Anda di halaman 1dari 8

Contoh kecil pembentukan pribadi yang sangat peduli tentang eksistensi Al Quran dan Hadits

dalam kehidupannya dari hal yang terkecil dan tingkatnya perseorangan, yakni ketika muncul
suatu masalah berkaitan dengan nilai islam maka satu hal yang harus di lakukan sebagai
langkah awal adalah dudukan masalah tersebut lalu kita pelajari masalah dan berusaha untuk
temukan jalan keluar, setelah itu kita hiasi jalannya kebaikan dengan warna keislaman dan
lekatkan banyak petunjuk-petunjuk Al quran dan Hadits dan terbentuklah kita pada pribadi
yang mampu menyikapi berbagai masalah terlebih masalah kemoderenan yang seharusnya
berjalan searah dengan ajaran islam itu sendiri. Inilah bentuk permasalahan kecil yang kita
jadikan pembelajaran awal untuk memulai menegakkan diri diatas Al quran dan Hadits sebagai
pedoman hidup manusia dan itulah yang menjadi kekuatan awal melawan orientalisme.

Rasulullah SAW bersabda, ''Bukanlah seorang beriman yang merasa


kenyang sementara tetangganya kelaparan.'' (HR Bukhari). Di samping
berisi ajaran yang mengurus masalah peribadatan dengan Tuhan, Islam
juga mengurus masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan sosial.
Dan, salah satu ajaran sosial Islam adalah menganjurkan umatnya
untuk memiliki sikap peduli dengan orang-orang yang secara ekonomi
lemah. 

ِ ‫ون بِا ْل َم ْع ُر‬


‫وف َوتَ ْن َه ْو َن َع ِن‬ َ ‫س تَأْ ُم ُر‬ ِ ‫ أُ ْخ ِر َجتْ لِلنَّا‬ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة‬
َ ُ‫ َوتُ ْؤ ِمن‬ ‫ا ْل ُم ْن َك ِر‬
ِ ‫ون بِاهَّلل‬
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk “
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (Q.S. Ali
‘Imron (3): 110)
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujurat ayat 10

‫اِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُ ْو َن اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِح ُْوا بَي َْن‬
ُ ‫اَ َخ َو ْي‬
. ‫ك ْم‬
‫تُرْ َح ُم ْو َن‬ ‫لَ َعلَّ ُك ْم‬ ‫هّٰللا‬ ‫َواتَّقُوا‬
َ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujurat ayat 10)

Sebaliknya, jika terjadi perpecahan maka Muslim dianjurkan untuk segera mendamaikan kedua
pihak yang bersengketa. Allah SWT berfirman:

{ُّ‫ت فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما ِب ْال َع ْد ِل َوأَ ْق ِسطُوا إِ َّن هَّللا َ ي ُِحب‬
ْ ‫فَإِ ْن فَا َء‬
َ ‫} ْال ُم ْق ِس ِط‬
‫ين‬
Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Al-
Hujurat: 9). 

1. Sesama Muslim Bersaudara

Orang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, ia tidak boleh berbuat aniaya terhadapnya dan
tidak boleh pula menjerumuskannya.

2. Menolong Saudara Ditolong Allah

Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama si hamba selalu menolong saudaranya.

4. Ibarat Satu Tubuh

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam persahabatan kasih sayang dan persaudaraannya sama
dengan satu tubuh; apabila salah satu anggotanya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar ke
seluruh tubuh menimbulkan demam dan tidak dapat tidur (istirahat).

5. Menolong Saudara Dicukupi Kebutuhannya oleh Allah

Dari Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Salim mengabarkannya bahwa Abdullah bin Umar radliallahu
anhuma mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim
adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk
disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya.
Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu
kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang
muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat". (HR. Bukhari) [No. 2442 Fathul Bari]
Shahih.

Dilapangkan Rezeki

Dari Uqail dari Ibnu Syihab dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya
dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi." (HR. Bukhari) [No. 5986
Fathul Bari] Shahih.

Dilarang Mendiamkan Saudaranya 3 Hari

Dari Abu Ayyub radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda: "Tidak halal
seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, jika bertemu saling menjauhkan, dan
yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai salam." Sufyan menyebutkan, bahwa dia
mendengar Zuhri hingga tiga kali." (HR. Bukhari) [No. 6237 Fathul Bari] Shahih.

Dilarang Membenci

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian
saling membenci, janganlah saling mendengki dan janganlah kalian saling membelakangi dan
jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim
mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam." (HR. Bukhari) [No. 6076 Fathul Bari] Shahih.

Ukhuwah, taakhi, cinta, dan itsar sejatinya syarat kebangkitan dan


kemenangan, itulah strategi pertama yang ditempuh oleh Rasullah Shallahu
‘Alaihi Wassallam dengan mempersaudarakan sahabat Anshar dan Muhajirin
dan membangun masjid tempat membina persaudaraan dan persatuan kaum
Muslimin.

Risalah ini juga dilanjutkan Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam membangun
komunitas dan gerakan yang kuat, menjadikan persatuan sebagai senjata, dan
taaruf saling mengenal sebagai asas dakwah.

Ukhuwah tak bisa dibeli dengan apa pun. Tapi ia diperoleh dari penyatuan
antara ikatan hati dan hati serta karakteristik istimewa dari seorang mukmin
yang shaliih. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

“‫ وال خير فيمن ال يألف وال يؤلف‬،‫”المؤمن إلف مألوف‬

“Seorang mukmin itu hidup rukun. Tak ada kebaikan bagi yang tidak hidup
rukun dan harmonis.”
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi
yang mampu menyatukan masyarakat mana pun. Ia lebih kuat dari bangunan
materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa.
Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiyah akat tetap kokoh.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

“‫”المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضً ا‬

“Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya


mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Bukhari)

Egois adalah sifat selalu memprioritaskan keinginan dan kebutuhan sendiri di atas
kebutuhan dan keinginan orang lain. Keegoisan bisa jadi merupakan manifestasi yang
salah dari dorongan alami manusia untuk tetap bertahan hidup dan sehat.

eberapa cara menghilangkan sifat egois berikut ini dapat memutus pola
perilaku yang bisa merugikan di masa depan.
1. Belajar menjadi pendengar yang baik
Menjadi pendengar yang baik merupakan upaya pertama untuk
memedulikan orang lain tanpa selalu memikirkan diri sendiri. Dengan
mendengar, Anda akan mendapatkan perspektif baru.Anda juga dapat
berusaha menahan keinginan untuk selalu didengarkan dan memaksakan
pendapat sebagai yang paling benar.
2. Belajar berempati
Cara menghilangkan sifat egois selanjutnya adalah belajar berempati.
Mulailah dengan membayangkan Anda berada di posisi orang lain dan
apa yang harus mereka hadapi.Dengan demikian, Anda akan dapat
belajar peduli dengan kebutuhan orang lain dan tidak hanya
mementingkan diri sendiri.
3. Mulai berbagi dengan orang lain
Anda harus belajar untuk berbagi dengan orang lain sebagai cara
menghilangkan sifat egois. Cobalah untuk menyisihkan waktu dan
menyediakan tempat untuk orang lain dalam hidup Anda.Cara ini dapat
mempererat hubungan dengan orang-orang di sekitar Anda, khususnya
orang terkasih yang mungkin selama ini merasa diabaikan.
4. Belajar mengalah
Mengalah bisa menjadi cara menghilangkan sifat egois. Anda mungkin
merasa harus selalu benar dan kerap kali berdebat dengan orang lain
untuk menekankan pendapat. Bahkan, bisa jadi Anda merasa dihina atau
direndahkan saat orang lain tidak bermaksud demikian.Oleh karena itu,
salahnya sesekali mencoba mengalah dan mengabaikan orang yang tidak
sopan atau kasar. Mulailah untuk tidak menghiraukan hal-hal yang dapat
menyebabkan drama dan kekesalan serta lebih memprioritaskan
kedamaian.
5. Menghentikan kebiasaan buruk
Gantilah kebiasaan buruk dengan kebiasaan baru yang memungkinkan
untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Untuk
mendorong perilaku positif, siapkan hadiah bagi diri sendiri setiap kali
berhasil melepaskan kebiasaan buruk dan melakukan kebiasaan baru
yang berdampak positif.
6. Lepaskan keinginan untuk selalu memegang kendali
Cara menghilangkan sifat egois lainnya adalah dengan membatasi
keinginan untuk selalu menguasai segala hal. Belajarlah untuk tidak selalu
berusaha mengendalikan lingkungan atau orang di sekitar Anda.Cara
menghilangkan sifat egois yang berkaitan dengan kondisi gangguan
kepribadian tertentu mungkin memerlukan penanganan khusus. Anda
dapat berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan perawatan yang
sesuai dengan kondisi yang dialami.

Surat Al-Maidah ayat 2, Allah SWT berfirman:

۟ ُ‫وا َعلَى ْٱلبرِّ َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َون‬


ۚ ‫وا َعلَى ٱإْل ِ ْث ِم َو ْٱل ُع ْد ٰ َو ِن‬ ۟ ُ‫َوتَ َعا َون‬
  ِ
۟ ُ‫َوٱتَّق‬
ِ ‫وا ٱهَّلل َ ۖ إِ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬
”Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat."

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat dalam


bukunya berjudul Ungkapan Hikmah mengatakan, membantu sahabat
atau orang sekitar sama saja sebagai tindakan menebar vibrasi syukur
kepada Allah SWT. Energi ketulusan dalam bantuan itu akan menebar
kepada orang-orang yang dibantu.

Dia menjelaskan, sudah sepatutnya manusia bersyukur karena Allah SWT


dapat memberikan kesempatan kepadanya untuk memberikan bantuan
kepada orang lain. Bukan justru meminta kepada orang lain untuk
bersyukur dan berterima kasih kepada kita.

Lebih lanjut dia menjelaskan, memberikan sesuatu kepada orang lain


bukan berarti kita menjadi rugi. Jika manusia mengukurnya dengan materi
dan hitungan matematis, kata dia, mungkin saja manusia akan memberi
pada orang lain lalu berkata apa yang dimiliki akan berkurang.

Padahal sejatinya sikap memberi itu tak sama sekali merugi. Asalkan nilai
pemberian itu dilandasi dengan ketulusan, keikhlasan, dan juga
keimanan. Membantu dalam kebaikan—seberapapun besar dan kecil
nilainya—akan terasa ringan apabila dilakukan dengan tulus dan ikhlas.

Toh, umat Islam juga kerap dikenalkan sejak dini mengenai filosofi
kepemilikan. Bahwa sejatinya apa-apa yang kita miliki di dunia, baik itu
yang berbentuk wujud jasmani hingga materi, semata-mata adalah titipan
Allah SWT. Dengan titipan itu, manusia dimintai pertanggung jawabannya
kelak di akhirat.

Dengan menyadari bahwa apa yang kita miliki hanyalah titipan Allah
semata, maka budaya saling berbagi dan peduli dalam Islam pun begitu
kuat. Bahkan dalam hadis, Rasulullah berkata bahwa siapa yang
melapangkan suatu kesusahan dunia dari seorang Muslim, maka Allah
akan melapangkan satu kesusahan dirinya di hari kiamat.

DI sebuah desa yang subur, hiduplah dua lelaki bersaudara. Sang kakak telah
berkeluarga dengan dua orang anak, sedangkan si adik masih melajang.
Mereka memiliki warisan sepetak sawah yang digarap berdua. Ketika panen
tiba, hasilnya mereka bagi sama rata.

Di suatu malam usai panen, si adik duduk sendiri dan berfikir. “Pembagian ini
sungguh tidak adil, seharusnya kakakku lah yang mendapat bagian lebih
banyak karena dia hidup dengan istri dan kedua anaknya.

Maka di malam yang sunyi itu diam-diam dia menggotong satu karung padi
miliknya dan meletakkanya di lumbung padi milik kakaknya.

Di tempat yang lain, sang kakak juga berfikir sama, “Pembagian ini adil jika
adikku mendapat bagian yang lebih banyak, karena ia hidup sendiri, jika
terjadi apa-apa dengannya tak ada yang mengurus, sedangkan aku ada anak
dan istri yang kelak merawatku,” begitu pikir sang kakak.

Maka sang kakakpun bergegas mengambil satu karung dari lumbungnya dan
mengantarkan dengan diam-diam ke lumbung milik sang adik.

Kejadian ini terjadi bertahun-tahun. Namun diam-dia di benak mereka ada


tanda tanya, kenapa lumbung padi mereka seperti tak berkurang meski telah
menguranginya setiap kali panen?

Hingga suatu malam yang lengang setelah panen, mereka berdua tiba-tiba
bertemu di tengah jalan. Masing-masing mereka sedang menggotong satu
karung padi.
Akhirnya tanda tanya dalam benak mereka terjawab sudah, seketika itu juga
mereka saling memeluk erat, terharu dan berurai air mata. Mereka menyadari
betapa sesungguhnya mereka saling menyayangi.

Ibn Katsir dalam tafsirnya mengatakan, orang yang bertakwa adalah orang
yang tidak hanya memikirkan diri sendiri. Tetapi orang yang disibukkkan oleh
perkara-perkara yang membuatnya tunduk dan taat kepada Allah Ta’ala,
berinfak di jalan-Nya dan juga berbuat baik dengan segala macam kebajikan,
kepada kerabat maupun kepada saudara seiman lainnya.

Dengan demikian, maka akan terbina kerukunan sesama Muslim yang


persaudaraan, pemaafan dan hubungan baik lebih diutamakan daripada
keegoisan dan kesombongan serta gengsi pribadi, sehingga terciptalah
persatuan dan kesatuan umat Islam. Suatu modal paling penting bagi setiap
Muslim untuk menjadi pribadi yang bertakwa.

Anda mungkin juga menyukai