Anda di halaman 1dari 4

Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah

Analisis potensi ini bermanfaat bagi manajemen pemerintah daerah maupun calon investor untuk
memberikan pertimbangan mengenai potensi penerimaan yang masih dapat digali dan potensi
keuntungan berinvestasi. Analisis potensi PAD dilakukan untuk mengetahui jenis pajak daerah dan
retribusi daerah tertentu apakah masuk kategori potensial, prima, berkembang, ataukah terbelakang.
Setelah diketahui potensinya tahap berikutnya dapat diambil kebijakan untuk jenis pajak dan
retribusi daerah yang dikategorikan potensial dan berkembang dapat dilakukan intensifikasi dan
ekstentifikasi; untuk kategori prima perlu dilakukan intensifikasi; dan untuk kategori terbelakang
dapat dilakukan peninjauan ulang atau bahkan penghapusan. Untuk memetakan kategori potensial,
prima, berkembang, dan terbelakang perlu dibuat matriks potensi pajak dan retribusi sebagai
berikut:

PROPORSI Y1 Y1
¿ >1 ¿ <1
PROPORSI
Y Y
∆Y1 PRIMA PERKEMBANGAN
>1
∆Y
∆Y1 POTENSIAL TERBELAKANG
<1
∆Y

Keterangan:

Y1 : Penerimaan pajak atau retribusi i pada tahun t

¿
Y : Nilai rata-rata pajak atau retribusi pada tahun t

∆ Y 1 : Tambahan penerimaan jenis pajak atau retribusi i pada tahun t

∆Y : Tambahan penerimaan pajak atau retribusi pada tahun t

Sementara itu, untuk mengetahui ∆ Y 1 dan ∆ Y dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Y i , tahun t−Y i , tahun(t−1)


∆ Y 1= × 100 %
Y i ,tahun t

Y tahunt −Y tahun (t −1)


∆Y = ×100 %
Y tahunt
Y1
¿ : Proporsi suatu jenis pajak atau retribusi I dari rerata pajak atau retribusi
Y

∆Y1
: Proporsi tambahan suatu jenis pajak atau retribusi dari total tambahan penerimaan
∆Y
pajak atau retribusi

Semakin besar proporsi suatu pajak atau retribusi dari rerata pajak atau retribusi, maka
semakin layak pajak atau retribusi tersebut untuk diupayakan peningkatannya di masa
mendatang. Sebaliknya, semakin kecil proporsi pajak atau retribusi tersebut maka upaya
identifikasi mengenai kelayakan untuk dijadikan sumber penerimaan di masa datang perlu
diintensifkan. Sementara untuk proporsi tambahan, semakin besar proporsi tambahan suatu
pajka atau retribusi dari total penerimaan pajak atau retribusi, maka semakin layak pajak atau
retribusi tersebut untuk diupayakan peningkatannya. Sebaliknya, semakin kecil proporsi
tambahan suatu jenis pajak atau retribusi maka upaya identifikasimengenai kelayakan untuk
dijadikan sumber penerimaan di masa mendatang perlu diintensifkan.

Rasio Standar Penerimaan Pendapatan


Rasio ini bermanfaat untuk pengawasan dan pengendalian manajemen pemerintah daerah
dalam pelaksaan pemungutan pendapatan daerah. Rasio standar penerimaan pendapatan ini
meliputi:
1. Rasio Cakupan (Coverage Ratio)
2. Rasio Biaya Pemungutan
3. Rasio Biaya Pelayanan
4. Rasio Pemungutan

Rasio Cakupan
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat keefektivan pemerintah daerah dalam
merealisasikan potensi pendapatannya. Rasio cakupan ini merupakan standar keefektivan
dalam pendaftaran dan pendataan subjek dan objek pendapatan dibandingkan dengan potensi
pendapatannya. Rasio cakupan dirumuskan sebagai berikut:

Subjek /Objek Pendapatan Yang Terdaftar


Rasio Cakupan Pendapatan= ×100 %
Potensi Subejak /Objek Pendapatan
Rasio Biaya Pemungutan

Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh pendapatan dengan pendapatan yang diperoleh. Agar rasio ini efisien, maka
biaya pemungutan harus ditekan seefisien mungkin agar pendapatan bersih meningkat.
Beberapa pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi pendapatan melakukan
strategi outsourcing kepada pihak ketiga untuk penarikan pajak dan retribusi daerah tertentu,
seperti pajak hotel dan restoran, retribusi parkir, pajak parkir, dan sebagainya. Bahkan
outsourcing tersebut tidak terbatas pada level pemungutan (koleksi), tetapi juga tahap
pendataan.

Rasio Biaya Pelayanan

Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penerimaan retribusi daerah. Rasio biaya
pelayanan akan diukur dengan cara membandingkan biaya pelayanan yang dikeluarkan
pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan tertentu dengan pendapatan retribusi yang
dipungut atas pelayanan tersebut. Idealnya pendapatan retribusi dapat mencukupi untuk
menutupi biaya pelayanan yang telah dikeluarkan (cost recovery) bahkan diupayakan lebih
besar agar diperoleh keuntungan. Rasio biaya pelayanan dirumuskan sebagai berikut:

Biaya Pelayanan Y
Rasio Biaya Pelayanan= × 100 %
Pendapatan Retribusi Y

Rasio Pemungutan

Rasio pemungutan merupan rasio yang digunakan untuk mengukur realisasi pemungutan
pajak daerah dibandingkan dengan tunggakan dan tagihan baru. Rasio pemungutan ini juga
merupakan bentuk dari rasio efektivitas pajak daerah. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah


Rasio Pemungutan= × 100 %
Tunggakan+Tagihan Baru

Atau dengan rumus lain:


HasilTahun Sekatang +TagihanTahun Lalu
Rasio Pemungutan= ×100 %
T arget Tahun Sekarang+Tunggakan Tahun Lalu

Dari keempat jenis rasio standar peneriman pendapatan tersebut, nilai yang menjadi standar
untuk masing-masing rasio adalah sebagai berikut:

Rasio Standar Penerimaan Pendapatan Nilai


Rasio Cakupan (Coverage Ratio) 95%
Rasio Biaya Pemungutan 100%
Rasio Biaya Pelayanan 90%
Rasio Pemungutan 95%

Anda mungkin juga menyukai