KEPERAWATAN SISTEM
PERSYARAFAN
KOMPETENSI
Kompetensi yang dicapai meliputi kompetensi standar, inti dan dasar.
Kompetensi Standar
Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, menguasai dan mengimplementasikan
teori; konsep dan prinsip asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
persyarafan dengan berbagai penyebab patologis seperti peradangan/infeksi,
kongenital, neoplasma dan trauma di tataran praktik laboratorium.
Kompetensi Inti
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
persyarafan
Kompetensi Dasar
Memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan komprehensif pada gangguan
sistem persyarafan berserta aspek etik dan hukum pelayanan keperawatan
tentang:
1. Pemeriksaan fisik sistem persyarafan
2. Pemeriksaan miningeal sign
3. Pemeriksaan nervus cranial
4. Pengukuran kekuatan otot
5. Pemeriksaan sensorik
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktik laboratorium, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tindakan keperawatan pada gangguan sistem persyarafan
2. Menjelaskan tujuan dan indikasi tindakan keperawatan pada gangguan sistem
persyarafan
3. Menjelaskan tindakan keperawatan yang diindikasikan pada gangguan sistem
persyarafan
4. Menjelaskan persiapan alat; pasien dan lingkungan atas tindakan keperawatan
pada gangguan sistem persyarafan
5. Mendemonstrasikan tindakan keperawatan pada gangguan sistem persyarafan
sesuai prosedur yang benar sesuai dengan capaian kompetensi
6. Mendemonstrasikan ulang dengan benar tindakan keperawatan beserta proses
MODUL PRAKTIK LABORATORIUM
keperawatan pada gangguan sistem persyarafan dalam proses ujian praktik
MODUL PRAKTIK LABORATORIUM
Penilaian atribut softskill yang digunakan pada pencapaian kompetensi afektif ini tersusun dalam matrik berikut ini:
Tabel 1. Matrik Penilaian Atribut Soft Skill
ATRIBUT SKOR
No DEFINISI INDIKATOR
SOFTSKILL 1 2 3 4
1 Kedisiplinan Ketepatan waktu Kehadiran di ruang Tidak hadir Datang terlambat > Datang terlambat 5- Datang tepat waktu
mengikuti kegiatan praktik laboraotirum di ruang lab 15 menit 15 menit
laboratorium
Ketaatan dan kepatuhan Keikutsertaan kegiatan Tidak ikut Meninggalkan Mengikuti kegiatan Mengikuti penuh
mengikuti proses kegiatan praktik laboratorium sampai kegiatan praktik praktik penuh sari 1 semua keg praktik
praktik laboratorium selesai sesuai jadual yang sblm selesai kegiatan laboratorium
ditentukan
Ketaatan dan kepatuhan
melaksanakan tugas Penyerahan tugas praktik Terlambat Terlambat Terlambat 1 Tepat waktu
laboratorium sesuai menyerahkan tugas > menyerahkan tugas menyerahkan tugas 1 menyerahkan tugas
Ketataan dan kepatuhan ketentuan 2 hari 2 hari hari
terhadap tata tertib praktik
laboratorium Mengikuti tata tertib praktik Selalu melanggar Sering melanggar Jarang melanggar Tidak pernah
laboratorium sesuai melanggar
ketentuan
2 Percaya diri Keberanian dan Keberanian melaksanakan Tidak berani tampil Berani tampil Berani tampil Berani tampil
kepercayaan mahasiswa keterampilan & mncoba mencoba/mlakuka mencoba/ mlakukan mencoba/mlakukan
dalam melakukan melakukan kegiatan n kegiatan praktikum kegiatan praktikum
keterampilan praktikum kegiatan praktikum dengan sedikit dg tidak canggung/
dengan canggung/ canggung/ragu/grogi ragu/grogi
3 Partisipasi aktif Keikutsertaan secara aktif Penyampaian pendapat baik ragu/grogi
dalam setiap kegiatan lisan, tulisan melalui
praktikum bertanya, memberikan Tidak pernah jarang sering selalu
jawaban dan penyampaian
ide
4 Kesopanan Sikap menghormati Penunjukkan sikap
sesama menghormati pengajar dan
Tidak pernah jarang sering selalu
teman dalam proses kegiatan
praktikum
5 Menghargai Sikap menghargai sesama Penunjukan sikap
menghargai pendapat dan
masukan pengajar dan teman Tidak pernah jarang sering selalu
dalam proses kegiatan
praktikum
FASILITATOR
Fasilitator praktik laboratorium adalah dosen pembimbing mata kuliah keperawatan
medikal bedah sistem persyarafan, yaitu susilo harianto.
PETUNJUK PRAKTIKUM
Pelaksanaan praktikum dilakukan dalam 1 kelompok kecil dengan masing-masing
mahasiswa melakukan keterampilan sampai mampu melakukan, juga dengan metode
Practice Rahearsal Pears (praktik berpasangan) dengan pentahapan:
1. PJMK membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok dengan jumlah 5-6
mahasiswa/kelompok
2. PJMK menentukan keterampilan/kompetensi yang harus dicapai masing-masing
mahasiswa
3. Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktikum yang dilakukan
4. Fasilitator menentukan pasangan dari masing-masing anggota kelompok
5. Fasilitator menjelaskan prosedur praktik laboratorium
6. Fasilitator menjelaskan konsep tentang tindakan keperawatan yang akan dilakukan
7. Fasilitator mendemonstrasikan tindakan keperawatan sesuai dengan tahapan
prosedur, sementara mahasiswa memperhatikan dengan seksama. Dalam
prosesnya, mahasiswa diberikan kesempatan bertanya.
8. Fasilitator meminta tiap mahasiswa mendemonstrasikan baik secara berpasangan
maupun individu, sementara yang lain memperhatikan sambil melakukan evaluasi,
kemudian berlanjut sampai pada mahasiswa yang terakhir sampai selesai dan
dapat menguasai tindakan keperawatan dengan baik dan benar
9. Fasilitator melakukan tanya jawab dan evaluasi dengan memberikan pencontohan
yang benar
10. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran) sesuai
dengan jadual yang telah disepakati bersama oleh fasilitator, kelompok dan
masing-masing anggota kelompok
b. Tugas Fasilitator
1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada mahasiswa pada awal
pertemuan
2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam kelompok dan individu
setiap melakukan keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan jadual dan
kompetensi yang ditentukan
3. Memberikan penghargaan atas kemampuan yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menyelesaikan tindakan keterampilan keperawatan yang sudah
ditentukan
4. Melakukan evaluasi pada masing-masing mahasiswa terkait dengan
pencapaian keterampilan yang diharapkan
PEMBAGIAN KELOMPOK
Mahasiswa semester 4 terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas 4A (59 mahasiswa) dan 4B (62
mahasiswa). Mahasiswa dibagi menjadi 20 kelompok dengan jumlah 5-7
mahasiswa/kelompok, masing-masing kelas 10 kelompok.
Prasyarat Ujian
Prasyarat ujian sebagai berikut:
1. Telah menyelesaikan proses belajar mengajar (ceramah dan diskusi) pada sub
judul yang sesuai
2. Prosentase kehadiran dalam proses belajar mengajar (ceramah dan diskusi)
mencapai 90%
3. Telah mampu menyelesaikan semua keterampilan yang dilatihkan
4. Telah mengumpulkan tugas yang telah ditentukan
5. Kelompok ujian sama dengan kelompok praktik laboratorium
6. Pelaksanaan ujian sesuai dengan jadual yang ditentukan, dan jika terdapat
halangan baik dari mahasiswa maupun fasilitator maka dapat dilakukan diskusi
untuk penyesuaian
Jadual ujian
Tabel 4. Jadual Ujian Praktik Laboratorium
TANGGAL
JAM (WIB)
6/1/13 7/1/13 8/1/13 9/1/13 10/1/13 13/1/13 14/1/13 15/1/13 16/1/13 17/1/13
07.30-15.00 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16 17,18 19,20 1,2 3,4
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktik laboratorium, mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan hal-hal yang dikaji (dianamnesa) dengan tepat
2. Menyebutkan tujuan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan tepat
3. Melakukan anamnesa pada gangguan sistem persyarafan dengan tepat
4. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan
fisik dengan tepat
5. Menyebutkan dan menyiapkan lingkungan dengan tepat
6. Mendemonstrasikan anamnesa dengan benar
7. Mendemonstrasikan pemeriksaan fisik abdomen: inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi abdomen dengan benar
8. Menyampaikan dan mendokumentasikan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
dengan benar
9. Mengevaluasi proses anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan benar
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Belajar dan latihan mandiri
2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs)
PRASYARAT
Sebelum praktik laboratorium, mahasiswa harus:
1. Menguasai ilmu dasar anatomi fisiologi sistem persyarafan
2. Mempelajari kembali modul praktik laboratorium tentang cuci tangan,
komunikasi pada pasien, etika keperawatan, pemakaian universal precaution.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN
Struktur
Nama sistem saraf berasal dari "saraf", yang mana merupakan bundel silinder serat yang
keluar dari otak dan central cord, dan bercabang-cabang untuk menginervasi setiap bagian
tubuh.[2] Saraf cukup besar untuk dikenali oleh orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno,[3]
tapi struktur internalnya tidaklah dimengerti sampai dimungkinkannya pengujian lewat
mikroskop.[4] Sebuah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa saraf utamanya terdiri
dari adalah akson dari neuron, bersamaan dengan berbagai membran (selubung) yang
membungkus saraf dan memisahkan mereka menjadi fasikel. Neuron yang membangkitkan
saraf tidak berada sepenuhnya di dalam saraf itu sendiri; badan sel mereka berada di dalam
otak, central cord, atau ganglia perifer (tepi).[2]
Seluruh hewan yang lebih tinggi tingkatannya daripada porifera memiliki sistem saraf.
Namun, bahkan porifera, hewan uniselular, dan non-hewan seperti jamur lendir memiliki
mekanisme pensinyalan sel ke sel yang merupakan pendahulu neuron. [5] Dalam hewan
simetris radial seperti ubur-ubur dan hidra, sistem saraf terdiri dari jaringan difus sel
terisolasi.[6] Dalam hewan bilateria, yang terdiri dari kebanyakan mayoritas spesies yang
ada, sistem saraf memiliki stuktur umum yang berasal awal periode Kambrium, lebih dari
500 juta tahun yang lalu.[7]
Sel
Sistem saraf memiliki 2 kategori atau jenis sel: neuron dan sel glia.
Neuron
Sel saraf didefinisikan oleh keberadaan sebuah jenis sel khusus— neuron (kadang-kadang
disebut "neurone" atau "sel saraf").[2] Neuron dapat dibedakan dari sel lain dalam sejumlah
cara, tapi sifat yang paling mendasar adalah bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan sel
lain melalui sinaps, yaitu pertautan membran-ke-membran yang mengandung mesin
molekular dan mengizinkan transmisi sinyal cepat, baik elektrik maupun kimiawi. [2] Setiap
neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi
mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls
dari badan sel ke sel saraf yang lain atau ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu
dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan
lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel
Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi membentuk
selubung mielin. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari
akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang dapat mempercepat
penghantaran impuls.
Bahkan dalam sistem saraf spesies tunggal seperti manusia, terdapat beratus-ratus jenis
neuron yang berbeda, dengan bentuk, morfologi, dan fungsi yang beragam.[8] Ragam
tersebut meliputi neuron sensoris yang mentransmutasikan stimuli fisik seperti cahaya dan
suara menjadi sinyal saraf, dan neuron motorik yang mentransmutasikan sinyal saraf
menjadi aktivasi otot atau kelenjar; namun dalam kebanyakan spesies kebanyakan neuron
menerima seluruh masukan mereka dari neuron lain dan mengirim keluaran mereka pada
neuron lain.[2]
Sel Glia
Sel glia (berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lem") adalah sel non-neuron yang
menyediakan dukungan dan nutrisi, mempertahankan homeostasis, membentuk mielin, dan
berpartisipasi dalam transmisi sinyal dalam sistem saraf.[9] Dalam otak manusia,
diperkirakan bahwa jumlah total glia kasarnya hampir setara dengan jumlah neuron,
walaupun perbandingannya bervariasi dalam daerah otak yang berbeda. [10] Di antara fungsi
paling penting dari sel glia adalah untuk mendukung neuron dan menahan mereka di
tempatnya; untuk menyediakan nutrisi ke neuron; untuk insulasi neuron secara elektrik;
untuk menghancurkan patogen dan menghilangkan neuron mati; dan untuk menyediakan
petunjuk pengarahan akson dari neuron ke sasarannya.[9] Sebuah jenis sel glia penting
(oligodendrosit dalam susunan saraf pusat, dan sel schwann dalam sistem saraf tepi)
menggenerasikan lapisan sebuah substansi lemak yang disebut mielin yang membungkus
akson dan menyediakan insulasi elektrik yang mengijinkan mereka untuk mentransmisikan
potensial aksi lebih cepat dan lebih efisien.
Macam-macam neuroglia di antaranya adalah astrosit, oligodendrosit,mikroglia, dan
makroglia .
2. Langkah-langkah :
AKTIFITAS REFLEKS
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan
refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 = tidak ada respon
1 = hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + )
2 = normal ( ++ )
3 = lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal ( +++ )
4 = hyperaktif, dengan klonus ( ++++)
Refleks-refleks yang diperiksa adalah :
1. Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang
lebih 300. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae)
dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps
femoris yaitu ekstensi dari lutut.
2. Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan
bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa).
Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku),
kemudian dipukul dengan refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi
sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran
gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.
3. Refleks triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps diketok
dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas
olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila
ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas
sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.
4. Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks
ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah
kontralateral.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa
gerakan plantar fleksi kaki.
5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus.
Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah
yang digores.
6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit
traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian
lateral telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi
bagian jantung kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan
dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi
plantar semua jari kaki.
FUNGSI SENSORIK
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara
pemeriksaan sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh
sebab itu sebaiknya dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan
yang lain (tetapi ada yang menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan
karena pasien belum lelah dan masih bisa konsentrasi dengan baik).
Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai
perasaan geli (tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning),
rasa dingin (coldness) atau perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak
jarang keluhan motorik (kelemahan otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp
dan sebagainya) disajikan oleh klien sebagai keluhan sensorik.
Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:
1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada
perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
2. Kapas untuk rasa raba.
3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
4. Garpu tala, untuk rasa getar.
5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti
:Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.
6. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk
pemeriksaan stereognosis
7. Pen / pensil, untuk graphesthesia.
3. Sikap
- Teliti
- Respon terhadap keluhan klien
- Komunikasi therapeutik
- Sopan
PENUTUP
Dibutuhkan kerjasama aktif dari seluruh civitas akademika khususnya direktur, bagian
akademik, koordinator mata kuliah, penanggung jawab laboratorium dan mahasiswa
dalam pelaksanaan praktik laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1 Sistem
Persyarafan. Selain itu kelengkapan hardware maupun software praktik
laboratorium sangat menunjang terlaksananya kegiatan dengan baik, salah satunya
modul yang tersusun ini.
Arief, Y.S., Alit, N.K., Kristiawati, Wahyuni, E.D., 2012. Modul Praktikum
Keperawatan Persyarafan. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. 2005. Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier Sounders. DeGowin RL,
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Mone, PL., Burke,K., 2008. Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In Client
Care. 4th Ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. 1999. Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4th Ed. (Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.
Sherwood, L. 1996. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Terj. Brahm. U. Pendit).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzzane C., dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing.
(Terj. Agung Waluyo). Jakarta: EGC.