Anda di halaman 1dari 10

SURAKARTA: PERKEMBANGAN KOTA SEBAGAI AKIBAT

PENGARUH PERUBAHAN SOSIAL PADA BEKAS IBUKOTA


KERAJAAN DI JAWA
Surakarta: Urban Development as Effect of ABSTRACT
Social Changes in Ex-Capital City of
The aim of this study was to describe the relation of urban landscape
Kingdom in Java
development that influenced by social change. This study was focused on the
changing occur before the Kingdom of Surakarta until reformation period. The
analysis was intended to find out the main factors that had been influencing the
urban landscape development and also to formulate the concept of urban
planning in the future based on its history and the social character.
Surakarta, otherwise Solo or Salay, was the capital city of Surakarta
Hadiningrat's Kingdom. Founded in 1745, it was built on a magical rather
than a rational consideration. It’s located in the crosscurrent of two rivers, the
Bengawan Solo and the Pepe. According to the Javanese cosmology, the inner
city comprised of the kraton complex called Baluwarti and the alun-alun (palace
square), all located inside the beteng (palace wall). Outside the palace wall were
houses of the sentana (nobility), the abdi dalem (retainers) and the
commonners. The coming of the Europeans, the Chinese and the Arabs formerly
Suci Nur Aini Zaida
Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, did not alter the cosmology concept of the city. In the beginning of the twentieth
Fakultas Pertanian, IPB century, due to the advance of technology and the expansion of business, service
and leisure, the city was changed. It was in development period that the most
Nurhayati H. S. Arifin change towards a modern city took place. The skeleton of the city remained the
Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, same, but the environment became entirely different.
Fakultas Pertanian, IPB
e-mail : nurarif@ipb.ac.id Keywords: Surakarta, Javanese cosmology, urban landscape development,
social change, urban planning.

PENDAHULUAN kecenderungan perubahan orientasi


menuju perencanaan yang mengha- METODOLOGI
Suatu lanskap secara umum terben-
silkan keseragaman dan menghi-
tuk dari hasil proses interaksi Studi mengenai perkembangan kota
langkan karakteristik asalnya.
kondisi dan proses alam dengan ini dilakukan di kawasan Kota Sura-
manusia yang ada didalamnya Studi ini bertujuan untuk mendes- karta, Jawa Tengah. Pelaksanaan stu-
dalam kurun waktu yang panjang. kripsikan sejarah perkembangan di ini dimulai pada bulan Februari
Lanskap yang dibangun manusia lanskap Kota Surakarta dari masa 2004 sampai dengan bulan Juni 2004.
dalam suatu periode sejarah dapat prake-rajaan hingga sekarang, meng- Peta Lokasi terdapat pada Gambar 1.
merefleksikan kebudayaan, ekonomi identifikasi karakter lanskap Kota dan Gambar 2. menyatakan peta
dan "political nature" suatu masya- Surakarta pada masing-masing peri- kota Surakarta saat ini.
rakat yang dengan mempelajarinya ode, mengidentifikasi lanskap seja-
Metode studi ini bersifat kualitatif,
dapat lebih memahami manusia rah yang ada pada saat ini serta
yaitu mempelajari perubahan sosial
yang ada sekarang serta bagaimana menghasilkan rekomendasi dalam
yang terjadi pada masyarakat Kota
mereka mengekspresikan dirinya da- perencanaan dan penataan kota.
Surakarta dan kemudian mencari ka-
lam pembangunan lanskapnya (Car-
Kegunaan yang diperoleh dari studi itannya pada perkembangan tata ru-
penter et.al., 1975).
ini adalah dapat memberikan infor- ang kota. Strategi dalam penelitian
Selama dua abad (1745-1945), Kota masi tentang perkembangan lanskap ini menggunakan studi dokumentasi
Surakarta tumbuh sebagai ibukota Kota Surakarta, mendeskripsikan mengenai kesejarahan. Data yang di-
kerajaan Jawa. Meski dalam kurun mengenai pola, proses dan dampak kumpulkan berbentuk naskah, ang-
waktu tersebut secara politik keku- perubahan sosial yang menyangkut ka, gambar dan peta. Analisis dila-
asaan raja banyak dicampuri oleh perkembangan tata ruang kota, kukan terhadap kondisi sosial ma-
pemeri-tah Hindia Belanda, namun memberikan masukan bagi perenca- syarakat Kota Surakarta yang dapat
struktur sosial di Surakarta masih na pembangunan kota dalam upaya menghasilkan informasi mengenai
mencerminkan susunan masyarakat penataan kota serta dapat menjadi struktur sosial masyarakat Kota Su-
Jawa dengan segala tata kehidup- bahan pertimbangan bagi pemerin- rakarta pada masing-masing peri-
annya. Perubahan sosial yang terjadi tah daerah setempat dalam mengem- ode. Selanjutnya dianalisis mengenai
akibat pergantian penguasa di Kota bangkan Kota Surakarta dan sekitar-
Surakarta, juga tercermin pada per- nya yang mengakomodasi kondisi
kembangan fisik kota. Perkembang- sosial masyarakat.
an akhir-akhir ini me-nunjukkan

83 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010


ZAIDA DAN ARIFIN

karta, terletak antara 1100 BT -1110 BT Cala. Penjelasan lanjut tentang


dan 7,60 LS-80 LS termasuk kota di pohon Sala dapat dilihat pada
pedalaman Propinsi Jawa Tengah tulisan William Rosbergh (1755-
pada wilayah Daerah Aliran Sungai 1819) mengenai ciri-ciri pohon
(DAS) Bengawan Solo. Batas-batas Sala antara lain kayunya lurus,
Kota Surakarta adalah barat dan tebal, tingginya bisa mencapai 30
selatan berbatasan dengan Kabupa- kaki, berdaun halus dan berwar-
ten Sukoharjo, sebelah utara berba- na hijau muda serta berbentuk
tasan dengan Kabupaten Boyolali bulat. Bunganya banyak, berwar-
dan Karanganyar, dan batas sebelah na kuning dan berbentuk malai,
timur adalah Sungai Bengawan Solo. biji tunggal berbentuk bulat telur
Kota Surakarta merupakan kota sebesar biji kacang tanah. Banyak
nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kota tumbuh di daerah India yaitu di
Semarang sebagai ibukota propinsi Calcutta dan Morung. Nama lain
dan terletak 102 km dari Kota Se- dari Sala adalah Sal (Bombay),
marang ke arah selatan. Kota Sura- Shalam (Tamil), Salwa (Urija).
karta dengan luas 44,04 km2 dan
Di Indonesia tidak tumbuh pohon
berpenduduk 554,630 jiwa, meru-
"Sala", yang ada adalah pohon “Sa-
pakan pusat pembangunan Jawa Te-
lam” yang daunnya dapat diguna-
perkembangan tata ruang kota de- ngah bagian Selatan dan Tenggara.
kan untuk penyedap masakan. Lagi
ngan menganalisis peta-peta yang
pula bekas-bekas pohon Sala di Kota
diperoleh dan dibandingkan antara Arti Kata "Sala"
Sala tidak ada. Maka kemungkinan
beberapa periode untuk mengetahui
besar yang dimaksud dengan pohon
perkembangannya. Hasil analisis ini Secara historis tentang arti istilah
Sala adalah pohon Salam tersebut,
digunakan untuk mengidentiftkasi "Sala" telah terdapat pada buku-
karena ciri-ciri pohon Sala hampir
karakter lanskap pada masing-ma- buku kuno, yaitu :
sama dengan pohon Salam dan di-
sing periode. Dari kedua analisis
1. Babad Sengkala Ageng (KPH Ha- perkirakan di Desa Sala dahulu ba-
tersebut kemudian dioverlay sehingga
diwijaya, 1962:32), menulis de- nyak terdapat pohon Salam.
diperoleh sebuah gambaran menge-
ngan bersumber pada hasil karya
nai perubahan sosial yang berdam-
Sultan Hamengku Buwono I pa- Perkembangan Lanskap Kota
pak pada perkembangan tata ruang
da tabun 1751 yang menyebutkan Surakarta
kota.
antara lain perpindahan kraton
Masa Pra-Pemerintahan Kasunanan
Hasil dari identifikasi karakter lans- dari Kartasura ke Desa Sala.
Surakarta
kap akan di cross check dengan Selain itu juga menceriterakan
kondisi lanskap Kota Surakarta saat pulangnya Pangeran Mangkubu- Bentuk awal kota merupakan ling-
ini untuk melihat kondisi lanskap mi dari Sukawati (sekarang Kota kungan sosial yang sangat sederhana
masa lalu yang ada saat ini. Se- Sragen) setelah berperang mela- pada saat masih berupa Dusun atau
lanjutnya hasil analisis dari perkem- wan Adipati Martapura dari Gro- Desa Sala dengan ciri masyarakat
bangan lanskap Kota Surakarta, per- bogan. Dalam kutipan tersebut murni agraris tradisional. Dengan ka-
aturan dan kebijakan terkait serta dikatakan bahwa di Kampung rakter lahan di Desa Sala yang subur
kondisi lanskap dan masyarakat Ko- Baturana banyak sekali terdapat karena banyak dilalui oleh sungai-
ta Surakarta disintesis untuk menda- "Pohon Sala". sungai dan banyak terdapat rawa,
patkan konsep penataan kota yang 2. Serat Mahabarata (RNg. Jayapus- maka dapat disimpulkan bahwa per-
mampu mengakomodasi dinamika pita, 1911: 112;138) menyebutkan tanian di Desa Sala telah berkem-
warga kotanya. sebagai berikut : Ingkang warnini- bang. Pola penggunaan lahan di
pun cemeng, dedeg pangadegipun Desa Sala lebih dominan diper-
Dengan demikian produk akhir dari
kados wit "Sala ", blalak-blalak pa- untukkan sebagai lahan pertanian.
studi ini adalah berupa deskripsi
ningalipun, apanjang ingkang gra- Kemajuan perekonomian di Desa
mengenai perkembangan lanskap
na, ingkang makaten rupinipun pu- Sala selain karena aktivitas pertanian
Kota Surakarta berdasarkan per-
nika ingkang jejuluk Yudhistira... juga karena adanya dua bandar
ubahan kondisi sosial dari periode
Kutipan tersebut menggambar- perdagangan besar, yaitu Pelabuhan
ke periode serta usulan konsep
kan wujud Prabu Yudhistira dari Beton dan Bandar Nusupan.
integrasi lanskap sejarah dalam
keluarga Pandawa, tinggi besar
perencanaan kota. Secara sosial budaya, masyarakat
seperti "Pohon Sala". Dari kedua
Desa Sala masih merupakan masya-
kutipan diatas, jelas bahwa "Sala"
rakat tradisional Jawa dengan nilai-
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah nama sejenis pohon.
nilai serta kepercayaan yang berlaku
3. Didalam kamus Mac Donell
Keadaan Umum Kota Surakarta dalam kehidupan sehari-hari. Desa
(1924: 312) dijelaskan bahwa gala
Sala dipimpin oleh seorang bekel
Kondisi Geografis Kota Surakarta ditemukan dalam bahasa Latin
yang bernama Ki Gede Sala (Sajid,
namanya Vatica Robusta, dan da-
Kota Surakarta dianggap sebagai pu- 1984). Ki Gede Sala dianggap sebagai
lam bahasa Sansekerta disebut
sat kebudayaan Jawa, selain Yogya- titik pusat keseimbangan antara hal-

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010 84


ZAIDA DAN ARIFIN

kuasaan sejumlah bupati yang dike-


nai pajak (siti majengan).
Pola dan bentuk kota yang terjadi
cenderung linier atau konstelasi (con-
stellation) sederhana. Jalur-jalur sir-
kulasi dan pemukiman masih sangat
sederhana dan belum teratur. Pusat
orientasi dan aktivitas kota yang uta-
ma terdapat pada kompleks kraton,
Konsep Kuthonagara Pola mancapat dalam negara alun-alun dan bangunan keagamaan.
Konsep kuthonagara juga mempe-
Gambar 3. Penerapan pola mancapat dalam konsep Khuthonagara ngaruhi pembagian daerah perun-
tukan di Kota Surakarta pada masa
hal yang nyata, empirik ataupun syarakat di Kerajaan Surakarta, na- Kerajaan, yaitu pusat kota yang ter-
duniawi. Hal tersebut didasarkan mun pola dan bentuk tata ruang kota diri pemukiman, pemerintahan serta
pada budaya Jawa yang dipengaruhi hanya sedikit mengalami pergeseran. perniagaan dan luar kota yang ter-
oleh budaya Hindu-Budha, bahwa Konsep penataan dan pengaturan diri dari pertanian dan pertahanan.
seorang pemimpin diangggap seba- kota tetap berdasarkan konsep kos-
gai titisan Dewa dan kepemimpin- mologi kejawen dangan pola manca- Setelah akses melalui darat dibuka
annya bersifat turun-temurun. Da- pat. Sebagai titik pusat adalah alun- dengan adanya pembangunan jalan,
lam penataan dan pengaturan desa, alun sebelah utara, dimana alun-alun maka sungai Bengawan Solo yang
konsep yang diterapkan adalah kon- ini me-rupakan bekas rumah Ki merupakan penghubung antara Jawa
sep kosmologi dengan pola mancapat, Gede Sala. Di sebelah barat dari Timur dan Jawa Tengah jarang di-
dimana sebagai titik pusat adalah alun-alun ini terdapat masjid agung pergunakan lagi. Hal tersebut meng-
tempat tinggal Ki Gede Sala, di sebagai lambang dimensi duniawi. akibatkan dua bandar perdagangan
sebelah timur terdapat pasar sebagai Sumbu utara-selatan masih tetap pada masa pra-Kerajaan mulai di-
lambang duniawi dan di sebelah dipertahankan. Sebagai penghormat- tinggalkan.
barat rumah Ki Gede Sala terdapat an terhadap Laut Selatan maka di
suatu jalan yang lurus yang mengacu sebelah selatan dari alun-alun adalah Masa Pemerintahan Kolonial Hindia
pada Gunung Merapi sebagai sim- rumah tinggal raja, dimana dalam Belanda
bol akhirat. Sumbu utara-selatan ju- kepercayaan Jawa penguasa Laut Campur tangan dan intervensi dari
ga terIihat sangat kuat berpengaruh Selatan merupakan salah satu istri VOC tidak hanya sebatas perdagang-
karena terdapat sebuah jalan yang raja secara turun-temurun. Sedang- an namun mulai memasuki wilayah
jika ditarik searah utara-selatan me- kan di sebelah utara alun-alun ter- politik kerajaan. Pada tahun 1800 di-
rupakan garis tengah kediaman Ki dapat pusat pemerintahan yang bentuklah pemerintah Kolonial Hin-
Gede Sala. Dijabarkan pada Gambar lebih dikenal dengan Kepatihan. dia Belanda. Hal tersebut mempe-
3. ngaruhi struktur sosial yang terben-
Selain menggunakan pola mancapat
Selain itu, di dalam masyarakat be- dalam penataan dan pengaturan tuk dalam masyarakat Surakarta.
lum terdapat klasifikasi atau dapat kota, diterapkan pula konsep pena- Klasifikasi dalam masyarakat meng-
dikatakan struktur sosial masya- taan kota yang lain yaitu konsep alami pergeseran, etnis Asia penda-
rakatnya masih homogen. Struktur kuthonagara (Roffaer, 1931). Konsep tang menjadi lebih tinggi daripada
sosial yang masih homogen ini juga kuthonagara ini membagi kerajaan pribumi karena dukungan penjajah.
mempengaruhi rona arsitektur tra- menjadi tiga wilayah administratif. Kelompok ini mendominasi bidang
disional Desa Sala yang masih se- Pertama, wilayah negara yang meru- ekonomi perdagangan kota. Yang
derhana dan tidak bervariasi. pakan pusat pemerintahan kerajaan. menempati struktur tertinggi dalam
Wilayah ini dihuni oleh kurang lebih masyarakat bukan lagi golongan raja
Masa Pemerintahan Kasunanan 10.000 orang dimana hampir selu- dan bangsawan namun pemerintah
Surakarta Hadiningrat ruhnya adalah keluarga raja dan sen- Belanda. Pengaruh etnis pendatang
tana. Wilayah ini meliputi hampir tersebut makin lama makin kuat
Struktur sosial masyarakat Desa Sala mempengaruhi kehidupan masya-
seluruh wilayah kota Surakarta. Ke-
mengalami pergeseran pada saat rakat kota, menyangkut aspek gaya
dua, wilayah negara agung (negara-
daerah ini dijadikan lokasi baru hidup, bahasa, seni, dan perilaku
gung) dimana terdapat tanah-tanah
Kasunanan Surakarta Hadiningrat sosial. Namun demikian, kharisma
lungguh atau apanage milik para
sebagai ibukota kerajaan Jawa. Mulai kraton masih dihormati dalam kehi-
bangsawan istana yang diwajibkan
saat itu terbentuklah lingkungan dupan yang semakin kompleks ter-
untuk menyerahkan dua perlima
masyarakat yang berorientasi ke sebut.
dari hasil pertanian tanah-tanah me-
arah bentuk sosial budaya kraton
reka dan menyerahkan sejumlah te- Kondisi diatas membuat tata ruang
yang mengenal stratifikasi sosial di
naga wajib kepada kraton. Ketiga, wi- kota Surakarta mengalami pergeser-
dalamnya.
layah mancanegara atau daerah-dae- an pula. Pola jalur sirkulasi linier
Meskipun terjadi perubahan yang rah luar yang berada dibawah ke- berkembang menjadi kotak-kotak
signifikan pada struktur sosial ma- (grid atau rectilinier). Pola dan bentuk

85 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010


ZAIDA DAN ARIFIN

kota dengan garis-garis tegas dite- nya berasal dari kalangan bangsa- sistem pertahanan keamanan serta
rapkan oleh pemerintah Belanda da- wan mendirikan organisasi yang ber- kondisi sosial-budaya. Pada periode
lam merencanakan Kota Surakarta, orientasi pada gerakan kebangsaan. ini ditandai dengan semakin leluas-
mengingat kondisi topografi kota Perubahan lebih radikal terjadi pada anya pengaruh luar masuk ke Indo-
yang relatif datar dan untuk memu- masa pendudukan Jepang (1942) dan nesia sebagai akibat semakin bebas-
dahkan pembagian daerah perun- mencapai puncaknya ketika Indone- nya hubungan dengan dunia luar.
tukan atau penggunaan lahan. Pem- sia menyatakan merdeka pada tang- Pembangunan kota diarahkan pada
bagian penggunaan lahan pada masa ggal 17 Agustus 1945, yang berakibat modernisasi. Gejala tersebut ditandai
Pemerintahan Hindia Belanda ada- hilangnya kekuasaan politik Kraton dengan munculnya bangunan-ba-
lah pusat kota yang terdiri pemerin- Kasunanan Surakarta dan Pura ngunan modern yang sangat kontras
tahan, industri, perniagaan, perta- Mangkunegaran (Pringgokusumo, dengan lingkungan sekitarnya. Na-
hanan serta luar kota yang terdiri 1983). mun, kondisi sosial budaya masya-
pertanian, pemukiman dan industri. rakat belum siap menerima de-ngan
Bagi Kota Surakarta, kemerdekaan
Pusat orientasi dan aktivitas kota baik pengaruh asing tersebut se-
berarti penghancuran terhadap tata
yang penting adalah lingkungan kra- hingga sering terjadi anomi dan ali-
nilai dan kepercayaan yang ada da-
ton, Benteng Vastenberg dan Guber- enasi terhadap suatu produk fisik.
lam masyarakat. Periode ini merupa-
nuran. Pada periode ini pemukiman Perubahan sosial yang terjadi pada
kan titik awal dari perubahan tata
masyarakat lokal tergeser ke luar masyarakat Surakarta ini telah ber-
ruang kota Surakarta saat ini. De-
kota dan dipusat kota hanya ada pengaruh terhadap perkembangan
ngan adanya gerakan antiswapraja
pemukiman bangsa Eropa dan Ti- kota secara menyeluruh. Pola pemu-
yang berakhir dengan tidak diper-
mur Asing serta Kerajaan. Hal ter- kiman maupun pusat-pusat kegiatan
olehnya status "daerah istimewa" ba-
sebut disebabkan kebijakan kepen- tidak lagi mengikuti struktur yang
gi Kota Surakarta, sehingga kekuasa-
tingan dari Belanda untuk mendu- ada, melainkan berorientasi kepada
an Kasunanan Surakarta dan Pura
duki pusat-pusat kota sehingga in- pasar dan membentuk pola baru
Mangkunegaran hanya mencakup
tervensi terhadap pemerintah Kera- yang ditumpangkan pada struktur
wilayah spiritual dan hanya meliputi
jaan dapat dilakukan dengan kota lama. Kampung-kampung asli
kaum kerabatnya sendiri.
mudah. telah terkurung oleh bangunan-ba-
Struktur sosial yang ada pada era ini, ngunan modern yang bentuk dan
Uraian di atas menggambarkan bah-
heterogenitas dalam masyarakat wa- gayanya tercerabut dari lingkungan
wa dengan adanya pembentukan bi-
risan kolonial masih terlihat tetapi fisik warisan budaya setempat.
rokrasi kolonial yang kemudian ber-
klasifikasi dan stratifikasi mulai me-
pengaruh terhadap bentuk admini- Pada masa inilah peran kapitalisme
lemah. Hal ini terjadi karena tim-
strasi kolonial, pada masa pemerin- sangat besar pengaruhnya terhadap
bulnya kebangkitan rasa nasional-
tahan Paku Buwono X (antara tahun perkembangan kota. Kota Surakarta
isme dan kebangsaan yang makin
1893-1939) terjadi perubahan wajah mengalami komersialisasi besar-be-
kuat, sehingga masyarakat menghor-
kota dari kota homogen menjadi saran. Akselerasi ekonomi terasa ber-
mati persamaan dan kesederajatan
kota heterogen. Perkembangan kota dampak besar pada wajah kota ini.
hak serta kewajiban dalam negara
Surakarta pada masa ini, dapat Banyak bangunan modern yang me-
merdeka.
dikatakan mengacu pada dua tipe gah dan tinggi dibangun di luar pro-
perkembangan kota, yaitu kota kos- Pada periode ini Pemerintah Indone- porsi dan fokus, sehingga memun-
mologi dan kota ekologi (Kuntowi- sia menetapkan peraturan dalam hal culkan ketidakseimbangan antara
joyo, 2000). Perkembangan menjadi pertanahan (agraria), yang dikenal bangunan tradisi dan bangunan ba-
kota kosmologi akan berpengaruh dengan Land Reform dalam bentuk ru. Bangunan Bank BCA misalnya,
terhadap perubahan struktur sosial, Undang-Undang Pokok Agraria. Da- secara semena-mena mledhingi (me-
misalnya differensiasi komunitas so- lam undang-undang tersebut dijelas- mantati) situs Keraton Surakarta. Se-
sial, eksklusifisme sosial, dan pro- kan bahwa lahan-lahan dan tanah- lain itu, keberadaan Tugu Adipura
letarisasi. Sedangkan perkembangan tanah perkebunan milik Belanda di- yang diolok-olok sebagai "Tugu Se-
menjadi kota ekologi berpengaruh kembalikan kepada rakyat Indonesia tan", terletak di depan Gapura Gla-
terhadap perubahan struktur ruang guna meningkatkan kesejahteraan dak, sebagai lambang arogansi pe-
kota seperti pembangunan infra- masyarakat. nguasa. Tugu megah setinggi 15 me-
struktur ekonomi, pembangunan in- ter tersebut dianggap secara semena-
frastruktur budaya, perkembangan Masa Pemerintahan Orde Baru mena menginjak wilayah batin war-
transportasi kota, urban development, (1966-1998) ga dan merusak keselarasan arsi-
dan reorganisasi agraria kota. tektur lingkungan. Kebijakan sentra-
Dengan berakhirnya kekuasaan di
lisasi oleh Pemerintah RI menye-
Kota surakarta, maka roda pemerin-
Masa Kemerdekaan Republik babkan pola pembangunan kota di
tah sepenuhnya berada ditangan Pe-
Indonesia (1945 -1965) Indonesia umumnya menginduk pa-
merintah Daerah Tingkat II Sura-
da pembangunan di Jakarta. Kondisi
Proses kemerdekaan Indonesia mela- karta yang dipimpin oleh seorang
tersebut mengakibatkan adanya
lui perjuangan yang sangat panjang. walikota. Perubahan-perubahan be-
kontrasitas sosial (benturan sosial
Perubahan sosial di Surakarta pada sar terjadi diseluruh aspek kehidup-
akibat kondisi yang berbeda) yang
masa ini mulai terjadi ketika pada ta- an, mulai dari sistem pemerintahan
hun 1920-an terpelajar yang umum- dan politik, sistem perekonomian,

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010 86


ZAIDA DAN ARIFIN

menyebabkan Kota Surakarta rentan dan arah pembangunan kota di masa gaib/aduniawi. Hal tersebut dida-
terhadap konflik sosial. mendatang. Kehancuran Kota Sura- sarkan pada kepercayaan serta bu-
karta justru bisa menjadi starting daya Jawa yang masih dipengaruhi
Secara fisik, perkembangan Kota Su-
point (titik awal) untuk membangun oleh budaya Hindu-Budha, bahwa
rakarta selanjutnya menunjukkan
Kota Surakarta yang lebih baik dan seorang pemimpin dianggap sebagai
pola dan bentuk grid pada masa ko-
tertata serta dapat mengakomodasi titisan dari Dewa dan kepemimpin-
lonial masih dipertahankan pada
aspirasi rakyat. annya bersifat turun-temurun. Di
periode ini. Di daerah pinggiran
dalam masyarakat belum terdapat
kota, pola grid yang ada kurang tegas Dalam kerangka otonomi daerah dan
klasifikasi atau dapat dikatakan
dan kurang teratur. Hal ini dise- desentralisasi dimana daerah memi-
struktur sosial masyarakatnya masih
babkan perkembangan kota yang liki kewenangan untuk mengurus
homogen.
cenderung spontan dan kurang te- dan mengatur kepentingan masyara-
rencana. Perpaduan antara bentuk kat melalui prakarsanya sendiri (UU Struktur sosial masyarakat Desa Sala
kota masa kerajaan dan masa kolo- No. 22 Tahun 1999), Pemerintah Kota mengalami pergeseran pada saat
nial dapat dirasakan dan diamati Su-rakarta telah menetapkan visi daerah ini dijadikan lokasi baru
pada periode ini. Kraton Kasunanan yaitu "Terwujudnya Kota Surakarta Kasunanan Surakarta Hadiningrat
dan Mangkunegaran masih menjadi sebagai Kota Budaya yang bertumpu sebagai ibukota kerajaan Jawa. Mulai
pusat aktivitas dan orientasi ling- pada potensi perdagangan, jasa dan saat itu terbentuklah lingkungan ma-
kungan lain, namun daerah pusat pendidikan, pariwisata dan olahra- syarakat yang berorientasi ke arah
aktivitas kota cenderung bertambah ga". Berdasarkan visi tersebut, maka bentuk sosial budaya kraton yang
banyak dan menyebar mengikuti perkembangan Kota Surakarta diha- mengenal klasifikasi sosial didalam-
arah perkembangan penduduk. Se- rapkan dapat menemukan kembali nya. Di dalam struktur sosial masya-
lain itu pola peruntukan wilayah identitas atau karakter yang dimiliki rakat ini, terdapat golongan raja dan
juga mengalami perubahan. Pada dan melekat dalam kehidupan ma- kerabatnya, bangsawan, priyayi nga-
periode ini pemerintah hanya terfo- syarakat selama dua abad, sehingga luhur, abdi dalem dan rakyat biasa
kus pada pembangunan yang bersi- tidak ada kelompok masyarakat yang terklasifikasi secara hirarkikal
fat kapitalistik dan komersial, se- yang termarginalkan. dan sangat kecil kemungkinan terja-
hingga lahan-lahan pertanian yang di mobilitas sosial secara vertikal.
berada di luar kota mulai berubah Analisis Pengaruh Perubahan
Namun, sejak kedatangannya pada
menjadi kawasan industri. Di pusat Sosial Terhadap Perkembangan
tahun 1800, pengaruh dan campur
kota mulai tubuh pemukiman-pemu- Lanskap Kota Surakarta
tangan pemerintah kolonial sangat
kiman baru.
Perubahan Struktur Sosial berdampak besar dalam membawa
Bangunan-bangunan penting yang Masyarakat Kota Surakarta perubahan dalam kerajaan bahkan
dibangun pada periode-periode se- kekuasaan raja sebagai pemimpin
Bentuk awal kota merupakan ling-
belumnya tidak diperhatikan lagi. harus tunduk di bawah Pemerintah
kungan sosial yang sangat sederhana
Bahkan kondisinya terlihat mempri- Kolonial Belanda. Hal tersebut mem-
dengan ciri masyarakat agraris tradi-
hatinkan (Bappeda, 1995). Pemerin- pengaruhi struktur sosial yang ter-
sional. Masyarakat Desa Sala masih
tah sebagai pengambil kebijakan da- bentuk dalam masyarakat Surakarta.
merupakan masyarakat tradisional
lam perencanaan kota tidak mem- Klasifikasi dalam masyarakat meng-
Jawa dengan nilai-nilai serta keper-
perhatikan nilai-nilai kesejarahan da- alami pergeseran, etnis Asia penda-
cayaan yang diterapkan dalam kehi-
ri bangunan-bangunan tersebut, se- tang menjadi lebih tinggi dari pada
dupan sehari-hari. Desa Sala dipim-
hingga sebagian besar masyarakat pribumi karena dukungan penjajah.
pin oleh seorang bekel yang bernama
(pendatang) tidak mengetahui arti Kelompok ini mendominasi bidang
Ki Gede Sala. Tugas seorang bekel
penting dari bangunan-bangunan ekonomi dan perdagangan. Penga-
adalah bertangggung jawab atas baik
tersebut. ruh etnis pendatang tersebut makin
buruknya pelaksanaan tugas di desa-
lama makin kuat mempengaruhi ke-
desa (Radjiman, 1984). Dalam kedu-
Masa Reformasi (1999-sekarang) hidupan masyarakat kota, menyang-
dukannya sebagai seorang pemim-
kut aspek gaya hidup, bahasa, seni,
Tekanan arus urbanisasi yang me- pin, Ki Gede Sala dianggap sebagai
dan perilaku sosial. Namun demi-
lonjak mengakibatkan pengaturan titik pusat keseimbangan antara hal-
kian, kharisma kraton masih dihor-
tata ruang kota yang dapat me- hal yang nyata, empirik ataupun
lahirkan konflik spasial namun tidak
jarang juga memicu terjadinya kon-
Tabel l. Perubahan Struktur Sosial Masyarakat Kota Surakarta
flik fisik. Seluruh kepentingan untuk
No Periode Klasifikasi Sosial Penguasa
memanfaatkan tata guna tanah sa-
1. Pra-Kerajaan Tidak ada klasifikasi sosial (homogen) Bekel
ling beradu kuat untuk merebut ak- 2. Kasunanan Surakarta Pemimpin (Raja), Bangsawan, Abdidalem, Rakyat Raja
Hadiningrat (secara hirarkikal)
ses dan dalam konteks ini biasanya 3. Pemerintah Kolonial Bangsa Belanda, Raja dan kerabatnya, bangsa Timur Pemerintah Kolonial
tidak ada satu pihak pun yang mau Belanda asing (Cina, Arab, India), Pribumi (secara hirarkikal) Belanda
4. Kemerdekaan RI (1945Heterogen, klasifikasi sosial mudah melemah Pemerintah RI
mengalah. "Musibah" pada tahun 1965) (walikota)
1998 dan 1999 tersebut membang- 5. Orde Baru (1966-1998)Tidak ada klasifikasi sosial secara hirarkhikal namun Pemerintah RI
terdapat klasifikasi sosial secara horizontal (walikota)
kitkan kesadaran warga Kota Sura- 6. Reformasi (1999- Tidak ada klasifikasi sosial (heterogen) Pemerintah RI
karta untuk ikut "menentukan" garis sekarang) (walikota)

87 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010


ZAIDA DAN ARIFIN

mati dalam kehidupan yang semakin capat seperti pada Desa Sala namun kota dengan garis-garis tegas dite-
kompleks tersebut. dalam skala yang lebih luas yaitu rapkan oleh pemerintah Belanda da-
ibukota kerajaan. Sebagai titik pusat lam merencanakan Kota Surakarta,
Struktur sosial yang ada pasca ke-
dari konsep penataan ini merupakan mengingat kondisi topografi kota
merdekaan adalah heterogenitas da-
bekas rumah Ki Gede Sala. Selain yang relatif datar dan untuk memu-
lam masyarakat warisan kolonial
menggunakan pola mancapat dalam dahkan pembagian daerah peruntuk-
masih terlihat, tetapi klasifikasi mu-
penataan dan pengaturan kota, dite- an atau penggunaan lahan. Pembagi-
lai melemah. Hal ini terjadi karena
rapkan pula konsep penataan kota an penggunaan lahan pada masa
timbulnya kebangkitan rasa na-
yang lain yaitu konsep kuthonagara. Pemerintahan Hindia Belanda ada-
sionalisme dan kebangsaan yang ma-
Konsep kuthonagara ini membagi ke- lah pusat kota yang terdiri pemerin-
kin kuat, sehingga masyarakat
rajaan menjadi tiga wilayah admini- tahan, industri, perniagaan, perta-
menghormati persamaan dan kese-
stratif yaitu pertama, wilayah negara hanan serta luar kota yang terdiri
derajatan hak serta kewajiban dalam
yang merupakan pusat pemerintah- pertanian, pemukiman dan industri.
negara merdeka. Klasifikasi sosial
an kerajaan. Wilayah ini dihuni oleh Pusat orientasi dan aktivitas kota
yang ada hingga saat ini adalah pri-
kurang lebih 10.000 orang dimana yang penting adalah lingkungan
bumi dan pendatang.
hampir seluruhnya adalah keluarga kraton, Benteng Vastenberg dan Gu-
Secara ringkas hasil analisis peru- raja dan sentana. Wilayah ini meli- bernuran. Pada periode ini pemu-
bahan sosial yang terjadi pada ma- puti hampir seluruh wilayah kota kiman masyarakat lokal tergeser ke
syarakat Kota Surakarta dapat dili- Surakarta. Kedua, wilayah negara luar kota dan dipusat kota hanya ada
hat pada Tabel 1. agung (negaragung) dimana terda- pemukiman bangsa Eropa dan Ti-
pat tanah-tanah lungguh atau apa- mur Asing serta Kerajaan. Hal ter-
Pengaruh Perubahan Struktur Sosial nage milik para bangsawan istana sebut disebabkan oleh kebijakan dan
Terhadap Lanskap Kota Surakarta yang diwajibkan untuk menyerah- kepentingan dari Belanda untuk da-
kan dua perlima dari hasil pertani-an pat menduduki pusat-pusat kota se-
Lanskap suatu kota pada dasarnya
tanah-tanah mereka dan menyerah- hingga intervensi terhadap pemerin-
merupakan hasil dari keinginan ma-
kan sejumlah tenaga wajib kepada tah Kerajaan dapat dilakukan de-
nusia yang membentuknya. Oleh ka-
kraton. Ketiga, wilayah mancanegara ngan mudah.
rena itu, dapat dikatakan bahwa per-
atau daerah-daerah luar yang berada
ubahan struktur sosial masyarakat Uraian di atas menggambarkan bah-
dibawah kekuasaan sejumlah bupati.
Kota Surakarta sangat berpengaruh wa dengan adanya pembentukan
Tidak ada tanah apanage, yang ada
terhadap berubahnya bentukan Lan- birokrasi kolonial yang kemudian
ha-nya tanah yang dikenai pajak (siti
skap kota. Perubahan lanskap kota berpengaruh terhadap bentuk admi-
majengan). Penataan dan pengaturan
dapat tercermin dalam perubahan nistrasi kolonial, pada masa peme-
kota berdasarkan pola mancapat da-
konsep penataan ruang kota, peng- rintahan Paku Buwono X yaitu anta-
lam konsep kuthonagara ini diterap-
gunaan lahan (landuse) serta bangun- ra tahun 1893-1939, maka terjadi per-
kan pada lingkungan negara yang
an-bangunan fisik dari masing-ma- ubahan wajah kota dari kota homo-
juga merupakan tempat tinggal raja,
sing periode perkembangan. gen menjadi kota heterogen. Perkem-
bangsawan, sentana dalem dan abdi
bangan kota Surakarta pada masa
Pada periode pra kerajaan, dalam pe- dalem.
ini, dapat dikatakan mengacu pada
nataan dan pengaturan desa, konsep
Pola dan bentuk kota yang terjadi dua tipe perkembangan kota, yaitu
yang diterapkan adalah konsep kos-
cenderung linier atau konstelasi kota kosmologi dan kota ekologi.
mologi dengan pola mancapat, dima-
(constellation) sederhana. Jalur-jalur Perkembangan menjadi kota kosmo-
na sebagai titik pusat adalah tempat
sirkulasi dan pemukiman masih logi akan berpengaruh terhadap
tinggal Ki Gede Sala. Di sebelah ti-
sangat sederhana dan belum teratur. perubahan struktur sosial, misalnya
mur terdapat pasar sebagai lambang
Kesan teratur hanya dapat dijumpai differensiasi komunitas sosial, eks-
duniawi dan di sebelah barat rumah
di lingkungan kraton, yaitu kraton, klusifisme sosial, dan proletarisasi.
Ki Gede Sala terdapat suatu jalan
alun-alun dan masjid. Pusat orientasi Sedangkan perkembangan menjadi
yang lurus yang mengacu pada Gu-
dan aktivitas kota yang utama ter- kota ekologi berpengaruh terhadap
nung Merapi sebagai simbol akhirat.
dapat pada kompleks kraton, alun- perubahan struktur ruang kota se-
Sumbu utara-selatan juga terlihat sa-
alun dan bangunan keagamaan. perti pembangunan infrastruktur
ngat kuat berpengaruh karena ter-
Konsep Kuthonagara juga mempe- ekonomi, pembangunan infrastruk-
dapat sebuah jalan yang jika ditarik
ngaruhi pembagian daerah perun- tur budaya, perkembangan transpor-
searah utara-selatan merupakan ga-
tukan di Kota Surakarta pada masa tasi kota, urban development, dan reor-
ris tengah kediaman Ki Gede Sala.
Kerajaan yaitu pusat kota yang ter- ganisasi agraria kota. Selain itu, ter-
Meskipun terjadi perubahan yang diri pemukiman, pemerintahan serta jadi fenomena yang menggambarkan
signifikan pada struktur sosial ma- perniagaan dan luar kota yang ter- infiltrasi aspek arsitektur barat dan
syarakat di Kerajaan Surakarta, na- diri dari pertanian dan pertahanan. asing lainnya dalam arsitektur tradi-
mun pola dan bentuk tata ruang kota sional Jawa di Surakarta yang dapat
Kondisi diatas membuat tata ruang
hanya sedikit mengalami pergeseran. dilihat di seluruh bagian kota, bah-
kota Surakarta mengalami pergeser-
Konsep penataan dan pengaturan kan bangunan di dalam kraton ti-dak
an pula. Pola jalur sirkulasi linier
kota tetap berdasarkan atas konsep luput dari proses ini. Kondisi ter-
berkembang menjadi kotak-kotak
kosmologi kejawen dengan pola man- sebut akhirnya membentuk rona
(grid atau rectilinier). Pola dan bentuk

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010 88


ZAIDA DAN ARIFIN

atau wajah kota sebagai kota cam- Pada masa inilah peran kapitalisme Dalam kerangka otonomi daerah dan
puran. atau para pemilik modal, sangat be- desentralisasi dimana daerah memi-
sar pengaruhnya terhadap perkem- liki kewenangan untuk mengurus
Bagi Kota Surakarta kemerdekaan
bangan kota. Kota Surakarta telah dan mengatur kepentingan masyara-
berarti penghancuran terhadap ter-
mengalami komersialisasi besar- kat melalui prakarsanya sendiri (UU
hadap tata nilai dan kepercayaan
besaran. Akselerasi ekonomi terasa No. 22 Tabun 1999), pemerintah Kota
yang ada dalam masyarakat yang
berdampak besar pada wajah kota Surakarta telah menetapkan visi
berdampak pada tata ruang kota. Pe-
ini. Banyak bangunan modern yang yaitu "Terwujudnya Kota Surakarta
riode ini merupakan titik awal dari
megah dan tinggi dibangun di luar sebagai Kota Budaya yang bertumpu
perubahan tata ruang kota Surakarta
proporsi dan fokus, sehingga me- pada potensi perdagangan, jasa dan
saat ini. Dengan adanya gerakan
munculkan ketidakseimbangan anta- pendidikan, pariwisata dan olahra-
antiswapraja yang berakhir dengan
ra bangunan tradisi dan bangunan ga". Berdasarkan visi tersebut, maka
tidak diperolehnya status "daerah
baru. Bangunan Bank BCA, misal- perkembangan kota Surakarta diha-
istimewa" bagi Kota Surakarta, se-
nya, secara semena-mena mledhingi rapkan dapat menemukan kembali
hingga kekuasaan Kasunanan Sura-
(memantati) situs Keraton Surakarta. identitas atau karakter yang dimiliki
karta dan Pura Mangkunegaran ha-
Selain itu, keberadaan Tugu Adipura dan melekat dalam kehidupan ma-
nya mencakup wilayah spiritual dan
yang diolok-olok sebagai "Tugu Se- syarakat selama dua abad (1745-
hanya meliputi kaum kerabatnya
tan", terletak di depan Gapura Gla- 1945), sehingga tidak ada kelompok-
sendiri.
dak, sebagai lambang arogansi pe- kelompok masyarakat yang termar-
Dengan berakhirnya kekuasaan nguasa. Tugu megah setinggi 15 me- ginalkan. Sedangkan analisis dan
kera-jaan di Kota Surakarta, maka ter tersebut dianggap secara semena- konsep tata ruang lanskap Kota Su-
roda pemerintahan sepenuhnya mena menginjak wilayah batin war- rakarta dari periode ke periode se-
berada ditangan Pemerintah Daerah ga dan merusak keselarasan arsitek- cara ringkas dapat dilihat pada Tabel
Tingkat II Surakarta yang dipimpin tur lingkungan. Kebijakan sentral- 2.
oleh se-orang walikota. Perubahan- isasi oleh pemerintah RI menyebab-
perubah-an besar terjadi diseluruh kan pola pembangunan kota di In- Faktor Penentu Perubahan Lanskap
aspek ke-hidupan, mulai dari sistem donesia umumnya menginduk pada Kota Surakarta
pemerin-tahan dan politik, sistem pembangunan di Jakarta. Kondisi
Hasil analisis yang dilakukan terha-
perekono-mian, sistem pertahan tersebut mengakibatkan adanya kon-
dap perkembangan Kota Surakarta
keamanan ser-ta kondisi sosial- trasitas sosial (benturan sosial akibat
diketahui bahwa Kota Surakarta
budaya. Pada masa atau periode ini kondisi yang berbeda) yang menye-
telah berkembang menuju perkem-
ditandai dengan se-makin leluasanya babkan Kota Surakarta rentan terha-
bangan yang semakin di luar kontrol
pengaruh luar ma-suk ke Indonesia dap konflik sosial.
warganya. Kota telah terkendali oleh
sebagai akibat se-makin bebasnya
Secara fisik, perkembangan Kota Su- kepentingan-kepentingan politik dan
hubungan dengan dunia luar.
rakarta selanjutnya menunjukkan ekonomi yang bersifat global dan
Pembangunan kota di-arahkan
pola dan bentuk grid pada masa ko- nasional yang jauh di luar jangkauan
kepada modernisasi. Gejala tersebut
lonial masih dipertahankan pada warga kota. Berdasarkan hal terse-
ditandai dengan munculnya
periode ini. Di daerah pinggiran ko- but, diperoleh bahwa terdapat bebe-
bangunan-bangunan modern yang
ta, pola grid yang ada kurang tegas rapa faktor yang menentukan peru-
sangat kontras dengan lingkungan
dan kurang teratur. Hal ini disebab- bahan tata ruang kola. Pertama, nilai-
disekitarnya. Namun, kondisi sosial
kan perkembangan kota yang cende- nilai, norma dan kepercayaan yang
budaya masyarakat belum siap me-
rung spontan dan kurang terencana berlaku pada masyarakat sehingga
nerima dengan baik pengaruh asing
(Pemda Surakarta, 1974). Perpaduan mempengaruhi dan membentuk po-
tersebut, sehingga sering terjadi ano-
antara bentuk kota masa kerajaan la, sikap dan perilaku masyarakat
mi dan alienasi (keterasingan) terha-
dan masa kolonial dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari terma-
dap suatu produk fisik. Perubahan
dan diamati pada periode ini. Kraton suk dalam hal penataan ruang kota.
sosial yang terjadi pada masyarakat
Kasunanan dan Mangkunegara ma- Kedua, kebijakan penguasa/pemerin-
Surakarta ini telah berpengaruh ter-
sih menjadi pusat aktivitas dan tah pada tiap-tiap periode perkem-
hadap perkembangan kota secara
orientasi lingkungan lain, namun bangan. Ketiga, kalangan pengusaha.
menyeluruh. Pola pemukiman mau-
daerah pusat aktivitas kota cende- Kalangan pengusaha dengan modal
pun pusat-pusat kegiatan tidak lagi
rung bertambah banyak dan menye- yang dimiliki mampu merubah ta-
mengikuti struktur yang ada, mela-
bar mengikuti arah perkembangan tanan dan perkembangan tata ruang
inkan berorientasi kepada pasar dan
penduduk. Selain itu pola perun- kota. Dari hasil analisis tersebut,
membentuk pola baru yang ditum-
tukan wilayah juga meng-alami terdapat tiga faktor atau komponen
pangkan pada struktur kota lama.
perubahan. Pada periode ini pe- dari struktur sosial perkotaan yang
Kampung-kampung asli telah terku-
merintah hanya terfokus pada pem- membentuk rona atau wajah kota
rung oleh bangunan-bangunan mo-
bangunan yang bersifat kapitalisme serta menentukan kapasitas kota
dern yang bentuk dan gayanya terce-
dan komersil, sehingga lahan-lahan menghadapi perubahan ter-sebut
rabut dari lingkungan fisik warisan
pertanian yang berada di kawasan yaitu: masyarakat (community), pe-
budaya setempat.
industri. Di pusat kota mulai tum- merintah (penguasa/state) dan peng-
buh pemukiman-pemukiman baru. usaha (economy).

89 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010


ZAIDA DAN ARIFIN

Lemahnya kemampuan dan kerjasa- arsitektur, merupakan kunci dalam unik, segar, akrab serta dapat
ma tiga komponen ini akan mele- penciptaan rasa harga diri, per-caya menjadi “tenggeran” atau land-
mahkan kapasitas sistem sosial kota diri dan jati diri atau identitas. Kebe- mark untuk orientasi.
dalam menghadapi perubahan se- radaan bangunan kuno berseja-rah 4. Generasi mendatang membutuh-
hingga perkembangan kota tidak tersebut mencerminkan kisah seja- kan rasa aman dan kebanggaan,
akan mampu mengakomodir kepen- rah, tatacara hidup, budaya dan per- yang akan diperoleh melalui pe-
tingan serta karakteristik masyara- adaban masyarakatnya. luang untuk melihat, menyentuh
katnya. Hubungan antara ketiga dan merasakan bukti fisik sejarah
Beberapa hal yang merupakan dasar
komponen struktur sosial masyara- serta kekayaan budaya nenek
pentingnya rekonstruksi dan revitali-
kat Kota Surakarta terhadap bentuk- moyang
sasi bangunan kuno bersejarah seba-
an dan tata ruang kota dapat dilihat 5. Dengan dilestarikannya bangun-
gai pertimbangan dalam perencana-
pada Gambar 4. an kuno bersejarah di segenap
an dan pembangunan kota adalah:
tempat, khasanah wajah ling-
Dari hasil analisis terhadap faktor 1. Lingkungan dan bangunan kuno
kungan akan menjadi lebih kaya
yang mempengaruhi perkembangan bersejarah dengan ragam arsitek-
6. Keberhasilan perencanaan dan
kota, maka dapat diperoleh suatu turnya yang khas mempakan aset
perancangan lingkungan binaan
keterkaitan antara perkembangan yang sangat berharga dalam bi-
di masa lampau, akan merupa-
kota sebagai akibat pengaruh peru- dang pariwisata
kan bekal dan pelajaran berharga
bahan kondisi sosial. Penguasaan 2. Peninggalan karya arsitektur ku-
bagi kegiatan serupa di masa
dan penggunaan terhadap suatu no, baik tradisional maupun pe-
depan
lahan tidak terlepas dari pengaruh ninggalan kolonial, merupakan
kebijakan yang dibuat oleh penguasa rekaman sejarah dalam bentuk Bila ditarik ke belakang, peran seja-
atau pemerintah saat itu. Sedangkan visual yang menyiratkan kesi- rah Kota Surakarta sejak jaman pra
di satu sisi, dengan adanya penguasa nambungan peri kehidupan ma- kerajaan hingga jaman kemerdekaan
dan kebijakan yang berbeda pada syarakat dari waktu ke waktu tidak dapat diabaikan, dan kesemua-
tiap periode memberikan pengaruh 3. Pada masa-masa yang penuh nya terwujud dalam banyaknya pe-
terhadap perbedaan kondisi sosial perubahan cepat, lingkungan dan ninggalan bersejarah di Kota Sura-
masyarakat pada tiap periodenya. bangunan kuno bersejarah mem- karta. Hasil identifikasi dan analisis
Sehingga dapat diambil sebuah ke- berikan suasana tersendiri yang terhadap bangunan-bangunan kuno
simpulan bahwa penguasa dan kebi-
jakannya merupakan faktor utama
peruabahan lanskap Kota Surakarta.
Penguasa
Revitalisasi Lanskap Sejarah dan
Budaya sebagai Pertimbangan
dalam Perencanaan dan Pola Tata
Pembangunan Kota Surakarta
Dalam upaya penjabaran strategi
pembangunan berwawasan identi-
tas, salah satu aspek yang sering ter- Penguasa Masyarakat
lupakan adalah konservasi bangun-
(Economy) (Community)
an kuno bersejarah. Perhatian lebih
banyak ditekankan pada pemba- Gambar 4. Pola Hubungan Struktur Sosial terhadap Bentukan Lanskap Kota
ngunan baru yang lebih menge- Surakarta
sankan sebagai cerminan moderni-
tas. Akibatnya, banyak bangunan Tabel 2. Perubahan Tata Ruang Kota Surakarta
kuno bersejarah yang dibongkar atau
No Periode Bentuk/ Orientasi Landuse
digusur dengan alasan lahannya di- Tata Ruang Pola
perlukan untuk pembangunan fasili- 1 Pra-Kerajaan Linier Rumah Ki Gede Sala, BengawanPertanian, perdagangan,
Solo, Pasar pemukiman
tas baru. Padahal dengan hilangnya 2 Kasunanan SurakartaLinier Lingkungan Kraton dan Pertanian, perdagangan,
bangunan kuno tersebut maka Hadiningrat mangkunegara pemukiman, pertahanan,
pemerintahan
hilang pulalah bagian dari sejarah 3 Pemerintah Kolonial Rectalinier Kompleks kraton, Perkebunan, perdagangan,
Belanda atau grid Mangkunega-ran, Benteng industri, pemukiman,
kota yang sebenamya telah Vastenberg dan Gubernuran pertahanan, pemerintahan
menciptakan suatu identitas 4 Kemerdekaan RI Rectalinier, Kompleks kraton, Industri, perkantoran
(1945-1965) radiocentris Mangkunega-ran, balaikota, Perdagangan,
tersendiri bagi kota. Oleh karena itu, Pasar Gede, kampung Baru Pemukiman,
timbul erosi iden-titas budaya, Pertahanan, pemerintahan
5 Orde Baru Rectalinier, Kompleks kraton, Industri, perkantoran
dengan hilangnya ba-ngunan kuno (1966-1998) kompleks Mangkunega-ran, balaikota, Perdagangan,
Pasar Gede, kampung Baru Pemukiman,
bersejarah yang meru-pakan warisan Pertahanan, pemerintahan
berharga dari nenek moyang. 6 Reformasi Rectalinier, Kompleks kraton, Industri, perkantoran
(1999-sekarang) kompleks Mangkunega-ran, balaikota, Perdagangan,
Kesinambungan masa lam-pau-masa Pasar Gede, kampung Baru Pemukiman,
kini-masa depan yang Pertahanan, pemerintahan

mengejawantah dalam karya-karya

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010 90


ZAIDA DAN ARIFIN

yang memiliki nilai sejarah tinggi konsep mancapat, kawasan inti kra- rakarta dimana fungsinya adalah se-
yang sampai saat ini masih dijumpai ton (istana, alun-alun, masjid dan pa- bagai ruang terbuka publik dan sara-
di Kota Surakarta beserta kondisinya sar) dan Mangkunegaran harus "ste- na rekreasi bagi warga kota. Selain
saat ini dapat dilihat pada Tabel 3. ril" dari kegiatan perdagangan. Pu- berfungsi sebagai sarana rekreasi
sat-pusat pertokoan dan pedagang dan hiburan, dapat pula sebagai ke-
Berdasarkan penjelasan dan pemba-
kaki lima (PKL) tidak berada di se- giatan industri wisata seperti pame-
hasan bab sebelumnya, terlihat ke-
kitar kawasan kraton ataupun alun- ran pembangunan serta kegiatan
cenderungan yang kuat bahwa pe-
alun, karena jika mengacu konsep promosi wisata dan kebudayaan
rencanaan tata ruang kota lebih berat
mancapat telah dibangun Pasar Gede yang menarik pengunjung. Dalam
ditekankan pada aspek penataan ru-
di luar kraton. Sedangkan di sepan- perencanaan kawasaan ini, dapat
ang kota dalam arti fisik dan visual
jang jalan utama yang diperuntuk- dihadirkan elemen-elemen lanskap
dari pada aspek komunitas (sosial-
kan sebagai perkantoran, pertokoan baik elemen keras (pedestrian, plasa,
budaya). Kota merupakan pengeja-
dan jasa pelayanan, dapat dibuat de- jalan, pagar, gedung kesenian dan
wantahan budaya (cultural landscape),
ngan disain bangunan ataupun ele- lainnya) ataupun elemen lunak
sebagai mosaik yang sarat dengan
men-elemennya serta street furniture (vegetasi dan air) ber-nuansa masa
beraneka ragam karakter, sifat, ke-
yang mengacu pada arsitektur tra- lalu. Sehingga warga ko-ta ataupun
khasan, keunikan dak kepribadian.
disional, sehingga terdapat kesatuan pengunjung dapat merasa-kan dan
Oleh karena yang pertama-tama ha-
ruang. Dari hasil perencanaan ka- membayangkan bagaimana bentuk
rus dipahami adalah budaya masya-
wasan ini, dapat dikembangkan ke- kota tradisional pada masa lampau.
rakat dan pengaruh tata nilai, norma,
giatan wisata budaya yang dipadu- Dari hasil perencanaan terse-but,
gaya hidup, kegiatan dan simbol-
kan dengan wisata belanja. Bangun- kawasan ini dapat dikembangkan
simbol yang dianut terhadap pena-
an Benteng Vastenberg yang berada sebagai wisata budaya dan pendi-
taan dan bentuk kota.
di sebelah utara kraton, perlu dikon- dikan, kegiatan olahraga serta kegi-
Dalam konteks ini terdapat beberapa servasi, dipreservasi dan direvitalisa- atan perdagangan.
hal yang harus dilakukan oleh Peme- si sebagai benda cagar budaya. De-
Kedua, keterlibatan masyarakat da-
rintah Kota Surakarta untuk peren- ngan tetap mempertahankan disain
lam proses perencanaan tata ruang
canaan dan penataan kota kedepan. bangunannya, benteng ini dapat
dan pengelolaan lingkungan hidup
Pertama, kepekaan terhadap warisan pergunakan lagi dengan fungsi baru,
(participatory planning). Pada ke-
peninggalan kuno. Tergusur dan hi- seperti museum.
banyakan perencanaan kota dan
langnya suatu karya arsitektur lang-
2. Linkage Integrated Area Open Space lingkungan masyarakat acap kali
ka yang estetis dan bernilai sejarah,
hanya dilihat sebagai konsumen
berarti hilang pula suatu babakan Kawasan yang tercakup didalamnya
yang pasif. Dalam rangka otonomi
dari kisah perkembangan kota. Revi- adalah Taman Sriwedari, Taman
daerah yang tercantum dalam UU
talisasi kawasan bersejarah merupa- Balekambang dan Taman Jurug. Ke-
No.22 Tahun 1999 Pasal 92 Ayat (1)
kan upaya yang perlu digalakkan. tiga kawasan ini merupakan bagian
dan (2) bahwa penyelenggaraan ka-
Dalam kaitannya tersebut, dapat di- dari sejarah perkembangan Kota Su-
wasan perkotaan, Pemerintah dae-
gunakan Teori Linkage dalam peren-
canaan, penataan dan perancangan
kota untuk mengetahui perkem- Tabel 3. Bangunan Bersejarah di Kota Surakarta Saat ini
bangan kota serta uraian sejarah kota N Bangunan
Tahun Keterangan
(Budihardjo, 1999). Terdapat bebera- o Bersejarah
1 Kraton 1745 Merupakan cikal bakal pembentukan Kota Surakarta dengan ciri arsitektur
pa linkage area di Kota Surakarta Surakarta tradisiomal Jawa. Kraton saat ini hanya merupakan salah satu situs
Hadiningrat bersejarah seperti layaknya candi
yang menjadi motor penggerak ak- 2 Benteng 1745 Berfungsi sebagai titik pertahanna kolonial di Jawa Tengah. Kondisinya
tivitas kota dan perlu dibenahi untuk Vastenberg saat ini menyerupai puing-puing, beberapa bagian atap di bangunan
utama sudah tidak bergenting serta perdu liar yang lebat di sekitar
menciptakan karakter Kota Sura- bangunan
karta. 3 Pura 1757 Menggambarkan percampuan antara arsitektur tradisional dan arsitektur
Mangkunegara barat
4 Masjid Agung 1777 Dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa. Kondisi saat ini masih cukup
1. Linkage Integrated Area Pusat Kota terawat, namun di sekitar bangunan modern dan bersifat komersial
5 Stasiun - Merupakan bangunan gaya kolonial yang berfungsi sebagai stasiun kereta
Kawasan yang tercakup didalamnya Balapan api namun kondisinya kurang terawat
6 Stasiun 1875 Sebagai pendukung gaya kolonial yang berfungsi sebagai stasiun kereta
adalah Kraton Surakarta, Pura Purwosari api namun kondisinya kurang terawat
Mangkunegaran dan Balaikota-Pasar 7 Loji Gandrung - Saat unu digunakan sebagai rumah dinas Walikota Surakarta dan masih
utuh kondisinya
Gede serta Benteng Vastenberg se- 8 Vihara - Menggunakan arsitektur Cina. Kondisi cukup terawat dan masih berfungsi
Avalokiteswaru sebagai tempat ibadah agama Budha
bagai kawasan perdagangan dan 9 Vihara Po-An- 1881 Bangunan berarsitektur dan berornamen Cina. Kondisi saat ini cukup
pemerintahan. Melihat perkembang- Kiong terawat
10 Pasar Gede 1893 Dapat berfungsi sebagai landmark kota. Pada tahun 1927 pernah
an Kota Surakarta, pada kawasan ini Hardjonagoro dilakukan perbaikan. Kondisi saat ini cukup baik
sering terjadi perbenturan nilai-nilai 11 Taman 1899 Taman ini telah mengalami perubahan sebagai taman yang memiliki unsur
Sriwedari budaya menjadi kawasan bernilai ekonomi dan wisata
tradisional dengan nilai-nilai yang 12 Stasiun Jebres 1900 Bangunan bergaya kolonial dan belum pernah ditambah/dikurangi
meskipun saat ini telah berkembang sebagai stasiun peti kemas
timbul kemudian. Untuk itu, pada 13 Gereja St. 1905 Bangunan gaya arsitektur barat dan belum pernah mengalami perubahan
kawasan ini perlu didisain sebuah Antonius bentuk maupun fungsinya
14 Javache bank 1908 Kantor bank pertama kali di Surakartadengan arsitektur kolonial. Sekarang
kawasan perdagangan yang tetap menjadi gedung Bank Indonesia, kondisinya baik
mengacu kepada kedudukan kraton 15 Taman 1916 Sebagai bekas taman pada pemerintahan Mangkunegara. Kondisi
Balekangbang kawasan ini tidak terawat dan sangat kumuh
dan Mangkunega-ran. Sesuai dengan

91 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010


ZAIDA DAN ARIFIN

rah perlu mengikutsertakan masya- kebijakan yang dikeluarkannya, DAFTAR PUSTAKA


rakat dan pihak swasta. Pengikutser- pengusaha dengan kekuatan uang
Bappeda Surakarta. 1995. Inventarisasi
taan masyarakat tersebut merupakan dan modal yang dimiliki dapat sa-
Bangunan dan Kawasan Kuno
upaya pemberdayaan masyarkat ngat berpengaruh terhadap pemben-
Bersejarah di Kotamadya Dae-
dalam pembangunan kota. Ketiga, tukan wajah kota. Sedangkan masya-
rah Tingkat II Surakarta. Bap-
peningkatan wibawa dan kekuatan rakat atau komunitas, dengan kebu-
peda. Surakarta.
hukum suatu produk rencana tata dayaan dan kepercayaan yang ber-
ruang kota (law enforcement). Dengan laku dapat pula mempengaruhi pola Budihardjo, E dan Djoko Sutarto. 1999.
dilaksanakannya ketiga hal ter-sebut penggunaan lahan dan rona lanskap Kota Berke1anjutan. Penerbit
diharapkan Kota Surakarta da-pat kota. Lemahnya kemampuan dan Alumni. Bandung.
kembali menemukan identitas dan kerjasama tiga komponen ini akan
Carpenter, P. L., T. D. Walker dan F. O.
karakter kota tanpa mengabaikan melemahkan kapasitas sistem sosial
Lanphear. 1975. Plants in The
karakteristik masyarakat kotanya. kota dalam menghadapi perubahan
Landscape. W. H. Freeman Co.
Sehingga dalam pengembangannya sehingga perkembangan kota tidak
San Fransisco.
tidak menimbulkan ketimpangan akan mampu mengakomodir kepen-
yang dapat berujung pada konflik tingan serta karakteristik masyara- Kuntowijoyo. 2000. The Making of A
dan kerusuhan massal. katnya. Modern Urban Ecology: Social and
Economic History of Solo 1900-
Saran 1915. Jurusan Sejarah Fakultas
KESIMPULAN DAN SARAN
Sastra Universitas Gajah Mada.
Penelitian ini hanya melihat suatu
Kesimpulan Yogyakarta. (tidak dipublikasi-
perkembangan kota dari aspek so-
kan).
Terdapat tiga komponen pembentuk sial, oleh karena itu perlu dilakukan
struktur sosial yang mempengaruhi kajian dan penelitian lebih lanjut Sajid, R. M. 1984. Babad Sa1a. Rekso
perkembangan kota yaitu masyara- mengenai perkembangan kota ditin- Pustoko Mangkunegaran. Sura-
kat (Community), penguasa (State) jau dari aspek-aspek yang lain, se- karta.
dan pengusaha (Economy). Ketiga hingga dapat dihasilkan suatu plat-
faktor tersebut membentuk struktur form atau "model" yang mampu men-
sosial masyarakat yang berbeda pa- jadi acuan dalam konsep perenca-
da masing-masing periode perkem- naan, penataan dan pembangunan
bangan. Penguasa dengan kebijakan- kota.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO 2 2010 92

Anda mungkin juga menyukai