Anda di halaman 1dari 9

Makalah

AHLUSSUNNAH SALAF DAN KHALAF

Disusun oleh:
Nama:
1. Fadilla febriza (npm: 200311098)
2. Nurmila putri (npm: 200311113)

Mata kuliah:
ILMU KALAM

Program studi:

Ekonomi syariah

Dosen Pengampu:
JONI HAMEDI, M.I.S.

FAKULTAS SYARI’AH DAKWAH DAN USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERITAKENGON TAHUN AJARAN GANJIL2020-


2021
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan bathin. Di dalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan
kejidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya. Berbagai pemikiran yang
tumbuh dalam masyarakat Muslim mendapatkan pengakuan yang apresiatif. Keterbukaan yang
demikian lebar untuk menerima berbagai pendapat menjadikan Ahlussunnah wal Jama'ah
memiliki kemampuan untuk meredam berbagai konflik internal umat. Corak ini sangat tampak
dalam wacana pemikiran hukum Islam yang paling realistik dan paling banyak menyentuh aspek
relasi sosial. Dalam diskursus sosial-budaya, Ahlussunnah wal Jama'ah banyak melakukan
toleransi terhadap tradisi-tradisi yang telah berkembang di masyarakat, tanpa melibatkan diri
dalam substansinya, bahkan tetap berusaha untuk mengarahkannya. Formalisme dalam aspek-
aspek kebudayaan dalam pandangan Ahlussunnah wal Jama'ah tidaklah memiliki signifikansi
yang kuat. Karena itu, tidak mengherankan jika dalam tradisi kaum Sunni terkesan hadirnya
wajah kultur Syi'ah atau bahkan Hinduisme. Sikap toleran Ahlussunnah wal Jama'ah yang
demikian telah memberikan makna khusus dalam hubungannya dengan dimensi kemanusiaan
secara lebih luas. Hal ini pula yang membuatnya menarik banyak kaum muslimin di berbagai
wilayah dunia. Pluralistiknya pikiran dan sikap hidup masyarakat adalah keniscayaan dan ini
akan mengantarkannya kepada visi kehidupan dunia yang rahmat di bawah prinsip ketuhanan.

Pada masa Ahlu Sunnah salaf dan khalaf banyak terjadi perselisihan antara ulama-ulama
pada saat itu, yang paling signifikan adalah masalah tentang Ilmu kalam, dimana ulama-ulama
pada saat itu menggunakan kerangka dan pola pikir mereka yang berbeda satu dengan lainnya
dalam memahami masalah ayat mutasyabihat dan lain sebagainya, sehingga menumbuhkan atau
kata lain menimbulkan pemahaman yang berbeda pula. Diantara tokoh-tokohnya ialah Imam
Ahmad bin Hambal, Ibn Taimiyah, Az-Zuhri, Ja’far Ash-Shadiq yang mana mereka
dikategorikan dari golongan Salaf dan Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi yang
mana keduanya masuk pada golongan ulama Khalaf. Ulama-ulama tersebut itu adalah ulama
yang sangat berjasa untuk Islam pada masa mereka dan berlanjut sampai sekarang, masa yang
penuh dengan kecamuk orang-orang yang tidak
B. RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan As-salaf itu ?

Dan siapa Al-Khalaf itu ?

Apa hubungannya Al-Khalaf dengan As-salaf ?

BAB II PEMBAHASAN

PENGERTIAN SALAF DAN KHALAF


1. Pengertian Salaf
Arti salaf secara bahasa adalah pendahulu bagi suatu generasi. Sedangkan dalam istilah
syariah Islamiyah as-salaf itu ialah orang-orang pertama yang memahami, mengimami,
memperjuangkan serta mengajarkan Islam yang diambil langsung dari shahabat Nabi salallahu
‘alaihi wa sallam, para tabi’in (kaum mukminin yang mengambil ilmu dan pemahaman/murid
dari para shahabat) dan para tabi’it tabi’in (kaum mukminin yang mengambil ilmu dan
pemahaman/murid dari tabi’in). istilah yang lebih lengkap bagi mereka ini ialah as-salafus
shalih. Selanjutnya pemahaman as-salafus shalih terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits dinamakan
as-salafiyah. Sedangkan orang Islam yang ikut pemahaman ini dinamakan salafi. Demikian pula
dakwah kepada pemahaman ini dinamakan dakwah salafiyyah.
Definisi salaf menurut Thablawi Mahmud Sa’ad, salaf artinya ulama terdahulu. Salaf
terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, Tabi’in, para pemuka abad ketiga dan
para pengikutnya pada abad ke 4 H yang terdiri atas para muhadisain dan yang lainnya. Salaf
berarti pula ulama-ulama shalih yang hidup pada tiga abad pertama islam. Sedangkan Mahmud
Al-Bisyi Bisyi dalam Al-Firoq Al-Islamiyah mendefinisikan salaf sebagai sahabat, tabi’in, dan
tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran yang mendalam mengenai sifat
Allah yang menyerupai saegala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan menggunakannya.
Ibrahim masykur menguraikan karakteristik ulama salaf atau salafiyah sebagai berikut:
1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (Naqli) dari pada dirayah (akal)
2. Dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuludin) dan persoalan-persoalan cabang agama
(furu’adin), mereka hanya bertolak dari penjelasan dari Al-Kitab dan rasional.
3. Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang zat-Nya) dan tidak pula
mempunyai paham antropomorpisme.
4. Mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lahirnya dan tidak berupaya
untuk mena’wilkannya.
Ciri khas golongan ini adalah, mereka kembali kepada penafsiran harfiah (literalis) atau
nash dan memunculkan tradisi kalam dan hukum, sebagaimana ketika perkembangan pertama
dalam islam, terutama pemikiran-pemikiran Ahmad bin Hambal, serta menolak dominasi
menolak dominasi akal dalam memecahkan berbagai masalah keagamaan.
Menurut Harun Nasution, secara kronologis salafiyah bermula dari imam ahmad ibnu
hambal. Lalu ajarannya di kembangkan Imam ibnu Taimiyah, kemudian disuburkan oleh imam
Muhammad Ibnu Abdul Wahhab, dan akhirnya berkembang di dunia islam secara sporadis.

2. Pengertian Khalaf
Khalaf artinya Masa yang datang sesudah. Khalaf menurut istilah diartikan sebagai jalan
para ulama’ modern. Walaupun tidak dapat dikatakan bahwa semua ulama’ modern mengikuti
jalan ini. Adapun ungkapan Ahlussunnah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi
dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok
syi’ah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah sebagaimana juga Asy’ariyah masuk dalam barisan
sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah madzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah
dan merupakan lawan Mu’tazilah.
Selanjutnya Ahlussunnah banyak dipakai setelah munculnya aliran Asy’ariyah dan
Maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.

SEJARAH LAHIRNYA ALIRAN SALAF DAN KHALAF


1. Sejarah Lahirnya Aliran Salaf
Secara konkrit aliran ini muncul pada abad IVH/X M oleh para pengikut Imam Ahmad
bin Hambal. Pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh aliran ini, demikian menurut para
tokohnya, mengacu kepada pendapat Imam Ahmad bin Hambal yang berupaya menghidupkan
kembali dan membela metode sesuai akidah salaf. Istilah dan nama salaf disini menunjuk
kepada arti generasi terdahulu, yaitu generasi para sahabat dan tabi’in. Jadi yang dimaksud
dengan aliran salaf adalah aliran yang berupaya menghidupkan kembali dan membela metode
serta pemikiran kalam yang ditampilkan oleh generasi para sahabat dan tabi’in.
Gerakan atau aliran salaf ini kemudian muncul dan memperlihatkan diri lebih jelas
dibawah upaya dan pengaruh Syaikh al-Islam Muhy al-Din bin Taimiyah. Selanjutnya
dikembangkan dan di propagandakan di jazirah Arab abad XII H/XVIII M oleh Muhammad bin
Abdul Wahhab, yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan Wahabiyah, yang tetap bertahan
hingga sekarang.
Gerakan atau aliran salaf ini berkembang tidak lepas dari pengaruh perkembangan
pemikiran di dunia Islam sendiri, ketika komunitas Islam masih terbatas pada bangsa Arab di
semenanjung Arabia, pemahaman para sahabat terhadap agama semata-mata menurut nash al-
Qur’an dan as-Sunnah, dengan pemahaman secara zahiri tanpa takwil dan qiyas. Mereka
mengimani apa yang disampaikan oleh al-Qur’an dan yang dijelaskan oleh Sunnah secara
global, tanpa mempertanyakan dan mendiskusikannya lebih detail.

2. Sejarah Lahirnya Aliran Khalaf


Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir setelah abad III H
dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan apa yang dimiliki salaf. Suatu golongan dari
ummat Islam yang mengambil fislafat sebagai patokan amalan agama dan mereka ini
meninggalkan jalannya as-salaf dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits. Awal mula
timbulnya istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak diketahui secara pasti kapan dan dimana
munculnya karena sesungguhnya istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah mulai dipopulerkan oleh
para ulama salaf ketika semakin mewabahnya berbagai bid’ah dikalangan ummat Islam.
Karakteristik yang paling menonjol dari khalaf adalah penakwilan terhadap sifat-sifat Tuhan
yang serupa dengan mahluk pada pengertian yang sesuai dengan ketinggian dan kesucian-Nya.
Adapun ungkapan Ahlussunnah (sering disebut Sunni) dapat dibedakan menjadi dua
pengertian yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan dari kelompok
Syi’ah. Dalam pengertian ini Mu’tazilah sebagaimana Asy’ariyyah masuk dalam barisan Sunni.
Adapun Sunni dalam pengertian khusus adalah madzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyyah
dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah. Dalam hubungan ini
Harun Nasution dengan meminjam keterangan Tasy Kubra Zadah menjelaskan bahwa aliran
Ahlusunnah muncul atas keberanian dan usaha Abu Hasan al-Asy’ari sekitar tahun 300 H.
TOKOH-TOKOH ALIRAN SALAF DAN KHALAF
1. Aliran Salaf
a. Imam Ahmad bin Hambal
Imam ahmad bin hambal lahir di Baghdad pada 780 M dan berasal dari keturunan Arab.
Neneknya memiliki kedudukan sebagai ketua dari salah satu daerah Khurasan dan orang tuanya
meninggal sewaktu Ahmad masih kecil. Ia dilahirkan di bagdad tahun 164/780 M, dan
meninggal 241 H/855 M. ia sering dipanggil Abu Abdillah karena salah seorang anaknya
bernama Abdillah. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Imam Hambali karena merupakan
pendiri mazhab Hambali. Madzhab Hambali ini banyak dianut penduduk Irak, Mesir, Suriah,
Palestina dan Arabia. Di Arabia madzhab ini merupakan madzhab resmi dari negara.
b. Ibn Taimiyah (661-729)
Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim bin Abi Al-Halim
bin Taimiyah. Lahir di Harran, hari Senin 10 Rabiul Awal tahun 661 H dan meninggal di penjara
pada malam Senin 20 Dzulqaidah tahun 729 H. Ayahnya bernama Syihabudin Abu Ahmad
Abdul Halim bin Abdissalam Ibn Abdillah bin Taimiyah, seorang syekh, khatib dan hakim di
kotanya.
Dikatakan oleh Ibn Ibrahim Madzkur bahwa Ibn Taimiyah merupakan tokoh salaf ekstrem
karena kurang memberikan ruang gerak pada akal. Ia murid muttaqin, wara’, dan zuhud. Ia
seorang panglima dan penentang bangsa Tartas yang berani dengan mengangkat senjata. Ia
dikenal sebagai orang yang muhaddits, mufassir, faqih, teolog, bahkan banyak mengetahui
tentang filsafat. Berulang kali Ibn Taimiyah masuk penjara karena bersengketa dengan para
ulama’ pada zamannya.
Masa kehidupan Ibn Taimiyah bersamaan dengan kondisi dunia Islam yang sedang
disintegrasi, dislokasi sosial, dan degradasi moral dan akhlak. Kelahirannya terjadi setelah lima
tahun setelah Baghdad dihancurkan pasukan Mongol, Hulagu Khan. Oleh karena itu, pantas jika
Ibn Taimiyah dalam upaya mempersatukan umat Islam mengalami banyak tantangan, bahkan
dirinya harus wafat dalam penjara.
2. Aliran khalaf
a. Imam Al-Asy’ari
Nama lengkap al-Asy’ari adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bih Ishaq bin Salim bin
Isma’il bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa al-Asy’ari. Menurut beberapa riwayat
beliau dilahirkan di Bashrah pada tahun 260H/875M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah
ke kota Baghdad dan wafat disana pada tahun 324H/935M.
Al-Asy’ari menganut faham Mu’tazilah hanya sampai ia berusia 40 tahun. Setelah itu secara
tiba-tiba ia mengumumkan dihadapan jama’ah masjid Bashrah bahwa dirinya telah
meninggalkan faham Mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya. Menurut ibnu
Asakir yang melatarbelakangi al-Asy’ari meninggalkan Mu’tazilah adalah pengakuan beliah
telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW sebanyak tiga kali yakni malam ke-10 ke-20
dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga mimpinya itu Rasulullah memperingatkan agar
meninggalkan faham Mu’tazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan oleh beliau.
b. Al-Maturidi
Abu Mansur al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkan,
tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-
3 H. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M. Gurunya dalam bidang fiqh dan teologi bernama Nasyr
bin Yahya al-Balahi. Ia wafat pada tahun 268 H. al-Maturidi hidup pada masa al-Mutawakil yang
memerintah tahun 232-274 H.
Karir pendidikan beliau lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada
fiqh. Ia dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam menghadapi faham teologi-teologi
yang banyak berkembang di masyarakat Islam, yang dipandangnya tidak sesuai kaidah yang
benar menurut akal dan syarat. Pemikiran-pemikirannya banyak dituangkan dalam bentuk karya
tulis diantaranya ialah kitab Taukhid, Takwil al-Qur’an, Makhas asy-Syara’i.

PENYEBARAN ALIRAN SALAF DAN KHALAF


1. Penyebaran Aliran Salaf
Gerakan pemikiran Salafi di Indonesia mengalami perkembangan seirama dengan
munculnya tokoh-tokoh gerakan pemikiran Salafi di Timur Tengah (Mesir) seperti Syekh
Jamaluddin al-Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh (1849-1905), dan Rasyid Ridhlo (1865-
1935). Para tokoh pembaharuan Mesir, disamping mengajak umat Islam kembali pada al-Qur’an
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, juga mengajak umat Islam agar meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk mencapai kemajuan, menghilangkan kebodohan dan
mengatasi keterbelakangan.
Di Indonesia muncul organisasi-organisasi yang bercorak Salafi Modern seperti:
Muhammadiyah (1912), Serikat Islam (1912), Al-Irsyad (1914), Jong Islamiten Bond (1925-
1942), persatuan Islam (1923) dan partai Islam Indonesia (1938). Upaya-upaya yang dilakukan
oleh para tokoh gerakan keagamaan tersebut adalah mengajak umat Islam meninggalkan
praktek-praktek keagamaaan yang bernuansa bid’ah, khurafat, taklid dan mendorong mereka
melakukan ijtihad.
Di Timur maupun di Tengah maupun di Indonesia, gerakan pemikiran Salafi berbenturan
dengan kelompok Islam tradisional. Di Minangkabau, gerakan pemikiran Salafi ditentang oleh
kaum tua. Kaum tua mempertahankan pemahaman agama sesuai dengan tradisi yang sudah
berjalan, sedangkan kaum muda terus mengembangkan pembaharuan pemikiran. Demikian juga
Muhammadiyah dan Persis mendapat tantangan dari umat Islam tradisionalis.
2. Penyebaran Aliran Khalaf
Ketika Nizam al-Mulk menyusun kebijaksanaan jangka panjang untuk mempertahankan
kekuasaan golongan Sunni secara intelektual dan teologis. Melalui khutbah-khutbah Jum’at
ajaran-ajaran al-Asy’ariyah disampaikan. Sebaliknya diserang pemikiran kaum Syi’ah, bahkan
fiqh yang dipergunakan secara resmi oleh negara ditetapkan fiqh Syafi’i sebagai fiqh Hanafi
yang dipakai oleh golongan al-Maturidi dan Syi’ah.
Tahun 1065 dibangun sekolah tinggi al-Nizamiyah di Baghdad, kemudian di Naisapur dan
beberapa kota penting lainnya. Di sekolah-sekolah Nizamiyah hanya diajarkan al-Asy’ariyah. Di
sekolah ini al-Ghazali belajar selama empat tahun, kemudian dipercaya untuk memimpin sekolah
sampai ia meninggalkan Baghdad tahun 1095 menuju Damaskus karena mengalami konflik
batin.
Terobosan yang dilakukan oleh Nizam al-Mulk cukup strategis, karena tidak langsung
melewati sarana pendidikan akan menghasilkan kader-kader pembelajaran al-Asy’ariyah. Di
Mesir dan Syiria, aliran al-Asy’ari dikembangkan oleh Salahuddin al-Ayubi dari Dinasti
Ayubiyah, dengan mengganti aliran Syi’ah yang dibawa oleh Dinasti Fatimiyah (969-1171 M).
Semua sekolah diajarkan paham Syi’ah al-Mu’tazilah, diganti dengan pengajaran bercorak al-
Asy’ariyah al-Sunni.
Perluasan pengaruh al-Asy’ariyah dapat berkembang pesat disamping faktor ajarannya
yang mudah dipahami juga karena sesuai dengan pola hidup masyarakat tradisional, dan secara
kuat berpegang kepada zahir ayat al-Qur’an dan hadist, juga didukung oleh khalifah-khalifah dan
yang tak kalah penting adalah banyaknya tokoh al-Asy’ariyah tersebut pada setiap generasi yang
terus berjuang membela dan mengembangkan ajaran al-Asy’ariyah.
Ajaran-ajaran al-Asy’ari dikembangkan berdasarkan dalil-dalil naqli. Penggunaan dalil
naqli bersumber pada apa yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadist yang menyangkut masalah
akidah dengan segala aspeknya, meliputi ilahiyat, nubuwwat, dan sam’iyat.penggunaan akal
adalah sebagai pembantu apa yang dikehendaki zhahir nash. Jadi akal tidak sanggup menjadi
hakim atas nash-nash agama untuk mentakwilkan dan melampaui ketentuan arti zahirnya.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arti salaf secara bahasa adalah pendahulu bagi suatu generasi. Sedangkan dalam istilah
syari’ah Islamiyah as-salaf itu ialah orang-orang pertama yang memahami, mengimami,
memperjuangkan serta mengajarkan Islam yang diambil langsung dari shahabat Nabi
salallahu 'alaihi wa sallam, para tabi'in (kaum mukminin yang mengambil ilmu dan
pemahaman/murid dari para shahabat) dan para tabi'it tabi'in (kaum mukminin yang
mengambil ilmu dan pemahaman / murid dari tabi'in). istilah yang lebih lengkap bagi mereka
ini ialah as-salafus shalih. Selanjutnya pemahaman as-salafus shalih terhadap Al-Qur'an dan
Al-Hadits dinamakan as-salafiyah. Sedangkan orang Islam yang ikut pemahaman ini
dinamakan salafi.

Demikian pula dakwah kepada pemahaman ini dinamakan dakwah salafiyyah Kata
khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir setelah abad III H dengan
karakteristik yang bertolak belakang dengan apa yang dimiliki salaf. Ahlusunnah (sunni) ada
dua pengertian:

1. Secara umum, Sunni adalah lawan kelompok syiah

2. Secara khusus, Sunni adalah mazhab yang berada dalam barisan merupakan lawan
mutazilah.

Dua aliran yang menentang ajaran-ajaran mutazilah. Harun Nasution dengan


meminjam keterangan Tasi Kurbazadah, menjelaskan bahwa aliran ahlu sunnah muncul atas
keberanian dan usaha Abu Hasan Al-asy’ari sekitar tahun 300 H.

Diantara ulama salaf adalah Imam Ahmad bin Hambal dan Ibn Taimiyah dengan
peemikiran keduanya yang menuju kepada faham bisa dikatakan ekstrim, selanjutnya
diantara ulama khalaf adalah Abul Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi yang
menjadi cikal bakal ulama yang menjadi anutan Ahlu Sunnah yang murni.

B. SARAN            

Semua yang tersebut di dalam makalah ini adalah sebagian kecil dari sejarah ulama salaf dan
ulama khlaf yang ada pada zamannya, bahkan kami hanya memaparkan masing-masing dua dari
tiap zamannya yakni salaf dan khalaf. Kita harus mengambil suri teladan yang baik kepada
ulama-ulama yang tersebut di atas, khususnya ulama pada masa khalaf, karena kedua ulama
tersebut sangat cocok dengan pemikiran Ahlu Sunnah yang sekarang Insya Allah kita anut. Kita
harus memperdalam ilmu atas segala apa yang keduanya sampaikan agar kita bisa menjadi
manusia yang ASWAJA TULEN.

Anda mungkin juga menyukai