Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya
alam yang melimpah, namun pada saat ini belum mampu mengelolanya secara
efektif dan efesien sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju
pembangunan global. Untuk itu diperlukannya aktor pembangunan yang handal
yaitu Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki integritas, profesional, bebas
dari intervensi politik, bersih dari tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Mengingat peran Aparatur Sipil Negara (ASN) yang cukup dominan, yaitu
mulai dari merumuskan kebijakan sampai pada implementasi kebijakan, maka
diperlukan sosok ASN yang profesional yaitu ASN yang mampu memenuhi
standar kompetensi jabatannya seingga mampu melaksanakan tugas jabatannya
secara efektif dan efisien. Untuk membentuk sosok ASN tersebut, perlu
dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan. Selama ini pelatihan
pembentukan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dilakukan melalui Pendidikan
dan Pelatihan Prajabatan (Diklat Prajabatan), dimana praktik penyelenggaraan
pelatihan yang pembelajarannya didominasi oleh ceramah yang dianggap sulit
membentuk karakter PNS yang kuat dan profesional.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ASN adalah dengan
mengadakan pendidikan dan pelatihan, sebagaimana yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa
salah satu jenis diklat yang strategis untuk mewujudkan ASN yang profesional
adalah Diklat Prajabatan. Diklat ini bertujuan untuk membentuk nilai-nilai dasar
profesi ASN agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik dan perekat serta pemersatu bangsa. Nilai-nilai
dasar profesi ASN tersebut yang biasa dikenal dengan ANEKA, yang merupakan
singkatan dari Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan
Anti korupsi, sehingga ASN dapat memiliki kinerja yang berkompeten untuk
menuju ASN kelas dunia. Pada pola pendidikan yang baru dimana Diklat

1
Prajabatan berganti nama menjadi Pelatihan Dasar, selain nilai-nilai dasar
ANEKA juga terdapat materi mengenai peran dan kedudukan ASN dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang dikaitkan dengan penerapan niai-nilai ANEKA
yaitu Manajemen ASN, Whole of Government dan Pelayan Publik.
Berdasarkan hal tersebut, Diklat Pelatihan Prajabatan berguna untuk
membentuk kemampuan bersikap dan bertindak secara profesional dalam
mengelola tantangan dan keragaman sosial kultural.
Selain itu, untuk mengindetifikasi berbagai isu masalah yang ada di UPT,
penulis berpedoman pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan, Permenkumham Nomor 6 Tahun 2013 tentang tata tertib
lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan sebagai acuan untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN.

B. Maksud dan Tujuan


Aktualisasi nilai dasar ASN dilakukan untuk membentuk ASN yang
berkarakter yang terbentuk oleh sikap dan prilaku disiplin ASN, nilai-nilai dasar
ASN dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran ASN dalam NKRI serta
menguasai bidang tugasnya sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya
secara profesional sebagai pelayan masyarakat.
Sedangkan aktualisasi ini bertujuan untuk menerapkan nilai-nilai dasar ASN
sesuai dengan ANEKA dalam menjalankan tugas sebagai abdi masyarakat.

C. Gambaran Umum Instansi


i. Sejarah Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Pekanbaru yang
beralamat di Jl. Bindanak No. 1 merupakan salah satu satuan kerja yang
berada di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau.
Dengan Eselon I Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan instansi
Kementerian Hukum dan HAM RI. Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Pekanbaru dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan

2
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-10.OT.01.01 Tahun
2016 Tanggal 15 Juli 2016 tentang Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Pekanbaru, Jakarta, Pontianak, Palangkaraya,
Samarinda, Martapura, Denpasar, Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIB Padang, Jambi, Bengkulu, Yogyakarta, Manado, Batam dan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III Pangkal Pinang, Mataram,
Gorontalo, Palu, Kendari, Ambon, Ternate, Jayapura, Manokwari, Mamuju.

ii. Visi, Misi, dan Tujuan


Adapun visi, misi, dan tujuan organisasi, yaitu :
VISI :
Pulihnya Kesatuan Hubungan Hidup, Kehidupan dan Penghidupan WBP
Sebagai Individu, Anggota Masyarakat dan Makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.

MISI :
Melaksanakan Perawatan Tahanan, Pembinaan dan Pembimbingan WBP
Dalam Kerangka  Penegakan Hukum, Pencegahan dan Penanggulangan
Kejahatan serta  Pemajuan dan  Perlindungan Hak Asasi Manusia.

TUJUAN :
a. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.
b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di
Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam
rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
di sidang pengadilan.

3
c. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/para pihak
berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita
untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan disidang pengadilan serta benda-benda yang dinyatakan
dirampas untuk negara berdasarkan putusan pengadilan.

iii. Struktur Organisasi


Adapun struktur organisasi Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru
dapat dilihat pada bagian dibawah ini:

Gambar 1. Struktur Organisasi Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru


(Sumber; Profil Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru)

iv. SKP (Sasaran Kinerja Pegawai)


Adapun Sasaran Kinerja Pegawai Lapas Perempuan Kelas IIA
Pekanbaru, yaitu :
1. Membunyikan lonceng tanda pergantian regu jaga
2. Melaksanakan aplusan
3. Melakukan buka-tutup pintu blok kamar hunian
4. Melaksanakan pemeriksaan badan dan barang bawaan WBP tahanan
yang akan bertamu atau selesai bertamu dan keluar masuk blok
5. Membuat/ mengisi buku jurnal jaga
6. Mengawasi kegiatan kebersihan di lingkungan blok kamar hunian
7. Mengawasi pembagian makan dan minum WBP ke dalam blok, baik
pagi, siang maupun sore

4
8. Melaksanakan kontrol ke dalam blok kamar hunian saat jam bertugas
9. Melaksanakan kegiatan razia ke dalam blok kamar hunian.

5
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR ASN

2.1. Konsep Aktualisasi Nilai-nilai Dasar


Nilai-nilai dasar ASN yang perlu diterapkan dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsi sebagai sorang ASN adalah dengan menerapkan nilai-nilai
ANEKA sebagai berikut :

2.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban atau pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Amanah seorang ASN adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai
publik. Ada beberapa nilai-nilai dasar akuntabilitas, yaitu :

- Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel
dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by
example), adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula,
terhindarnya dari aspekaspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik
yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehingga
dengan adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan
sebagai solusi.

- Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
a. Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal

6
b. Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya
dan korupsi dalam pengambilan keputusan
c. Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusankeputusan
d. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.

- Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-
undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya
integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada
publik dan/atau stakeholders.

- Tanggung jawab (Responsibilitas)


Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi
dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat.

- Keadilan
Keadilan harus dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada
lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari
karena dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.

- Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan
ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari halhal yang tidak dapat dipercaya.

- Keseimbangan

7
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas.

- Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.

- Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

2.1.2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa
yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut
chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain.

Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan


manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-
nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa

8
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan/pribadi atau kepentingan golongan menunjukkan
sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai
bangsa Indonesia dan bertanah air. Indonesia serta tidak merasa rendah diri
mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia dan mengembangkan sikap tenggang rasa.

Semangat kebangsaan (nasionalisme) ditampung


dalam Pancasila sila ke 3, yakni “Persatuan Indonesia” yang mempunyai
ciri-ciri:
 Mencintai bangsa dan tanah air Indonesia.
 Rela berkorban demi bangsa dan negara.
 Bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia
 Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan.

2.1.3. Etika Publik


Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the
dicipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation”. Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480)
mendefinisikan etika sebagai “an idea or moral belief that influences the
behaviour, attitudes and philosophy of life of a group of people”. Oleh
karena itu, konsep etika sering digunakan sinonim dengan moral. Ricocur
(1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan
untuk orang lain di dalam institusi yang adil. Dengan demikian etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan
atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu
pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya
dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah
refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik

9
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas
publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian
kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan di dalam
pelayanan publik (Haryatmoko, 2001).

Adapun nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam


Undang-Undang ASN yakni sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

2.1.4. Komitmen Mutu


- Konsep efektifitas dan efisiensi
Istilah efektivitas dan efisiensi selalu menjadi tema menarik yang
menjadi sorotan publik dalam memberikan penilaian terhadap capaian
kinerja perusahaan ataupun institusi pemerintahan. Namun dalam

10
kenyataanya seringkali kedua aspek tersebut terlupakan, atau bahkan
diabaikan. Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8)
mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: “Efektivitas organisasi berarti
sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, atau berhasil
mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas organisasi berarti
memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh pelanggan.” Oleh karena
itu, Efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.

Selanjutnya, Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8)


mendefinisikan efisiensi sebagai berikut: “Efisiensi organisasi adalah
jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasional.
Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang, dan
manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan barang atau jasa.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efisiensi diukur dari


ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan, sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya pemborosan
sumberdaya penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan
mekanisme yang ke luar alur sehingga Efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang
keluar alur.

Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien antara lain:
penghematan, ketercapaian target secara tepat sesuai dengan yang
direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat, serta
terciptanya kepuasan semua pihak: pimpinan, pelanggan, masyarakat, dan
pegawai itu sendiri.

11
Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang tidak efektif dan tidak
efisien adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan banyak pihak,
menurunkan kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat, bahkan
akan menimbulkan kerugian secara finansial.

- Konsep Inovasi
Sebagaimana pendapat Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita
(Buku2: 2011: 56) bahwa : “Inovasi barang dan jasa adalah cara utama
dimana suatu organisasi beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di pasar,
teknologi, dan persaingan.”

Inovasi dapat terjadi pada banyak aspek, misalnya perubahan produk


barang/jasa yang dihasilkan, proses produksi, nilai-nilai kelembagaan,
perubahan cara kerja, teknologi yang digunakan, layanan sistem
manajemen, serta mindset orang-orang yang ada di dalam organisasi.

Inovasi bisa muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga inovasi muncul karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal, misalnya permintaan pasar. Inovasi lahir
dari imajinasi pemikiran orang orang kreatif, dan lahirnya kreativitas
didorong oleh munculnya ide/gagasan baru untuk ke luar dari rutinitas yang
membosankan. Munculnya ide/gagasan baru, kreativitas, dan inovasi dilatar
belakangi oleh semangat belajar yang tidak pernah pudar, yang dijalani
dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan.

Gagasan kreatif yang lahir dari hasil pemikiran individu akan


mendorong munculnya berbagai prakarsa, sehingga dapat memperkaya
program kerja dan memunculkan diferensiasi produk/ jasa, seiring dengan
berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan. Demikian juga halnya
inovasi dalam layanan publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mind-set baru sebagai aparatur penyelenggara

12
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan
publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.

- Konsep dasar dan pengertian mutu


Banyak definisi mutu yang dikemukakan oleh para ahli. Goetsch and
Davis (2006: 5) berpendapat bahwa belum ada definisi mutu yang dapat
diterima secara universal, namun mereka telah merumuskan pengertian
mutu sebagai berikut. “Quality is a dynamic state associated with products,
services, people, processes, and environments that meets or exceeds
expectation.” Menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan Davis, mutu
merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen atau pengguna. Sejalan dengan pendapat tersebut, William F.
Christopher dan Carl G. Thor (2001: xi), menyatakan bahwa:
“Quality can be defined as producing and delivering to customers without
error and without waste superior customer values in the products and
services that each customer needs and wants Quality is depend on one mind
individually.”

Dalam pandangan Christopher dan Thor, penilaian atas mutu


produk/jasa bergantung pada persepsi individual berdasarkan kesesuaian
nilai yang terkandung di dalamnya dengan kebutuhan dan keinginannya,
tanpa kesalahan dan pemborosan. Zulian Yamit (2010: 7-8) mengutip
pendapat sejumlah pakar tentang pengertian mutu. (1) Menurut Edward
Deming: “Mutu adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan
konsumen.” (2) Menurut Crosby: “Mutu merupakan nihil cacat,
kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.” (3) Menurut Juran:
“mutu merupakan kesesuaian terhadap spesifikasi.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mutu


mencerminkan nilai keunggulan produk/ jasa yang diberikan kepada
pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan

13
bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dapat
dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis
lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing (competitors).

2.1.5. Anti Korupsi


Dampak-dampak dari korupsi sangat merugikan. Berbagai bentuk upaya dan
cara mengatasi korupsi namun tetap saja korupsi tidak dapat dihilangkan dari bumi ini.
Korupsi adalah penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik baik yang
disebabkan diri sendiri maupun orang lain yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan
pribadi sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan atau pribadi
lainnya. Sedangkan korupsi menurut hukum dalam undang-undang No. 31 Tahun 1999
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, pengertian korupsi adalah setiap orang
yang dikategorikan melakukan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian.

Untuk menjadi ASN anti korupsi maka milikilah sikap perilaku 9


nilai anti korupsi yang akan menjadi akar bagi membentuk karakter
seorang ASN menjadi anti korupsi yaitu :
1. Jujur
2. Disiplin
3. Peduli
4. Tanggung jawab
5. Kerja keras
6. Sederhana
7. Mandiri
8. Berani
9. Adil

2.1.6. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

14
Kedudukan dan Peran Aparatur Sipil Negara dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari tiga materi pelatihan, yaitu
Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik.
2.1.6.1. Manajemen ASN
Manajeman ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.

Pegawai ASN sebagai mana disebutkan dalam Undang-


undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, terdiri atas
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN berkedudukan sebagai
aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Kedudukan ASN
berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian pegawai
ASN merupakan satu kesatuan.

Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka pegawai


ASN berfungsi, bertugas dan berperan sebagai berikut;
1) Pelaksana Kebijakan Publik
2) Pelayan Publik
3) Perekat dan Pemersatu Bangsa

2.1.6.2. Whole of Government (WoG)


WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup

15
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

2.1.6.3. Pelayanan Publik


Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (UU No 25 tahun
2009). Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara
Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di Pusat dan Daerah, dan
di lingkungan BUMN/ BUMD dalam bentuk barang dan/atau jasa
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu:
a) Organisasi penyelenggara pelayanan publik
b) Penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat, atau
organisasi yang berkepentingan
c) Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan.

Prinsip-prinsip dalam pelayanan prima antara lain:


a) Responsif terhadap pelanggan/ memahami pelanggan
b) Membangun visi dan misi pelayanan
c) Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan,
sebagai dasar pemberian pelayanan
d) Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait
bagaimana memberikan pelayanan yang baik, serta pemahaman
tugas dan fungsi organisasi

16
e) Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melakukan
tugas pelayanannya dengan baik.

2.2. Isu Aktual dan Kegiatan


2.2.1. Isu Aktual
Pada praktiknya, banyak masalah-masalah atau kendala yang harus
dihadapi oleh seorang ASN dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya di instansi tempat ia bekerja, atau yang lebih dikenal dengan isu
aktual. Rancangan aktualisasi ini nantinya akan menyelesaikan satu masalah
pokok atau isu prioritas yang menurut penulis anggap penting dan perlu
diselesaikan segera. Salah satu cara menentukan masalah pokok prioritas
yang akan penulis angkat tersebut adalah dengan menggunakan metode
USG (Urgency, Seriousness, Growth) dengan skala penilaian 1 sampai 5.
Dalam menentukan core issue digunakan alat bantu analisis isu
dimana pada rancangan aktualisasi ini penulis menggunakan metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth) yang penilaiannya menggunakan skala 1-5
(5= sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil), berikut
ditampilkan hasilnya

Table 1. Identifikasi Isu


Prioritas
No. Identifikasi Isu U S G Total Peringkat
Belum sadarnya WBP dalam mengikuti
1. kegiatan pembinaan Lapas Perempuan
4 4 4 12 3
Kelas IIA Pekanbaru
Belum disiplinnya WBP pada saat jam
2.
buka kereng selesai 4 4 3 11 4
3. Belum tertibnya WBP pada saat aplusan 3 4 3 10 5
Belum optimalnya pemeriksaan barang
4. 4 5 4 13 2
dan badan WBP yang keluar masuk blok
Belum tertibnya WBP pada saat keluar
5. 5 5 4 14 1
dan masuk blok

Keterangan Peringkat:

17
1 = Sangat tinggi
2 = Tinggi
3 = Sedang
4 = Rendah
5 = Sangat rendah

Berdasarkan hasil penilaian prioritas menggunakan USG, skor


tertinggi ada pada isu kelima, yaitu “Belum Tertibnya WBP Pada Saat
Keluar dan Masuk Blok di Lapas Perempuan Pekanbaru”. Isu ini
memiliki skor 14 dan menjadi isu prioritas (core issue) yang akan dibahas
dalam rancangan aktualisasi.

2.2.2. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada
di dalam unit kerja tersebut adalah :
1. Membuat tanda pengenal WBP yang keluar dan masuk blok.
2. Menginformasikan rancangan kegiatan ke masing-masing seksi.
3. Mencetak dan menempel poster mengenai tanda pengenal WBP yang
harus digunakan pada saat keluar dan masuk blok.
4. Membuat buku lalu lintas blok.
5. Menginformasikan kepada masing-masing perwakilan ketua kamar
mengenai penggunaan tanda pengenal WBP pada saat keluar dan masuk
blok.
6. Melaksanakan kontrol (pengawasan) keliling blok pada saat jam bertugas.

2.2.3. Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar ASN


Unit Kerja : Lapas Perempuan Kelas II A Pekanbaru
Identifikasi Isu :
1. Belum sadarnya WBP dalam mengikuti
kegiatan pembinaan Lapas Perempuan Kelas
IIA Pekanbaru

18
2. Belum disiplinnya WBP pada saat jam buka
kereng selesai
3. Belum tertibnya WBP pada saat aplusan
4. Belum optimalnya pemeriksaan barang dan
badan WBP yang keluar masuk blok
5. Belum tertibnya WBP pada saat keluar dan
masuk blok

Isu yang Diangkat : Belum Tertibnya WBP Pada Saat Keluar dan
Masuk Blok di Lapas Perempuan Kelas IIA
Pekanbaru

Gagasan Pemecahan Isu :


1. Membuat model tanda pengenal WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan)
yang keluar dan masuk blok.
Tabel 2. Rancangan Aktualisasi Kegiatan 1 : membuat model tanda pengenal
WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) yang keluar dan masuk blok
NO. URAIAN KETERANGAN
1. Kegiatan Membuat model tanda pengenal WBP yang
keluar dan masuk blok.
2. Tahapan Kegiatan 1. Menyiapkan rancangan model tanda
pengenal yang akan digunakan sebagai
pembeda WBP (Warga Binaan
Pemasyarakatan) yang akan dikunjungi
dan yang keluar dan masuk blok selain
dikunjungi.
2. Menyampaikan dan menjelaskan kepada
atasan mengenai rancangan model tanda
pengenal yang akan digunakan.
3. Melakukan konsultasi dengan atasan.
3. Output / Hasil Tercapainya persetujuan mengenai model
tanda pengenal WBP (Warga Binaan
Pemasyarakatan) oleh atasan.

19
4. Nilai –nilai Dasar ANEKA Akuntabilitas : Dalam berkonsultasi kepada
atasan, saya akan menggunakan bahasa yang
jelas, transparan dan bertanggung jawab.
Nasionalisme : Saya akan berkonsultasi dan
bekerjasama dengan atasan dan meminta
arahan serta masukan yang diberikan
(musyawarah, sesuai dengan sila ke-4).
Etika Publik : Saat menyampaikan
rancangan model tanda pengenal WBP kepada
atasan, saya akan menggunakan tata bahasa
yang baik dan sopan.
Komitmen Mutu : Dalam menyampaikan
rancangan model tanda pengenal WBP kepada
atasan, saya akan melakukan secara efektif
dan efisien.
Anti Korupsi : Dalam melakukan konsultasi
dengan atasan tentang rancangan model tanda
pengenal WBP, saya akan bersikap mandiri,
berani, dan jujur dalam mengungkapkan
pendapat.
5. Kontribusi Terhadap Visi Dengan dilakukannya kegiatan ini dapat
dan Misi mendukung Misi Lapas Perempuan Kelas IIA
Pekanbaru, yaitu Melaksanakan Perawatan
Tahanan, Pembinaan dan Pembimbingan WBP
Dalam Kerangka  Penegakan Hukum,
Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan
serta  Pemajuan dan  Perlindungan Hak Asasi
Manusia.
6. Penguatan Nilai-nilai Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut,
Organisasi maka akan menguatkan nilai Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan dan
Inovatif, serta Serious, Minded, Active,
Responsif, dan Talk.

20
2. Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk melakukan kegiatan
aktualisasi.
Tabel 6. Rancangan Aktualisasi Kegiatan 2 : melakukan diskusi dengan teman
sejawat untuk melakukan kegiatan aktualisasi
NO. URAIAN KETERANGAN
1. Kegiatan Melakukan diskusi dengan teman sejawat
untuk melakukan kegiatan aktualisasi.
2. Tahapan Kegiatan 1. Menyampaikan dan menjelaskan kepada
teman sejawat mengenai rancangan
aktualisasi.
2. Melakukan diskusi dengan teman
sejawat.
3. Meminta dan mencatat saran dari teman
sejawat mengenai rancangan aktualisasi
yang akan dilaksanakan.
3. Output / Hasil Tanda pengenal WBP (Warga Binaan
Pemasyarakatan) telah tercetak dan
diserahkan kepada regu jaga.
4. Nilai –nilai Dasar ANEKA Akuntabilitas : Saya akan bertanggung
jawab dalam membuat tanda pengenal WBP
serta konsisten sesuai dengan yang telah
dikonsultasikan dengan atasan.
Nasionalisme : Saya akan menghargai
masukan dan saran dari atasan sehingga saya
akan membuat tanda pengenal WBP sesuai
dengan yang telah dikonsultasikan dengan
atasan.
Etika Publik : Saya akan meminta bantuan
teman sejawat dalam membuat dan mencetak
tanda pengenal WBP dengan sikap sopan,
santun, dan ramah.
Komitmen Mutu : Saya akan membuat dan
mencetak tanda pengenal WBP secara efektif
dan efisien.
Anti Korupsi : Melaporkan biaya yang telah

21
digunakan kepada atasan dalam proses
pembuatan tanda pengenal WBP secara jujur
dan bertanggung jawab dengan memberikan
bukti pembayaran (nota).
5. Kontribusi Terhadap Visi Dengan dilakukannya kegiatan ini dapat
dan Misi mendukung Misi Lapas Perempuan Kelas IIA
Pekanbaru, yaitu Melaksanakan Perawatan
Tahanan, Pembinaan dan Pembimbingan
WBP Dalam Kerangka  Penegakan Hukum,
Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan
serta  Pemajuan dan  Perlindungan Hak Asasi
Manusia.
6. Penguatan Nilai-nilai Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut,
Organisasi maka akan menguatkan nilai Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan dan
Inovatif, serta Serious, Minded, Active,
Responsif, dan Talk.

3. Menempel poster mengenai tanda pengenal WBP (Warga Binaan


Pemasyarakatan) yang harus digunakan pada saat keluar dan masuk
blok.
Tabel 4. Rancangan Aktualisasi Kegiatan 3 : menempel poster mengenai tanda
pengenal WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) yang harus digunakan pada saat
keluar dan masuk blok.
NO. URAIAN KETERANGAN
1. Kegiatan Menempel poster mengenai tanda pengenal
WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) yang
harus digunakan pada saat keluar dan masuk
blok.
2. Tahapan Kegiatan 1. Melakukan konsultasi dengan atasan.
2. Meminta izin kepada komandan jaga
untuk menempel poster.
3. Menempel poster mengenai tanda
pengenal WBP (Warga Binaan

22
Pemasyarakatan) yang harus digunakan
pada saat keluar dan masuk blok.
3. Output / Hasil Masing-masing seksi mengetahui rancangan
kegiatan yang akan dilakukan.
4. Nilai –nilai Dasar ANEKA Akuntabilitas : Saya akan menjelaskan
rancangan kegiatan yang akan dilakukan
kepada kasi masing-masing seksi dengan
penuh tanggung jawab, jelas, transparan,
dan konsisten.
Nasionalisme : Saya tidak akan membeda-
bedakan dalam menjelaskan rancangan
kegiatan kepada kasi masing-masing seksi.
Etika Publik : Dalam menjelaskan
rancangan kegiatan, saya akan
menggunakan tata bahasa yang baik dan
sopan.
Komitmen Mutu : Dalam menjelaskan
rancangan kegiatan kepada kasi masing-
masing seksi, saya akan melakukan secara
efektif dan efisien.
Anti Korupsi : Saya akan menjelaskan
mengenai rancangan kegiatan dengan
berani, tanggung jawab, jujur, dan
disiplin.
5. Kontribusi Terhadap Visi Dengan dilakukannya kegiatan ini dapat
dan Misi mendukung Misi Lapas Perempuan Kelas
IIA Pekanbaru, yaitu Melaksanakan
Perawatan Tahanan, Pembinaan dan
Pembimbingan WBP Dalam Kerangka 
Penegakan Hukum, Pencegahan dan
Penanggulangan Kejahatan serta  Pemajuan
dan  Perlindungan Hak Asasi Manusia.
6. Penguatan Nilai-nilai Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut,
Organisasi maka akan menguatkan nilai Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan dan

23
Inovatif, serta Serious, Minded, Active,
Responsif, dan Talk.

3. Membuat buku lalu lintas blok.


Tabel 5. Rancangan Aktualisasi Kegiatan 4 : membuat buku lalu lintas blok
NO. URAIAN KETERANGAN
1. Kegiatan Membuat buku lalu lintas blok.
2. Tahapan Kegiatan 1. Menentukan tempat untuk mencetak
poster.
2. Mencetak poster.
3. Meminta izin kepada komandan jaga
untuk menempel poster mengenai
penggunaan tanda pengenal WBP
(Warga Binaan Pemasyarakatan) yang
keluar dan masuk blok di depan PHB
(Pintu Haluan Blok).
4. Menempel poster di ruangan PHB.
3. Output / Hasil Tertempelnya poster mengenai penggunaan
tanda pengenal WBP (Warga Binaan
Pemasyarakatan) yang keluar dan masuk
blok di ruangan PHB (Pintu Haluan Blok).
4. Nilai –nilai Dasar ANEKA Akuntabilitas : Saya akan mencetak dan
menempel banner dengan penuh tanggung
jawab.
Nasionalisme : Saya akan bekerjasama dan
melakukan musyawarah dengan teman
sejawat dalam menempel banner.
Etika Publik : Saya akan meminta bantuan
teman sejawat dengan sopan dan santun
dalam menempel banner.
Komitmen Mutu : Saya akan mencetak
banner dengan efektif, efisien, dan inovatif.
Anti Korupsi : Melaporkan biaya yang telah
digunakan kepada atasan dalam proses

24
pembuatan tanda pengenal WBP secara
jujur dan bertanggung jawab dengan
memberikan bukti pembayaran (nota).
5. Kontribusi Terhadap Visi Dengan dilakukannya kegiatan ini dapat
dan Misi mendukung Misi Lapas Perempuan Kelas
IIA Pekanbaru, yaitu Melaksanakan
Perawatan Tahanan, Pembinaan dan
Pembimbingan WBP Dalam Kerangka 
Penegakan Hukum, Pencegahan dan
Penanggulangan Kejahatan serta  Pemajuan
dan  Perlindungan Hak Asasi Manusia.
6. Penguatan Nilai-nilai Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut,
Organisasi maka akan menguatkan nilai Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan dan
Inovatif, serta Serious, Minded, Active,
Responsif, dan Talk.

4. Menginformasikan kepada masing-masing perwakilan kamar


mengenai penggunaan tanda pengenal pada saat keluar dan masuk
blok.
Tabel 7. Rancangan Aktualisasi Kegiatan 5 : menginformasikan kepada masing-
masing perwakilan kamar mengenai penggunaan tanda pengenal pada saat keluar
dan masuk blok
NO. URAIAN KETERANGAN
1. Kegiatan Menginformasikan kepada masing-masing
perwakilan kamar mengenai penggunaan
tanda pengenal pada saat keluar dan masuk
blok.
2. Tahapan Kegiatan 1. Melakukan konsultasi kepada atasan
mengenai penyediaan buku tambahan
untuk lalu lintas WBP.
2. Meminta saran kepada atasan mengenai
format yang harus dimasukkan dalam
buku lalu lintas WBP.

25
3. Output / Hasil Tersedianya buku lalu lintas WBP beserta
format yang telah disetujui oleh atasan.
4. Nilai –nilai Dasar ANEKA Akuntabilitas : Saya akan menyampaikan
rancangan kegiatan dengan penuh tanggung
jawab, konsisten, dan transparan.
Nasionalisme : Dalam menyampaikan
rancangan kegiatan, saya akan menjalin
kerjasama yang baik.
Etika Publik : Saya akan menyampaikan
rancangan kegiatan dengan sopan, dan
santun.
Komitmen Mutu : Saya akan
menyampaikan rancangan kegiatan secara
efektif.
Anti Korupsi : Saat menyampaikan
rancangan kegiatan, saya akan bersikap
kerja keras, dan berani.
5. Kontribusi Terhadap Visi Dengan dilakukannya kegiatan ini dapat
dan Misi mendukung Misi Lapas Perempuan Kelas
IIA Pekanbaru, yaitu Melaksanakan
Perawatan Tahanan, Pembinaan dan
Pembimbingan WBP Dalam Kerangka 
Penegakan Hukum, Pencegahan dan
Penanggulangan Kejahatan serta  Pemajuan
dan  Perlindungan Hak Asasi Manusia.
6. Penguatan Nilai-nilai Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut,
Organisasi maka akan menguatkan nilai Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan dan
Inovatif, serta Serious, Minded, Active,
Responsif, dan Talk.

5. Melaksanakan kontrol (pengawasan) keliling blok pada saat jam


bertugas.
Tabel 8. Rancangan Aktualisasi Kegiatan 6 : melaksanakan kontrol (pengawasan)
keliling blok pada saat jam bertugas

26
NO. URAIAN KETERANGAN
1. Kegiatan Melaksanakan kontrol (pengawasan) keliling
blok pada saat jam bertugas.
2. Tahapan Kegiatan 1. Mengecek kepentingan WBP (Warga
Binaan Pemasyarakatan) yang akan
keluar blok.
2. Memeriksa badan dan barang bawaan
WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan)
yang akan keluar blok.
3. Memberikan tanda pengenal WBP
(Warga Binaan Pemasyarakatan) yang
akan keluar blok sesuai dengan
kepentingannya.
4. Melakukan pengawasan terhadap WBP
(Warga Binaan Pemasyarakatan) yang
keluar blok.
3. Output / Hasil Terlaksananya pengawasan terhadap WBP
(Warga Binaan Pekanbaru) yang keluar dan
masuk blok.
4. Nilai –nilai Dasar ANEKA Akuntabilitas : Saya akan melakukan
sosialisasi dengan penuh tanggung jawab,
adil, dan konsisten.
Nasionalisme : Saya tidak akan
membedakan kamar hunian dalam
melakukan sosialisasi tentang rancangan
kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai
dengan sila kedua (tidak diskriminatif).
Etika Publik : Dengan cermat saya akan
menyiapkan materi sosialisasi. Selain itu,
saya akan melakukan sosialisasi dengan
bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.
Komitmen Mutu : Dalam melaksanakan
kegiatan sosialisasi, saya akan melakukan
secara efektif.
Anti Korupsi : Saya akan bertanggung

27
jawab dan adil dalam melaksanakan
kegiatan sosialisasi.
5. Kontribusi Terhadap Visi Kegiatan ini sesuai dengan Misi UPT Lapas
dan Misi Perempuan Kelas IIA Pekanbaru yaitu:
Pembinaan dan Pembimbingan WBP Dalam
Kerangka Penegakan Hukum demi
terwujudnya visi Lapas Perempuan Kelas
IIA Pekanbaru.
6. Penguatan Nilai-nilai Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut,
Organisasi maka akan menguatkan nilai Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan dan
Inovatif, serta Serious, Minded, Active,
Responsif, dan Talk.

BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan II di Lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau tahun 2018 memberikan syarat
kepada peserta untuk membuat rancangan aktualisasi yang untuk selanjutnya
diterapkan di tempat kerja masing-masing (habituasi). Rancangan aktualisasi
dibuat dengan cara memecahkan isu atau masalah pokok yang terjadi serta
gagasan pemecahan masalah yang dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan.
Rancangan aktualisasi ini dikaitkan dengan nilai-nilai dasar ASN (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti korupsi) serta peran dan
kedudukan PNS dalam NKRI (Manajemen ASN, Whole of Government, dan
Pelayanan Publik). Selain itu, kegiatan-kegiatan tersebut dikaitkan pula dengan
visi dan misi organisasi serta tata nilai organisasi Lapas Lapas Perempuan Kelas
IIA Pekanbaru.

28
Penyusunan rancangan aktualisasi ini pada dasarnya dilakukan untuk
memberikan panduan bagi Calon PNS mengenai hal-hal yang akan
diaktualisasikan selama proses habituasi. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis
memilih isu yang diangkat adalah “Kurang Tertibnya WBP yang keluar masuk
blok di lingkungan Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru”. Isu ini
merupakan isu prioritas (core issue) yang akan dibahas dalam rancangan
aktualisasi, dengan gagasan pemecahan isu berupa 9 (sembilan) kegiatan.
Kegiatan perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan evaluasi memegang peranan
penting sehingga diharapkan mampu mengatasi isu yang penulis angkat.

DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara, 2014. Salinan Peraturan Kepala Lembaga


Administrasi Negara Nomor 38 Tahun 2014 Pedoman Penyelenggara
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara, 2015. Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi


Pegawai Negeri Sipil. Modul Penyelenggara Perdana Pendidikan dan
Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara, 2015. Akuntabilitas. Modul Penyelenggara


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara, 2015. Anti Korupsi. Modul Penyelenggara


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara, 2015. Etika Publik. Modul Penyelenggara Perdana


Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

29
Lembaga Administrasi Negara, 2015. Komitmen Mutu. Modul Penyelenggara
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara, 2015. Nasionalisme. Modul Penyelenggara


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 21 Tahun 2016 Tentang


Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional
Perawat pertama

Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil

Purwanto Erwan Agus, dkk. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Pelayanan
Publik. Jakarta: LembagaAdministrasi Negara.

Suwarno Yogi, danTri AtmojoSejati. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Whole of Government. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Tim Penulis Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. Anti Korupsi Modul


Pendidikandan Pelatihan Prajabatan Golongan I/II dan Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Utomo Tri Widodo W, dkk. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

30

Anda mungkin juga menyukai