Anda di halaman 1dari 8

Gambaran Penyakit Infeksius Pada Ternak Sapi

Dan Cara Pencegahan

oleh
Zulfikar

Pendahualuan

Peternakan merupakan sub sektor pertanian yang cukup memberi andil besar dalam
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat terutama protein hewan yang sangat berguna untuk
kesehatan maupun kecerdasan otak. Protein hewani yang dimaksud disini adalah yang didapatkan
dari daging sapi. Namun ketersediaan daging sapi di dalam negeri cukup terbatas dikarenakan
rendahnya populasi sapi yang dimiliki oleh para peternak sapi akibat munculnya berbagai macam
penyakit yang cukup meresahkan para peternak.
Kesehatan ternak merupakan kunci penentu keberhasilan suatu usaha peternakan. Seperti
munculnya suatu slogan dimana pencegahan lebih baik daripada pengobatan, dari hal tersebut
munculnya keinginan untuk memperbaikinya dengan tindakan-tindakan seperti sanitasi, vaksinasi
dan pelaksanaan. Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang sapi namun demikian yang
terpenting adalah Mastitis, Anthrax, Brucellosis, Septicemia Epizootica (SE), cacingan serta
beberapa yang lainnya
Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi
tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri (a) bebas dari penyakit
yang bersifat menular atau tidak menular, (b) tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan
manusia sebagai konsumen, dan (c) mampu berproduksi secara optimum. Selanjutnya akan di
bahas beberapa penyakit yang sering menyerang ternak sapi.

Kata Kunci : Sapi, Infeksi dan Pencegahan.

A. BRUCELLOSIS (Keluron Menular) temporer atau permanen. Kerugian pada sapi


perah berupa turunnya produksi air susu.
Brucellosis adalah penyakit ternak
menular yang secara primer menyerang sapi, Gejala Klinis
kambing, babi dan sekunder berbagai jenis 1. Pada kambing mengalami keguguran
ternak lainnya serta manusia. Pada sapi dalam 4 - 6 minggu terakhir dari
penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron kebuntingan dan Kambing jantan
atau pemyakit Bang. Sedangkan pada manusia memperlihatkan kebengkakan pada
menyebabkan demam yang bersifat undulans persendian atau testes.
dan disevut Demam Malta. Bruce (1887) telah 2. Pada sapi betina gejala keguguran,
berhasil mengisolasi jasad renik penyebab dan biasanya terjadi pada kebuntingan 5 - 8
ditemukan Micrococcus melitensis yang bulan, kadang diikuti dengan kemajiran.
selanjutnya disebut pula Brucella melitensis. Pada ternak jantan terjadi kebengkakan
Kerugian ekonomi yang diakubatkan oleh pada testes dan persendian lutut.
brucellosis sangat besar, walaupun 3. Selain gejala utama berupa abortus dengan
mortalitasnya kecil. Pada ternak kerugian dapat atau tanpa retensio secundinae
berupa kluron, anak ternak yang dilahirkan (tertahannya plasenta), lesu, napsu makan
lemah, kemudian mati, terjadi gangguan alat- menurun, kurus. terdapat pengeluaran
alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran cairan bernanah dari vagina serta pada
sapi perah dapat menyebabkan penurunan biasanya infeksi berasal dari ternak melalui
produksi susu. permukaan kulit terluka, terutama pada orang-
4. Perubahan pasca mati yang terlihat adalah orang yang banyak berhubungan dengan
penebalan pada plasenta dengan bercak- ternak. Anthrax adalah penyakit menular yang
bercak pada permukaan lapisan chorion. biasanya bersifat akut atau perakut pada
cairan janin terlihat keruh berwarna berbagai jenis ternak (pemamah biak, kuda,
kuning coklat dan kadang-kadang babi dan sebagainya), yang disertai dengan
bercampur nanah. Pada ternak jantan demam tinggi dan disebabkan oleh Bacillus
ditemukan proses pernanahan pada testis anthracis. berbagai jenis ternak liar (rusa,
yang dapat diikuti dengan nekrose. kelinci, babi hutan dan sebagainya) dapat pula
terserang.
Pencegahan terutama ditujukan kepada Anthrax merupakan salah satu zoonosis
1. Tindakan sanitasi yang penting dan sering menyebabkan
2. Tata laksana. kematian pada manusia. Di Indonesia anthrax
3. Vaksinasi menyebabkan banyak kematian pada ternak.
Kerugian dapat berupa kehilangan tenaga kerja
1. Tindakan sanitasi yang bisa dilakukan di sawah dan tenaga tarik, serta kehilangan
yaitu : daging dan kulit karena ternak tidak boleh
a. Sisa-sisa abortusan yang bersifat dipotong.
infeksius dihapus hamakan. Fetus dan
plasenta harus dibakar dan vagina Penyebab
apabila mengeluarkan cairan harus Penyebab penyakit anthrax adalah bakteri
diirigasi selama 1 minggu. Bacillus anthracis. Faktor-faktor seperti
b. Bahan-bahan yang biasa dipakai hawa dingin, kekurangan makanan dan
didesinfeksi dengan desinfektan, yaitu : keletihan dapat mempermudah timbulnya
phenol, kresol, amonium kwarterner, penyakit pada ternak-ternak yang
biocid dan lisol. mengandung spora yang bersifat laten.
c. Hindarkan perkawinan antara pejantan
dengan betina yang mengalami kluron. Penularan
Apabila seekor ternak pejantan 1. Anthrax tidak ditularkan dari ternak yang
mengawini ternak betina tersebut, maka satu ke ternak yang lain secara langsung.
penis dan preputium dicuci dengan Wabah anthrax pada umumnya ada
cairan pencuci hama hubungannya dengan tanah netral atau
d. Anak-anak ternak yang lahir dari induk berkapur yang alkalis yang menjadi
yang menderita brucellosis sebaiknya daerah inkubator bakteri tersebut.
diberi susu dari ternak lain yang bebas 2. Di daerah iklim panas lalat penghisap
brucelosis darah antara lain jenis Tabanus dapat
e. Kandang-kandang ternak penderita dan bertindak sebagai pemindah penyakit.
peralatannya harus dicuci dan dihapus 3. Rumput pada lahan yang tercemari
hamakan serta ternak pengganti jangan penyakit ini dapat ditempati spora.
segera dimasukkan.
Penyebaran
Pengobatan : 1. Dari pakan yang kasar atau ranting-ranting
Belum ada pengobatan yang efektif yang tumbuh di wilayah yang terjangkit
terhadap brucellosis. penyakit anthrax. bahan pakan ini
menusuk membran di dalam mulut atau
B. ANTHRAK (Radang Limpa) saluran pencernaan dan masuklah bakteri
Bacillus anthracis tersebut melalui luka-
Anthrax bersifat zoonosis dan merupakan luka itu. jadi melalui luka-luka kecil
penyakit yang menimbulkan keresahan bagi tersebut maka terjadi infeksi spora.
peternakan dan manusia. Pada manusia,
2. Penularan dapat terjadi karena ternak 3. Kronis.
menelan tepung tulang atau pakan lain Sedangkan anthrax bentuk kronis umumnya
atau air yang sudah terkontaminasi spora. terdapat pada babi dan terdapat pada ternak
3. Gigitan serangga pada ternak penderita di lainnya. Dengan gejala yang ditandai
daerah wabah yang kemudian serangga dengan adanya lepuh lokal terbatas pada
tersebut menggigit ternak lain yang peka lidah dan tenggorokan.
di daerah yang masih bebas
4. Pada manusia, biasanya infeksi berasal b. Gejala Klinis pada Manusia
dari ternak melalui permukaan kulit Dapat dikategorikan ke dalam beberapa
terluka, terutama pada orang-orang yang bentuk, seperti :
banyak berhubungan dengan ternak.
5. Infeksi melalui pernafasan mungkin 1. Bentuk pustula maligna
terjadi pada pekerja-pekerja penyortir bulu a. Penularan terjadi melalui kulit yang
domba (wool-sarter’s disease). mengalami lecet atau luka. Dengan
6. Melalui pencernaan terjadi pada orang- Tanda-tanda : dalam waktu 2-3 hari
orang yang makan daging asal ternak timbul bentol kemerahan, dikelilingi
penderita anthrax. tanda erythema. Apabila cairan serous
dipupuk akan terlihat bacillus anthracis
a. Gejala Klinis pada hewan setelah 24 - 48 jam pemupukan.
Terdapat tiga bentuk penyakit anthrax : b. Apabila tidak segera diobati maka akan
1. Perakut, menyebar secara cepat melalui saluran
a. Penyakit yang sangat mendadak dan lymphe ke peredaran darah.
segera terjadi kematian karena
perdarahan di otak, 2. Bentuk sepsis ditandai dengan:
b. sesak napas, a. Demam
c. Gemetar kemudian ternak rebah, b. Suhu tubuh meningkat sekitar 400C
d. Kejang-kejang. hanya dalam waktu 2 - 6 c. Sakit kepala
jam dapat mengalami kematian d. Rasa nyeri di daerah lumbar dan
e. Kematian dapat mencapai 100%. epigastrium, mual tanpa muntah. Sering
ada diarrhe campur darah.
2. Akut e. Disertai tymphani di daerah epigastrium.
a. Suhu badan meningkat (demam), f. Terjadi kematian mendadak. Beberapa
b. Gelisah, menit sebelum mati, cyanotis kuku dan
c. Depresi seluruh tubuh jadi biru, sepuluh jam
d. Susah pernafasan setelah mati, darah belum beku dan
e. Jantung terlihat berpacu dengan cepat berwarna hitam.
dan g. Pijat ujung jari akan keluar darah.
f. Lemah, Bentuk ini bisa terjadi pada orang
g. Kejang-Kejang dan sepulang dari sawah, orang tersebut
h. Segera mengalami kematian. tiba-tiba merasa sakit dan beberapa jam
i. Selama penyakit berlangsung, kemudian mati.
demamnya mencapai 41,50C.
j. Produksi susu berkurang 3. Bentuk gastro enteritis
k. Susu yang dihasilkan berwarna sangat a. Penularan terjadi secara peroral,
kuning atau kemerahan. b. Demam tidak begitu tinggi apabila
l. Terjadi pembengkakan pada tenggorok dibandingkan dengan bentuk sepsis
dan lidah c. Tanda-tanda, seperti rasa sakit di perut,
m. Kematian bisa mencapai 90% meski menggigil, dalam waktu singkat bisa
telah dilakukan pengobatan. meninggal.
d. Bisa disertai sesak nafas,
e. Daerah limfa dan hati terasa sangat sakit Penisilin dan Streptomisin, injeksi secara
dan meninggal dalam waktu 2-4 hari. intramuskuler
f. Pembengkakan di daerah dada dan leher. 2. Pemusnahan spora B. anthracis dapat
dicapai dengan uap basah bersuhu 900C
4. Bentuk pulmonair selama 45 menit, air mendidih atau uap
a. Penularan terjadi secara inhalasi, basah bersuhu 1000C selama 10 menit,
Tanda -tanda : mula-mula mempunyai dan panas kering pada suhu 1200C selama
tanda-tanda infeksi ringan pada alat satu jam.
pernapasan bagian atas.
b. Sekitar 3-5 hari kemudian C. MASTITIS (Radang Ambing)
memperlihatkan gejala-gejala sesak
nafas akut dan shock, kemudian Mastitis adalah istilah yang digunakan
meninggal. untuk radang yang terjadi pada ambing, baik
c. Ada yang memperlihatkan gejala bersifat akut, subakut ataupun kronis, dengan
meningitis dan hyperemia akut. kenaikan sel di dalam air susu dan perubahan
Pencegahan fisik maupun susunan air susu, disertai atau
1. Pengaturan yang ketat terhadap tanpa adanya perubahan patologis pada
pemasukan ternak ke daerah tersebut kelenjar (Subronto, 2003). Mastitis sering
2. Pada daerah enzootic, dengan vaksinasi terjadi pada sapi perah dan disebabkan oleh
yang dilakukan setiap tahun. Dengan dosis berbagai jenis bakteri, dimana kerugian kasus
untuk sapi dan kerbau dosis 1 cc, pada mastitis antara lain : kehilangan produksi susu,
kambing, domba, babi dan kuda dosis kualitas dan kuantitas susu berkurang, banyak
sebesar 0,5 cc. secara injeksi subkutan.. sapi yang diculling. Penurunan produksi susu
Membuat preparat apus darah yang per kuartir bisa mencapai 30% atau 15% per
diambil dari telinga pada ternak yang mati sapi per laktasi, sehingga menjadi
secara tiba-tiba permasalahan besar dalam industri sapi perah.
3. Jika ternak mati karena anthrax, maka
tidak boleh dibuka bangkainya, tetapi a. Faktor Penyebab Mastitis
diambil salah satu daun telinga dan 1. Resistensi atau kepekaan sehingga
masukkan ke dalam kantong plastik serta terjadinya penurunan gen- gen untuk
didinginkan jika mungkin, selanjutnya di menentukan ukuran dan struktur puting
bawa ke laboratorium untuk didiagnosis. 2. Terjadinya hambatan akibat aksi
4. Bangkai langsung dibakar atau dikubur fagositosis dari neutrofil pada ambing.
sedalam 2 meter dan ditutup kapur 3. Adanya berbagai jenis bakteri telah
5. Kulit dan bulu penderita dimusnahkan. diketahui sebagai agen penyebab penyakit
6. Yang dilakukan oleh manusia adalah mastitis, diantaranya jenis Streptococcus
hindari kontak langsung (bersentuhan) dan agalactiae, Str. Disgalactiae, Str. Uberis,
makan daging atau jerohan serta memakai/ Str.zooepedermicus, Staphylococcus
menggunakan bahan-bahan yang berasal aureus, Escherichia coli, Enterobacter
dari ternak yang terkena anthrax. aerogenees dan Pseudomonas aeroginosa.
7. Mencuci sayur dan buah-buahan secara Serta yeast dan fungi juga sering
bersih serta memasak bahan makanan menginfeksi ambing,
yang berasal dari ternak sampai matang 4. Faktor ternak dan lingkungann.
sempurna. 5. Faktor umur dan tingkat produksi susu

Pengobatan Gejala Klinis


1. Menggunakan kombinasi antara antiserum Secara klinis radang ambing dapat
dan antibiotika. Antibiotika yang dipakai berlangsung secara :
antara lain Procain Penisilin G, 1. Akut
Streptomisin atau kombinasi antara a. Kebengkakan ambing.
b. Panas saat diraba, rasa sakit.
c. Warna kemerahan dan terganggunya diupayakan untuk menekan kejadian
fungsi Fisiologinya. mastitis.
d. Air susu berubah sifat, menjadi pecah,
bercampur endapan atau jonjot fibrin Pengobatan
2. Subakut 1. Pemberian antibiotik menggunakan jenis
a. Radang bersifat subklinis apabila gejala- Lincomycin, Erytromycin dan
gejala klinis radang tidak ditemukan saat Chloramphenicol dan golongan penicillin
pemeriksaan ambing. yang peka dengan dengan dosis yang
b. Derajatnya lebih ringan, dianjurkan
c. Ternak masih mau makan 2. Disinfeksi puting dengan alkohol dan
d. Suhu tubuh masih dalam batas normal. infusi antibiotik secara intra mamaria.
3. Cronic. 3. Injeksi kombinasi penicillin,
Proses ini berlangsung infeksi dalam suatu dihydrostreptomycin, dexamethasone dan
ambing berlangsung lama, dari suatu antihistamin dianjurkan juga untuk
periode laktasi ke periode berikutnya. menekan pertumbuhan bakteri penyebab
biasanya berakhir dengan atropi kelenjar mastitis.
mammae. 4. Injeksi dengan dedexamethasone dan
antihistamin akan menurunkan
Cara penularan peradangan.
Penularan mastitis dari seekor sapi ke sapi 5. Mastitis yang disebabkan oleh
lain dan dari quarter terinfeksi ke quarter Streptococcus sp masih bisa diatasi
normal bisa melalui tangan pemerah, kain dengan penicillin, karena streptococcus sp
pembersih, mesin pemerah dan lalat. masih peka terhadap penicillin.

Diagnosis D. SEPTICEMIA EPIZOOTICA (Ngorok)


1. Pengamatan secara klinis adanya
peradangan ambing dan puting susu Penyakit SE adalah penyakit menular
2. Perubahan warna air susu yang dihasilkan. terutama pada kerbau, sapi, babi dan kadang-
3. Pengujian lapang dapat dilakukan dengan kadang pada domba, kambing dan kuda yang
menggunakan California Mastitis Test disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida
(CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus, tipe tertentu. Penyakit SE menyebabkan
4. Dengan Whiteside Test. kematian, napsu makan berkurang, penurunan
berat badan serta kehilangan tenaga kerja
Pencegahan pembantu pertanian dan pengangkutan.
1. Meminimalisasi kondisi-kondisi yang Di Indonesia, karena program vaksinasi
mendukung penyebaran infeksi dari satu SE dilakukan secara rutin, maka kejadian
sapi ke sapi lain dan penyakit SE di Indonesia saat ini hanya bersifat
2. Meminimalisasi kondisi-kondisi yang sporadik. Namun wabah SE dalam jumlah
memudahkan kontaminasi bakteri dan cukup besar masih sering ditemukan, misalnya
penetrasi bakteri ke saluran puting. di daerah-daerah Nusa Tenggara, seperti
3. Penggunaan lap yang berbeda disarankan Sumba,Timor, Sumbawa dan daerah-daerah
untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap lain. wabah SE biasa terjadi pada permulaan
tersebut telah dicuci dan didesinfektan musim hujan. penyebabnya karena tidak
sebelum digunakan. tervaksinnya ternak-ternak di daerah itu.
4. Pemberian nutrisi yang berkualitas,
sehingga meningkatkan resistensi ternak Penyebab
terhadap infeksi bakteri penyebab mastitis. Penyebab penyakit SE adalah bakteri
5. Dengan pemberian suplementasi vitamin Pasteurella multocida yang berbentuk
E, A dan β-karoten serta imbangan antara cocobacillus yang mempunyai ukuran yang
Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu sangat halus dan bersifat bipoler dan secara
serologik dikenal beberapa tipe dan penyebab
SE di Indonesia, antara lain adalah Pasteurella Pengobatan
multocida tipe 6B. 1. Perlakuan seroterapi dengan serum kebal
homolog dengan dosis 100 – 150 ml untuk
Cara Penularan ternak besar dan 50 – 100 untuk ternak
1. Faktor-faktor predisposisi , seperti : kecil.
kelelahan, kedinginan, pengangkutan, 2. Antiserum homolog diberikan secara IV
anemia dan sebagainya mempermudah atau SC. Sedangkan antiserum heterolog
timbulnya penyakit. diberikan secara SC.
2. Trjadi serangan umumnya menyerang sapi 3. Penyuntikan dengan antiserum ini
umur 6 – 24 bulan dan sering pada musim memberikan kekebalan selama 2 sampai 3
hujan yang dingin. minggu dan hanya baik bila dilakukan
3. Karena belum divaksinasi SE. pada stadium awal penyakit.
4. Kondisi stress dalam pengangkutan, 4. Sebaiknya pemberian seroterapi
5. shipping fever. dikombinasikan dengan pemberian
antibiotika atau kemoterapetika
5. Pengobatan dapat dicoba dengan preparat
Gejala Klinis antibiotika, kemoterapetika atau gabungan
1. Masa tunas SE adalah 1 – 2 hari. kedua preparat tersebut
2. Lesu, suhu tubuh naik dengan cepat 6. Sulphadimidine (suphamezathine)
sampai 410C atau lebih. sebanyak 1 gram tiap 15 lb/bw.
3. Gemetar, mata sayu dan berair.
4. Selaput lendir mata hiperemik. E. PINK EYE (Penyakit Mata).
5. Napsu makan, memamah biak, gerak
rumen dan usus menurun sampai hilang, Pink Eye merupakan penyakit mata akut
disertai konstipasi. yang menular pada sapi, domba maupun
6. Gangguan pencernaan berupa kolik, kambing, biasanya bersifat epizootik dan
peristaltik usus naik, dengan tinja yang ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan
konsistensinya agak cair dan kadang- kekeruhan mata. Penyakit ini tidak sampai
kadang disertai titik-titik darah. menimbulkan kematian, akan tetapi dapat
menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi
a. Pencegahan peternak, karena akan menyebabkan kebutaan ,
1. Daerah-daerah tertular, ternak-ternak sehat penurunan berat badan dan biaya pengobatan
divaksin dengan vaksin oil adjuvant, yang mahal.
sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3
ml secara intra muskuler. Penyebab (Etiologi)
2. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada Disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia
kejadian penyakit. maupun chlamydia, namun yang paling
3. Perlakuan penyuntikan antiserum dengan sering ditemukan adalah akaibat bakteri
dosis pencegahan, penyuntikan Maraxella bovis.
antibiotika, penyuntikan kemoterapetika,
kombinasi penyuntikan antiserum dengan Penularan
antibiotika atau kombinasi antiserum 1. Kontak antara ternak peka dengan ternak
dengan kemoterapetika. Dosis pencegahan penderita
antiserum untuk ternak besar adalah 20 – 2. Serangga yang bisa memindahkan
30 ml dan untuk ternak kecil adalah 10 – mikroorganisme
20 ml. 3. Iritasi debu
4. Antiserum heterolog disuntikkan secara 4. Sumber-sumber lain yang dapat
subkutan (SC) dan antiserum homolog menyebabkan goresan atau luka mata.
disuntikkan secara intravena (IV) atau SC. Gejala Klinis
5. Dua minggu kemudian bila timbul 1. Mata berair, kemerahan pada bagian mata
penyakit dilakukan vaksinasi ulang yang putih dan kelopaknya
2. Bengkak pada kelopak mata 4. Penurunan berat badan
3. Menjulingkan mata untuk menghindari 5. Bulu kasar, kusam, kaku dan berdiri.
sinar matahari.
4. Selaput bening mata/kornea menjadi keruh Pencegahan
5. pembuluh darah tampak menyilanginya. 1. Pemberian ransum/makanan yang
6. Terjadi borok atau lubang pada selaput berkualitas dan cukup jumlahnya
bening mata. Borok dapat pecah dan 2. Menghindari kepadatan dalam kandang
mengakibatkan kebutaan. 3. Memisahkan antara ternak muda dan
7. Sembuh dalam waktu 1 – 4 minggu, dewasa
tergantung kepada penyebabnya dan 4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi
keganasan penyakitnya. (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek
Pencegahan 6. Menghindari pengembalaan yang terlalu
1. Memisahkan ternak yang sakit dari ternak- pagi
ternak sehat 7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan
2. Melakukan sanitasi pada lingkungan pengobatan secara teratur
ternak tersebut
Pengobatan
Pengobatan 1. Pengobatan yang bisa diberikan berupa
1. Pemberian suntikan antibiotik, seperti kelompok benzilmidazole, antara lain
terramicin, ampicilin, tetracyclin atau albendazole dengan dosis 5 – 10 mg/kg
tylosin berat badan, mebendazole dengan dosis
2. Penggunaan salep mata 13,5 mg/kg berat badan dan thiabendazole
3. Menempatkan ternak pada tempat yang dengan dosis 44 – 46 mg/kg berat badan.
teduh 2. Albendazole dilarang dipakai pada 1/3
4. Menempelkan kain di mata dapat kebuntingan awal. Mebendazole dan
mengurangi rasa sakit mata akibat thiabendazole aman untuk ternak bunting,
silaunya matahari. tetapi thiabendazole sering menyebabkan
resistensi.
F. HELMINTHIASIS (CACINGAN)
Penyakit ini sering menyerang sapi muda Kesimpulan
(pedet) dan biasanya terjadi pada musim hujan 1. Ada beberapa penyakit infeksi yang
atau dalam kondisi lingkungan yang basah atau menyerang ternak diantaranya Brucella,
lembab ini umumnya disebabkan oleh cara Anthrax, Mastitis, Helminthiasis, Pink
pemeliharaan yang kurang diperhatikan Eye dan Septicemia Epizootica (SE)
sehingga infeksi yang parah dapat 2. Upaya pengendalian dan penanganan
menyebabkan tingkat kematian yang cukup penyakit ini sebenarnya sangat sederhana
tinggi. dan dapat dilakukan oleh semua kalangan
Cacing memang memerlukan kondisi peternak. Namun diperlukan sebuah
lingkungan yang basah, artinya cacing tersebut komitmen dan kesadaran yang tinggi dari
bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik seluruh peternak bahwa upaya
bila tempat hidupnya berada pada kondisi yang pengendalian dan penanganan kasus pada
basah atau lembab. ternak sapi dan berkelanjuta, sehingga
modal utama bisa dimiliki oleh semua
Gejala Klinis peternak.
3. Penyakit tersebut diatas telah menjadi
1. Diare profus (terus-menerus) penyakit ekonomi yang menimbulkan
2. Faeces lembek sampai encer, berlendir kerugian cukup besar. kasusnya yang
dan disertai keluarnya segmen-segmen terus berulang diperlukan pengendalian
cacing dari lubang anus dan penanganan dengan memutus siklus
3. Anoreksia (nafsu makan berkurang) hidup dari penyakit tersebut yang sifatnya
berkelanjutan dengan ditunjang oleh Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu
komitmen dan kesadaran yang tinggi dari Peternakan. Gadjah Mada University
seluruh peternak. Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh
Bambang Srigandono)
Saran Djarijah and Siregar A. 1996. Usaha Ternak
1. Berdasarkan hasil pembahasan ini di Sapi. Yogyakarta, Kanisius.
sarankan kepada pihak Pemeritahan dan Rianto, E. dan E. Purbowati. 2009. Panduan
Dinas terkait di Kabupaten untuk lebih Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya,
memberi perhatian tentang pola Jakarta.
manajemen peternakan dan penanganan Santosa, U. 2008. Mengelola Peternakan Sapi
penyakit pada ternak yang sehat supaya Secara Profesional. Penebar Swadaya,
mendapatkan hasil yang lebih baik dan Jakarta.
mencapai target untuk pemenuhan gizi Siregar, S.B. 2008. Penggemukan Sapi.
manusia. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudardjat, S., 1990. Epidemiologi Veteriner.
2. Perlu juga dilakukan pembinaan kontinyu Direktorat Jenderal Peternakan,
terhadap peternak dalam hal manajemen Departemen Pertanian, Jakarta.
kesehatan dengan dilaksanakan program Sudarnomo, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2009.
pemberdayaan peternak dengan pelatihan- Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
pelatihan untuk meningkatkan Subronto and Tjahajati. 2001. Ilmu Penyakit
kemampuan dalam menjalankan tatacara Ternak 2 . Gadjah Mada University Press .
pelayanan kesehatan ternak secara teratur Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2008. Cara Tepat
agar bisa mengontrol infeksi penyakit Penggemukan Sapi Potong. Agromedia
terutama penyakit yang berhubungan Pustaka, Jakarta.
manusia dan terhadap produktivitas hasil
ternak.
Penulis
drh. Zulfikar
Daftar Pustaka Lahir di Matangglumpangdua, 26 Desember
1968, Pendidikan Profesi Dokter Hewan (drh)
Ahmad R. Z. 2009. Beberapa penyakit Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, sekarang
Parasitik dan Mikotik Pada Sapi Perah Menempuh Pendidikan S2 Pascasarjana
yang Harus di Waspadai. Semiloka Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)
Nasional Prospek Industri Sapi Perah Konsentrasi Penyakit Ternak pada Universitas
Menuju Perdagangan Bebas 2020 Syiah Kuala Provinsi Aceh. sebagai dosen
Anonimus 2001. Manual penyakit hewan tetap Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
mamalia . Direktorat Kesehatan Hewan. Bireuen-Aceh.
Direktorat Jendral Bina Produksi email:drh.zulfikar68@yahoo.com
Peternakan. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Anonimus. 1994. Obat Tradisional Ternak
Sapi. Lembar Informasi BIP Irian Jaya .
No. 139/94. Balai Informasi Pertanian
Irian Jaya.
Anonimous, 2013. Pengendalian Penyakit Pada
Domba dan Sapi. Jurnal primatani.
Litbang. Deptan. Jakarta.
Asmaki, A. P., H. Masturi, dan T. D. Asmaki.
2008. Agribisnis Ternak Sapi. CV.
Pustaka Grafika, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai