Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NURUL KAMALI

NIM : 1905110010032

KELAS : 01

Paper Mata Kuliah TKFF

KONSERVASI FLORA DAN FAUNA

PENDAHULUAN

Indonesia dianugerahi kekayaan flora dan fauna yang melimpah namun beberapa
aktivitas manusia menjadi faktor terancam punahnya keanekaragaman flora dan fauna seperti
pembukaan lahan dengan membakar hutan, penebangan liar, dan juga perburuan hewan.
Punahnya flora dan fauna akan menyebabkan ekosistemmenjadi tidak seimbang. Konservasi
menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk menjaga keanekaragaman flora dan fauna.

Konservasi diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana
dengan berpedoman pada asas pelestarian. Sumber daya alam adalah unsur-unsur hayati yang
terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa)
dengan unsur non hayati di sekitarnya yang secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Tujuan konservasi tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5


Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu
bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Flora fauna dikendalikan melalui kegiatan konservasi secara insitu maupun eksitu.
Konservasi insitu adalah konservasi flora fauna dan ekosistem yang dilakukan di dalam
habitat aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang terjadi berjalan secara alami.
Kegiatan ini meliputi perlindungan contoh-contoh perwakilan ekosistem darat dan laut
beserta flora fauna di dalamnya.

Konservasi eksitu merupakan upaya konservasi yang dilakukan dengan menjaga dan
mengembangbiakkan jenis flora dan fauna di luar habitat alaminya dengan cara pengumpulan
jenis, pemeliharaaan dan budidaya (penangkaran).
PEMBAHASAN

Konservasi insitu dilakukan dalam bentuk kawasan suaka alam seperti suaka marga
satwa, cagar alam, zona inti taman nasional dan hutan lindung. Tujuan konservasi insitu
untuk menjaga keutuhan dan keaslian jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya secara
alami melalui proses evolusinya. Perluasan kawasan sangat dibutuhkan dalam upaya
memelihara proses ekologi yang esensial, menunjang sistem penyangga kehidupan,
mempertahankan keanekaragaman genetik dan menjamin pemanfaatan jenis secara lestari
dan berkelanjutan.

Konservasi eksitu dilakukan pada tempat-tempat seperti kebun binatang, kebun


botani, taman hutan raya, kebun raya, penangkaran satwa, taman safari, taman kota dan
taman burung. Cara eksitu merupakan suatu cara memanipulasi obyek yang dilestarikan
untuk dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir mengalami
kepunahan dan bersifat unik. Cara konservasi eksitu dianggap sulit dilaksanakan dengan
keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang dominan terhadap kehidupan alaminya sulit
berdaptasi dengan lingkungan buatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.31/Menhut-II/2012 tanggal 24


Juli 2012 tentang Lembaga Konservasi. Lembaga konservasi dikelompokkan menjadi dua
meliputi lembaga konservasi untuk kepentingan khusus dan lembaga konservasi untuk
kepentingan umum.

Pada lembaga konservasi khusus terdapat : a) Pusat Penyelamatan Satwa yang


merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pemeliharaan satwa hasil sitaan atau temuan
atau penyerahan dari masyarakat yang pengelolaannya bersifat sementara sebelum adanya
penetapan penyaluran satwa lebih lanjut oleh Pemerintah, b) Pusat latihan Satwa Khusus
yang merupakan tempat melatih satwa khusus spesies gajah agar menjadi terampil sehingga
dapat dimanfaatkan antara lain untuk kegiatan peragaan di dalam areal pusat latihan gajah,
patrol pengamanan kawasan hutan, sumber satwa bagi lembaga konservasi lainnya atau
membantu kegiatan kemanusiaan dan pendidikan, dan c) Pusat Rehabilitasi Satwa yang
merupakan tempat untuk melakukan proses rehabilitasi, adaptasi satwa dan pelepas liaran ke
habitat alaminya

Pada lembaga konservasi untuk kepentingan umum terdapat : a) Kebun Binatang yang
merupakan tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 3 kelas taksa pada areal dengan
luasan sekurang-kurangnya 15 hektar dan pengunjung tidak menggunakan kendaraan
bermotor, b) Taman Safari yang merupakan tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya
3 kelas taksa pada areal terbuka dengan luasan sekurang-kurangnya 50 hektar, yang bisa
dikunjungi dengan menggunakan mobil pribadi atau mobil yang telah disediakan pengelola
yang aman dari jangkauan satwa, c) Taman Satwa yang merupakan tempat pemeliharaan
satwa sekurang-kurangnya 2 kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 2
hektar, d) Taman Satwa Khusus yang merupakan tempat pemeliharaan jenis satwa tertentu
atau kelas taksa satwa tertentu pada areal sekurang-kurangnya 2 hektar, d) Museum Zoologi
yang merupakan tempat koleksi berbagai specimen satwa dalam keadaan mati, untuk
kepentingan pendidikan dan penelitian, d) Kebun Botani yang merupakan lokasi
pemeliharaan berbagai jenis tumbuhan tertentu, untuk dimanfaatkan sebagai sarana
pendidikan, penelitian dan pengembangan bioteknologi, rekreasi dan budidaya, e) Taman
Tumbuhan Khusus yang merupakan tempat pemeliharaan jenis tumbuhan liar tertentu atau
kelas taksa tumbuhan liar tertentu, untuk kepentingan sebagai sumber cadangan genetik,
pendidikan, budidaya, penelitian dan pengembangan bioteknologi, dan f) Herbarium yang
merupakan tempat koleksi berbagai specimen tumbuhan dalam keadaan mati untuk
kepentingan pendidikan dan penelitian.

PENUTUP

Kegiatan konservasi sangat dibutuhkan untuk menjaga keberagaman flora dan fauna
yang ada di Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berpegang pada hukum, maka
dari itu terdapat peraturan yang membahas tentang konservasi seperti pada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya dan juga
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservas yang
akan menjadi pedoman untuk melaksanakan kegiatan konservasi dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

KEHATI, Materi Kursus Inventarisasi flora dan fauna Taman Nasional Meru Betiri, Malang,
2000, hal. 8.

Kumpulan Materi MBSC IX Meru Betiri Service Camp, Suka Made: 1997, hal. 49.

RI, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi.


RI, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya.

Anda mungkin juga menyukai