JUDUL:
PENELITI:
ILHAM SYAHRUDDIN
TAHUN 2021
ix
BAB I
PENDAHULUAN
ikut berkembang. Prilaku masyarakat apabila ditinjau dari segi hukum tentunya
ada prilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada juga yang
berlaku, tetapi juga anak-anak yang terjabak melanggar norma hukum, dimana
senjata tajam yang sering terjadi dalam masyarakat. Senjata tajam adalah alat
yang ditajamkan dan digunakan langsung untuk melukai tubuh lawan. Pada
pembunuhan dan masih banyak lagi jenis tindak pidana yang akan ditimbulkan
masyarakat. Hal ini akan menimbulkan akibat yang parah bagi korbannya, dimana
kejahatan dengan penggunaan senjata tajam ini tidak jarang menimbulkan luka-
1
2
Berbicara mengenai senjata, kita akan berfikir tentang benda atau yang
digunakan untuk mempertahankan diri atau menyerang pihak lain. Benda alat
yang dapat difungsikan sebagai senjata tapi tidak digunakan sebagai alat untuk
pertahankan diri atau menyerang orang lain. Maka benda itu bermakna sebagai
sebagai alat pemotong atau alat yang bisa digunakan dalam pertanian. Namun jika
benda-benda tersebut digunakan untuk menyerang orang lain maka benda tersebut
berubah fungsi, benga tersebut akan disebut sebagai senjata. Sama halnya dengan
pistol milik polisi, senapan, dan samurai. Benda-benda tersebut adalah benda atau
alat yang digunakan untuk mempertahankan diri dan untuk keperluan menyerang.
Jadi semua benda-benda atau alat-alat yang digunakan untuk menyerang pihak
lain
senjata tajam bukan merupakan hal yang tabu melainnkan sebuah kebiasaan.
Tidak tertatanya pengawasan kepemilikan senjata baik legal maupun illegal yang
dimiliki masyarakat umum, aparat kepolisian dan TNI, merupakan salah satu
Indonesia.
banyak terjadi, yang pelakunya bukan hanya orang dewasa namun banyak anak
yang saat ini sudah bahkan sering melakukan kejahatan tanpa memikirkan akibat
bahasa Prancis, recht dalam bahasa Jerman, recht dalam bahasa Belanda, atau
dirito dalam bahasa Italia. Hukum dalam artian luas dapat disamakan dengan
aturan, kaidah, norma, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang harus ditaati dalam
tentang Senjata Api dan Bahan peledak (LN. Tahun 1951 Nomor 78) dijelaskan
senjata penusuk (slag, steek of stoot wapen), dihukum dengan hukuman penjara
(2) Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk
tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan sah pekerjaan atau yang nyata-
nyata mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang
ajaib (merkwaardigheid)
Menurut penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Drt. Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 1951 tentang Senjata Api dan Bahan Peledak (LN. Tahun 1951 Nomor
78) tersebut diatas penggunaan senjata tajam yang dibenarkan adalah senjata
tajam yang digunakan untuk pertanian atau untuk pekerjaan rumah tangga atau
kasus seperti pengroyokan dan penusukan atau penikaman yang terlebih bila
untuk melukai korbannya. Untuk itu para penegak hukum harus lebih
masyarakat.
malam (THM) pada pukul 03.30 Wita karena melanggar jam oprasional yang di
tentukan yakni pukul 00.00 Wita, namun salah seorang anggota polres Sidrap
pelanggar hukum (penjahat) bila terjadi suatu tindak kejahatan. Kepolisian adalah
profesi yang sangat unik, sehingga untuk merumuskannya secara tuntas adalah
pekerjaan yang tidak mudah. Kepolisian merupakan perpaduan antara kekuatan
dan pelayanan, padahal keduanya merupakan kategori yang berdiri sendiri dan
Sehubungan dengan penjelasan diatas, Allah SWT, berfirman dalam Q.S Al-
َٰ
ى وه ْ ؤ ل ِئكO> َٰٰ ِل من أُ ْنث َل ي جز َّال مْثها و ًمن ع ِمل ة
من ِمل
حا ذ ك ٍر أ ْو و ِم ن ف أُو ل ى ِس
م صا ع يئ
حساب ْدخلُو ن
ْ ي زقُو يه
ْر ن ا ي ا ْل
ِر جناة
yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman,
Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”.
Berdasarkan urain diatas, maka penulis tertarik mengkaji dan menganalisis lebih
dalam penerapan hukum tentang tindak pidana kepemilikan senjata tajam oleh
POLRES SIDRAP)”
2. Rumusan Masalah
berikut:
Sidenreng Rappang?
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teori
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kriminologi
(2017:1) kata kriminologi berasal dari bahasa latin crimen yang berarti kejahatan
atau penjahat dalam bahasa yunani logos yang berarti ilmu pengetahuan. Secara
umum, definisi yang paling sederhana adalah kriminologi sebagai studi ilmiah
Mappaselleng, 2017:1) common sense, dalam salah satu maknanya, bisa menipu
dengan kata lain apa yang semua orang tahu dan anak-anak belajar saat mereka
hal yang mudah. Kriminologi adalah ilmu yang diterapkan kriminolog di mana
8
9
diartikan sebagai perilaku manusia yang dapat dihukum oleh hukum pidana.
berpendapat kriminologi adalah ilmu yang terkait dengan norma hukum yang
penyebab, reaksi dan respon formal dan informal, pejahat, masyarakat dan orang
kejahatan;
disiplin;
kebijakan;
6) Keistimewaan kriminologi ini terkadang sesuai dengan pemikiran
bahwa:
yang belum terjawab “apa itu kejahatan?”. Pada awalnya hal ini tampak seperti
pertanyaan sederhana, namun kenyataan lebih kompleks dari pada apa yang dapat
dipikirkan. Salah satu poin utama yang harus dipertimbangkan yaitu bahwa
kejahatan itu tidak statis atau tetap, melainkan berubah-ubah. Apa yang dahulu
tidak di anggap sebagai kejahatan, bisa jadi saat ini sudah dipandang sebagai
perbuatan illegal dapat menjadi legal. Kejahatan juga berbeda dari aspek
negara lain.
terapkan dengan muda pada beberapa fakta atau aktivitas sederhana. Bagi banyak
orang yang bukan kriminolog, gagasan tentang kejahatan mengking sangat jelas
sehingga mereka tidak berafikir dua kali tentang itu. Lagi pula, korban, berita di
televisi dan film Hollywood memperjelas kejahatan apa. Jadi mengapa repot-repot
universal atau disepakati mengenai. Artinya, hal yang berbeda untuk orang yang
ada jawaban yang sederhana untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang
merupakan kejahatan. Sebaliknya atau berbagai perpektif yang berbeda mengenai
Michael & Adler (1993:2). Definisi kejahatan yang paling tepat adalah
(bawaan sejak lahir, warisan), juga bukan merupakan warisan biologis. Tindak
kejahatan bisa dilakukan siapapun, baik wanita maupun pria, dengan tingkat
pendidikan yang berbeda. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu
difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada maksud tertentu secara sadar benar.
adalah baik itu tindakan aktif maupun pasif yang melanggar hukum, apakah itu
menjadi bagian dari tindakan atau tindakan yang dilarang oleh hukum pidana,
yang terdiri dari tindakan yang berhasil diproses oleh disistem peradilan pidana
dan diputus bersalah oleh pengadilan. Akan tetapi, disisi lain definisi tersebut
dipandang sangat dekat dan kaku. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sejak abat
ke-18, definisi mengenai kejahatan telah merujuk kepada tindakan yang dilarang,
dituntut dan dihukum oleh hukum pidana, sehingga kriminologi bertindak seolah-
bahwa komponen intinya dalam kejahatan adalah konflik antar budaya. Kejahatan
lebih kompleks dari pada sekedar melanggar hukum pidana. Munculnya kajahatan
kesepakatan antara kriminolog tentang apa yang dimaksud dengan kejahatan. Satu
penyimpangan kecil mulai dari standar prilaku yang dapat diterima, misalnya
seperti mengemis dijalan maupun mabuk ditempat umum hingga tindakan yang
sangat ofensif yang melibatkan bahwa yang cukup serius, seperti terorisme atau
masing-masing mulai dari yang rendah dan lemah hingga tinggi dan kuat.
Akhirnya pada dimensi keseriusan adalah evaluasi sosial atas dampak yang
pembunuhan yang pada puncaknya sampai kejahatan tanpa korban (Nur Fadhilah
Mappaselleng, 2017:12).
seorang seorang telah menjadi korban. Untuk mengatasi hal tersebut, Henry dan
pertama. Piramida teratas mewakili kejahatan yang sangat terlihat yang biasanya
Pada bagian bawah yaitu piramida terbalik menunjukan jenis kejahatan yang
relative tidak terlihat. Yang termasuk didalamnya berbagai kejahatan oleh pihak
13).
menikah;
melakukan kejahatan;
melakukan kejahatan;
kejahatan sendiri;
l. Untuk pria dan wanita yang berbeda didasar struktur kelas, baik status sosial
negara yang telah terbukti jelas memiliki tingkat kejahatan menurut dalam
Artinya adalah apa yang tertera dalam undang-undang harus terlebih dahulu
bermoral, ataupun yang dapat dicela tidak termasuk kejahatan apabila tidak
c. Harus ada perbuatan. Perbuatan yang dimaksud disini bisa perbuatan aktif
kejahatan, menurutnya kejahatan memiliki arti suatu perilaku yang dilarang oleh
Tindak Pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang
dikenal dengan istilah strafbar feit dan dalam KUHP (Kitab Undang–Undang
Hukum Pidana) dengan perbuatanpidana atau peristiwa pidana. Kata Strafbar feit
inilah yang melahirkan berbagai istilah yang berbeda–beda dari kalangan ahli
hukum sesuaidengan sudut pandang yang berbeda pula. Ada yang menerjemahkan
Suatu Strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidaklain daripada suatu tindakan
yang dapat dihukum.Vos merumuskan bahwa Strafbaar feit adalah suatu kelakuan
merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat
atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah
laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang
tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara wajib dicantumkan dalam
1996:7).
tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana, di mana penjatuhan pidana terhadap pelaku
Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
Tindak pidana adalah merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi
pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung
pidanya sendiri, yaitu berdasarkan azas legalitas (Principle of legality) asas yang
menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
lebih dikenal dalambahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia
lege.
1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau
undang.
digunakananalogi.
“Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan
hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa
ada dalam hukum pidana Indonesia memiliki arti yang cukup abstrak dalam
“Istilah tindak pidana ini timbul dan berkembang dari pihak Kementrian
lebih pendek dari pada perbuatan, akan tetapi tindak pidana menunjukkan
kata yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menunjukkan hal yang
konkrit.”
masuk dalam kejahatan, dan Buku III KUHP memuat pelanggaran.Dari rumusan
tindak pidana dalam KUHP, dapat diketahui adanya 11 unsur tindak pidana, yaitu:
1. Unsur tingkah laku;
3. Unsur kesalahan;
Dari 11 (sebelas) unsur itu, di antaranya dua unsur, yakni kesalahan dan
unsur objektif. Unsur yang bersifat objektif adalah semua unsuryang berada diluar
perbuatan dan keadaan-keadaan tertentu yang melekat pada perbuatan dan objek
tindak pidana. Sementara itu, unsur yang bersifat subjektif adalah semua unsur
yang mengenai batin atau melekat pada keadaan batin orangnya. jenis tindak
buku III;
2. Menurut cara merumuskan, dibedakan antara tindak pidana formil
(culpose delicten);
(delictaommissionis);
11. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan,
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa jenis tindak pidana terdiri
dari tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran,tindak pidana formil
dan tindak pidana materil, tindak pidana sengaja dantindak pidana tidak sengaja
juga berarti hukuman. Oleh karena itu, kata mempidana berarti menuntut
Beberapa istilah yang dapat digunakan untuk tindak pidana, antara lain delict
tindak pidana”. Beberapa pendapat pakar hukum dari barat (Eropa) mengenai
melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang
terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja
perilaku manumur yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam suatu
pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan
membedakan dengan lapangan hukum yang lain, yaitu bahwa hukum pidana
sebenarnya tidak mengadakan norma sendiri melainkan sudah terletak pada
lapangan hukum yang lain, dan sanksi pidana diadakan untuk menguatkan
perbuatan yang bertentangan dengan tata atau ketentuan yang dikehendaki oleh
hukum, dimana syarat utama dari adanya perbuatan pidana adalah kenyataan
pidana. Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu suatu
aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
penghukuman.
ketentuan hukum.
undang-undang.
Istilah perbuatan pidana yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan yang juga disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu
bagi siapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan perbuatan pidana
adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana,
larangan tersebut ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau kejadian
Lebih lanjut Moeljatno menjelaskan antara larangan dan ancaman pidana ada
hubungan erat, karena itu antara kejadian dan orang yangmenimbulkan kejadian
itu harus ada hubungan yang erat pula, yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang
lain. Suatu kejadian tidak dapat dilarang, jika yang menimbulkannya bukanlah
orang. Seseorang tidak dapat diancam pidana, jika tidak karena kejadian yang
kepada dua keadaan kongkrit yaitu adanya kejadian yang tertentu dan adanya
Jika orang telah melakukan perbuatan pidana, belum tentu dapat dijatuhi
pidana sebab masih harus dilihat apakah orang tersebut dapat disalahkan atas
jawabkan dalam hukum pidana. Oleh karena itu, orang yang telah melakukan
perbuatan pidana tanpa adanya kesalahan, maka orang tersebut tidak dapat
dipidana, sesuai dengan asas hukum yang tidak tertulis, geen straf zonder schuld,
2. Senjata Tajam
Senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau
untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun
yang dapat digunakan merusak (bahkan psikologi dan tubuh manusia) dapat
dikatakan senjata. Senjata bisa sederhana seperti pentungan, dan peluru. Senjata
sebagai alat dapur atau alat pekerjaan lainnya. Sejak dahulu kala tidak ada
“senjata tajam yaitu alat yang bentuknya tajam tapi bukan digunakan untuk
“ada tiga fungsi atau makna senjata tajam, bila ditinjau dari budaya
sebagai usaha untuk mendatangkan hasil baik bagi diri sendiri pribadi,
alat pembelaan untuk kehormatan dan harga diri, baik bagi diri sendiri
Selain dari pengertian senjata tajam yang ditemukan oleh beberapa pakar
diatas, pengertian senjata tajam ditemukan di dalam kamus bahasa Indonesia (W.
“senjata tajam adalah senjata yang bermata tajam seperti golok, pedang dan
sebagainya”
senjata api dan bahan peledak juga mengatur tentang senjata tajam namun
tajam apa yang dinlarang Tetapi bisa diambil pengertian bahwa yang dimaksud
senjata adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan diri, menyerang, juga
untuk mengancam serta melukai seseorang. Senjata tajam adalah alat yang
Badik makassar memiliki Kale (bilah) yang pipih, Battang (perut) buncit
dan tajam serta Cappa (ujung) yang runcing. badik yang berbentuk seperti ini
disebut badik sari. badik sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa
kale (tubuh badik) dan banoang (sarung Badik). lain makassar lain pula bugis,
di daerah ini badik di sebut dengan kawali, seperti kawali raja (bone) dan
Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan
bentuk agak melebar pada bagian ujung, Sedangkan kawali luwu memiliki bessi pipih
dan berbentuk lurus. Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi
(bilah) dan wanua (sarung). Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga
dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu yang dapat membawa keberuntungan
ataupun kesialan. Kawali lamalomo sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif
kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan
bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali lataring tellu yang mempunyai motif berupa tiga
noktah dalam posisi tungku dipercaya akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya
berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak akan mengalami duka nestapa.
Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka yang berusaha di
sektor pertanian.
2.2.3 Celurit
Celurit adalah alat pertanian yang berfungsi sebagai alat potong yang
yang sama dengan arit/sabit, clurit lebih mengacu pada senjata tajam
sedangkan arit atau sabit cenderung bersifat sebagai alat pertanian. Clurit
merupakan senjata khas dari suku madura provinsi jawa timur digunakan
sebagai senjata carok. Legenda senjata ini adalah 22 senjata yang biasa
digunakan oleh tokoh yang bernama sakera yang kontra dengan dengan
Carok dan celurit tak bisa dipisahkan, carok merupakan symbol kesatria
Alasannya adalah demi menjunjung harga diri. istilahnya, daripada putih mata
lebih baik putih tulang. Artinya, lebih baik mati berkalang tanah daripada
menanggung malu. Penyelesaian dengan cara carok pasti salah satu ada yang
mati. Oleh karena itu walaupun salah satu khasanah budaya rakyat indonesia,
2.2.4 Parang
Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif
sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau
alat tebas (terutama selak belukar) kala penggunanya keluar masuk hutan.
2.2.5 Keris
Jenis senjata tajam ini mempunyai fungsi sebagai alat, digunakan sebagai
barang pusaka atau barang kuno/barang gaib. Senjata ini jarang digunakan
untuk melakukan suatu kejahatan, dan hanya digunkan oleh orang-orang
a. Upacara perkawinan
2.2.6 Tombak
tajam yang bentuknya panjang yang ujungnya runcing dan tajam. Jenis senjata
tajam ini berfungsi sebagai alat untuk melakukan suatu pekerjaan, biasanya
perbuatan delik.
2.2.7 Busur
Busur adalah jenis senjata tajam yang dibuat dari batang besi atau besi
mudah dibuat dan harganya pembuatanya juga terbilang cukup murah, maka
dari itu mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa mudah untuk
Senjata tajam juga terkadang dimiliki oleh organisasi- organisasi maupun komunitas
melakukan kejahatan. Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang –Undang Darurat Nomor 12
tahun 1951 dijelaskan larangan kepemilikan senjata tajam. Dalam pasal tersebut
senjata tajam bagi masyarakat sipil yang tidak memerlukan senjata tajam untuk
kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (2) undang undang tersebut
senjata penusuk, yang dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (1). Menurut Pasal 2 ayat (1),
dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk dalam pasal
mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib
(merkwaardigheid). Pada masa kini sesuai dengan pengamatan penulis, sudah terjadi
pergerseran nilai-nilai dari alat-alat tersebut, pisau, golok, kampak, celurit dari yang
tadinya tools /perkakas pada saat-saat tertentu justru dapat menjadi alat untuk
tujuan sebagai barang pusaka, barang kuno, atau barang ajaib. Sebilah pisau dapur,
yang tujuan pembuatannya adalah untuk digunakan dalam proses masak memasak,
tidak termasuk ke dalam senjata pemukul atau penusuk. Juga sebilah keris yang
dibuat pada masa lampau dan sekarang disimpan sebagai barang pusaka atau barang
kuno atau barang ajaib, yaitu dianggap mempunyai kekuatan gaib, tidak termasuk ke
dalam pengertian senjata dalam arti pasal 2 ayat (1) UU No. 12/Drt/1951 (Jeklin
Marsya Langi,2016:128-129).
senjata tajam yang diperbolehkan digunakan secara bebas juga dapat disalahgunakan
jika senjata tersebut berada di tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
tersebut.
Permasalahan kepemilikan senjata tajam yang terjadi di masyarakat bukanlah
senjata tajam yang digunakan untuk kejahatan, dan untuk melindungi masyarakat
mengerti mengenai kegunaan senjata tajam yang sesungguhnya sehingga tidak terjadi
mempunyai senjata tajam yang tidak digunakan untuk keperluan pertanian dan
rumah tangga maupun senjata yang dijadikan sebagai barang pusaka maka akan
tajam tidak dibatasi oleh siapa yang memiliki senjata tajam tersebut, jika senjata
tersebut digunakan untuk suatu hal yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain
maka akan diberikan hukuman. Tidak terkecuali jika senjata tajam tersebut hanya
jika senjata tersebut dimanfaatkan untuk perbuatan yang melanggar hukum. Sebagian
besar delik yang terdapat dalah hukum pidana merupakan delik aduan, sehingga
aparat penegak hukum akan melakukan upaya hukum jika terdapat aduan dari
masyarakat mengenai kejahatan yang terjadi. Salah satu upaya hukum yang
dilakukan oleh kepolisian dalam melakukan penegakan hukum senjata tajam yaitu
melalui proses penyidikan salah satunya dengan melakukan razia, ketika diketahui
membawa senjata tajam akan dilakukan penyelidikan lebih lanjut maksud seseorang
tersebut membawa senjata tajam. Ketika diketahui terdapat niat untuk berbuat
kejahatan maka akan dilakukan upaya hukum lebih lanjut dengan melakukan proses
penyidikan, dan selama penyidikan tersangka yang membawa senjata tajam akan
Kepemilikan senjata tajam pada dasarnya tidak termasuk pada kejahatan jika
senjata yang dimiliki merupakan senjata yang digunakan untuk kepentingan rumah
tangga dan alat pertanian. Dalam pasal 3 Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun
kepemilikan senjata tajam yang tidak digunakan untuk keperluan rumah tangga dan
diberikan kepada seseorang yang membawa atau menguasai senjata tajam maka akan
diberikan sanksi dengan hukuman penjara paling lama sepuluh tahun. Sanksi dalam
bagi pelaku yang membawa senjata tajam adalah maksimal 10 tahun penjara, namun
tidak dijelaskan lebih rinci ketentuan mengenai sanksi tersebut diperuntukkan untuk
pelaku yang membawa senjata tajam seperti apa, dan juga tidak dijelaskan bahwa
hukuman tersebut diperuntukkan untuk semua masa hukuman yang akan diterima
Kejahatan merupakan suatu perbuatan yang buruk, berasal dari kata jahat yang
memiliki arti sangat tidak baik, sangat buruk, sangat jelek, sedangkan secara yuridis
kejahatan diartikan sebagai suatu perbuatan melanggar hukum atau yang dilarang
secara umum memiliki arti perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku.Berdasarkan arti kejahatan berasal dari kata jahat yang mendapat awalan
“ke” dan mendapat akhiran “an” yang memiliki arti sangat jelek, buruk, sangat tidak
baik (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2011:196). Berarti secara bahasa, kejahatan adalah
perbuatan yang jahat, perbuatan yang melanggar hukum, perilaku yang bertentangan
dengan nilai dan norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum tertulis. Ada
beberapa pengertian kejahatan, secara yuridis kejahatan adalah segala tingkah laku
manusia yang bertentangan dengan hukum, dapat dipidana yang diatur dalam hukum
dilakukan oleh seorang yang bukan pembelaan atau pembenaran dan diancam
dengan sanksi oleh Negara sebagai kejahatan maupun pelanggaran, menurutnya
dalam keadaan tertentu, disamping itu juga harus ada niat jahat.
Box. Sejalan dengan pemikiran itu dalam buku kriminologi suatu pengantar, tahun
1981 menjelaskan bahwa salah satu masalah struktural yang perlu diperhatikan
seseorang dibawa sejak lahir. Melalui gen dan keturunan, dapat memunculkan
dapat dilihat dari fisik pelaku kejahatan itu, misalnya, dapat dilihat dari ciri-ciri
biologis tertentu seperti muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan
lain-lain. Namun hal ini tidak bisa dijadikan sebagai faktor penyebab terjadinya
seorang pelaku kejahatan. Selain itu, pelaku kejahatan memiliki bakat jahat yang
dimiliki sejak lahir yang diperoleh dari warisan nenek moyang. Karena penjahat
2012:86).
merupakan reaksi terhadap masalah psikis, misalnya pada keluarga yang hancur
akibat perceraian atau salah asuhan karena orangtua terlalu sibuk berkarier.
Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan adalah psikologis dari
tertekan dengan keadaan hidupnya yang tak kunjung membaik, atau frustasi.
Orang yang frustasi cenderung lebih mudah untuk mengonsumsi alkohol demi
membantu mengurangi beban hidup yang ada dibandingkan dengan orang dalam
akan tetap memiliki kelakuan jahat tanpa melihat situasi dan kondisi (Indah Sri
Utami,2012:48).
keadaan tertekan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak kunjung dapat
seseorang tersebut untuk melakukan kejahatan karena merasa iri. Sejalan dengan
pemikiran itu bahwa salah satu masalah struktural yang perlu diperhatikan
didalam analisis kejahatan di Indonesia adalah masalah kemiskinan. Dalam
di Indonesia salah satunya juga didorong oleh krisis ekonomi, termasuk oleh
2012:77).
mendapatkan uang dalam waktu yang singkat dan dengan cara yang sederhana,
maka timbul lah keinginan seseorang untuk melakukan kejahatan salah satunya
berdampak pada beberapa faktor lain misal faktor pendidikan. Orang yang
tergolong miskin akan identik dengan pendidikan yang rendah, karena dalam
hidupnya tak mampu untuk membayar biaya pendidikan yang kian lama makin
menjadi pengangguran atau hanya memiliki pekerjaan apa adanya, sehingga hal
ini bisa memengaruhi seseorang untuk memiliki penyakit moral atau kepribadian
Teori ini menjelaskan bahwa penyebab tingkah laku jahat murni sosiologis
atau sosial psikologis adalah pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan
kelompok, peranan sosial, status sosial, atau internalisasi simbolis yang keliru.
Perilaku jahat dibentuk oleh lingkungan yang buruk dan jahat, kondisi sekolah
yang kurang menarik dan pergaulan yang tidak terarahkan oleh nilai-nilai
kejahatan karena proses meniru keadaan sekelilingnya atau yang lebih dikenal
Menurut teori ini, perilaku jahat adalah sifat-sifat struktur sosial dengan
pola budaya yang khas dari lingkungan dan masyarakat yang dialami oleh
penjahat. Hal itu terjadi karena populasi yang padat, status sosial-ekonomis
penghuninya rendah, kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk, atau juga
karena banyak disorganisasi familiar dan sosial bertingkat tinggi (Ende hasbi
Nasaruddin, 2016:121-122)
Faktor ini bisa menjadi faktor penyebab terjadinya kejahatan, maksud dari
faktor ini adalah penyebab kejahatan dilihat berdasarkan letak suatu daerah
tertentu tempat terjadinya suatu kejahatan. Dalam hal ini faktor ini adalah
terletak di luar dari diri pelaku kejahatan. Biasanya daerah perkotaan akan lebih
kejahatan terhadap harta benda, pencurian ataupun perampokan, hal ini terjadi
sosial ketimbang keamanan dirinya, dengan memiliki pola hidup yang konsumtif
berbagai previlage, anak-anak dari kelas ekonomi terbelakang dan lemah mudah
menyerap etik yang kontradiktif dan kriminal, lalu menolak konvensi umum
yang berlaku, mereka menggunakan respon kriminal. Maka tingkah laku jahat
1). Fasilitas sekolah, berupa gedung bangunan sekolah yang tidak memenuhi
persyaratan.
Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu
5.1. Pre-Emtif.
untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan tetapi tidak ada niatnya untuk
melakukan hal tersebut, maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha
kejahatan.
Contoh : Ditengah malam pada saat lampu merah lalu lintas menyala maka
pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan lalu lintas tersebut meskipun
pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Hal ini selalu terjadi di banyak
negara seperti Singapura, Sidney, dan kota besar lainnya di dunia. Jadi dalam
5.2. Preventif.
Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya Pre-
Contoh : Ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan itu dihilangkan
demikian kesempatan menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam
5.3. Represif.
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau kejahatan
menjatuhkan hukuman.
Menurut teori pembalasan ini, seseorang yang berbuat jahat harus dipidana
diterimanya, namun hak ini diambil alih oleh raja atau pemerintah.
berbahaya.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum dengan tipe penelitian hukum
empiris yaitu suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum
yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum
2. Lokasi Penelitian
pembinaan dan pendidikan bagi yang melakukan tindak pidana kriminal, terutama
penyalahgunaan senjata tajam. Seperti halnya keinginan dan harapan penulis yang
bertujuan untuk lebih banyak membarikan bekal bagi pelaku tindak pidana
mendapatkan hukuman.
47
48
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sebagai berikut:
1. Data primer, yaitu data yang didapat secara langsung dari pihak kepolisian.
Dengan demikian data primer merupakan data yang diperoleh dari studi
dibahas. Penulis akan mengkaji dan menelitisumber data yang diperoleh dari
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan
penulisan.
5. Analisis Data
Analisis data akan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yaitu data
ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara berpikir dalam mengambil suatu
dan memecahkan serta pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek yang
kondisi waktu.
50
50
BAB IV
61
BAB V
1. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A.S. dan Amir Ilyas. 2010. Pengantar Kriminologi. Refleksi: Makassar.
Andi Hamzah,. 2001.Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Galian
Indonesia : Jakarta
Barda Nawawi Arif. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum
Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan. Kencana: Jakarta.
Indah Sri Utami. 2012. Aliran dan Teori Dalam Kriminologi. Thafa Media:
Bantul Yogyakarta.
Jurnal:
Intrnet:
di.
Makassar
3. Telah melakukan penelitian bagian Satuan Reskrim Polres Sidrap dengan judul
penelitian "TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG PENYALAHGUNAAN
SENJATA TAJAM DIWILAYAH HUKUM POLRES SIDRAP"
MUNA SAAD, SH
INSPEKTUR POLISI ATU NRP 67030529