. Analisis dilakukan dengan mengkaitkan kondisi eksisting sesuai
dengan PermenPU No.3/PRT/M/2013, sedangkan untuk nilai Index Pollution (IP)
dianalisis berdasarkan KepmenLH No.115 Tahun 2003 dengan mengambil
sampling air sumur berjumlah 4 titik yang jaraknya berbeda-beda. Umur
operasional TPA Gampong Jawa dengan upaya reduksi sampah (asumsi reduksi
sampah 12%) dapat diperpanjang hingga tahun 2026 bulan April hari ke-30
dengan
volume sampah 1.603.481 m3 dan asumsi pertumbuhan penduduk berjumlah
301.908 jiwa. Penutupan TPA harus memperhatikan fasilitas seperti tanah
penutup,
drainse, pengendalian air lindi, unit penangkap gas dan pengontrolan terhadap
kebakaran dan bau. Nilai IP untuk sumur 1 TPA Gampong Jawa sebesar 5,25 dan
sumur 2 TPA Gampong Jawa sebesar 5,39 keduanya masuk dalam kategori cemar
sedang, untuk air sumur 1 rumah penduduk memiliki nilai IP sebesar 4,39 dan
sumur 2 rumah penduduk memiliki nilai IP sebesar 3,43 yang keduanya masuk
dalam kategori cemar ringan. Pemanfaatan TPA Gampong Jawa dapat dijadikan
sebagai taman rekreasi, taman baca, taman edukasi pengelolaan sampah, sarana
olahraga dan sebagai unit pengolahan biogas.

2. Kondisi Geologis
Berdasarkan Peta Geologi Banda Aceh, di Kecamatan Syiah Kuala mengandung
Alluvium dengan endapan sedimen yang terdiri dari lumpur, pasir, dan kerikil.
Umur batuan di Kota Banda Aceh terbentuk selama Pleistosen-Holosen. Banda
Aceh ditutupi oleh Alluvium yang sangat kental dengan a ketebalan di dekat pantai
di daerah itu hingga kedalaman 206 meter. Sedangkan beberapa kilometer di hulu
di Lambaro daerah, endapan aluvium memiliki ketebalan minimal 70 meter yang
didominasi oleh pasir, pasir lempung, dan lempung berpasir.
Figure 1 Peta Geologi Regional Banda Aceh

3. Daerah Tempat Penelitian


Deskripsi Daerah Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di TPA Gampong
Jawa yang berada di antara 112°37’58 BT – 112°38’01 BT dan 7°13’02 LS –
7°13’19 LS. Secara geologi, TPA Gampong Jawa terletak di dekat muara sungai
Krueng Aceh yang termasuk ke dalam lembar Banda Aceh.
Figure 2 Peta Daerah Kampung JawaType equation here .

4. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pengukuran lapangan dan
pengolahan data di laboratorium. Akuisisi data dalam penelitian ini menggunakan
metode resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger di Gampong Jawa.
Pengukuran resistivitas dilakukan menggunakan Resistivitimeter dengan
konfigurasi yang digunakan adalah Wenner- Sclumberger. Tapi berhubung karena
covid 19 melanda, dalam mengolah data ini langsung di berikan data data yang
sudah ada.
Hasil kombinasi antara Wenner dan Schlumberger menghasilkan nilai K dari
faktor geometri. Di pengukuran dengan faktor jarak (n) = 1, konfigurasi Wenner-
Schlumberger mirip dengan pengukuran pada konfigurasi Wenner (jarak antara
elektroda = a), tetapi pada pengukuran dengan n = 2 dll:
K= 𝜋. 𝑛(. +1)𝑎
Konfigurasi Wenner-Schlumberger mirip dengan konfigurasi Schlumberger (jarak
antar elektroda arus dan elektroda potensial lebih besar dari jarak antara elektroda
potensial). Pengolahan dan analisis data melibatkan beda potensial listrik (ΔV) dan
arus listrik (I) didapat dari pengukuran lapangan yang digunakan untuk
menghitung nilai resistivitas semu (ρa). Yang tampak resistivitas dapat dihitung
berdasarkan rumus berikut :

∆v
𝜌𝛼 = k
I

5. Pembahasan

Figure 3 Data Hasil Geolistrik

Tabel Resistivitas Batuan TPA

Kedalaman (m) 𝜌 (Ωm) Litologi


1,25 – 13,4 0,396 – 1,44 Pasir
6.76 – 17,3 3,39 – 8,91 Lempung
9,94 – 21,5 3,39 - 10 Lempung
Dari data tpa kampung jawa dapat kita lihat Pada lapisan teratas pada kedalan 1.25
sampai 13,4 meter pada jarak lintasan 15 sampai 105 litologinya pasir , pada
lapisan kedua pada kedalan 6,76 sampai 17,3 meter pada jaraklintasan 65 sampai
105 dan litologinya lempung pasiran, dan lapisan terakhit atau ke tiga
kedalamannya 9,94 sampai 21.5 pada jarak lintasanya mencapai 37.0 sampai 65
dan litologinya lempung Pada daerah tersebut, secara umum memiliki 3 lapisan
utama, yaitu lapisan pasir, lempung ,dan lempung. Dari ketiga lapisan tersebut
yang memiliki resistivitas terendah adalah lapisan pasir. Oleh karena itu, lapisan
ini memiliki konduktvitas yang tinggi, sehingga prositas batuan pada lapisan ini
sangat baik, maka lapisan ini disebut sebagai dengan akuifer. Lapisan yang
memiliki resistivitas tertinggi ialah lapisan lempung, dengan konduktivitas rendah,
sehingga porositas batuan pada lapisan tersebut sangat buruk, maka lapisan
tersebut disebut dengan akuiklud (lapisan yang tidak bisa mengalirkan air).

6. Kesimpulan
Metode ini memanfaatkan informasi berupa nilai resistivitas batuan yang
merepresentasikan kemampuan material tersebut untuk menghambat arus listrik.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui kondisi lapisan yang ada di bawah
permukaan bumi. Tujuan ini untuk menentukan variasi resistivitas di bawah
permukaan dengan menerapkan metode geolistrik, melakukan interpretasi data
geolistrik kedalam model 2D, dan menentukan struktur bawah permukaan
berdasarkan nilai resistivitas yang telah diperoleh dari hasil interpretasi data.
Daftar Pustaka

Broto, S., & Afifah, R. S. (2008). Pengolahan data geolistrik dengan metode
schlumberger. Teknik, 29(2), 120-128.

Wijaya, A. S. (2015). Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner


Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya
(Halaman 1 sd 5). Jurnal Fisika Indonesia, 19(55).

Kerry, R. K. and Y. Yu. 014. The Effect of Leachate Input Characterstics on The
Leachate Collected After Passage Through A Leachate Collection System. The 9th
International Conference “Environmental Engineering”.

Anda mungkin juga menyukai