Anda di halaman 1dari 11

Nursing Science Journal (NSJ) p-ISSN: 2722-4988

Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 e-ISSN : 2722-5054


Hal 29-35

PENERAPAN KOMPRES HANGAT DALAM MENURUNKAN HIPERTERMIA PADA


ANAK YANG MENGALAMI KEJANG DEMAM SEDERHANA
Nova Ari Pangesti 1, Bayu Seto Rindi Atmojo 2 Kiki A3

Akademi Keperawatan Pemkab Purworejo


Purworejo, (0275) 3140576
E-mail : nopheexcellent@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi akibat kenaikkan suhu
mencapai 38ºC, karena proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia dibawah 5 tahun. Kejang
demam sederhana merupakan kejang bersifat umum berlangsung beberapa detik dan kurang dari 15
menit. Tujuan: untuk menganalisa suhu partisipan yang mengalami hipertermi dengan diberikan
kompres hangat di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Metode: Penelitian menggunakan metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus. Subjek dalam penelitian ini 2 orang pasien anak dan keluarganya
yang mengalami kejang demam sederhana. Hasil: setelah dilakukan pemberian kompres hangat pada
partisipan 1 dan partisipan 2 selama 3 hari menunjukkan bahwa suhu partisipan 1 menurun dari 38.5 °C
menjadi dari 36.3°C dan partisipan 2 juga menurun dari 38.2°C menjadi 37.0°C. Kesimpulan:
Pemberian kompres hangat merupakan tindakan yang efektif untuk menurunkan suhu pada partisipan
yang mengalami hipertermi.

Kata kunci : Kejang Demam, Hipertermi, Kompres Hangat

ABSTRACT

Background: Febrile seizures are seizures that occur due to temperature increases reaching 38ºC,
because the extracranium process, usually occurs at the age of under 5 years. Simple febrile seizures
are generic seizures lasting several seconds and less than 15 minutes. Objective: to analyze the
temperature of participants who have hyperthermia by giving a warm compress at RSUD Dr.
Tjitrowardojo Purworejo. Methods: The study used a descriptive method in the form of case studies.
The subjects in this study were 2 pediatric patients and their families who experienced simple febrile
seizures. Results: after giving warm compresses to participant 1 and participant 2 for 3 days showed
that the temperature of participant 1 decreased from 38.5 ° C to 36.3 ° C and participant 2 also
decreased from 38.2 ° C to 37.0 ° C. Conclusion: Giving warm compresses is an effective action to
reduce temperature in participants who experience hyperthermia.

Keywords : Febrile Convulsion, Hyperthermia, Warm Compress

29
Latar Belakang sampai
Masa anak merupakan masa 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur
pertumbuhan dan masa perkembangan yang
dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia
bermain/oddler (1-1,5 tahun), dan pra-sekolah
(2.5-5 tahun). Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak biasanya rentang sakit
(Aziz, 2005). Para ahli menggolongkan usia
balita pada usia pra-sekolah 3 - 4 tahun
sebagai tahapan perkembangan anak yang
cukup rentan terhadap berbagai serangan
penyakit dan penyakit yang sering dijumpai
adalah penyakit infeksi (Wong, 2009).
World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa hasil studi yang dilakukan
pada 400 anak usia 1 bulan – 13 tahun dengan
riwayat kejang, paling banyak anak menderita
kejang demam 77%. Di Indonesia dilaporkan
pada tahun 2012 – 2013 angka kejadian
kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6
bulan – 5 tahun (Wibisono,2015).
Di RSUD Dr. Tjitrowardojo
dilaporkan angka kejadian kejang demam
pada usia 1 – 5 tahun di tahun 2016-2017
dari 162 menjadi
172. Kejang demam sangat dipengaruhi oleh
faktor usia, hampir tidak pernah ditemukan
sebelum usia 6 bulan dan setelah 6 tahun
(Hull, 2008).
Kejang demam merupakan bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38ºC,
yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3
bulan – 5 tahun (Sujono & Suharsono, 2010).
Kejang demam merupakan kelainan
neurologist yang paling sering dijumpai pada
anak, terutama pada anak umur 6 bulan
30
dibawah 5 tahun pernah menderita kejang bahwa
demam (Ngastiyah, 2014). Kejang demam pada keadaan demam kenaikan suhu 1ºC akan
mengakibatkan tersebut salah satunya
dibagi menjadi dua yaitu kejang demam
kenaikan dengan kompres (Sri
sederhana dan kejang demam kompleks.
metabolisme basal P, dkk, 2008). Sri dan
Menurut Riyadi, (2013) kondisi yang
10- 15% dan Winarsih (2008) yang
menyebabkan kejang demam antara lain :
kebutuhan oksigen melaporkan penelitian
infeksi yang mengenai jaringan ektrakranial
meningkat 20%. Swardana, dkk (1998)
seperti tonsilitis, ototis media akut, bronkitis.
Kenaikan suhu menyatakan bahwa
Adapun menurut IDAI, (2013) penyebab
tubuh tertentu dapat menggunakan air
terjadinya kejang demam, antara lain: obat-
mempengaruhi dapat memelihara
obatan, ketidakseimbangan kimiawi seperti
keseimbangan dari suhu tubuh sesuai
hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis,
membrane sel dengan fluktuasi suhu
demam, patologis otak, eklampsia (ibu yang
neuron dan dalam tubuh pasien.
mengalami hipertensi prenatal, toksimea
waktu yang singkat Kompres hangat
gravidarum). Sejalan menurut Airlangga
terjadi difusi dari dapat menurunkan
Universty Press (AUP), (2015) dimana
ion kalium dan suhu tubuh melalui
kejang demam (febris convulsion/stuip/step)
natrium dari proses evaporasi.
yaitu kejang yang timbul pada waktu demam
membrane tadi, Hasil penelitiaannya
yang tidak disebabkan oleh proses di dalam
akibat lepasnya Swardana, dkk (1998)
kepala (otak: seperti meningitis atau radang
muatan listrik. yang berjudul
selaput otak, ensifilitis atau radang otak)
Lepasnya muatan pengaruh kompres
tetapi diluar kepala misalnya karena ada nya
listrik ini demikan hangat terhadap
infeksi di saluran pernapasan, telinga atau
besar sehingga perubahan suhu tubuh
infeksi di saluran pencernaan. Biasanya
dapat meluas menunjukkan adanya
dialami anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
keseluruh sel perbedaan efektifitas
Kejang demam dibagi menjadi dua
maupun membrane kompres dingin dan
yaitu kejang demam sederhana dan kejang
sel tetangganya kompres hangat
demam kompleks. Anak-anak yang
dengan bantuan dalam menurunkan
mengalami kejang demam sederhana tidak
neurotransmitter suhu tubuh.
memiliki peningkatan resiko kematian. Pada
dan terjadilah Kompres
kejang demam kompleks yang terjadi
kejang. hangat telah diketahui
sebelum usia 1 tahun, atau dipicu oleh
Pada anak mempunyai manfaat
kenaikan suhu < 39ºC dikaitkan dengan
yang panas perawat yang baik dalam
angka kematian 2 kali lipat selama 2 tahun
sering melakukan menurunkan suhu
pertama setelah terjadinya kejang
kegiatan untuk tubuh anak yang
(Wulandari & Erawati, 2016).
penurunan panas mengalami panas
Okti S, dkk (2008) menyatakan
31
tinggi di rumah Dengan kompres Berdasark penelitian ini
sakit karena hangat an paparan di adalah dua orang
menderita berbagai menyebabkan atas, penulis klien 2 orang
penyakit infeksi. suhu tubuh tertarik pasien anak dan
Sri dan Winarsih diluaran akan membahas keluarganya yang
(2008) yang terjadi hangat mengenai mengalami kejang
melaporkan sehingga tubuh penerapan demam sederhana.
penelitian tahun akan kompres hangat Pelaksanaan
(2002) oleh Tri menginterpretasik dalam pengumpulan data
Redjeki an bahwa suhu menurunkan dilakukan di Ruang
menyatakan bahwa diluaran cukup hipertermia pada Tulip bangsal anak
kompres hangat panas, akhirnya anak yang RSUD Dr.
lebih banyak tubuh akan mengalami Tjitrowardojo
menurunkan suhu menurunkan kejang demam Purworejo pada
tubuh kontrol pengatur sederhana . An. A yang pada
dibandingkan suhu di otak tanggal 28 Januari
dengan kompres supaya tidak Metode 2019 – 30 Januari
air dingin, karena meningkatkan Desain 2019, dan
akan terjadi suhu pengatur penelitian ini partisipan 2 yaitu
vasokontriksi tubuh, dengan adalah deskriptif, An. H yang
pembuluh darah, suhu diluaran dalam bentuk dilakukan tanggal
pasien menjadi
hangat akan studi kasus yang 31 Januari 2019 –
menggigil.
membuat mengeksplor 02 Februari 2019
pembuluh darah penerapan Pengumpul
tepi dikulit kompres hangat an data tentang
melebar dan dalam penerapan kompres
mengalami menurunkan hangat dalam
vasodilatasi hipertermia pada menurunkan
sehingga pori – anak yang hipertermia pada
pori kulit akan mengalami anak yang
membuka dan kejang demam mengalami kejang
mempermudah sederhana. demam
pengeluaran Subyek dala sederhana, yaitu:
1. Observasi mengobservasi
panas. Sehingga
Dalam atau melihat
akan terjadi
penelitian ini, keadaan umum
perubahan suhu
penulis partisipan
tubuh.
32
dengan wawancara data atau informasi dengan mengukur
pemeriksaan tidak yang diperoleh suhu tubuh setelah
fisik (dengan terpimpin dan dalam penelitian diberikan kompres
pendekatan wawancara sehingga hangat.
IPPA : terpimpin. menghasilkan data
inspeksi, 4. Dokumentasi dengan validitas Hasil
palpasi, Dokumentasi tinggi. Triangulasi An. A
perkusi, dan yang dalam penelitian ini berusia 1 tahun 6
auskultasi). dilakukan oleh menggunakan bulan mengalami
2. Pengukuran penulisyaitu triangulasi kejang demam
Dalam pendokumenta observasi, yaitu pertama kali dan
penelitian ini, si hasil hasil pengukuran partisipan An. H
penulis pengkajian, post test dan berusia 2 tahun
triangulasi waktu,
mengukur analisa data, mengalami kejang
yaitu dilakukan
menggunakan diagnosa demam pertama
alat ukur keperawatan, kali. An. A dan
pemeriksaan, rencana An. H berjenis
seperti keperawatan, kelamin laki – laki
melakukan tindakan dan diagnosa saat
pengukuran keperawatan, dirawat adalah
TTV dan evaluasi kejang demam
khususnya dari tindakan. sederhana.
suhu tubuh. Instrumen Dari hasil
3. Wawancara pengumpulan data partisipan I
Dalam yang meliputi: menunjukkan
penelitian ini 1. Memberikan bahwa keluhan
wawancara kompres hangat utama pada An. A
yang dengan yaitu ibu An. A
dilakukan menggunakan mengatakan anak
dengan SOP Rumah mengalami demam
menggunakan Sakit. dan kejang (±10
wawancara. 2. Thermometer menit), sedangkan
aksila
Wawancara hasil dari partisipan
Uji
jenis ini II pada An. H ibu
keabsahan data
merupakan An. H mengatakan
dimaksudkan untuk
kombinasi anaknya demam,
menguji kualitas
dari muntah ±5 kali dan
33
anak mengalami pemberian bahwa suhu tubuh sebelum
kejang (± 3 antipiretik, cepat turun jika diberikan terapi
menit). partisipan 2 : dilakukan kompres hangat
Dari hasil Tidak dilakukan pemberian kompres Pada
pemeriksaan tindakan kompres hangat ditambah Tn S sebelum
kedua pertisipan hangat, hanya dengan obat dilakukan
ibu partisipan diberikan obat antipiretik daripada tindakan
mengatakan An. antipiretik. Jadi, tidak diberikan keperawatan
A dan An. H terdapat kompres hangat. skala nyeri
sebelum perbedaan Didapatkan hasil yang dirasakan
mengalami penurunan suhu pada An.A suhu yaitu 4.
kejang partisipan pada partisipan 1 tubuh awal 38.2°C Sedangkan
didahului dan partisipan 2. setelah dilakukan pada Tn W
mengalami Pada partisipan 1 kompres hangat skala nyeri
peningkatan suhu yang diberi ditambah dengan awal yang
tubuh dengan tindakan kompres obat antipiretik terasa skala 3.
suhu tubuh hangat dan selama tiga hari Kejang
An. A pemberian menjadi 36.3°C, demam adalah
(38.5°C) dan An. antipiretik selama telah terjadi serangan
H (38.2°C). 3 hari didapatkan penurunan kejang yang
Implemen hasil suhu tubuh ±1.9°C. sedangkan terjadi karena
tasi yang di partisipan 1 turun pada An. H yang kenaikan suhu
Memberikan ±1.9°C, tidak dilakukan tubuh yaitu di
kompres hangat : sedangkan pada kompres hangat atas 38ºC yang
partisipan 1 : partisipan 2 yang tetapi hanya sering
Dilakukan hanya diberi obat dengan obat dijumpai pada
tindakan kompres antipiretik selama antipiretik suhu usia anak
hangat saat suhu 3 hari didapatkan awal 38.5°C dibawah lima
tubuh masih hasil suhu selama tiga hari tahun
tinggi dan tubuh partisipan 2 menjadi 37.0°C, (Subiyanto,
turun ±1.5°C.
telah terjadi 2010).
Evaluasi dilakukan kompres
penurunan Menuru
dari hasil hangat dengan
±1.5°C. t Analisa
perbandingan partisipan II (An.
peneliti
implementasi H) yang tidak
Pembahasan masalah
antara partisipan I dilakukan kompres
1. Gambaran hipertermi
(An. A) yang hangat adalah
suhu tubuh yang muncul
34
pada An. H hari pertama tumbuh kembang, ditangani dengan
karena anak sulit konsentrasi, baik oleh orang
demam,
sudah terjadi hambatan dalam tua, maka resiko
serangan
aktivitas sehari-
infeksi pertama terjadi kejang
sehari seperti
didalam jarang sekali demam berulang
sekolah, bermain,
tubuhnya hal terjadi pada sangat besar.
dll. Selain itu
ini didukung usia < 6 bulan Oleh karena itu
kejang demam
juga dari atau > 3 orang tua perlu
dapat
pemeriksaan tahun. Gejala: diberikan
menyebabkan
laboratorium anak tidak pemahaman
kerusakan pada
yang terjadi sadar, kejang tentang
otak dan
peningkatan tampak tatalaksana
menimbulkan
leukosit sebagai penanganan
epilepsi.
(18.2) batas gerakan- demam seperti
Menurut Taslim,
normal gerakan kompres hangat.
(2013) kejang
(6.0 – 17.5). seluruh 2. Gambaran
Kejang demam yang di
tangan dan Intensitas nyeri
demam, terjadi perkirakan
pada setelah dierikan
kaki yang setiap tahun nya relaksasi nafas
terjadi dalam terjadi pada dalam
waktu sangat anak sebagian Didapat
singkat besar kan hasil pada
Demam
mengalami An.A suhu
atau panas pada
komplikasi tubuh awal
anak itu
epilepsi. Di 38.2°C setelah
umumnya justru
indonesia dilakukan
dibutuhkan
sebagai salah sendiri kompres
satu bentuk komplikasi yang hangat
perlawanan terjadi karena ditambah
tubuh terhadap kejadian kejang dengan obat
infeksi. Tetapi demam berupa antipiretik
apakah ada sisi kejang berulang, selama tiga
negatifnya. epilepsi, dan hari menjadi
Kerugian yang
hemiparese. 36.3°C, telah
bisa terjadi
Saat anak terjadi
akibat demam
terjadi kejang penurunan
antara lain
demam tidak ±1.9°C.
gangguan

35
sedangkan selama tiga hangat yang berjudul
Efektifitas
pada An. H hari menjadi dilakukan pada
suhu awal 37.0°C, telah leher, kedua
38.5°C axila, kedua
terjadi benar yaitu selangkangan,
penurunan menggunakan air dan kedua
±1.5°C. hangat karena jika lipatan lutut
Kompres menggunakan air bagian dalam,
hangat hangat maka akan dimana area
diberikan terjadi pelebaran tersebut terdapat
dengan waktu pembuluh darah pembuluh darah
30 menit yang akan yang besar
dengan suhu menyebabkan sehingga akan
air hangat ±34 lancarnya cepat dalam
ºC - 37 ºC. pembuluh darah memberikan
Kompres dan cepatnya atau
hangat pengeluran kringat menghantarkan
diberikan 2 sehingga suhu sinyal ke
jam sebelum tubuh cepat turun. hipotalamus
pemberian Menurut untuk
terapi obat Purwanti, (2008) meningkatkan
parasetamol. cit Mohamad, penguapan dan
Kompr (2011) tindakan menurunkan
es hangat memberikan suhu tubuh.
tindakan kompres hangat Hal ini
melapisi pada pasien menyatakan
permukaan bertujuan bahwa
kulit dengan menurunkan suhu keefektifan
handuk yang tubuh melalui kompres hangat
telah dibasahi proses evaporasi, untuk mengatasi
air hangat yaitu hilangnya demam
dengan panas dengan dikemukakan
temperatur proses keluarnya oleh Fatmawati
30oC-35oC keringat di bagian Mohamad
(Maling, kulit tersebut (2012) dalam
2012). menguap. jurnal
Kompres yang Tindakan kompres penelitiannya
36
Kompres nnya Sri 37,9°C tindakan yang
Air Purwanti sehingga efektif untuk
Hangat (2008) membukti menurunkan suhu
Terhadap yang kan ada pada partisipan
Penuruna menyatakan pengaruh yang mengalami
n Suhu pengaruh kompres hipertermi.
Tubuh kompres hangat
hangat terhadap Ucapan Terima
Anak Kasih
terhadap perubahan
Demam, Dalam hal
perubahan suhu
mengem ini penulis
suhu tubuh tubuh
ukakan mengucapkan
pada pasien dengan
bahwa terima kasih
anak dengan nilai P =
tindakan kepada Direktur
hipertermi. 0,001.
alternatif Akper Pemkab
Sejal
yang Purworejo dan
an dengan Kesimpulan
Ketua Lembaga
penelitian Berdasa
paling
Penelitian dan
terdapat rkan
Pengabdian
efektif rerata suhu penjelasan di
Masyarakat yang
tubuh pasien atas, dapat
untuk telah memberikan
sebelum disimpulkan
dukungan moril
dilakukan bahwa
mengatas
maupun materiil
tindakan pemberian
i
dalam
kompres kompres
hiperter
penyelesaian
hangat hangat
mi
publikasi ini.
sebesar merupakan
adalah 38,9°C, dan Daftar Pustaka , 2010.
dengan setelah Pengaruh
Brunner & Pemberian
cara mendapat Suddarth. Kompres
2013. Hangat
mengom perlakuan Keperawat Terhadap
pres air kompres an Penurunan
Medikal- Suhu Badan
hangat. hangat Bedah. Pada
Disampi selama 10 Jakarta : Balita.
EGC
ng itu menit
Attila Dewanti,
sesuai menjadi Aminatul Fatayati dkk, 2012.
& Umu Kejang
dengan berubah Hani Edi Demam
penelitia sebesar Nawangsih Dan Faktor
37
Yang Anak. Sari No. 6. Ngastiyah, 2014.
Mempeng Pediatri, Perawatan
aruhi Vol. 12, Jenyfer P.
Anak Sakit
Rekurensi No. 3. Kakalang,
/
. Sari Fatmawati dkk, 2016.
Ngastiyah ;
Pediatri, Mohamad, Profil
editor,
Vol. 14, 2012. Kejang
Setiawan –
No. 1. Efektifitas Demam.
Jakarta :
Kompres Jurnal e-
EGC.
Carison, dkk, Hangat Clinic
2018. Dalam (eCI), Vol. Okti Sri Purwanti
Tatalaksa Menurunk 4, No. 2, & Arina
na an Juli – Maliya,
Terkini Demam. Desember 2008.
Demam Jurnal 2016. Kegawatda
Pada Health and ruratan
Anak. Melda Deliana,
Sport – Kejang
Jurnal 2002. Tata
ejournal.un Demam
Kedoktera Laksana
g.ac.id Pada
n Meditek Kejang
Anak.
Vol. 24, Hidayat, A. Aziz Demam
Journal
No. 67, Alimul. Pada
Berita Ilmu
Juli – 2005. Anak. Sari
Keperawat
Sept Pengantar Pediatri,
an, Vol. 1,
2018. Ilmu Vol.4, No.
No. 2.
keperawat 2,
Fadil & Akmal an Anak, September Reva Indriyani,
Hasan, Edisi 1. 2002 : 59 2017.
2018. Salemba – Asuhan
Pengaruh Medika : 62. Keperawat
Kompres Jakarta. an Pada
Hangat Anak yang
Terhadap Mengalami
Perubaha IDAI. (2013). Kejang
n Suhu Kejang Demam Demam
Tubuh Anak, (Online). Dengan
Pada Http:www. Hipertermi
Pasien idai.or.id/m a.
Febris. ain.php.pdf
Jurnal > (diakses
Ilmiah pada Riyadi &
Kesehatan tanggal 29 Ratnanings
Pencerah Juni 2018). ih. (2013).
ISSN Tumbang
2089- Inke Nadia cara
9394, Diniyanti praktis
Vol. 1. Lubis & untuk
No. 2. Chairuddin memantau
Panusunan pertumbuh
Fuadi, dkk, 2010. Lubis. an dan
Faktor Penangan perkemban
Resiko an Demam gan anak.
Bangkita Pada Yogyakart
n Kejang Anak. Sari a : Pustaka
Demam Pediatri, Pelajar.
Pada Vol. 12,
38
Sri Hartini & ISSN
Putri 1979-
Pandu 2697,
Pertiwi, Vol. 1.
2015. No. 2.
Efektifita
s Subiyanto (2010).
Kompres Asuhan
Air Keperaw
Hangat atan
Terhada Anak
p Dengan
Penurun
an Suhu Demam
Tubuh (http://teg
Anak uhsubiant
Demam o.blogspo
Usia 1-3 t.com,
Tahun diakses
Di SMC 29 Maret
RS 2020)
Telogore
jo
Semaran
g. Karya
Ilmiah –
ejournal.
stikestelo
gorejo.ac
.id
Sri Purwanti &
Winarsih
Nur
Ambarw
ati, 2008.
Pengaru
h
Kompres
Hangat
Terhada
p
Perubah
an Suhu
Tubuh
Pada
Pasien
Anak
Hiperter
mia.
Jurnal
Berita
Ilmu
Keperaw
atan

39

Anda mungkin juga menyukai