Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PPKn

Anggota Kelompok :
1. Amelia Afida Fitrianingrum (02/XI-CI)
2. Hakim Dwisa Hafiluddin (07/XI-CI)
3. Putri Rizqiyah (17/XI-CI)
4. Rizky Amaliyah Putri (21/XI-CI)

TAHUN PELAJARAN 2015/2016


1. Uraikan Pengertian budaya politik!
Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan
norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya
politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang
memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan
penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

2. Uraikan dan jelaskan ciri-ciri budaya politik!


Terdapat pengaturan kekuasaan
Perilaku dari aparat-aparat negara
Proses pembuatan kebijakan pemerintah
Adanya kegiatan partai-partai politik
Adanya gejolak masyarkat terhadap kekuasaan yang memerintah
Mengenai pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat
Adanya budaya politik mengenai masalah legitimasi.

3. Uraikan dan jelaskan tipe-tipe budaya politik!


 Budaya politik parokial : Budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat
rendah. Tipe budaya politik ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala
suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran
yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.
Singkatnya, budaya politik parokial biasanya terdapat pada sistem politik tradisional
dan sederhana dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil. Dengan demikian,
pelaku-pelaku politik belum memiliki pengkhususan tugas. Masyarakat dengan
budaya parokial tidak mengharapkan apa pun dari sistem politik termasuk melakukan
perubahan-perubahan.
Ciri-ciri budaya politik parokial adalah sebagai berikut.
- Budaya politik ini berlangsung dalam masyarakat yang masih tradisional dan
sederhana.
- Belum terlihat peran-peran politik yang khusus; peran politik dilakukan serempak
bersamaan dengan peran ekonomi, keagamaan, dan lain-lain.
- Kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan atau kekuasaan
dalam masyarakatnya cenderung rendah.
- Warga cenderung tidak menaruh minat terhadap objek-objek politik yang luas,
kecuali yang ada di sekitarnya.
- Warga tidak banyak berharap atau tidak memiliki harapan-harapan tertentu dari
sistem politik tempat ia berada.

 Budaya Politik Kaula (subjek) : Budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan
sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif.
Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi
orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek
output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh
pemerintah.
Dengan demikian, secara umum mereka menerima segala keputusan dan
kebijaksanaan yang diambil oleh pejabat yang berwenang dalam masyarakat.
Bahkan, rakyat memiliki keyakinan bahwa apa pun keputusan/ kebijakan pejabat
adalah mutlak, tidak dapat diubah-ubah atau dikoreksi, apalagi ditentang. Prinsip
yang dipegang adalah mematuhi perintah, menerima, loyal, dan setia terhadap
anjuran, perintah, serta kebijakan penguasa.
Ciri-ciri budaya politik kuala (subjek) adalah sebagai berikut:
- Warga menyadari sepenuhnya akan otoritasi pemerintah.
- Tidak banyak warga yang memberi masukan dan tuntutan kepada pemerintah,
tetapi mereka cukup puas untuk menerima apa yang berasal dari pemerintah.
- Warga bersikap menerima saja putusan yang dianggapnya sebagai sesuatu yang
tidak boleh dikoreksi, apalagi ditentang.
- Sikap warga sebagai aktor politik adalah pasif; artinya warga tidak mampu
berbuat banyak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.
- Warga menaruh kesadaran, minat, dan perhatian terhadap sistem politik pada
umumnya dan terutama terhadap objek politik output, sedangkan kesadarannya
terhadap input dan kesadarannya sebagai aktor politik masih rendah.

 Budaya Politik Partisipan : Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang


ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu
memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu
bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman
yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran
pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif
dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran
pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi
mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.
Menurut pendapat Almond dan Verba (1966), budaya politik partisipan adalah suatu
bentuk budaya yang berprinsip bahwa anggota masyarakat diorientasikan secara
eksplisit terhadap sistem sebagai keseluruhan dan terhadap struktur dan proses politik
serta administratif.
Ciri-ciri dari budaya politik partisipan adalah sebagai berikut.
- Warga menyadari akan hak dan tanggung jawabnya dan mampu mempergunakan
hak itu serta menanggung kewajibannya.
- Warga tidak menerima begitu saja keadaan, tunduk pada keadaan, berdisiplin
tetapi dapat menilai dengan penuh kesadaran semua objek politik, baik
keseluruhan, input, output maupun posisi dirinya sendiri.
- Anggota masyarakat sangat partisipatif terhadap semua objek politik, baik
menerima maupun menolak suatu objek politik.
- Masyarakat menyadari bahwa ia adalah warga negara yang aktif dan berperan
sebagai aktivis.
- Kehidupan politik dianggap sebagai sarana transaksi, seperti halnya penjual dan
pembeli. Warga dapat menerima berdasarkan kesadaran, tetapi juga mampu
menolak berdasarkan penilaiannya sendiri.

4. Jelaskan maksud dari komunikasi politik dan sosialisasi politik. Berikan contohnya
masing-masing!
 Komunikasi politik (political communication) : komunikasi yang melibatkan pesan-
pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan,
komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami
sebagai komunikasi antara ”yang memerintah” dan ”yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah
dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan
seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai
neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.
Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan
kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar sosal kenaikan BBM, ini
merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk
menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat
persetujuan DPR.
 Sosialisasi politik : proses dimana individu memperoleh informasi, kepercayaan,
sikap, dan menilai itu dapat membantu mereka untuk memahami aktivitas suatu
sistem politik, dan sebagai bagian dari proses, yang mengadopsisebagian dari
kepercayaan, sikap dan nilai-nilai. Pengarang menunjukkan fakta pentingnya proses
penanaman kepercayaan dan nilai-nilai dariorang-orang menjadi basis untuk suatu
kultur politis masyarakat, dan kultur seperti itu menggambarkan parameter
kehidupan politis dan tindakan pemerintah atau Negara. Tetapi sebagian ahli
membantah bahwa orang-orang itu mempunyai latar belakang sosial serupa,
tingkatan pendidikan atau pendapatan, suatu agama umum, jenis kelamin atau
persaingan ras yang mempunyai pandangan politis yang sebagian besar sama;
karenanya, sosialisasi politis merupakan sifat yang sudah melekat pada nilai-nilai
tersebut dibandingkan dengan suatu proses.
5. Uraikan apa yang kamu ketahui tentang partai politik!
6. Uraikan dan jelaskan budaya politik yang berkembang di Indonesia!
Budaya politik yang berkembang di Indonesia merupakan budaya politik campuran
dimana budaya politik parokial-kaula berpengaruh besar. Di satu pihak, budaya politik
Indonesia masih bersifat parokial-kaula artinya rakyat Indonesia masih ketinggalan dalam
menggunakan hak dan melakukan tanggung jawab politiknya yang mungkin disebabkan
ketertutupan dari budaya luar. Sedangkan di sisi lain bersifat budaya politik partisipan,
artinya para elit politik menunjukkan partisipasi aktifnya daa setiap kegiatan politik.

Dalam masyarakat Indonesia, sifat ikatan primodial masih berakar kuat dimana maih ada
sikap mengutamakan kepentingan daerah, suku, dan agamanya. Seperti pada pemilihan
kepala daerah. Masyarakat cenderung memilih calon yang berasal dari daerahnya (putri
asli daerah) tana melihat kualitas atau kemampuan yang dimiliki.

Budaya politik Indonesia juga cenderung masih memegang kuat peternalisme. Salah satu
indikatornya adalah munculnya sifat bapakisme atau sikap asal bapak senang dalam
setiap hal, yang masih berkembang di tingkatan di bawah tingkat pusat. Misalnya,
sebagian masyarakat cenderung untuk memilih partai politik sesuai dengan pilhan
atasannya dengan tujuan supaya bisa mendapatkan perhatian lebih.

Meskipun tingkat partisipasi politik masyarakat sudah mulai meningkat, bukan berarti
budaya partisipan secara murni telah terwujud. Melainkan budaya tersebut merupakan
campuran antara budaya politik partisipan dengan parokial serta subjek (kaula).

Anda mungkin juga menyukai