Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurra Fonna

Npm : 1905110010036
Kelas : 01
Kendala perencanaan hutan diindonesia

Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan


perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman dan
arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.Kegiatan perencanaan kehutanan
merujuk pada Bab IV pasal 11 UU Nomor 41 Tahun 1999, yang meliputi: 1.) inventarisasi
hutan;, 2.) pengukuhan kawasan hutan; 3.) penatagunaan kawasan hutan; 4.) pembentukan
wilayah pengelolaan hutan dan 5.) penyusunan rencana kehutanan.

Terdapat beberapa kendala dari perencanaan hutan di indonesia yaitu:

a. Kebijakan pengelolaan hutan yang kurang tepat.


Kerusakan hutan juga dapat terjadi karena kebijakan yang dibuat lebih memperhatikan
segi ekonomis dibandingkan dengan segi ekologis. Kebijakan pengelolaan hutan yang
kurang tepat dari pemerintah sebagai suatu “pengrusakan hutan yang terstruktur” karena
kerusakan tersebut didukung oleh regulasi dan ketentuan yang berlaku. Salah satu bentuk
kebijakan yang kurang tepat adalah target pemerintah yang mengandalkan sumberdaya
hutan sebagai sumber pendapatan baik ditingkat nasional maupun daerah.

b. Pengelolaan hutan yang kurang efektif;

Praktek pengelolaan hutan yang kurang efektif terjadi karena lemahnya kapasitas
kelembagaan di tingkat daerah. Sebagai contoh, Unit Pelaksana Teknis (UPT) pemerintah
yang bertugas untuk mengawasi kawasan konservasi kekurangan dana dan sumber daya
manusia. Lemahnya kapasitas kelembagaan dapat berakibat lemahnya kemampuan dalam
meninventarisir potensi dan kondisi riil sumber daya hutan di tingkat tapak. Pemerintah
daerah yang bertugas untuk mengelola Hutan Lindung tidak melaksanakan peranannya
dengan baik. Selain itu, struktur desentralisasi dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di
tingkat kabupaten dan provinsi masih belum selesai disusun dan dikembangkan.
Sementara itu, tanggung jawab pengelolaan Hutan Produksi sebagian besar berada di
tangan pemegang konsesi yang bekerja dengan pengawasan yang minim dari pemerintah.

c. Lemahnya Penegakan hukum


Lemahnya penegakan hukum dibidang kehutanan dapat diamati dari hanya sedikit
pelanggaran hukum di bidang kehutanan yang berhasil dituntut dan para pengusaha sebagai
pelaku utama justru dapat menghindari hukuman. Penegakan peraturan perundangan yang
tidak efektif dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal berikut:

 Substansi peraturan tidak dapat rnengendalikan biaya transaksi tinggi di luar biaya
resmi yang telah ditetapkan;
 Instansi pemerintah belum menerapkan peraturan itu sehingga kontrol yang
seharusnya dilakukan tidak berjalan;
 Masyarakat (terrnasuk dunia usaha) belum memahami isi peraturan atau bahkan tidak
mengetahuinya sarna sekali;
 Sanksi yang mungkin ada dari implementasi suatu peraturan tidak berjalan, sehingga
masyarakat tidak melihat adanya resiko apabila rnereka rnelanggar peraturan;
 Biaya yang ditanggung ketika melakukan pelanggaran peraturan lebih murah daripada
bila peraturan dipatuhi.

d. Lemahnya Kelembagaan pembangunan kehutanan

Permasalahan ini terdiri dari:

 Lemahnya hubungan pusat-daerah


Masalah pada kelembagaan adalah masih lemahnya hubungan pusat-daerah. Masalah
kehutanan tidak dapat segera dipecahkan, karena lembaga yang ada tidak memberi
prioritas pada upaya penyelesaian akar masalahnya. Intensitas dan kapasitas
pemerintah dalam mengelola kawasan konservasi dan hutan lindung masih rendah,
relatif terhadap besarnya persoalan yang dihadapi.
 Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga
Kurangnya koordinasi antar lembaga yang menerbitkan ijin penggunaan lahan
menyebabkan terjadinya dualisme pengakuan/klaim atas kepemilikan lahan. Sehingga
terjadi konflik penggunaan lahan hutan yang mengakibatkan tersingkirnya masyarakat
setempat dari proses formal perijinan. Konflik semakin lama semakin memanas
sehingga dapat menjadi bom waktu yang dapat mengakibatkan anarkis masyarakat
local. Iklim investasi dan ekonomi menjadi tidak kondusif di sektor kehutanan.
 Kurang berkembangnya lembaga lokal
Kelembagaan yang berkembang dalam pengelolaan hutan bersifat “paternalistik” dan
“sentralistik” karena itu lembaga-lembaga lokal kurang dapat berperan.

Sumber: https://bangazul.com/permasalahan-hutan-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai