Anda di halaman 1dari 35

BAB 2

LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian terdahulu
Dalam penelitian Muhammad Nur Rokib tentang “Pengaruh Posisi
Pembakaran Dalam Tungku Terhadap Daya Lekat (Bond Shear) Bata Merah Pejal”
Tahun 2002 yang dilakukan dengan sampel sebanyak 15 buah dari tiap-tiap posisi
pembakaran. Hasil penelitian ini adalah bata merah pejal yang berada di susunan
tengah mempunyai daya lekat (bond shear) yang optimum karena temperatur yang
ideal tidak terlalu panas dan tidak kurang suhunya.
Dalam Penelitian Lili Chandra tenang “Studi Kuat Tekan Bata Merah Pejal
Beralur Untuk Pasangan Dinding” tahun 2003 yang dilakukan dengan sampel
sebanyak 20 buah. Hasil penelitian ini adalah
1. Tidak terdapat perbedaan kuat tekan pada bata merah pejal beralur 4, 7 dan 9.
Hal ini dikarenakan pada proses pembuatan benda uji alur-alur yang terdapat
pada bata merah pejal terisi oleh spesi (mortar) jadi banyaknya alur pada bata
merah pejal beralur tidak memengaruhi kuat tekan.
2. Kuat tekan bata merah pejal beralur optimum memenuhi dari persyaratan kuat
tekan bata merah pejal standar (SNI). Hal ini dikarenakan pada proses
pembuatan bata merah pejal beralur dilakukan dengan cara pengerjaan yang
baik, baik dari proses memilih bahan dasar dan proses pencetakan.
Dalam Penelitian Kardi tentang “Studi Modulus Elastisitas Bata Merah
Pejal Terhadap Posisi Pembakaran Dalam Tungku” yang dilakukan dengan sampel
sebanyak 22 buah dari tiap lapisan. Hasil penelitian tersebut yaitu
1. Nilai modulus elastisitas rata-rata bata merah pejal yang dilapisi spesi pada
posisi atas lebih kecil dari posisi tengah dan posisi tengah lebih kecil dari posisi
bawah pembakaran dalam tungku yaitu : 11,599GPa < 19,231GPa < 23,341
Gpa.
2. Besarnya perbedaan nilai modulus elastisitas bata merah pejal yang telah
dilapisi spesi terhadap posisi pembakaran dalam tungku di lapisan atas tengah
dan bawah adalah 1 : 1,7 : 2,0.

5
Dalam penelitian Dian Wulandari tentang “Studi Pengujian Tegangan Geser
Bata Merah Pejal” tahun 2004 yang dilakukan dengan sampel sebanyak 20 buah
didapat nilai terendah sebesar 0.217 MPa dan nilai tertinggi sebesar 1.505 MPa.
Jadi nilai rata-rata tegangan geser bata merah pejal adalah 0.8288.
Penggunaan batu bata sebagai bahan bangun digunakan hampir di setiap
daerah di Indonesia begitu juga tempat pembuatan batu bata yang tersebar di
seluruh Indonesia dikutip dari Juarnisa 2016:17 terdapat Hasil penelitian
menunjukkan bahwa:
● Malang memiliki warna merah bata 100%, bentuk bidang rata 100%, rusuk
rusuk siku 90%, tidak retak-retak 90%, bidang tidak berongga 90%,
potongan tidak tajam 90%. Ketepatan ukuran bata dari Malang panjang
rata-rata 238 mm, lebar rata-rata 107 mm dan tebal rata-rata 44 mm. Kuat
tekan bata dari Malang memiliki kuat tekan rata-rata 17,36 kg/cm².
Pengujian kadar garam 22%. kerapatan semu dari Malang sebesar 1,38
gr/cm³. Pengujian penyerapan air sebesar 29,47%.Kecepatan penyerapan
air bata sebesar 78,50 gr/dm²/menit.
● Mojokerto memiliki warna coklat 80% kekuningan, 90% bentuk datar,
100% sudut, 90% bebas retak, 60% bidang tidak berongga, dan 100%
potongan tajam. Ukuran batu bata produksi Mojokerto memiliki panjang
rata-rata 193 mm, lebar rata-rata 96 mm, dan ketebalan rata-rata 48 mm.
Kuat tekan rata-rata adalah 32,26 kg / cm². Uji kadar garam adalah 31%.
Kepadatan palsu adalah 2.81gr / cm³. Daya serap air 21,60%, dan laju
serapan air 45,17 gr / dm² / menit
● Probolinggo memiliki 50% merah muda, 90% bentuk tidak rata, 60%
sudut, 60% retak, 80% bidang tidak berlubang, dan 100% potongan tajam.
Batu bata Probolinggo memiliki ketelitian dimensi rata-rata 236 mm, lebar
109 mm, dan tebal 39 mm. Kuat tekan rata-rata adalah 33,4 kg / cm².
Kandungan garamnya 32%. Densitas palsu adalah 1,45 gr / cm³. Tingkat
penyerapan air adalah 26,37%. Tingkat penyerapan air adalah 87 gr / dm²
/ menit.

6
● Tulungagung memiliki 50% kuning tua, 80% bentuk datar, 60% sudut,
90% bebas retak, 60% bidang tidak berlubang, dan 100% potongan tajam.
Ketelitian dimensi batu bata di Toulon adalah rata-rata panjang 245 mm,
lebar rata-rata 115 mm, dan tebal rata-rata 45 mm. Kuat tekan rata-rata
adalah 17,86 kg / cm². Kandungan garamnya 20%. Kepadatan semu adalah
1.27gr / cm³. Tingkat penyerapan air adalah 32,70%. Tingkat penyerapan
air 88,83 gr / dm² / menit

2.2 Tanah
A. Definisi tanah
Berdasarkan pandangan beberapa ahli tanah didefinisikan sebagai berikut:
1) Dalam pengertian teknik secara umum, tanah adalah kumpulan (agregat)
butiran mineral alami yang bisa dipisahkan oleh suatu cara mekanik bila
agregat tersebut diaduk dalam air. Berdasarkan asal mula penyusunnya tanah
dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu sebagai hasil pelapukan
(weathering) secara fisis dan kimia, dan yang berasal dari bahan organik
( Terzagi 1987).
2) Tanah adalah campuran partikel – partikel yang terdiri dari salah satu atau
seluruh jenis berangkal (boulders) potongan batuan yang besar biasanya lebih
dari 250 – 300 mm, kerikil (gravel) partikel batuan yang berukuran 5 – 150
mm, pasir (sand) partikel batuan yang berukuran 0,0074- 5 mm, laut (slit)
partikel batuan yang berukuran dari 0,0002 – 0,074 mm, lempung (clay)
partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,0002 mm (Bowles, 1991).
3) Tanah sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral – mineral
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
bahan – bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-
partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai
macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu tanah berfungsi juga sebagai
pendukung pondasi dari bangunan (Das, 1995).

7
4) Tanah adalah pondasi pendukung bangunan, atau bahan konstruksi dari
bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan, atau kadang-kadang
sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan, seperti tembok atau
dinding penahan tanah (Sosrodarsono, 2000).
5) Pengertian tanah dibentuk oleh pelapukan batuan, dan tidak ada kombinasi atau
akumulasi partikel mineral yang terikat lemah. Terdapat ruang kosong yang
disebut ruang pori antar partikel tanah, yang mengandung air atau udara.
Lemahnya ikatan antar partikel tanah disebabkan oleh pengaruh campuran
karbonat atau oksida antar partikel tersebut, atau juga Mungkin karena adanya
bahan organik jika hasil pelapukan tersebut di atas tetap berada di lokasi
semula, dan bagian ini disebut tanah sisa. (Craig, 1994)
6) Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terikat antara
satu dengan yang lain diantaranya mungkin material organik rongga-rongga
diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Berikut gambar tanah dapat dilihat pada Gambar

Tanah adalah sistem kompleks yang terdiri dari mineral, bahan organik, udara
dan air. Material mineral memiliki berbagai bentuk dan ukuran, antara lain pecahan
batuan, mineral dan berbagai senyawa pelapukan batuan. Bahan organik termasuk
tumbuhan, hewan yang mati dan membusuk, serta sisa-sisa benda makroskopis dan
mikroskopis yang hidup di dalam tanah. Bagian airtanah yang mengisi sebagian
atau seluruh pori antar partikel tanah merupakan larutan berbagai garam dan
senyawa yang larut dalam air.
Bagian udara permukaan merupakan campuran udara dalam tanah yang
mengisi pori-pori partikel tanah yang tidak ditempati air. Perpaduan keempat
komponen tanah tersebut akan membentuk sifat fisik tanah yang unik. Beberapa
sifat fisik tanah yang perlu dikaji antara lain tekstur, struktur, permeabilitas, daya
tampung air, kerapatan tanah, warna tanah dan suhu tanah. Agar lebih mudah
mempelajari dan mendiskusikan karakteristik tanah yang digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan jalan, maka tanah dikelompokkan menurut plastisitas dan ukuran

8
butirnya. Untuk mengetahui karakteristik tanah dapat dilihat dari nilai indeks
plastisitas (IP) yang tertera pada
Table 2.1 Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah

PI Sifat Macam Tanah Kohesi

0 Non Plastis Pasir Non Kohesif


Plasitisitas Kohesif
< 7 Lanau
Rendah Sebagian
Plastisitas Lempung
17 – 17 Kohesif
Sedang Berlanau
Lempung
> 17 Plastisitas Tinggi Kohesif
Berlanau
Sumber : hardiyatmo, 1992
B. Klasifikasi Tanah Sistem Unified (USCS)
Menurut Sukirman (1999) Klasifikasi tanah berdasarkan sistem USCS
mulanya diajukan oleh Cassagrande pada 1942. Dalam sistem ini, Cassagrande
tanah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Tanah berbutir kasar, yaitu persentase tanah yang lolos No. 200 <50%.
Klasifikasi tanah berbutir kasar terutama bergantung pada analisis ukuran
partikel dan distribusi ukuran partikel. Jika lebih dari separuh penyaringan
kasar tetap ada di saringan No. 1, tanah berbutir kasar bisa jadi kerikil G
(kerikil). Jika penyaringan kasar lebih besar dari 04, gunakan pasir 04 dan S
(pasir) antara 04 dan 200 mesh.
2. Tanah berbutir halus, yaitu tanah dengan tingkat kelulusan 200%> 50% mata
jaring. Berdasarkan tanah pada grafik plastisitas, bagi tanah berbutir halus
menjadi (lanau dan lempung), bagi tanah berbutir halus menjadi lanau dengan
lambang M (lanau), lempung dengan lambang C (lempung), dan lambang
dengan O Lumpur dan tanah liat organik. Tanda L menunjukkan plastisitas
rendah, dan tanda H menunjukkan plastisitas tinggi. Jika melebihi 50%, lolos
saringan nomor 200, lalu masukkan tanah ke dalam tanah berbutir halus (lanau
dan lempung).

9
3. Tanah organik yang dapat diidentifikasi dari warna, bau dan sisa tanaman.
Menurut Bowles (1991) Data yang akan didapat dari percobaan
laboratorium telah ditabulasikan pada Tabel
Table 2.1 sistem klasifikasi tanah

Jenis
Simbol Sub Kelompok Simbol
Tanah
Kerikil G Gradasi Baik W
Gradasi Buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung
Organik C WL < 50% L
O WL > 50% H
Gambut Pt
Sumber : Bowles, 1991
Keterangan :
W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik)
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50)
H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL>50)
Lanau adalah tanah berbutir halus dengan batas cair dan indeks plastisitas
di bawah garis A, sedangkan tanah liat berada di atas garis A. Organoclays adalah
pengecualian dari aturan di atas karena batas cair dan indeks plastisitasnya di bawah
garis A. Lanau, lempung dan tanah organik dibagi menjadi batas cair rendah (L)
dan tinggi (H). Garis pemisah antara batas bawah dan batas atas cairan diatur
menjadi 50, contoh:
1. ML dan MH adalah tanah dengan plastisitas relatif rendah, yang
diklasifikasikan menjadi lanau, lanau lempung atau lanau organik. Ini juga

10
termasuk tanah granular, tanah yang mengandung beberapa kaolinit dan tanah liat
ilit.
2. CH dan CL sebagian besar adalah organoclays. Gugus CH
merupakan lempung dengan plastisitas sedang sampai tinggi termasuk lempung
gemuk. Lempung plastik rendah yang diklasifikasikan oleh CL biasanya lempung
bertulang, lempung berpasir atau lempung berlumpur.
3. OL dan OH adalah tanah yang menunjukkan karakteristiknya
dengan adanya bahan organik. Tanah liat dan lumpur organik termasuk dalam
kelompok ini, dan memiliki plastisitas pada kelompok ML dan MH.
Setelah dilakukannya pengujian di laboratorium maka karakteristik tanah
asli dikatakan tanah lempung dapat dilihat dari Gambar dan Tabel

Gambar 2.1 Unified Classification

Table 2. 2 Sistem Klasifikasi Unified

Simbol
Divisi Utama Nama Umum
Kelompok
Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil
Tanah Pasir lebih Kerikil
GW pasir, sedikit atau sama sekali tidak
berbutir dari 50 % bersih
mengandung butiran halus

11
kasar lebih fraksi kasar (hanya Kerikil bergradasi buruk dan campuran kerikil
dari 50 % lolos kerikil) GP pasir, sedikit sama sekali tidak mengandung
butiran halus
Kerikil
GM Kerikil berlanau, campuran kerikil pasir lanau
dengan
butiran Kerikil berlempung campuran kerikil pasir
GC
halus lempung
Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil, sedikit
Pasir SW atau sama sekali tidak mengandung butiran
Kerikil atau
bersih halus
lebih dari
(hanya Pasir bergradasi buruk, pasir berkerikil, sedikit
fraksi kasar
pasir) SP atau sama sekali tidak mengandung butiran
tertahan
halus
pada
Pasir
ayakan No. SM Pasir berlanau, campuran pasir lanau
dengan
4
butiran
SC Pasir berlempung, campuran pasir lempung
halus

Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk


ML
batuan, pasir halus berlanau atau berlempung
Lanau dan lempung
batas cair 50% atau
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah
kurang
CL sampai sedang, lempung berkerikil, lempung
berpasir, lempung berlanau, lempung “kurus”
Tanah
Lanau organic dan lempung berlanau organic
berbutir OL
dengan plastisitas rendah
kasar lebih
dari 50 % Lanau anorganik atau pasir halus diatomae atau
MH
lanau diatomae lanau yang elastis
Lanau dan lempung
batas cair lebih dari 50% Lempung organic dengan plastisitas tinggi
CH
lempung “gemuk”

Lempung organic dengan plastisitas sedang


OH
sampai dengan tinggi

Tanah dengan kandungan organic sangat Peat (gambut), muck dan tanah lain dengan
PT
tinggi kandungan organic tinggi

12
SC Pasir berlempung, campuran pasir lempung

sumber: Bowles,1991

C. Jenis-jenis tanah
Tanah liat ini terbentuk dari proses pelapukan kerak bumi, yang sebagian
besar tersusun oleh batuan feldspatik (batuan yang terdiri dari batuan granit dan
batuan beku). Tanah liat biasanya berwarna hitam keabu-abuan tergantung dari
bahan induk penyusunnya yang mana setiap daerah memiliki bahan induk yang
berbeda
1. Tanah aluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir
halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran sungai
besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung
unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit
lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi
tergantung bagian induk dan iklim. Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan
diturunkan dari bahan-bahan yang diangkut dan diendapkan.

2. Tanah andosol
Jenis tanah di Indonesia ini berupa tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan karakteristik, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan
hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, dan
konsistensi gembur.Tanah ini terbentuk dari vulkanik, seperti abu vulkanik,tufa,
danbatu apung. Tanah andosol mengandung banyak mineral. Andosol banyak
dijumpai pada bahan vulkanik yang tidak padu, pada ketinggian 750 sampai 3.000
m di atas permukaan laut (m dpl), pada daerah beriklim tropika basah dengan curah
hujan antara 2.500-7.000 mm tahun. Menurut Fiantis et al. (2005), mineral fraksi
pasir dari tanah Andosol di Indonesia adalah kuarsa, plagloklas, hornblende, augit,

13
hiperstein, olivin dan gelas vulkanik.Sedangkan mineral liatnya didominasi oleh
mineral liat non kristalin yang tediri atas: allophan, imogolit, dan atau ferihidrit di
samping halloisit, gibsit, dan kristobalit. Tanah tersebut penyebarannya
membentang mulai dari ujung utara Pulau Sumatera, yaitu dari mulai Provinsi
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi bagian Barat, Bengkulu, Sumatera
Selatan dan Lampung. Penyebarannya di Pulau Sumatera umumnya terletak di
dataran tinggi sebelah barat, hanya sebagian kecil yang terdapat di dataran rendah
Sumatera Utara bagian timur. Di pulau Jawa, tanah Andosol hampir merata terdapat
di daerah pegunungan mulai dari Jawa Barat (Gunung Salak) sampai ke ujung timur
di Jawa Timur (merdeka.com).

3. Tanah vulkanis
Tanah vulkanis merupakan jenis di Indoneisa yang berasal dari abu gunung
api atau vulkanis atau material letusan gunung api yang sudah mengalami
pelapukan. Tanah yang berkembang dari abu vulkanik tergolong subur dan cocok
dijadikan sebagai lahan pertanian seperti holtikultura. Menurut lembaga penelitian
tanah (1972), luas tanah di Indonesia sekitar 6,5 juta ha atau 34 % tersebar di
daerah-daerah vulkan dan dijadikan sebagai daerah untuk lahan pertanian terutama
bagi tanaman hortikultura dan perkebunan. Jenis tanah ini umumnya mempunyai
ciri berbutir halus, sifatnya tidak mudah tertiup angin, dan jika terkena hujan lapisan
tanah bagian atas menutup sehingga tanah ini tidak mudah erosi. Tanah vulaknis
dapat dibedakan dalam dua kelompok, yakni tanah regosol dan latosol. Tanah
regosol adalah tanah vulkanis yang mempunyai butir kasar, berwarna kelabu
sampai kuning serta mengandung bahan organik yang sedikit. Tanah regosol cocok
untuk ditanami tanaman tembakau, palawija serta buah -buahan. Daerah yang
banyak terdapat tanah regosol adalah di wilayah Sumatera, Jawa dan Nusa
Tenggara. Tanah latosol adalah tanah vulkanis yang memiliki ciri khas dari
warnanya yang merah hingga kuning dan mengandung bahan organik sedang
dengan sifat yang asam. Tanah latosol cocok untuk ditanami padi, karet, kopi,
kelapa dan palawija. Tanah latosol banyak terdapat di wilayah Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Bali, Minahasa, Jawa dan Papua.(merdeka.com)

14
4. Tanah gambut
Tanah gambut kaya akan bahan organik dan mempertahankan kelembaban
dalam jumlah besar. Jenis tanah di Indonesia sangat jarang ditemukan di kebun dan
sering diimpor ke kebun untuk memberikan dasar tanah yang optimal untuk
penanaman. Klasifikasi tanah gambut secara umum merupakan tanah organosol
atau histosol. Tanah organosol atau histosol adalah tanah yangn memiliki lapisan
bahan organik dengan berat jenis dalam keadaan lembab < 0,1 g/cm 3 dengan tebal
> 60 cm atau lapisan organik dengan berat jenis > 0,1 g/cm3 dengan tebal > 40 cm.
Karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia sangat beragam dan ditentukan oleh
kandungan mineral, ketebalan, jenis tanaman penyusun gambut, jenis mineral pada
substratum (di dasar gambut) dan tingkat dekomposisi gambut. Tanah gambut
banyak ditemukan di pulau-pulau di sekitar Dataran Sunda yaitu di pantai timur
Sumatera serta pantai barat dan selatan Kalimantan, dan di sekitar Daratan Sahul
yaitu di pantai barat dan selatan Papua (merdeka.com).

5. Tanah humus
Tanah humus adalah jenis tanah yang muncul akibat tumbuh-tumbuhan
yang membusuk. Berbagai tumbuhan yang membusuk ini membuat tanah humus
mengandung unsur hara yang tinggi. Artinya, tanah ini pun bersifat sangat subur.
Jenis tanah di Indonesia inisangat cocok untuk ditanami tanaman padi, nanas dan
kelapa. Tanah humus banyak terdapat di Pulau Sulawesi, Sumatera, Jawa Barat,
Kalimantan dan Papua.

6. Tanah kapur
Tanah kapur merupakan jenis-jenis tanah di Indonesia yang berasal dari
batuan kapur. Tanah kapur bersifat tidak subur. Meski demikian, tanah ini masih
bisa ditanami tanaman seperti pohon jati. Tanah kapur banyak terdapat di daerah
Blora, Pegunungan Kendeng, serta Pegunungan Seribu Yogyakarta. Tanah kapur
juga bisa dibagi dalam dua kelompok, yakni tanah renzina dan tanah mediteran.
Tanah Renzina merupakan jenis tanah kapur yang berasal dari hasil proses

15
pelapukan batuan kapur yang terjadi di daerah dengan curah hujan tinggi.
Karenanya, tanah ini memiliki ciri khas warna hitam dan miskin zat hara. Sebagian
besar tanah renzina ditemukan di daerah berkapur seperti Gunungkidul
Yogyakarta.
7. Tanah pasir
Tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir
primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir
adalah 0,002 mm - 2,0 mm. Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir
mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2%.
Tanah pasir berasal dari batuan pasir yang telah melapuk. Jenis tanah ini banyak
ditemukan di wilayah-wilayah pantai yang disebut sand dune atau bukit pasir.
persebaran tanah pasir yang ada di Indonesia ada di Pantai Parangkusumo,
Yogyakarta.

8. Tanah lateri
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
Tanah ini banyak ditemukan di wilayah Jawa Barat, Sulawesi Tenggara hingga
Kalimantan Barat.

9. Tanah litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan
batuan beku dan sedimen. Tanah litosol memiliki ciri khas butiran kasar berupa
kerikil. Tanah ini sangat miskin unsur hara sehingga tidak subur dan kurang baik
untuk pertanian. Karena sifat tanahnya yang kurang subur, tanah ini hanya cocok
untuk ditanami pohon besar di hutan.Tanah litosol banyak ditemukan di daerah
Pulau Sumatera, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan
Papua.

10. Tanah merger

16
Hampir sama dengan tanah kapur, jenis tanah ini juga berasal dari kapur,
namun dicampur dengan berbagai bahan lainnya yang membedakan adalah ia lebih
mirip seperti pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat
dan mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata. Tanah ini
subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan. Selain itu juga terdapat
banyak mineral dan air di dalamnya. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah
dataran rendah seperti di Solo (Jawa Tengah), Madiun dan Kediri (Jawa Timur).
11. Tanah latosol
Tanah latosol atau tanah Insepticol adalah tanah yang memiliki lapisan kumuh.
Lapisan-lapisan permukiman kumuh di tanah Latosol seringkali tebal, bahkan
tebal. Batas topografi tanah ini tidak terlalu jelas.Tanah latosol mempunyai ciri
khas tersendiri, diantaranya:

• Terdapat tanah kumuh yang ketebalannya bervariasi dari 130 cm sampai


lebih dari 5 meter. Tanah berwarna merah, coklat atau kuning muda
• Tekstur tanah biasanya lengket
• Struktur tanah biasanya berupa detritus dengan konsistensi gembur
• pH 4,5 hingga 6,5,
• Kandungan organik sekitar 3% hingga 9%, tetapi biasanya hanya 5%
• Mengandung nutrisi sedang sampai tinggi. Dari warnanya, Anda bisa
melihat nutrisi yang terkandung di dalam tanah. Semakin merah warna
tanah, semakin sedikit nutrisi yang dikandungnya.
• Tingkat penetrasi yang tinggi

12. Regosol
Tanah regosol merupakan tanah yang merupakan hasil dari peristiwa
vulkanisme. Maka dari itu tanah regosol ini merupakan hasil dari erupsi gunung
berapi. Seperti tanah lainnya, tanah regosol juga mempunyai beberapa ciri fisik.
Beberapa ciri fisik yang dimiliki jenis tanah regosol antara lain sebagai berikut:
• Mempunyai butiran- butiran kasar
• Belum menampakkan adanya lapisan horizontal

17
• Mempunyai variasi warna, yakni merah, kuning, coklat kemerahan,
coklat, serta coklat kekuningan. Sebenarnya warna- warna yang berbeda- beda
ini tergantung pada material yang dikandungnya.
• Peka terhadap erosi
• Kaya unsur hara
• Cenderung gembur
• Mampu mempunyai air yang tinggi
13. Tanah podsolik merah kuning
Tanah Podsolik Merah Kuning mempunyai sebaran paling luas di Indonesia
dibanding jenis tanah lainnya. Demikian juga di Kalimantan Tengah luasan
tanah Podsolik Merah Kuning juga menempati nomor urut pertama dengan
sebaran seluas 6.033.693 ha atau setara dengan 39,29% (Bappeda Tingkat I
Kalimantan Tengah, 1993/1994). Tanah PMK adalah tanah yang mempunyai
perkembangan profil, konsistensi teguh, bereaksi masam, dengan tingkat
kejenuhan basa rendah. Podsolik merupakan segolongan tanah yang mengalami
perkembangan profil dengan batas horizon yang jelas, berwarna merah hingga
kuning dengan kedalaman satu hingga dua meter. Tanah ini memiliki konsistensi
yang teguh sampai gembur (makin ke bawah makin teguh), permeabilitas lambat
sampai sedang, struktur gumpal pada horizon B (makin ke bawah makin pejal),
tekstur beragam dan agregat berselaput liat. Di samping itu sering dijumpai
konkresi besi dan kerikil kuarsa. Tanah ini menyebar di Sumatera, Sulawesi,
Papua, Kalimantan dan Jawa terutama Jawa bagian barat(merdeka.com)
14. Mediteran
Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan
batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan.
Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan tanah
pertanian yang subur di daerah kapur dari pada jenis tanah kapur yang lainnya.
Keberagaman jenis tanah yang tersebar di Indonesia ini memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda-beda ada yang baik untuk digunakan dalam
pembuatan batu bata merah dan ada pula yang tidak dapat digunakan dalam
proses pembuatan batu bata merah pejal, oleh karena itu harus dilakukan

18
penelitian lebih lanjut mengenai kesesuaian jenis tanah dalam pembuatan batu
bata, sehingga dilakukan pengujian tanah mengenai tingkat elastisitas tanah
dengan pengujian batas-batas Atterberg (Atterberg limits)

D. Faktor pembentukan tanah


Dalam prosesnya terbentuknya berbagi macam jenis tanah yang ada di bumi
kita saat ini miliki berbagai macam faktor yang berperan dalam terbentuknya suatu
jenis tanah yang memiliki karakteristiknya berbeda-beda tiap satu daerah dengan
daerah lainnya. Menurut Hartno (2007) Faktor yang berpengaruh dalam
terbentuknya suatu jenis tanah dengan karakteristiknya ini yakini:
1. Bahan induk
Bahan induk penyusun tanah tersebut karena tanah pada dasarnya berasal
dari batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorfosa dan dari tiga bahan
induk tersebut memiliki karakteristiknya tersendiri.
2. Organisme
Organisme seperti vegetasi dan jasad renik memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap proses. Seperti halnya pelapukan organik yang membantu
terbentuknya tanah humus.
3. Iklim
Faktor dari iklim yang utama adalah suhu dan curah hujan, suhu
memengaruhi proses pelapukan yang terjadi apa bila suhu tinggi makan proses
pelapukan akan terjadi lebih cepat sehingga proses pembentukan tanah juga akan
menjadi lebih cepat dan curah hujan memengaruhi erositas dan pencucian tanah.
4. Topografi
Keadaan relief di suatu daerah dapat memengaruhi pembentukan tanah.
dengan perbedaan tinggi yang terjadi di suatu daerah terpengaruh terhadap tebal
tipisnya lapisan tanah dan kegiatan sedimentasi yang terjadi
5. Waktu
Dalam semua proses pembentukan suatu tanah membutuhkan waktu yang
berbeda di setiap daerah yang berhubungan dengan faktor yang ada diatasi semunya
membutuhkan waktu.

19
6. Manusia
Manusia merupakan faktor pembentukan tanah yang aktif dan pasif, proses
pembentukan suatu jenis tanah bisa terjadi akibat kegiatan yang dilakukan oleh
manusia, baik itu dengan manipulasi kimia atau pekerjaan yang dilakukannya.

2.2.1. Tanah daerah Malang


Dikutip dari situs pemerintah kota Malang (Malangkota.go.id) Geografis
Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 – 667 meter di atas
permukaan air laut, kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2008 tercatat rata-rata
suhu udara berkisar antara 22,7°C – 25,1°C. Sedangkan suhu maksimum mencapai
32,7°C dan suhu minimum 18,4°C. Rata kelembaban udara berkisar 79% – 86%.
Dengan kelembaban maksimum 99% dan minimum mencapai 40%. Untuk jenis
tanah yang tersebar di daerah Malang didominasi oleh empat macam tanah yakni:
a) Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha.
b) Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
c) Latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha.
d) Andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha
Struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki sifat
peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat di Kecamatan Lowokwaru dengan
relatif kemiringan sekitar 15 %
Pengambilan tanah yang digunakan dalam pengujian diambil dari sentral
pembuatan batu bata di daerah dampit yang telah membuat batu bata di daerah
tersebut lebih dari puluhan tahun yang memiliki tanah liat yang sudah kirim hingga
luar kota, tanah yang digunakan di daerah dampit didominasi oleh tanah yang
berbahan dasar latosol berdasarkan peta jenis tanah Malang.

20
2.2.2. Tanah daerah Kediri

Gambar 2.2. kabupaten malang 2 geologi

Dilangsir dari situs Pemda kabupaten Kediri (Kedirikab.go.id) posisi


geografi Kabupaten Kediri terletak antara 111o 47' 05" sampai dengan 112o 18'20"
Bujur Timur dan 7o 36' 12" sampai dengan 8o 0' 32 Lintang Selatan. Kondisi
topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran sungai
Brantas yang membelah dari selatan ke utara. Suhu udara berkisar antara 23o C
sampai dengan 31o C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 1652 mm per
hari. Ditinjau dari jenis tanah yang tersebar di kabupaten Kediri
a) Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 %,
b) Aluvial kelabu coklat seluas 28,178 Ha atau 20,33 %,
c) Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha
atau 3,18 %,
d) Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78 %,
e) Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 Ha atau 10.87%,
Daerah yang diambil contoh tanah dalam pembuatan batu bata berasal dari
kecamatan pare yang merupakan sentral pembuatan batu bata di daerah Kediri yang
sudah ada sejak puluhan tahun lalu di daerah Kediri yang mana tanah yang
digunakan dalam untuk pembuatan batu bata di pare berdasarkan data pemerintah
kabupaten Kediri merupakan tanah yang didominasi oleh tanah regosol dan
mediteran.

21
2.2.3. Tanah daerah Tulungagung
Dilangsir dari Bappeda jatimprov.go.id kabupaten Tulungagung terletak
pada posisi 111 43’ sampai dengan 112 07’ Bujur Timur dan 7 51’ sampai dengan
8 18’ Lintang Selatan dengan titik nol derajat dihitung dari Greenwich, suhu rata-
rata mencapai 27C dengan suhu terendah 24C dan suhu tertinggi 30C. Kelembaban
udara berkisar antara 74-77% dan curah hujan tahunan rata-rata berkisar 2.155 –
3.292 mm. persebaran jenis tanah di Tulungagung
a) Alluvial coklat tua
b) Alluvial coklat tua kelabuan
c) Assosiasi alluvial kelabu dan alluvialm coklat kelabuan
d) Regosol coklat kelabu

Gambar2. 1 kondisi geologi Tulungagung

Daerah yang menjadi tempat pengambilan sampel tanah untuk dibuat batu
bata diambil dari kecamatan kedungwaru yang merupakan tempat pengambilan
batu bata yang digunakan di sentral pembuatan batu bata di Daerah Tulungagung,
tanah yang digunakan dalam proses pembuatan batu bata merah di Daerah Ngunut
didominasi oleh jenis tanah aluvial.

2.3 Tanah liat


A. Definisi tanah liat

22
Tanah liat merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan untuk
membuat batu bata, dan kegunaan nya sangat bermanfaat bagi manusia karena
bahan tersebut mudah didapat dan memiliki berbagai macam aplikasi. Sekitar
70% atau 80% kerak bumi terdiri dari bebatuan yang merupakan sumber dari
tanah liat. Tanah liat banyak ditemukan di daerah pertanian, khususnya
persawahan.
Tanah liat memiliki ciri khusus yaitu menjadi plastik saat basah,
menjadi keras saat kering, dan menjadi keras saat dibakar. Umumnya
masyarakat menggunakan tanah liat atau tanah liat ini sebagai bahan baku
pembuatan batu bata dan gerabah.
Table 2.3 komposisi umum tanah liat

No Unsur Kimia Jumlah (%)

1 SiO2 59,14
2 Al2O3 15,34
3 Fe2O3 + FeO 6,88
4 CaO 5,08
5 Na2O 3,84
6 MgO 3,49
7 K2O 1,13
8 H2O 1,15
9 TiO2 1,05
10 Lain – lain 2,9
sumber : ilmugeografi.com
Tanah liat merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses
pelapukan kerak bumi. Kerak bumi tersebut sebagian disusun oleh batuan
feldspatik (yakni batuan yang terdiri dari batuan granit dan juga batuan beku).
Kerak bumi yang melapuk tersebut terdiri atas berbagai unsur seperti silikon,
oksigen dan aluminium sebagai unsur terbanyak. Kemudian aktivitas panas dari
bumi membuat kerak bumi tersebut melapuk yang dilakukan oleh asam karbonat.

23
Proses inilah yang menjadikan terbentuknya tanah liat menurut dikutip dari
(ilmugeografi.com) dalam perjalanannya tanah liat hampir tersebar di setiap daerah
di Indonesia yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda apabila ditelaah lebih
teliti di laboratorium.
Industri pembuatan batu bata dapat dengan mudah kita temui di berbagai
daerah di Indonesia diantaranya ada di daerah Malang, Kediri, dan Tulungagung,
tiga kota tersebut memiliki kondisi geografi yang hampir sama dan sama-sama
memiliki sentral pembuatan batu bata merah selama puluhan tahun.

B. Jenis-jenis tanah liat


Jenis tanah yang dibentuk dari hasil pelapukan batuan tentunya berbeda
antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh jenis batuan yang membentuknya. Menurut susunannya, lapisan tanah terdiri
atas lapisan tanah atas, lapisan tanah bawah, dan bahan induk tanah.
(http://asihpujiariani.blogspot.com).
1. Lapisan atas
Lapisan atas merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil pelapukan
batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. Lapisan itu
merupakan tanah yang paling subur.
2. Lapisan tengah
Tanah lapisan terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan
dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas
terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa disebut tanah liat.
3. Lapisan bawah
Tanah lapisan bawah merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahan-
bongkahan batu. Di sela-sela bongkahan terdapat hasil pelapukan
batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara sempurna.
4. Lapisan batuan induk
Lapisan batuan induk berupa bebatuan yang padat.
Tanah liat terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil terutama dari
mineral-mineral yang disebut Kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina

24
(Al2O3), dengan Oksida Silica (SiO2) dan Air (H2O). Berdasarkan gambar 2.1
dapat dilihat lapisan – lapisan yang terdapat dalam tanah.

C. Sifat – Sifat Tanah Liat (Lempung)


Tanah liat (lempung) memiliki sifat fisika dan kimia yang penting, antara
lain: (Daryanto, 1994)
1. Plastisitas(keliatan)
Plastisitas atau penampakan tanah liat tergantung pada kehalusan partikel
tanah liat. Kandungan plastik dari tanah liat berubah. Tergantung pada kehalusan
dan kandungan lapisan air. Plastisitas berfungsi sebagai pengikat selama proses
pencetakan, sehingga ubin yang dicetak tidak akan retak atau berubah bentuk.
Tanah liat dengan plastisitas tinggi juga akan sulit dibentuk, sehingga perlu
ditambahkan bahan lain.
2. Kemampuan Bentuk
Tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik dan ubin harus dapat
dibentuk sehingga dapat mempertahankan bentuknya selama proses atau setelah
pencetakan. Jika tanah liat memiliki plastisitas dan sifat mampu bentuk yang baik,
maka mudah untuk diolah dan dipelihara bentuknya, serta dikatakan mempunyai
kemampuan kerja.
3. Daya Suspensi
Gaya suspensi adalah sifat yang memungkinkan material tetap berada di
dalam cairan. Flokulan adalah zat yang menyebabkan partikel tanah liat berkumpul
menjadi partikel yang lebih besar dan mengendap dengan cepat, seperti magnesium
sulfat. Anti-flokulan adalah zat yang meningkatkan daya gantung (disolusi) untuk
menahan partikel lempung, seperti: gelas air / natrium silikat dan natrium karbonat.
4. Penyusutan
Tanah liat mengalami dua susut yaitu susut kering (setelah proses
pengeringan) dan susut pembakaran (setelah proses pembakaran). Saat film air
menguap di permukaan dan membentuk air atau air mekanis, ia menyusut, dan
partikel tanah liat menjadi padat. Pada dasarnya laju susut pembakaran dapat
dianggap sebagai laju susut total yang terbentuk dari tanah liat, dikeringkan hingga

25
terbakar. Persentase penyusutan yang dibutuhkan untuk jenis tanah liat gerabah
harus antara 10% -15%. Clay yang terlalu plastis biasanya memiliki tingkat
penyusutan lebih dari 15%, sehingga memiliki resiko retak / retak yang tinggi.
Untuk mengatasi masalah ini, pasir halus dapat ditambahkan.
5. Suhu Bakar
Temperatur pembakaran berhubungan langsung dengan temperatur
pematangan yaitu keadaan suatu benda yang secara akurat mencapai kematangan
tanpa merubah bentuknya pada temperatur tertentu, sehingga dapat dikatakan tanah
liat memiliki kualitas kemampuan terbakar. Pada proses pembakaran tanah liat
mengalami proses pergantian (pergantian keramik) pada suhu sekitar 600 ° C, dan
air yang terbentuk pada bahan tersebut hilang.
6. Warna Bakar
Warna bahan bakar tanah liat dipengaruhi oleh bahan / bahan yang
digabungkan secara kimiawi dengan komposisi tanah. Warna tanah liat disebabkan
oleh zat-zat yang mencemari, warna abu-abu sampai hitam mengandung arang dan
sisa tumbuhan, dan warna merah disebabkan oleh oksida besi (Fe). Seringkali sulit
untuk menentukan perubahan warna batu bata merah dari makanan mentah menjadi
pembakaran.
Table 2.4 perubahan warna batu bata setelah pembakaran

No warna tanah liat mentah Kemungkinan perubahan warna


1 Merah Merah atau cokelat
2 Kuning tua Kuning tua, cokelat atau merah
3 Cokelat Merah atau cokelat
4 Putih Putih atau putih kekuningan
5 Abu-abu atau hitam Merah, kuning tua atau putih
6 Hijau Merah
7 Merah, kuning, abu-abu tua Pertama merah lalu krem, kuning tua atau
kuning kehijauan pada saat melebur
sumber : Hartono 1987: 24
7. Porositas

26
Porositas atau laju absorpsi adalah persentase air yang diserap oleh badan
keramik atau bata. Persentase porositas tergantung pada jenis inang, kehalusan
elemen inang, penambahan pasir, kerapatan material dinding, dan temperatur
pembakaran. Tanah liat poros biasanya rapuh, yang berarti jika Anda merasakan
sedikit benturan, dapat dengan mudah pecah. Dibandingkan dengan gerabah atau
porselen, gerabah tanah liat biasanya memiliki porositas paling tinggi, sekitar 5% -
10%.
8. Kekuatan Kering
Kekuatan kering merupakan ciri khas dari tanah liat, yang memiliki
kekuatan stabil setelah pembentukan dan dalam kondisi yang cukup kering, dan
tidak berubah saat dikeluarkan untuk tujuan pembakaran, pengeringan dan
persiapan. Kekuatan kering dipengaruhi oleh kehalusan partikel, jumlah air
cetakan, pencampuran dengan bahan lain dan teknologi cetakan.
9. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah sebagian besar partikel tanah terhadap bentuk-bentuk
partikel ini. Sifat-sifat lempung, susut kering, dan kekuatan kering bergantung pada
struktur lempung. Struktur tanah liat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tanah liat
berstruktur halus dan pasir berstruktur kasar.
10. Slaking
Tanah liat merupakan ciri khas dari tanah liat, pada suhu udara normal dapat
hancur menjadi partikel-partikel halus di dalam air dalam jangka waktu tertentu.
Semakin kecil daya ikat tanah liat maka akan semakin cepat cepat rusaknya.
Pengelupasan ini terkait dengan pelunakan tanah liat dan penyimpanannya.
Lempung keras membutuhkan waktu lama untuk hancur, sedangkan lempung lunak
membutuhkan waktu lebih sedikit.

2.4 Pengujian bahan dasar tanah


Dalam pembuatan batu bata mengagunkan tanah yang berasal dari daerah
yang berbeda-beda dan bahan dasar penyusunnya pun berbeda tiap daerah dan
belum ada penelitian yang membahas tentang jenis tanah apa yang baik digunakan
dalam proses pembuatan batu bata, batu bata yang baik itu ialah batu bata yang

27
dapat bertahan lama di segala jenis kondisi pengujian atterberg bertujuan untuk
mengetahui batas plastis dan batas cair tanah yang akan digunakan dalam proses
pembuatan bata
Atterberg limits seperti yang diketahui bahwa konsistensi tanah lempung itu
tergantung pada jumlah air yang terkandung di dalam tanah makan tanah dapat
menjadi lumpur yang bersifat kental kondisi ini disebut fase cair, dan apa bila tanah
lempung dalam keadaan kadar air menguap sedikit demi sedikit maka akan
mengeras dan mempunyai kemampuan untuk menahan perubahan bentuk kondisi
ini disebut fase plastis, jika dibiarkan menguap makan tanah lempung akan
mengalami penyusutan ,kaku, dan mudah retak dan kondisi ini disebut fase
setengah padat. Pada proses penurunan kadar air (, tanah lempung jenuh akan
mengalami penyusutan yang besarnya sebanding dengan besarnya kehilangan
volume air. Apabila kehilangan kadar air di dalam tanah tidak lagi menyebabkan
perubahan volume total tanah (penyusutan), maka kondisi ini dinamakan fase padat
(solid). Batas antara fase - fase tersebut dinamakan batas-batas Atterber, dengan
tujuan untuk menentukan besarnya kadar air di dalam contoh tanah pada saat fase
tanah akan berubah dari cair menjadi plastis dan setengah padat (Budi, dari 2011;
13)
1. Batas cair maksimum (liquid limit)
Batas cair diartikan sebagai kadar air yang terkandung dalam tanah pada
batas antara fasa cair dan fasa plastis, dan tujuannya adalah untuk mengetahui kadar
air dalam sampel tanah pada saat fasa tanah berubah dari cair menjadi plastis atau
sebaliknya.
2. Batas plastis
Batas plastisitas didefinisikan sebagai kadar air dalam tanah pada tahap
antara plastik dan semi padat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ketika
kelembapan pada tanah berkurang, tanah menjadi lebih keras dan memiliki
kemampuan untuk menahan perubahan bentuk. Perubahan tanah dari cair menjadi
padat akan melalui tahapan yang disebut semi padat, yaitu pengujian untuk
mengetahui kadar air sampel tanah pada saat tanah berubah dari plastis menjadi
semi padat (begitu pula sebaliknya).

28
2.5 Batu bata
Menurut Drs. IK Supribadi dalam buku Ilmu Bangunan Gedung (1986),
bata merah pejal tradisional adalah batu buatan yang berasal dari tanah liat yang
dalam keadaan lekat dicetak, dijemur beberapa hari sesuai dengan aturan lalu
dibakar sampai matang, sehingga tidak dapat hancur lagi bila direndam air. Bata
merah pejal merupakan bahan bangunan yang paling umum di gunakan, bata juga
lazim disebut orang dengan batu bata
Menurut Drs. Daryanto dalam buku pengetahuan teknik bangunan Bata
(1988) merah pejal saat ini sedang dikembangkan macam-macam tipe campuran,
antara lain :
1. campuran bahan tanah liat + tanah kapur + kapur bubuk + semen,
2. (2)campuran bahan tras kapur, dan
3. campuran bahan tanah liat + pasir + kapur bubuk + PC.
Menurut SNI 15-2094- 2000, bata merah pejal tradisional adalah bahan
bangunan yang berbentuk prisma segi empat panjang, pejal atau berlubang dengan
volume lubang maksimum 15%, dan digunakan untuk konstruksi dinding
bangunan, yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa dicampur bahan aditif dan
dibakar pada suhu tertentu
Bahan bangunan yang sudah dikenal dan digunakan masyarakat di pedesaan
maupun perkotaan sudah lama dikenal dan digunakan sebagai bahan bangunan. Hal
ini terlihat dari banyaknya jumlah produksi batu bata yang diproduksi oleh pabrik
batu bata di masyarakat. Penggunaan batu bata banyak digunakan dalam aplikasi
teknik sipil, seperti dinding, gedung, pagar, lorong dan pondasi bangunan tempat
tinggal. Secara umum, selain karakteristik struktur, batu bata pada struktur
bangunan juga digunakan sebagai material non struktural. Sebagai fungsi struktural,
bata digunakan sebagai penyangga atau beban, seperti untuk membangun rumah
dan pondasi sederhana. Pada bangunan bertingkat, batu bata memainkan peran non-
struktural dan digunakan untuk memisahkan dinding dan estetika tanpa membebani
dinding. Batu bata tanah liat adalah batu bata yang terbuat dari tanah liat atau tanah
liat yang dapat dicampur dengan bahan lain maupun tidak dicampur dengan bahan

29
lain melalui proses pembakaran atau pengeringan. Bata merah yang dihasilkan dari
proses pembakaran disebut bata merah. Baik proses manufaktur tradisional maupun
modern sangat bergantung pada bahan dasar yang digunakan untuk membentuk
batu bata dan proses pengolahannya untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.
Pembuatan batu bata merah masih sering kita jumpai hampir di setiap
daerah di Indonesia hal ini dapat dilihat dari banyaknya center pembuatan batu bata
yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata, meskipun batu mulai
memiliki alternatif penggantian dalam proses pembangunan tapi tidak menyurutkan
masyarakat untuk membuat batu bata, dikarenakan batu bata merah masih memiliki
keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan bangun alternatif seperti bata ko dan
bata ringan yang sekarang banyak digunakan, seperti bata merah dapat menyerap
panas lebih baik dibandingkan dengan bahan baku sejenis dan harganya yang
cenderung lebih murah dibandingkan dengan bahan baku sejenis dan mudah
didapatkan di mana hal-hal tersebut lah yang sulit tergantikan oleh bahan baku
lainnya,
Dalam Masthura (2010), batu bata merah memiliki beberapa sifat fisik
sebagai berikut (Van Flack, 1992):.
a. Senyawa tersebut memiliki ikatan ionik dan / atau ikatan kovalen.
Adanya ikatan ion membuat material keramik memiliki kestabilan yang relatif
tinggi dan dapat menahan perubahan fisik dan kimia yang ekstrim.
b. Umumnya keramik adalah isolator. Seperti batu bata lainnya,
keramik adalah isolator karena memiliki sedikit atau tidak ada elektron bebas.
Elektron ini dibagi dengan atom yang berdekatan untuk membentuk ikatan kovalen,
atau transfer elektron valensi dari kation ke anion membentuk ikatan ionik.
c. Memiliki modulus elastisitas yang tinggi. Modulus mewakili tingkat
kekakuan atau tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan elastis
satuan. Keramik umumnya dianggap bahan yang ulet dan rapuh. Sebelum dan
sesudah rekahan, mikrostruktur hampir tidak mengalami deformasi plastis.
Kekuatan keramik di bawah tegangan tekan sangat baik, sehingga gaya tekan
digunakan dalam desain produk keramik. Sebaliknya, karena pengaruh cacat
permukaan, kekuatan tarik keramik menjadi tidak jelas atau bahkan sangat rendah.

30
Berdasarkan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu bata
digolongkan dalam 2 jenis:
1) Batu bata tanah liat
Batu bata yang terbat dari tanah liat digolongkan kedaalam dua kategori,
yakni bata biasa dan bata muka.
a) Batu bata biasa memiliki permukaan dan warna yang berbeda-beda.
Bata ini biasa digunakan sebagai dinding yang di permukaannya diberi semen dan
pada umumnya ditemukan disetiap daerah disebut dengan bata merah pejal
b) Batu bata muka ini biasanya memiliki permukaan yang mulus, licin
dan mempunyai warna atau corak yang hampir sama. Meski digunakan untuk
dinding juga, namun bata muka tidak perlu ditutup lagi dengan semen (bata
expose). Bata muka biasa disebut sebagai bata imitasi.
2) Batu bata pasir kapur
Seperti namanya, batu bata ini terbuat dari campuran kapur, pasir dan air
dengan perbandingan 1: 8. Menekan air ke dalam campuran bisa membentuk batu
bata yang sangat kuat. Biasanya digunakan untuk bagian dinding yang terendam air
dan membutuhkan kekuatan tinggi. Saat beradaptasi dengan metode produksinya,
batu bata biasanya dibagi menjadi dua jenis:
a) Bata konvensional
Batu bata ini dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan perkakas
sederhana. Salah satu ciri batu bata konvensional adalah bentuknya tidak selalu
sama, tidak beraturan dan mempunyai tekstur yang kasar. Hal ini dapat dimaklumi
karena pembuatan bata konvensional menggunakan alat yang sederhana dan
mengutamakan sumber daya manusia dalam pembuatannya.
b) Batu bata press
Pembuatan batu bata ini membutuhkan bantuan mesin. Hasilnya, batu bata
memiliki tekstur yang lebih halus, ukuran yang sama, dan tampak lebih rapi. Bata
tekan sering digunakan untuk pembangunan pura di Bali. Namun saat ini banyak
perkembangan yang dilakukan untuk membangun rumah. Harga batu bata pres atau
biasa disebut batu bata gundul memang lebih mahal

31
2.5.1. Proses pembuatan batu bata
Dalam proses pembuatan batu bata merah yang berasal dari liat masih lah
mengagunkan metode yang manual, yang terdiri beberapa tahapan yakini:
1) Pencarian Bahan Mentah
Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah yang
tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit pasir untuk
menghindari penyusutan. Penggalian tanah dilakukan dengan menggunakan alat
tradisional, berupa cangkul. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas
kira-kira setebal 40 – 50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik,
daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke
bawah sedalam 1,5 – 2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah
digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi. Semakin lama
tanah liat disimpan, maka akan semakin baik karena menjadi lapuk. Tahap tersebut
dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.
2) Peroses pengolahan bahan mentah
Sebelum membuat bata merah, tanah liat harus tercampur rata, yang disebut
milling. Ketika kaki basah atau diguncang oleh tangan, mereka akan terinjak oleh
orang atau hewan. Bahan campuran yang ditambahkan selama pemrosesan harus
benar-benar tercampur dengan tanah liat. Sebelum dicetak dengan cetakan, bahan
baku yang sudah jadi ditempatkan terlebih dahulu selama 2 sampai 3 hari, tujuannya
untuk memberikan kesempatan pada partikel tanah liat untuk menyerap air dan
membuatnya lebih stabil, sehingga bahkan dapat menyusut saat dicetak.
3) Proses pencetakan batu bata
Sesuai ukuran standar SNI 15-2094-1991 atau SII-0021-78, sisa 2-3 hari
dan bahan baku plastik yang telah direncanakan sesuai rencana dicetak dengan alat
cetak yang terbuat dari kayu atau kaca. Untuk mencegah agar tanah liat tidak
menempel pada cetakan, pertama basahi cetakan kayu atau cetakan kaca dengan air.
Tanah yang berbentuk bata merah harus rata dan ditaburi abu dedak padi. Langkah
pertama pengecoran batu bata adalah dengan meletakkan cetakan pada permukaan
bagian bawah cetakan, kemudian tekan tanah liat yang siap untuk ditaburkan pada

32
bingkai cetakan dengan tangan Ingat, tanah liat mengisi semua sudut ruangan pada
bingkai cetakan. Kemudian keluarkan cetakan dan paparkan batu bata yang belum
diproses di dalam cetakan ke matahari. Kemudian kumpulkan batu bata yang belum
diproses di tempat yang terlindung dari inflasi. Moulding ini harus dilakukan secara
tegak, jadi letakkan cetakan di atas meja besar. Jika mesin (power press) digunakan
untuk pengangkutan pipa, pasanglah mulut (cetakan) di ujung mesin sebagai
cetakan, cetakan akan membentuk batu bata, dan kolom tanah liat berbentuk
kerucut paralel akan keluar dari mulut cetakan. Potong kawat sesuai ukuran bata
yang dibutuhkan.
4) Proses pengeringan batu bata
Pada pengeringan bata tradisional, proses pengeringan tergantung dari
kemampuan alam. Sebaiknya batu bata dikeringkan secara bertahap, agar panas
matahari tidak langsung terpancar, sehingga harus dipasang penutup plastik. Proses
pengeringan yang terlalu cepat (terlalu kuat untuk terik matahari) akan
menyebabkan batu bata nantinya pecah. Kemudian serahkan batu bata yang satu
hari lagi dari masa pencetakan. Jika sudah cukup kering, bata ditumpuk agar terkena
angin. Jika cuaca bagus, proses pengeringan batu bata akan memakan waktu dua
hari. Sementara itu, dalam kondisi basah, proses pengeringan batu bata memakan
waktu setidaknya satu minggu.
5) Proses pembakaran batu bata
Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu
yang diinginkan, tetapi juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk
mencapai suhu tersebut dan kecepatan mencapai pendinginan. Selama proses
pembakaran, terjadi perubahan fisik dan kimia serta mineralogi tanah liat. Proses
pembakaran batu bata harus diimbangi dengan temperatur dan kenaikan temperatur,
dan beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu: (Masthura (2010), Suwardono,
2002)
a. Tahap pertama adalah evaporasi (pengeringan) yang berarti air yang
terbentuk akan dikeluarkan hingga suhu sekitar 120 ° C.
b. Pada tahap oksidasi, sisa-sisa tumbuhan (karbon) di dalam tanah liat
terbakar. Proses ini dilakukan pada suhu 650-800 ° C.

33
c. Tahap pembakaran lengkap adalah membakar batu bata sampai
matang, lalu membakarnya sampai menjadi batu bata padat. Temperatur
pengawetan bervariasi antara 920-1020 ° C, tergantung dari sifat tanah liat yang
digunakan.
d. Tahap kedap udara dilakukan untuk mempertahankan suhu selama
1-2 jam, tahap pertama, kedua dan ketiga suhu harus dinaikkan secara perlahan
untuk menghindari kehilangan batu bata. Ini antara lain: retakan, noda hitam pada
batu bata, developer dan lain-lain. Berdasarkan Gambar 2.2, dapat diilustrasikan
pada Gambar (a) bahwa partikel tanah liat sebelum pembakaran memiliki dua
permukaan yang berdekatan dan terpisah. Setelah terbakar, partikel memiliki batas,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar (b). Gerakan pembakaran merupakan
penurunan luas permukaan (yang berarti penurunan energi permukaan).
Faktor-faktor yang menentukan proses dan mekanisme pembakaran
meliputi jenis material, komposisi, pengotor dan ukuran partikel. Proses
pembakaran akan terjadi dalam kondisi sebagai berikut:
a. Perpindahan energi material antar butir disebut proses difusi.
b. Ada sumber energi yang datanya mengaktifkan transfer materi, dan
energi ini digunakan untuk menggerakkan butiran hingga berada dalam kontak dan
ikatan yang sempurna. Difusi adalah aktivitas termal
Artinya pergerakan atom atau ion membutuhkan energi paling sedikit untuk
mencapai energi yang sama.

34
2.5.2. Kualitas batu bata
1. Pandangan luar
Batu bata harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang
sisinya harus rata, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang
berlebihan, tidak mudah hancur atau patah, warnanya seragam dan berbunyi
nyaring bila dipukul.
2. Ukuran
Ukuran-ukuran batu bata merah ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian
antara membeli dan penjual (pembuat), sedangkan ukuran batu bata merah yang
standar menurut SNI-15-2094-2000
Table2.5 ukuran batu bata merah pejal

Modul Tinggi (mm) Lebar (mm) Panjang (mm)


M-5a 65 ± 2 92 ± 2 190 ± 4
M-5b 65 ± 2 100 ± 2 190 ± 4
M-6a 52 ± 3 110 ± 2 230 ± 5
M-6b 55 ± 3 110 ± 2 230 ± 5
M-6c 70 ± 3 110 ± 2

M-6d 80 ± 3 110 ± 2 230 ± 5

sumber : SNI 15-2094-2000


3. Daya serap air dan bobot isi
Daya serap air adalah kemampuan bahan dalam menyerap air (daya hisap).
Bobot isi adalah perbandingan massa dalam keadaan kering dengan bobot dalam
kondisi jenuh air. Daya serap air yang tinggi akan berpengaruh pada pemasangan
batu bata dan adukan karena air pada adukan akan diserap oleh batu bata sehingga
pengeras adukan tidak berfungsi dan dapat mengakibatkan kuat adukan menjadi
lemah. Daya serap yang tinggi disebabkan oleh besarnya kadar pori pada batu bata
(batu bata tidak padat) berdasarkan SNI 15-2094-2000 penyerapan air maksimum
untuk batu bata merah pejal yang digunakan dalam pemasangan dinding adalah
20% dari berat total batu bata.

35
Dalam menentukan daya serap air dan bobot isi digunakan standar SNI,
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Juarnisa, 2016: 79):
𝑚𝑏−𝑚𝑘
Penyerapan air (PA) = × 100 %
𝑚𝑘
𝑚𝑘
Bobot isi = 𝑚𝑏−𝑚𝑐 × 100 %

Keterangan:
mk = massa kering (tetap) (kg)
mb = massa setelah direndam selama 24 jam (kg)
mc = massa dalam air (kg)
Bata merupakan material yang bersifat higroskopis artinya mudah
menyerap air. Bata yang berkualitas tinggi akan memiliki daya serap yang rendah
terhadap air dan kelembaban, sebaliknya bata yang berkualitas rendah akan
memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan kelembaban. Umumnya bata
dianggap baik bila memiliki daya serap air kurang dari 20 %
4. Kuat Tekan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya tekan yang bekerja pada satu satuan
luas permukaan yang mengalami gaya tekan. Simbol tekanan adalah P. Jadi, bila
sebuah gaya sebesar F bekerja pada sebuah bidang A (area), maka besarnya tekanan
adalah:
𝐹
P = 𝐴

Keterangan:
P = kuat tekan bahan, satuannya N/m2 atau kg/cm2
F = beban tekan maksimum (gaya tekan), satuannya (kg atau N)
A = luas bidang bahan (m2)
jika gaya tekan F = 1 N bekerja pada luas permukaan A = 1 m2, maka
menurut persamaan di atas kuat tekan bahan adalah:
𝐹 1 𝑛𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛 𝑁
𝑃= = 2
= 1 2 = 1 𝑃𝑎 = 10−16 𝑀𝑝𝑎
𝐴 1𝑚 𝑚
Dalam satuan internasional (SI), satuan tekanan adalah N/m2. Satuan
tersebut juga diberi nama pascal (disingkat Pa). jadi 1 N/m2 = 1 Pa. satuan Pascal

36
adalah tekanan yang dilakukan oleh gaya satuan newton pada luas permukaan satu
meter persegi. Daya serap air dan bobot isi
Penyerapan air adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap air
(penghisapan). Berat isi adalah perbandingan massa dalam kondisi kering dengan
massa dalam kondisi jenuh air. Daya serap air yang tinggi akan mempengaruhi
pemasangan bata dan mortar, karena air pada mortar akan terserap oleh bata, yang
akan membuat pengeras mortar tidak dapat bekerja dan dapat menyebabkan
kekuatan campuran melemah. Daya serapnya tinggi karena pori-pori besar pada
bata (batu bata tidak padat) berdasarkan SNI 15-2094-2000 penyerapan air
maksimum untuk batu bata merah pejal yang digunakan dalam pemasangan dinding
adalah 20% dari berat total batu bata.
Untuk dapat menentukan daya serap air di batu bata dan bobot isi digunakan
standar SNI, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Juarnisa, 2016: 79):
Penyerapan air (PA) = (mb-mk)/mk × 100 %
Bobot isi = mk/(mb-mc) × 100 %
Keterangan:
mk = massa kering (tetap) (kg)
mb = massa setelah direndam selama 24 jam (kg)
mc = massa dalam air (kg)
Bata merupakan bahan higroskopis, artinya mudah menyerap kelembapan.
Batu bata berkualitas tinggi akan memiliki daya serap air dan kelembapan yang
rendah, sebaliknya, bata berkualitas rendah akan memiliki daya serap air dan
kelembapan yang tinggi. Umumnya jika daya serap air kurang dari 20%, maka batu
bata dianggap sebagai batu bata yang baik
Kuat tekan batu bata
Tekanan didefinisikan sebagai gaya tekan yang bekerja pada luas
permukaan unit yang dikenai gaya tekan. Simbol tekanan adalah P. Oleh karena itu,
jika gaya F bekerja pada bidang A (luas), besar tekanannya adalah:
P = F/A
Keterangan:
P = kuat tekan, satuannya N/m2 atau kg/cm2

37
F = beban tekan maksimum (gaya tekan),(kg atau N)
A = luas permukaan bahan (m2)
Apabila gaya tekan F = 1 N menekan pada luas permukaan A = 1 m2, maka
berdasarkan persamaan di atas kuat tekan bahan adalah:

P=F/A=(1 newton)/(1 m^2 )=1 N/m^2 =1 Pa= 〖10〗^(-16) Mpa

Dalam Satuan Internasional (SI), satuan tekanan adalah N / m2. Satuan ini
juga dinamai pascal (disingkat Pa). Oleh karena itu 1 N / m2 = 1 Pa. Satuan Pascal
adalah tekanan yang diberikan oleh gaya Newtonian pada satu meter persegi luas
permukaan.
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang di izinkan untuk
batu bata merah berdasarkan SNI 15-2094-2000
Table 2.6 kuat tekan bata minimum

Kekuatan tekan Koefisien variasi dari


Kelas minimum batu kg/cm2 kuat tekan rata-rata yang
(MPa) diuji %
50 50 (5) 22
100 100 (10) 15
150 150 (15) 15
sumber : SNI 15-2094-2000
Kekuatan tekan rata-rata batu bata
Table 2.7 kuat tekan batu bata

Kekuatan tekan rata-rata batu bata


Kelas
Kg/cm2 N/mm2
25 25 2,5
50 50 5
100 100 10
150 150 15
200 200 20
250 250 25

38
Kuat tekan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui kekuatan atau kemampuan suatu material atau benda untuk menahan
tekanan atau beban. Nilai kuat tekan bata diperlukan untuk mengetahui kekuatan
maksimum dari suatu benda untuk menahan tekanan atau beban hingga retak dan
pecah. Kualitas bata biasanya ditunjukkan oleh besar kecilnya kuat tekan. Namun,
besar kecilnya kuat tekan sangat dipengaruhi oleh suhu atau tingkat pembakaran,
porositas dan bahan dasar
5. Densitas atau kerapatan batu bata
Massa jenis (ρ) adalah massa sampel yang terdapat dalam satuan volume.
Massa jenis sering disebut dengan istilah massa jenis atau densitas, atau sebagai
massa jenis material. Kepadatan penggunaan yang ditunjukkan adalah 1,60 g / cm3-
2,50 g / cm3. Rumus yang digunakan untuk menghitung berat jenis bata adalah.
ρ=m/v
Keterangan:
ρ = Densitas benda uji (gr/cm3)
m = Massa kering benda uji (gr)
V = Volume benda uji (cm3)

6. Kadar garam
Kualitas batu bata apabila mengandung kadar garam yang kurang dari 50 % di
permukaan batu bata merah tertutup oleh lapisan tipis berwarna putih karena
pengkristalan garam-garam yang dapat larut, tidak membahayakan dan apa bila 50
% atau lebih dari permukaan batu bata merah tertutup oleh lapisan putih yang tebal
karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut dan bagian-bagian dari
permukaan batu bata merah menjadi bubuk atau terlepas, hal ini membahayakan.

39

Anda mungkin juga menyukai