Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Soshum Insentif ISSN 2655-268X | 2655-2698

DOI : https://doi.org/10.36787/jsi.v2i2.178

Islam dan Kebudayaan


(Tinjauan Penetrasi Budaya Antara Ajaran Islam dan Budaya
Lokal/Daerah)
Eman Supriatna
STKIP Mutiara Banten
Email: emansprtn@gmail.com

Abstract. In historical records, Islam is the religion that is most easily accepted from its teachings
by everyone in various parts of the world. This is related to the teachings of Islam there is no
contradiction or opposition to the regional culture culture as long as the culture does not conflict
with the teachings discussed in the Koran and the Sunna of the Prophet. Hoping the inclusion of
Islamic teachings in certain areas through the consideration of regional cultures in certain areas
with a blend of Islamic Teachings. Therefore, the discussion about Islam can be well received by
the people in the area with consideration without changing the existing culture or cultural heritage
of ancestors in the area. So do not be surprised if we come to a certain area then we ask there are
differences in terms of Islamic worship in this area, it all began to be accepted in terms of local
culture that already exists in this area with the teachings of Islam.
Keywords: Islam, Local Local Culture

Abstrak. Dalam catatan sejarah, Islam merupakan Agama yang paling mudah diterima ajarannya
oleh setiap orang diberbagai penjuru dunia. Hal tersebut dikarenakan dalam ajaran Islam tidak ada
penolakan atau penentangan pada kultur budaya daerah selama budaya tersebut tidak bertentangan
dengan ajaran yang tercantum dalam Al-Quran dan Sunah Nabi. Artinya masuknya Ajaran Islam
dalam dalam suatu daerah tertentu itu melalui penetrasi kebudayaan daerah yang ada didaerah
tertentu dengan perpaduan Ajaran Islam. Oleh karena itulah ajaran Islam dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat suatu daerah dengan pertimbangan tanpa merubah budaya yang sudah ada
atau budaya peninggalan nenek moyang yang ada di daerah tersebut. Maka tidak heran jika kita
datang ke suatu daerah tertentu kemudian kita mengamati ada sebuah perbedaan dalam hal
peribadatan Agama Islam didaerah tersebut, itu semua bermula dikarenanakan terjadi penetrasi
antara budaya lokal yang sudah ada didaerah tersebut dengan Ajaran Islam.
Kata Kunci : Islam, Budaya Lokal Daerah

mengatur hubungan antara manusia


A. PENDAHULUAN dengan Allah, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan alam.
Islam menurut bahasa berasal
Islam dalam pengertian ini adalah
dari kata “Aslama” yang berarti tuduk,
agama yang dibawa oleh para Rasul
patuh dan berpasrah diri. Islam adalah
Allah, sejak Nabi Adam AS. sampai
agama wahyu yang diturunkan Allah
nabi Muhammad SAW. Agama Islam
SWT. Kepada Rasul-Rasul-Nya untuk
disetiap zaman mengajarkan Aqidah
disampaikan kepada umat manusia.
yang sama, yaitu tauhid atau
Islam berisi ajaran-ajaran Allah yang
mengesakan Allah SWT. Letak

282
Islam dan Kebudayaan | 283

perbedaan ajaran diantara wahyu yang Dengan demikian agama Islam


diterima setiap nabi pada syariat yang yang merupakan ajaran yang bersumber
disesuaikan dengan tingkat dari Allah SWT. Melalui wahyu yang
perkembangan dan kecerasan umat diturunkan kepada nabi Muhammad
pada ssat itu. Islam diturunkan kepada SAW. Merupakan agama yang
nabi Muhammad SAW. Adalah wahyu universal sehingga budaya lokal/daerah
Allah terakhir untuk umat manusia. pun dapat menerima dengan baik ajaran
Oleh karena itu, agama ini sudah Islam ini. Sebagai contoh dari
sempurna dan senantiasa sesuai dengan akulturasi perpaduan antara ajaran
tingkat perkembangan manusia sejak Islam dan budaya lokal/daerah
masa diturunkannya empat belas abad misalnya dalam setiap perayaan hari
yang lalu hingga akhir peradaban Raya baik itu Idul Fiti maupun Idul
manusia, hari kiamat kelak. (A. Toto Adha, setiap daerah mempunyai budaya
Suryana, dkk, 1997 : 30). sendiri untuk memeriahkan hari Raya
itu. Sehingga mempunyai nilai
Kebudayaan berasal dari kata keindahan tersendiri bagi adat istidat
“Culture” (bahasa Inggris), sama dan budaya lokal tersebut. Contoh
dengan “Cultur” (bahasa Belanda), lainnya yaitu dari segi bangunan, bisa
sama dengan “Tsaqafah” (bahasa kita lihat juga bangunan mesjid di
Arab), sama dengan “Colore” (bahasa Eropa dengan Indonesia tentu dari segi
Latin), yang berarti mengolah, arsitekturnya berbeda, itu semua hanya
mengerjakan, menyuburkan dan ingin memiliki nilai keindahan
mengembangkan, terutama mengolah tersendiri, meskipun seni artisitektur
tanah. Dari arti itu berkembanglah arti pola bangunannya berbeda tetapi
“Culture” sebagai segala daya dan ajarannya masih tetap sama yaitu ajaran
aktifitas manusia untuk mengolah dan yang bersumber dari Al-Quran dan As-
mengubah alam. Ditinjau dari bahasa Sunah.
Indonesia kebudayaan itu merupakan
kata jadian, berasal dari kata budaya. B. ISLAM, ADAT ISTIADAT
Budaya (Budhaya) yang berasal dari DAN KEBUDAYAAN DAERAH
bahasa sansekerta, budhi dan daya. Seperti yang telah dijelaskan
Budhi artinya akal atau fikiran. Daya sebelumnya, ajaran Islam dalam bidang
artinya kemampuan. Jadi kata budaya ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka,
itu berarti kemampuan akan atau akomodatif tetapi juga selektif. Dari
fikiran. Secara lengkapnya kebudayaan satu segi Islam terbuka dan akomodatif
itu hasil budi atau akal manusia untuk untuk menerima berbagai masukan dari
mencapai kesempurnaan hidup. luar, tetapi bersamaan dengan itu Islam
Manusia lebih sempurna dibandingkan juga selektif, yakni tidak begitu saja
dengan hewan. Sebab manusia menerima seluruh jenis ilmu dan
berbudaya, sedangkan hewan tidak. kebudayaan, melainkan ilmu dan
(M.E. Suhendar dan Plen Supinah, kebudayaan yang sejalan dengan Islam.
1993 : 7). (Abudin Nata, 2013 : 85).

DOI : https://doi.org/10.36787/jsi.v2i2.178
284 | Eman Supriatna

Adat istiadat yang terdapat


didalam masyarakat merupakan cermin
‫َّاس إ ََّّن اخ لا ْق ناا ُك ْم م ْن‬
ُ ‫اَي أايُّ اه ا ال ن‬
‫ذا اك ٍر اوأُنْ ثا ٰى او اج اع لْ ناا ُك ْم ُش عُ ا‬
‫وًب‬
masyarakat, baik sederhana atau
kecilnya masyarakat itu. Tiap
masyarakat, tiap rakyat mempunyai
kebudayaan seniri, dengan corak dan
‫او قا با ائ ال ل تا اع اارفُوا ۚ إ َّن أا ْك ار ام ُك ْم‬
sifatnya sendiri pula. Dapat dikatakan
bahwa adat istiadat itu tumbuh dari
‫يم‬
ٌ ‫اَّللا اع ل‬ َّ ‫اَّلل أاتْ اق ا ُك ْم ۚ إ َّن‬
َّ ‫ع ْن اد‬
ٌ‫اخ ب ي‬
suatu kebutuhan hidup yang nyata. Cara
hidup dan pandangan hidup yang
keseluruhannya merupakan Artinya : Hai manusia,
kebudayaan masyarakat tempat adat itu Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
berada hendaknya kita mengetahui dari seorang laki-laki dan seorang
bahwa adat merupakan aspek perempuan dan menjadikan kamu
kebudayaan dan sebagai penjelmaan berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
kepribadian. (M.E. Suhendar dan Plen supaya kamu saling kenal-mengenal.
Supinah, 1993 : 44). Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang
Sedangkan kebudayaan daerah
yang paling taqwa diantara kamu.
adalah kebudayaan yang dimiliki oleh
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
setiap daerah yang mempunyai ciri khas
lagi Maha Mengenal.
masing-masing. Dengan kata lain
kebudayaan daerah adalah kebudayaan Berdasarkan prinsip tersebut,
yang hidup dikalangan masyarakat tidak ada perbedaan antara satu suku
kesukuan. Kebudayaan berfungsi untuk dengan suku lainnya baik laki-laki
memupuk rasa persatuan dan kesatuan maupun perempuan, antara bangsa yang
antar suku bangsa. (M.E. Suhendar dan satu dengan bangsa yang laindipandang
Plen Supinah, 1993 : 48). lebih tinggi atau lebih mulia. Satu-
satunya perbedaan menurutukuran
Zainuddin Ali mengatakan
Allah adalah siapa yang paling takwa.
bahwa dalam mewujudkan kebudayaan
(Zainuddin Ali, 2012 : 65-66).
masyarakat madani yang sejahtera
berarti membicarakan masyarakat C. BUDAYA ISLAM KLASIK
majemuk dan kepedulian sosial. Salah DAN PERTENGAHAN
satu dasar hukum yang dapat dijadikan Setiap agama mengandung
acuan untuk mewujudkan masyarakat dogma (ajaran) absolut dan mutlak
madani yang damai dalam benar yang membuat para penganut
kemajemukan yaitu dalam firman Allah ajaran agama mudah bersikap dogmatis,
SWT. Dalam QS. Al-Hujarat Ayat 13 fanatik, sempit pikiran dan pandangan.
yang berbunyi : Dengan demikian, mereka selalu
menentang perubahan dan
pembaharuan yang pada lahiriyahnya

Volume 2, No. 2, Tahun 2019


Islam dan Kebudayaan | 285

bertentangan dengan sejarah yang klasik baik dalam bidang Agama


mereka anut. Pemeluk agama maupun dalam bidang pemikiran
mempertahankan dengan kuat tradisi filosofis. Ketika pada abad ke-19
agama yang telah diterimanya secara pemikiran rasional, filosofis, dan ilmiah
turun-temurun dari nenek moyangnya. ini dibawa kembali oleh orang Barat ke
Perlu diungkapkan disini bahwa dunia Islam, ia ditolak karena dianggap
perkembangan ilmu agama pada zaman bukan budaya non-muslim. Pemikiran
klasik Islam tidak lain untuk tradisional itulah yang menimbulkan
membuktikan secara historis bahwa budaya Islam berpandangan sempit dan
agama tidak bertentangan dan tidak fanatisme dikarenakan pegangan
menghambat pembangunan sosial mereka adalah pendapat atau Ijtihat
budayanya. (Zainuddin Ali, 2012 : 84- yang dihasilkan ulama lebih dari 1300
85). tahun yang lalu. (Zainuddin Ali, 2012 :
85-86).
Pemikiran rasional, filosofis,
dan ilmiah yang dipakai pada zaman Dengan demikian terjadilah
klasik Islam, bukan hanya memajukan perubahan kebudayaan yang mencakup
ilmu agama, sains, dan pemikiran banyak aspek, baik aspek bentuk, sifat
filosofis, tetapi juga memupuk tolransi perubahan, dampak perubahan, dan
bermazhab dan beraliran dikalangan mekanisme yang dilaluinya. Perubahan
umat Islam sendiri, toleransi beragama yang terjadi bisa memunculkan
dengan pemeluk agama lain, masalah, antara lain perubahan akan
perikemanusiaan dan perikemakhlukan merugikan jika perubahan itu besifat
dan akhlak muliayang menjauhi regress (kemunduran) bukan Progress
materialisme dan komsumerisme. (kemajuan). Perubahan budaya bisa
Namun sayangnya pemikiran zaman berdampak buruk atau menjadi bencana
klasik yang baik itui berakhir pada jika dilakukan melalui revolusi,
pertengahan abad ke-18 masehi, dan berlangsung cepat, dan diluar kendali
muncullah abad pertengahan Islam manusia. Pada asarnya kontak
yang berlangsung pada pertengahan kebudayaan dapat pula berupa
abad ke-19 masehi. (Zainuddin Ali, akulturasi dan asimilasi. Akulturasi
2012 : 85). berarti pertemuan antar dua kebudayaan
atau lebih yang berbeda. Akulturasi
Metode beerpikir rasional merupakan kontak antar kebudayaan,
zaman klasik lenyap dan namun masing-masing masih
berkembanglah sebagai gantinya pada memperlihatkan unsur-unsur
abad pertengahan pemikiran budayanya. Asimilasi berarti peleburan
tradisional. Pemikiran tradisional antar kebudayaan yang bertemu.
adalah pemikiran yang terikat bukan Asimilasi terjadi karena proses yang
lagi hanya pada ajaran dasar yang berlangsung lama dan intensif antara
tersebut didalam Al-Quran dan Hadis, mereka yang berlainan latar belakang
melainkan juga pada ajaran bukan dasar ras, suku, bangsa, dan kebudayaan.
yang dihasilkan para ulama zaman

DOI : https://doi.org/10.36787/jsi.v2i2.178
286 | Eman Supriatna

(Herimanto dan Winarno, 2016 : 35- dikurbankan bukan lagi manusia


37). melaikan diganti dengan hewan ternak,
tujuan kurban diarahkan sebagi bentuk
D. PENETRASI KEBUDAYAAN pengabdian dan rasa syukur kepada
Wujud kebudayaan sebagai Tuhan atas segala karunia yang
suatu kompleks aktivitas serta tindakan diberikanNya, sedangkan daging
berpola dari manusia dalam kurbannya diberikan kepada fakir
masyarakat. Wujud tersebut dinamakan miskin dan orang-orang yang kurang
sistem sosial, karena menyangkut mampu. Dengan kurban tersebut maka
tindakan dan kelakuan berpola dari akan tercipta tujuan agama, yaitu
manusia itu sendiri. Wujud ini bisa menjalin hubungan manusia dengan
diobservasi, difoto, dan di Tuhan dan hubungan manusia dengan
dokumentasikan karena dalam sistem manusia. (Abudin Nata, 2013 : 125).
sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi dan Hal lain yang merupakan tradisi
berhubungan serta bergaul satu dengan masa lalu yang diteruskan oleh Islam
lainnya dalam masyarakat. Lebih pada masa berikutnya dengan
jelasnya tampak dalam bentuk perilaku melakukan perubahan itu adalah
dan bahasa pada saat mereka kebiasaan melakukan pesta paling
berinteraksi dalam pergaulan hidup kurang dua kali setahun yang diadakan
sehari-hari di masyarakat. Substansi disekitar Ka’bah. Pada pesta tersebut
utama kebudayaan merupakan wujud mereka memperlombakan pembacaan
abstrak dari segala macam ide dan puisi, tari-tarian, nyanyian, hingga akhir
gagasan manusia yang bermunculan mabuk-mabukan dan perbuatan foya-
didalam masyarakat yang memberikan foya lainnya. Kemudian Islam
jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik melanjutkan kebiasaan tersebut dengan
dalam bentuk maupun berupa sistem mengubahnya menjadi perayaan Idul
pengetahuan, nilai, pandangan hidup, Adha dan Idul Fitri yang diisi dengan
kepercayaan, persepsi, dan etos memanjatkan puji Syukur, ibadah
kebudayaan. (Elly M. Setiadi, dkk. shalat, berkurban, melakukan sedekah
2013 : 29-30) dan serangkaian perbuatan kebaikan
lainnya. (Abudin Nata, 2013 : 126).
Islam berupaya mengakomodir
ajaran-ajaran Agama masa lalu dengan E. PENINGGALAN BUDAYA
ISLAM
memberikan makna dan semangat baru
di dalamnya. Sebelum Islam datang Kebudayaan pada hakikatnya
misalnya dijumpai adanya kebiasaan sangat bermakna jika mempunya nilai
melakukan kurban persembahan kepada estetik atau keindahan. Keindahan yang
para Dewa dan arwah leluhur untuk menyangkut kualitas hakiki adalah
memperoleh keberkahan. Kebiasaan segala benda yang mengandung
berkurban ini diteruskan oleh Islam kesatuan (Unity), keselarasan
dengan mengganti benda yang (harmony), kesetangkupan (symmerty),
keseimbangan (balance), dan

Volume 2, No. 2, Tahun 2019


Islam dan Kebudayaan | 287

pertentangan (contrast). (Mawardi dan


Nur Hidayati, 2000 : 160-161). DAFTAR PUSTAKA

Dalam peradaban Islam, Ali, Zainudin. “Pendidikan Agama


Institusi dan pusat-pusat ilmiah menjadi Islam”. Jakarta : Bumi Aksara,
perhatian luar biasa. Peninggalan 2012.
budaya yang sangat berharga dari abad Herimanto dan Winarno. “Ilmu Sosial
ke abad mencerminkan kecemerlangan dan Budaya Dasar”. Jakarta :
peradaban Islam. Pusat-pusat agama Bumi Aksara, 2016.
dan sosial seperti masjid, sekolah,
Kodir, Abdul. “Sejarah Pendidikan
akademi, perpustakaan dan baitul
Islam, dari masa Rasulullah
hikmah berdiri kukuh ditengah
hingga reformasi di Indonesia”.
masyarakat, bahkan menjadi simbol
Bandung : CV. Pustaka Setia,
perdamaian dan kemajuan. Karena
2015.
peradaban tinggi Islam itu, akademi-
Mawardi dan Nur Hidayati. “Ilmu
akademi dan perpustakaan berkembang
Alamiah Dasar, Ilmu Sosial
cepat. Masjid menurut peradaban Islam
Dasar, Ilmu Budaya Dasar”.
dapat disebut sebagai pusat sosial
Bandung : CV. Pustaka Setia,
agama bagi umat Islam. Rasulullah
2000.
SAW. Membangun masjis pertama di
Kota Madinah dengan tujuan Nata, Abudin. “Metodologi Studi
mencerahkan umat dan mengenalkan Islam”. Jakarta : PT. Grafindo
risalah Ilahiah. Untuk pertama kalinya Persada, 2013.
masjid dibangun di Madinah untuk Setiadi, Elly M. Dkk. “Ilmu Sosial
pusat kegiatan pendidikan, pencerahan, Budaya Dasar”. Jakarta :
pengadilan dan pemerintahan untuk Kencana Prenadamedia Grup,
urusan politik, militer dan budaya. Pada 2013.
awal perkembangan Islam, masjid- Suhendar, M.E. dan Supinah, Plen. “Ilmu
masjid dibangun diberbagai kota yang Budaya Dasar, Suatu Studi dan
dilengkapi dengan perpustakaan. Aplikasi”. Bandung : Pionir Jaya,
(Abdul Kodir, 2015 : 73) 1993.
Suryana, A. Toto, dkk. “Pendidikan
F. KESIMPULAN
Agama Islam”. Bandung : Tiga
Berdasarkan pembahasan Mutiara, 1997.
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Islam merupakan agama yang
universal dan persuasif. Islam
menyesuaikan identitasnya dengan
budaya lokal yang ada tanpa merubah
budaya yang ada sehingga Islam dapat
diterima dengan mudah oleh para
penganutnya.

DOI : https://doi.org/10.36787/jsi.v2i2.178

Anda mungkin juga menyukai