Anda di halaman 1dari 7

1. Sebutkan adab-adab dalam membaca Al-Qur'an!

Jawab :

Berikut ini adalah Adab – Adab dalam membaca Al-Qur’an Sesuai dengan Tuntunan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam.

1. Mengikhlaskan niat karena Allah Subhanahu wata’ala.

Membaca Al-Qur’an adalah bentuk ibadah keapda Allah yang membutuhkan niat yang ikhlas. Allah
berfirman:

َ ‫ين َولَ ْو َك ِر َه ْال َكافِر‬


‫ُون‬ َ ِ‫َف ْادعُوا هَّللا َ م ُْخلِص‬
َ ‫ين لَ ُه ال ِّد‬

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak
menyukai(nya)“. (QS. Ghafir :14)

‫الز َكا َة ۚ َو ٰ َذل َِك دِينُ ْال َق ِّي َم ِة‬


َّ ‫صاَل َة َوي ُْؤ ُتوا‬ َ ِ‫َو َما أ ُ ِمرُوا إِاَّل لِ َيعْ ُبدُوا هَّللا َ م ُْخلِص‬
َ ‫ين لَ ُه ال ِّد‬
َّ ‫ين ُح َن َفا َء َو ُيقِيمُوا ال‬

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(QS. Al Bayyinah : 05). Bacalah Al-
Qur’an dan niatkanlah untuk wajah Allah

2. Hendaknya ia membaca Al-Qur’an dengan hati yang hadir mentadabburi apa yang ia baca dan
berusaha memahami makna – maknanya dan hendaknya ia khusyu dalam membaca Al-Qur’an dan
menghadirkan dalam hatinya sesungguhnya ketika membacanya, Al-Qur’an berbicara dengannya
karena Al-Qur’an merupakan kalamullah.
3. Membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci karena merupakan bagian dalam memngagungkan
kalamullah jangan ia membaca Al-Qur’an saat ia dalam keadaan junub sampai ia mandi janabah jika
ia mampu untuk mandi dan mendapatkan air atau bertayammum, jika tidak mendapatkan air atau
bagi yang tidak bisa terkena air disebabkan sakit hendak ia bertayammun dan senantiasa berdzikir
kepada Allah dan berdoa ketika membaca ayat ayat yang didalamnya ada dzikir, dikecualikan para
ulama boleh membaca doa atau dzikir walaupun ia tidak dalam keadaan suci tetapi ia tidak
meniatkan untuk membaca Al-Qur’an akan tetapi ia mengambil lafadz doa dan dzikir dari Al-Qur’an.

4. Tidak membaca Al-Qur’an ditempat yang kotor karena dikhawatirkan akan menjadi bagian
menghinakan Al-Qur’an, tidak boleh seseorang membaca Al-Qur’an didalam toilet atau ditempat
dimana seseorang membuang hajat.

5. Ber istiadza meminta perlidungan kepada Allah dari syaitan

Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wata’ala:

‫ان َفٱسْ َتع ِْذ ِبٱهَّلل ِ م َِن ٱل َّش ْي ٰ َط ِن ٱلرَّ ِج ِيم‬


َ ‫َفإِ َذا َق َر ْأتَ ْٱلقُرْ َء‬

“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk”.(QS. An-Nahl : 98). Mengapa demikian karena diantara perkara yang paling
dibenci oleh syaithan adalah membaca Al-Qur’an dan syaithan berusaha menghalangi kita dari
membaca Al-Qur’an, maka dari itu Allah memerintahkan kepada kita untuk berlindung dari godaan
syaithan ketika hendak membaca Al-Qur’an. Dengan membaca 2 macam taawudz agar syaithan tidak
memalingkan kita dari membaca Al-Qur’an. Adapun membaca basmalah ketika kita membaca dari
awal surah maka kita diperintahkan membaca basmalah setelah beristiadza kecuali diawal surah At
Taubah adapun dipertengahan surah diberikan pilihan bagi pembacanya apakah membaca istiadza
atau membaca istiadza kemudian basmalah lalu masuk membaca ayat.

6. Hendaknya ketika ia membaca Al-Qur’an ia memperindah suaranya tanpa memberat – beratkan


diri sebagian orang ada yang memperindah suaranya dengan berlebihan sehingga merusak
bacaannya itu sendiri, sebaik baik membaca Al-Qur’an adalah membaca dengan sesuai yang Allah
dan Rasulullah tuntunkan. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak mendengar suara seorang Nabi melainkan Dia
mendengar suara seorang Nabi yang membaca Al-Quran dengan suara yang indah.” (HR. Bukhari).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang qari’ yang membaca Al Quran dengan suara
indah dan merdu. Beliau memang tidak bisa baca, dan tulis, dan langsung belajar Al Quran secara
talaqqi dari Malaikat Jibril. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan
terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan suroh Al Fath. Pantaslah ketika
dahulu para sahabat berjamaah dengan Rasul, ayat-ayat yang panjang tidak menyurutkan mereka
untuk tetap setia mengisi shaf yang ada.

Ketika kita membaca Al-Qur’an ada yang istrahat atau ada yang dimasjid berdzikir maka janganlah
mengeraskan suara kita yang bisa menganggu mereka, hal ini pernah terjadi dizaman Rasulullah,
ketika para sahabat membaca Al-Qur’an dalam masjid dan ada yang meninggikan suaranya maka
Rasulullah keluar dari kamarnya dan menjumpai mereka, beliau berkata:”Sesungguhnya orang yang
sholat itu bermunajah kepada tuhannya, hendaknya janganlah salah seorang diantara kalian
menjaharkan suara pada sebahagian yang lain (jangalah ia menjaharkan suaranya sampai ia
mengganggu orang lain_Penj)“, kecuali ketika sendiri atau mengajarkan kepada anak-anak dan
keluarga kita maka hal itu tidak mengapa.

7. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:

َ ْ‫أَ ْو ِز ْد َعلَ ْي ِه َو َر ِّت ِل ْالقُر‬


‫آن َترْ تِياًل‬

“Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil”. (QS. Al-Muzzamil :4).


Yang dimaksud membaca dengan tartil adalah membaca dengan perlahan – lahan tanpa tergesa –
gesa dan dipercepat karena membaca dengan tartil akan mempermudah bagi kita mengetahui
makna dan tadabburnya, dan kita memberikan hak pada setiap hurufnya.

Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan: “Membaca
huruf dengan tajwid  (memberikan huruf pada setiap haknya)”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ْ‫ْس ِم َّنا َمنْ لَ ْم َي َت َغنَّ ِب ْالقُر‬


‫آن‬ َ ‫لَي‬

“Barangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al-Qur’an, maka ia bukan dari
golongan kami.” (HR. Abu Daud no. 1469 dan Ahmad 1: 175.).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

‫آن ِبأَصْ َوا ِت ُك ْم‬


َ ْ‫َز ِّي ُنوا ْالقُر‬

“Hiasilah Al- Qur’an dengan suara-suara kalian.” (HR. Abu Dawud dan Al-Nasa’i).

yang dimaksud adalah memperhatikan hukum – hukum dalam membaca Al – Qur’an.

8. Hendaknya ketika ia membaca Al-Qur’an dan ia membaca tilawah atau ayat ayat sujud sajadah
maka hendaklah ia sujud karena disunnahkan sujud ketika mendapatkan ayat sujud dan disunnahkan
dihari jumat membaca surah As Sajadah pada rakaat pertama dan didalam surah As Sajadah ada
perintah untuk sujud, begitupun dengan ayat yang lain yang terdapat dalam beberapa surah, apabila
menemukan ayat sujud maka hendaklah ia sujud dan pada rakaat kedua disunnahkan membaca
surah Al Insan karena ayat ini menceritakan penciptaan manusia, hari kiamat yang terjadinya pada
hari jumat.

2. Mengapa ketika dibacakan Al-Qur'an kita diperintahkan diam?

Jawab :

karena agar kamu sekalian di rahmati.. terdapat dalam QS Al A'raf ayat 204 yang berbunyi "Dan
apabila dibacakan al quran maka dengarkanlah dan diamlah dengan tenang agar kalian semua
dirahmati"

3. Tulislah beberapa ayat yang memerintahkan kita untuk membaca Al-Qur'an!

Jawab :

Surah Al Baqarah 121

)121( ‫ُون‬ َ ‫ون ِب ِه َو َمنْ َي ْكفُرْ ِب ِه َفأُولَ ِئ‬


َ ‫ك ُه ُم ْال َخاسِ ر‬ َ ‫اب َي ْتلُو َن ُه َح َّق ِتاَل َو ِت ِه أُولَ ِئ‬
َ ‫ك ي ُْؤ ِم ُن‬ َ ‫ِين آ َت ْي َنا ُه ُم ْال ِك َت‬
َ ‫الَّذ‬
Di antara Ahli Kitab yaitu orang-orang yang mengikuti kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-
nabi-Nya, seperti orang Yahudi mengikuti kitab Taurat, orang Nasrani mengikuti kitab Injil dan
sebagainya, ada yang benar-benar membaca kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka dengan
bacaan yang benar-benar tidak diikuti oleh keinginan dan hawa nafsu mereka. Mereka membacanya
dengan bacaan yang sebenarnya dengan memahaminya sepenuh hati, tidak menakwilkan atau
menafsirkannya menurut keinginan diri sendiri, tidak menambah, mengurangi atau merubahnya.

Menurut Ibnu Masud dan Ibnu Abbas: membaca dengan bacaan yang sebenarnya ialah
menghalalkan yang dihalalkannya, mengharamkan yang diharamkannya, membacanya seperti
diturunkan Allah, tidak merubah-rubah atau memalingkan perkataan dari tempat yang semestinya
dan tidak menakwilkan sesuatu dari kitab itu dengan takwil yang bukan takwilnya.

Allah swt. menjelaskan dalam firman-Nya yang lain yang dimaksud dengan bacaan yang sebenarnya.
Firman Allah:

)107( ‫ان سُجَّ ًدا‬ َ ُّ‫ِين أُو ُتوا ْالع ِْل َم مِنْ َق ْبلِ ِه إِ َذا ُي ْتلَى َعلَي ِْه ْم َيخِر‬
ِ ‫ون لِأْل َ ْذ َق‬ َ ‫إِنَّ الَّذ‬
Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Alquran dibacakan kepada
mereka, niscaya mereka tersungkur atas muka sambil bersujud. (Q.S Al Isra’: 107)

Dan firman Allah:


ِ ‫ان فِي َقصَصِ ِه ْم عِ ب َْرةٌ أِل ُولِي اأْل َ ْل َبا‬
‫ب‬ َ ‫لَ َق ْد َك‬
Artinya:

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. (Q.S Yusuf: 111)

Dari ayat-ayat di atas dipahamkan bahwa semua kitab Allah yang diturunkan kepada hamba-hamba-
Nya merupakan pengajaran bagi mereka yang tujuannya untuk memimpin dan memberi petunjuk ke
jalan yang lurus. Karena itu wajib para hamba Allah membaca dengan sebenar-benarnya, berulang-
ulang, berusaha memahami pimpinan dan petunjuk Allah di dalamnya.

Firman Allah swt.:

ْ ‫ان مِنْ عِ ْن ِد َغي ِْر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬


)82( ‫اخ ِتاَل ًفا َكثِيرً ا‬ َ ‫أَ َفاَل َي َتدَ َّبر‬
َ ْ‫ُون ْالقُر‬
َ ‫آن َولَ ْو َك‬
Artinya:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran. Kalau kiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya. (Q.S An Nisa’: 82)

Dan firman Allah swt.:

)24( ‫ب أَ ْق َفالُ َها‬


ٍ ‫آن أَ ْم َعلَى قُلُو‬ َ ‫أَ َفاَل َي َت َد َّبر‬
َ ْ‫ُون ْالقُر‬
Artinya:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran atau hati mereka terkunci? (Q.S Muhammad:
24)

Dari ayat-ayat di atas dipahamkan bahwa membaca Alquran dengan tidak memperhatikan maksud
dan maknanya, menafsirkannya dengan sekehendak hati adalah sama dengan membaca Al-Kitab
oleh ahli Kitab.

4. Tulislah 5 macam hukum bacaan yang terdapat pada surah Al-A'raf [7] ayat 204!

Jawan :

1. Mad thabi'i (mad asli)

Yaitu alif mati sebelumnya ada huruf yang berbaris fatah, cara bacanya dibaca panjangnya 2 harakat.

2. Tarqiq

Yaitu huruf ra barisnya kasrah, cara membacanya huruf ra dibaca tipis.

3. Alif lam qomariyyah


Yaitu alif lam bertemu dengan qof hamzah (huruf Qomariyyah), cara membacanya lam mati dibaca
jelas.

4. Tafhim

Yaitu Ra mati sebelumnya ada baris dhammah, cara membacanya huruf ra mati dibaca tebal.

5. Mad badal

Hamzah berbaris vertikal, Yaitu pengganti dari huruf yang semula bertemu dengan hamzah mati di
hadapannya, baris vertikal itu pengganti dari huruf yang semula, panjangnya dibaca 2 harakat.

5. Apa arti dari kalimat ‫يم‬ ِ ‫أَع ُْو ُذ ِباهَّلل ِ م َِن ال َّش ْي َط‬
ْ ِ ‫ان الرَّ ِج‬
Jawab :

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.” 

Anda mungkin juga menyukai