Anda di halaman 1dari 10

Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm.

123-132

Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel Seri J4


Akibat Perlakuan Panas

Sensitization Behavior of Stainless Steel Type J4 due to Heat


Treatments
Gadang Priyotomo1,* dan I Nyoman Gede Putrayasa A1
1
Pusat Penelitian Metalurgi dan Material, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Gedung 474,
Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, Indonesia
*
E-mail: gadangp@gmail.com
ARTICLE INFO Abstract
Article history The failure of austenitic stainless steel during the industrial aplications
Received date: is place sensitization due to heat treatment. The investigation of that
11 January 2017 failure has been investigated by researchers in particular for stainless
Received in revised form date: steel 2XX and 3XX types, while there isno or little investigation for
4 May 2017 stainless steel J4 type. Furthermore, the investigation of the presence of
sensitization on stainlees steel was conducted by referring to American
Accepted date:
Society for Testing and Materials (ASTM) A262-02a, which the carac-
29 May 2017 terization of metal surface morphologies dan chrom content used optical
Available online date: microscope and scanning electron microskop, and Energy-dispersive
30 November 2018 X-ray spectroscopy, respectively. The results elucidate that sensitization
is produced in temperature range from 700 up to 900 oC. There isgrain
boundaries attack on surface morphologies after sensitization test in the
temperature range from700 up to 900 oC ,which is unlikely to happen
at temperature of 600 oC. The possibility of chromium difusion to grain
boundaries took place from the decrease of chromium content adjancent
with grain boundaries and the increase of chromium content in grain
boundaries, which implies the formation of intermetallic compound of
carbide.
Keywords: Austenitic stainless steel, Sensitization, Heat treatment,
Grain boundaries.

Kata kunci: Abstrak


Stainless steel austenitik Kegagalan logam stainless steel austenitik saat diaplikasikan di industri
Sensitasi adalah terjadinya sensitasi akibat pelakuan panas. Investigasi kegagal-
Perlakuan panas an tersebut telah dilakukan oleh peneliti terutama stainless steel seri
Batas butir 2XX dan 3XX hampir 20 tahun, dimana belum atau sedikit investigasi
terhadap stainless steel seri J4. Lebih jauh lagi, investigasi keberadaan
sensitasi logam stainless steel dilakukan dengan mengacu pada stan-
dar American Society for Testing and Materials (ASTM) A262-02a,
dimana karakterisasi morfologi permukaan logam dan kadar kromium
menggunakan mikroskop optik dan scanning electron microscope,
sertaenergy-dispersive X-ray spectroscopy.Hasil riset menjelaskan
bahwa sensitasi terbentuk pada rentang suhu antara 700o s.d. 900 oC,
akan tetapi hal tersebut tidak terjadi pada suhu 600 oC. Morfologi
permukaan logam setelah uji sensitasirentang suhu antara 700 s.d. 900
o
C mengalami serangan batas butir, sebaliknya logam bersuhu 600 oC
tidak mengalami hal tersebut. Kemungkinan difusi unsur kromium ke
batas butir terjadi dari penurunan kadar kromium di sekitar batas butir
dan kenaikan unsur kromium di batas butir, dimana ini mengindikasikan
terbentuknya senyawa intermetalik karbida.

©2018Widyariset. All rights reserved


DOI: http://dx.doi.org/10.14203/widyariset.4.2.2018.123-132 123
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132

PENDAHULUAN difusi ke dalam batas butir, dimana ber-


Logam stainless steel austenitik umumnya senyawa dengan unsur krom, membentuk
digunakan pada unit bejana tekanan tinggi, senyawa krom karbida, daerah didekat
transportasi, industri medis, dan lain-lain batas butir mengalami pelepasan unsur
dikarenakan sifat mekanik yang baik krom (Viranshu et al. 2015). Proses sensita-
(Davids 1994). Logam tersebut merupakan si dan pembentukan endapan krom karbida
paduan logam krom dan nikel dengan berhubungan dengan salah satu jenis korosi,
struktur kristal body centered cubic yang yaitu korosi retak tegang pada logam
mengandung unsur krom lebih dari 12%. stainless steel (Priyotomo 2008). Korosi
Lebih jauh lagi, logam ini mempunyai nilai retak tegang terjadi dikarenakan adanya pe-
keuletan dan formabilitas yang baik. Keung- lemahan di daerah dekat batas butir, dima-
gulan sifat logam stainless steel austenitik na konsentrasi krom lebih rendah diband-
adalah ketahanan terhadap korosi pada ingkan dengan batas butir (Davidson, R.M.
rentang lingkungan korosif lemah hingga and T. DeBold 1987). Fenomena sensitasi
kuat dikarenakan pembentukan lapisan pada logam stainless steel telah diinves-
pasif krom osida (Cr2O3) di permuka- tigasi oleh berbagai peneliti di dunia, di-
an logam (Mohd Warikh Abd Rashid, Miron mana penelitian tersebut mencakup semua
Gakim and Zulkifli Mohd Rosli 2012). jenis stainless steel antara lain stainless
Walaupun logam stainless steel dikategori- steel feritik, stainless steel austenitik, dan
kan sebagai material tahan korosi, logam stainless steel martensitik (Pistorius, P.C
tersebut mengalami proses berbagai 1996; Priyotomo 2008; Xiaofei Yu and
jenis korosi tergantung dari aplikasi dan Shenhao Chen 2009; Atanda. P 2010;
lingkungannya. Rashid et al. 2012; Václav ŠEFL 2012
Mengacu pada kegagalan korosi, salah Viranshu et al. 2015). Pengembangan logam
satu masalah besar dalam penggunaan stainless steel austenitik khususnya seri
material stainless steel austenitik adalah 200 mengalami kemajuan, dimana industri
kerentanan terhadap proses sensitasi saat mereduksi penambahan unsur mangan dan
diekspos pada temperatur tinggi pada waktu menambah unsur tembaga untuk mengu-
yang singkat dengan waktu pendinginan rangi biaya produksi logam. Diversifikasi
udara. Proses pada perlakuan panas yang produk stainless steel austenitik bernama
singkat memberikan efek sensitasi (proses seri J4 dilakukan dari produk industri India.
yang dihubungkan dengan pengendapan Seri J4 inisendiri belum memilikistandar
krom karbida seperti Cr23C6 atau Cr7C3 internasional, antara lain standar ASTM,
di sepanjang batas butir) yang terjadi AISI, dan lain-lain. Khususnya logam
ketika stainless steel austenitik dipanaskan stainless steel seri J4 dengan penambahan
kembali pada rentang temperatur 550 unsur tembaga, belum atau sedikit peneliti
s.d. 850 oC (Atanda. P 2010). Salah satu menginvestigasi fenomena sensitasi.
contoh proses sensitasi adalah pengerja- Tujuan penelitian ini adalah menginves-
an pengelasan logam stainless steel tigasi fenomena sensitasi logam stainless
seri 304 L tanpa prosedur post welding steel seri J4 melalui proses perlakuan panas
heat treatment (Viranshu et al. 2015). dan menjelaskan mekanisme terjadinya
Lebih jauh lagi, dalam rentang tem- sensitasi.
peratur sensitasi, atom-atom karbon ter-

124
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...

METODE • Sampel diamplas dari grit 120 hingga


Persiapan Spesimen dan Karakterisasi 1200 kemudian dipoles dengan pasta
Awal alumina dari ukuran 1 mikron hingga
0,05 mikron.
Spesimen uji dalam penelitian ini meng-
gunakan logam stainless steel tipe J4 • Pembuatan larutan etsa melalui
dengan penambahan unsur tembaga. penambahan larutan dengan kompo-
Karakterisasi awal dilakukan dengan me- sisi 100 gram serbuk asam oksalat
ngetahui komposisi unsur-unsur yang ada (H2C2O4.2H2O) dan 900 mL air distilasi,
pada logam tersebut dengan menggunakan dimana dua bahan dicampur hingga
alat ARL Spark Optical Emission Spectro- 1000 mL.
meter, dimana dimensi spesimen uji ter- • Sampel-sampel tersebut dietsa elektrik
sebut adalah 3x3 cm. Sebelum dilakukan in- dengan rapat arus 1 A/cm2 selama 90
vestigasi pendeteksian kerentanan serang- detik.
an batas butir pada baja stainless steel
• Setelah proses etsa selesai, pengamatan
austenitik sesuai standar ASTM A262-02a,
visual dilakukan dengan menggunakan
proses perlakuan panas dilakukan pada
mikroskop optik, perbesaran 100x dan
spesimen uji dengan rentang temperatur
500x untuk mengidentifikasi jejak
antara 600 s.d. 900 oC dengan waktu pe-
karbida di batas butir pada sampel uji.
nahanan saat temperatur tercapai satu jam.
Setelah itu, dilakukan dengan pendinginan • Pengamatan struktur permukaan etsa
dengan laju yang lambat di dalam muffle spesimen mengacu klasifikasi baku
furnace. Sebagai pembanding, perlakuan standar ASTM A262-02a poin 6, dimana
panas solution annealing pada spesimen klasifikasi secara umum menjelaskan
uji dilakukan melalui pemanasan hingga struktur berjenjang (step structure) dan
temperatur 1.050 oC, ditahan waktu satu struktur berparit (ditch structure).
jam, kemudian dilakukan pendinginan • Struktur berjenjang merupakan
cepat dengan proses quenching di dalam butir-butir dibatasi oleh batas butir
media air. yang berjenjang, dimana ini meng-
indikasikan bahwa stainless steel tidak
terjadi proses sensitasi. Lebih jauh lagi,
Pengujian Kerentanan Serangan Batas
Butir Logam struktur berparit merupakan struktur
dengan banyak butir-butir yang di-
Pengujian ini dilakukan untuk melihat kelilingi oleh profil berparit, dimana ini
secara visual keberadaan serangan batas juga mengindikasikan stainless steel
butir pada logam stainless steel yang ter- telah mengalami proses sensitasi.
sensitasi saat perlakuan panas dengan me-
ngacu pada standar uji ASTM A262-02a.
Lebih jauh lagi, langkah-langkah prosedur Pengamatan Material yang Tersensitasi
yang dilakukan antara lain: Pengamatan logam stainless steel yang
• Sampel dipotong dengan dimensi 25 telah dilakukan pengujian pendeteksian
mm x 25 mm. kerentanan serangan batas butir berstandar
ASTM A262-02, selanjutnya diobservasi
• Sampel ditempatkan dalam media resin lebih lanjut dengan menggunakan scan-
yang dikeraskan agar mudah dilakukan ning electron microscope (SEM) untuk
preparasi sampel melalui proses amplas melihat morfologi batas butir setiap variasi
dan poles.

125
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132

temperatur kerja pada perlakuan panas. Lebih jauh lagi, penambahan unsur
Setelah itu, identifikasi keberadaan unsur- kromium paling sedikit 13% cukup mem-
unsur pada permukaan spesimen stain- berikan perlindungan terhadap korosi, yang
less steel dilakukan dengan menggunakan disebabkan oleh peningkatan ketebalan
Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). lapisan protektifnya dapat meningkatkan
ketahanan korosi (Devaraju 2015). Gooch
(1996) menjelaskan bahwa pembentukan
HASIL DAN PEMBAHASAN lapisan pasivasi sebagai lapisan yang ber-
Karakterisasi Material Stainless Steel tanggung jawab atas ketahanan korosi pada
Seri J4 stainless steel terjadi minimal konsentrasi
Karakterisasi material spesimen uji dalam kromium 12% di dalam larutan 1 M H2SO4.
penelitian sangat penting untuk memasti-
kan kembali jenis material tersebut sebelum
Pengaruh Perlakuan Panas terhadap
diuji. Hasil pengujian komposisi kimia
Serangan Batas Butir
material dengan menggunakan ARL Spark
Optical Emission Spectrometer terlihat Setelah dilakukan pengujian deteksi ke-
pada Tabel 1. Komposisi kimia unsur-unsur rentanan stainless steel terhadap serangan
logam spesimen uji sesuai dengan standar korosi batas butir yang mengacu pada
logam stainless steel seri J4 hasil produksi ASTM A262-02a, Practice A, hasil
industri asal India, dimana penambahan mikrostruktur setiap material terlihat
unsur tembaga dilakukan untuk me- pada Gambar 1 s.d. 5. Gambar 1 mem-
ngurangi work hardening rate logam perlihatkan morfologi step structure pada
tersebut. Penambahan unsur tembaga (Cu) spesimen dengan perlakuan panas solution
dilakukan sekaligus pengurangan unsur annealing sebagai pembanding, dimana
nikel (Ni), dimana kedua unsur tersebut morfologi bertangga-tangga antara butiran
sebagai penstabil fasa austenit sama juga mengindikasikan tidak ada bentukan ber-
dengan unsur mangan (Mn). parit pada batas butir. Ketiadaan bentukan
parit pada batas butir memperlihatkan
Tabel 1. Komposisi kimia unsur logam stainless
steel seri J4
tidak ada serangan korosi batas butir. Lebih
jauh lagi, perlakuan panas dilakukan pada
Unsur Standar material Spesimen uji suhu 600 oC dan didinginkan di tungku.
C 0.10 (maks) 0.06 Morfologi bertangga-tangga antara butiran
Mn 8.5-10.0 8.85
logam terlihat pada Gambar 2. Ini berarti
bahwa tidak ada serangan batas butir yang
S 0.01 (maks) 0.007
sama dengan stainless steel hasil solution
P 0.75 (maks) 0.026 annealing. Di sisi lain, pemanasan material
Si 0.75 (maks) 0.44 dilakukan pada suhu 700, 800, dan 900
Cr 15-16 (maks) 15.2
o
C memperlihatkan perubahan morfologi
menjadi bentukan parit-parit berwarna
Cu 1.50-2.00 (maks) 1.67
gelap di batas butir yang mengindikasikan
N 0.20 ( maks) - serangan korosi batas butir terjadi.
Ni 1.00-2.00 1.18

126
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...

Tabel 2. Perlakukan panas pada stainless steel seri


J4

Morfologi permukaan
Suhu
No logam (acuan ASTM
operasional (oC)
A262-02a)

1 600 Step structure

2 700 Ditch structure

3 800 Ditch structure

4 900 Ditch structure

Gambar 3. Mikrostruktur SS J4 setelah perlakuan


panas bersuhu 700 oC, ditahan satu jam, dan
pendinginan tungku

Gambar 1. Mikrostruktur SS J4 setelah perlakuan


panas solution annealing suhu 1.050 oC, ditahan
satu jam, dan di quenching dengan air.
Gambar 4. Mikrostruktur SS J4 setelah perlakuan
panas bersuhu 800 oC, ditahan satu jam, dan
pedinginan tungku.

Gambar 2. Mikrostruktur SS J4 setelah perlakuan


panas bersuhu 600 oC, ditahan satu jam, dan Gambar 5. Mikrostruktur SS J4 setelah perlakuan
pendinginan tungku panas bersuhu 900 oC, ditahan satu jam, dan
pendinginan tungku

127
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132

Tabel 2 mengindikasikan bahwa pe- an batas butir. Pada stainless steel, hasil
manasan spesimen stainless steel J4 pada solution annealing memperlihatkan tidak
temperatur 600 oC tidak meningkatkan terjadi serangan batas butir yang terlihat-
kerentanan terhadap sensitasi yang ber- pada Gambar 6 sama dengan stainless
kontribusi membentuk daerah yang rentan steel hasil pemanasan bersuhu 600 oC,
serangan batas butir dikarenakan ber- terlihat pada Gambar 7. Lebih jauh lagi,
morfologi step structure, dibandingkan ketiadaan terjadinya serangan batas butir
dengan spesimen uji dengan perlakuan disebabkan terjadinya proses elektrokimia
panas 700, 800, dan 900 oC yang ber- berupa proses anodik terutama dalam
morfologi ditch structure, dikarenakan butir akibat orientasi kristal yang berbeda
adanya difusi kation kromium ke arah setiap butir (Rem.T.H.O 1957; Takayama.
batas butir dan bersenyawa membentuk Y and K. Nohara 2010; Venegas 2015). Oleh
senyawa intermetalik karbida (ASTM karena itu, hal ini mengindikasikan perbeda-
2002). Metode lanjutan observasi mor- an ketinggian tiap butir pada Gambar 6
fologi permukaan spesimen juga dilakukan dan 7 dikarenakan proses pelarutan anodik
dengan menggunakan scanning electron secara selektif akibat perbedaan orientasi
microscope (SEM) untuk melihat serang- kristal.

Gambar 6. Mikrostruktur SEMSS J4 setelah Gambar 8. Mikrostruktur SEM SS J4 setelah


perlakuan panas solution annealing suhu 1.050 oC, perlakuan panas bersuhu 700 oC, ditahan satu jam,
ditahan satu jam, dan quenching air dan pendinginan tungku

Gambar 7. Mikrostruktur SEM SS J4 setelah Gambar 9. Mikrostruktur SEM SS J4 setelah


perlakuan panas bersuhu 600 oC, ditahan satu jam, perlakuan panas bersuhu 800 oC, ditahan satu jam,
dan pendinginan tungku dan pendinginan tungku

128
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...

terbentuk di batas butir. Penurunan kadar


krom di daerah sensitasi menjadikan daer-
ah tersebut bersifat anodik dibandingkan
dengan daerah diluar sensitasi (daerah
pasif) dimana proses galvanis lokal ter-
jadi (Hudson, B.F 2001; Viana, P.R. and
L.Venturini 2015). Di sisi lain, presipitasi
krom karbida di batas butir menurunkan
pembentukan lapisan pasif Cr2O3 di daerah
sensitasi (Priyotomo 2008) yang terlarut
membentuk ditch atau parit berwarna
hitam yang terlihat pada Gambar 3 s.d. 6.
Gambar 10. Mikrostruktur SEM SS J4 setelah Lebih jauh lagi, pada Gambar 11, indikasi
perlakuan panas bersuhu 900 oC, ditahan satu jam,
dan pendinginan tungku terjadinya difusi unsur krom ke batas butir
mengakibatkan penurunan kadar krom
berjarak ±0,2 mikron dari batas butir, yang
Pada sisi lain, perlakuan panas stain-
pada akhirnya proses difusi tersebut mem-
less steel J4 dengan rentang suhu 700 s.d.
bentuk karbida (Abhay K. Jha 2016).
900 oC memperlihatkan serangan batas
butir yang masif yang mengindikasikan
telah terjadi pelarutan anodik di sekitar
batas butir di daerah sensitasi. Hasil riset
ini sama dengan logam stainless steel seri
201, 304, 304L, dan 316L dengan rentang
suhu pemanasan 650 s.d. 900 oC yang juga
mengalami proses sensitasi yang menga-
kibatkan terjadinya serangan batas butir
(Tsai.N.S. 1984; Coetzee. M 1996; Atanda.
P 2010; Mohd Warikh Abd Rashid, Miron
Gakim and Zulkifli Mohd Rosli 2012;
Tukur.S.A., M.S Dambatta and A. Ahmed
2014; Viranshu 2015). Lebih jauh lagi,
Gambar 11 memperlihatkan kurva konsen-
trasi krom dengan fungsi jarak dari batas Gambar 11. Distribusi kadar kromium melewati
butir logam stainless steel J4. Berdasarkan batas butir logam stainless steel seri J4
hasil riset, tendensi kenaikan konsentrasi
kromium terjadi pada logam stainless steel
Walaupun demikian, verifikasi pem-
dengan perlakuan panas 700, 800, dan 900
bentukan krom karbida tidak mudah dilaku-
o
C di batas butir kemudian turun menjauhi
kan dengan menggunakan metode X-Ray
batas butir, kecuali dengan perlakuan
diffraction (XRD), sehingga penggunaan
panas 600 oC. Nakamichi. H, K. Sato, Y.
transmission electron microscopy (TEM)
Miyata and M. Kimura (2008) menjelaskan
electron diffraction dapat dimungkin-
indikasi kenaikan konsentrasi unsur krom
kan dilakukan untuk melihat orientasi
di batas butir terjadi diiringi penurunan
kristalografi dan struktur karbida (Abhay
konsentrasi unsur krom menjauhi batas
K. Jha 2016). Penelitian ini belum dapat
butir pada logam stainless steel martensitik
menjelaskan keberadaan senyawa inter-
yang mengakibatkan keberadaan karbida

129
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132

metalik krom karbida dibatas butir logam Coetzee. M, P.G.H. Pistorius. 1996. “The
stainless steel J4 secara komprehensif, Welding of Experimental Low-
sehingga eksperimen lebih lanjut akan Nickel Cr-Mn-N Stainless Steels
Containing Copper.” The Journal of
dilakukan untuk ini. the South African Institute of Mining
and Metallurgy, 99–108.

KESIMPULAN Davids, J.R. 1994. ASM Speciality Hand-


book, Stainless Steels, Welding.
Stainless steel seri J4 mengalami sensitasi
setelah dilakukan perlakuan panas dengan Davidson.R.M., T. DeBold, M.J. Johnson.
1987. “Corrosion of Stainless Steels.”
rentang suhu antara 700 s.d. 900 oC, tetapi In Metals Handbook, Corrosion 13.
tidak terjadi sensitasi pada perlakuan panas
600 oC. Morfologi permukaan logam Devaraju, A. 2015. “Development of Aus-
setelah uji sensitasi berstandar ASM A262- tenitic Stainless Steel Type 316LN-
a Review.” International Journal of
02a dengan rentang suhu antara 700 s.d. Design and Manufacturing Techno-
900 oC mengalami serangan batas butir, logy 66 (2): 48–53.
sebaliknya tidak dengan logam bersuhu
Gooch, G. 1996. “Corrosion Behavior of
600 oC. Penurunan kadar kromium yang Welded Stainless Steel.” Welding
berjarak ±0,2 mikron dari batas butir dan Journal, 135–153.
naiknya unsur kromium di batas butir
Hudson.B.F. 2001. “Corrosion in 316
mengindikasikan adanya proses difusi Stainless Steel versus 316 Low Car-
kromium ke batas butir dan terbentuknya bon Stainless Steel.”
senyawa intermetalik karbida.
Kumar.V, P. Joshi,S.Dhakad,H. Shekhar,S.
Singh, S. 2015. “Analysis of the
Effect of Sensitization on Austeni-
UCAPAN TERIMA KASIH tic Stainless Steel 304L Welded by
Penulis mengucapkan terima kasih kepada GTAW Process.” Open International
Pusat Penelitian Metalurgi dan Material- Journal of Technology Innovations
and Research 14: 1–12.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
khususnya rekan-rekan peneliti dan teknisi Mohd Warikh Abd Rashid, Miron Gakim,
di laboratorium Korosi dan Laboratorium Zulkifli Mohd Rosli, Mohd Asyadi
Azam. 2012. “Formation of Cr23C6
Logam. during the Sensitization of AISI
304 Stainless Steel and Its Effect
to Pitting Corrosion.” International
DAFTAR ACUAN Journal of Electrochemical Science
7: 9465–77.
Abhay K. Jha, K. Sreekumar. 2016. “No
Title.” Engineering Failure Analysis Nakamichi. H,K.Sato,Y.Miyata, M.Kimura,
16: 1379–1386. K.Masamura. 2008. “Quantitative
Analysis of Cr-Depleted Zone Mor-
ASTM. 2002. “Standard Practices for phology in Low Carbon Martensitic
Detecting Susceptibility to Intergra- Stainless Steel Using FE-(S)TEM.”
nular Attack in Austenitic Stainless Corrosion Science 50 (2): 309–15.
Steels.” In ASTM A262-02, 1–16.
Pistorius.P.C. 1996. “Sensitization of Type
Atanda.P, A.Fatudimu. 2010. “Sensiti- 430 Ferritic Stainless Steel during
sation Study of Normalized 316L Continuous Annealing.” The Jour-
Stainless Steel.” Journal of Minerals nal of the South African Institute of
and Materials Characterization & Mining and Metallurgy, 119–25.
Engineering 9 (1): 13–23.

130
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...

Priyotomo, G. 2008. “Hubungan Korosi Steel 304L Welded by GTAW


Batas Butir Baja Tahan Karat Tipe Process.” HCTL Open International
304 Metode ASTM A262 dan Tem- Journal of Technology Innovations
peratur Sensitasi.” Korosi 17 (1): and Research 14: 1–12.
45–52.
Xiaofei Yu, Shenhao Chen, Liang Wang.
Rem.T.H.O. 1957. “Influence of Crystallo- 2009. “Effect of Solution Treatment
graphic Orientation on the Corrosion Conditions on the Sensitization of
Rate of A Luminum in Acids and Austenitic Stainless Steel.” Journal
Alkalies.” Journal of Research of the of the Serbian Chemical Society 74
National Bureau of Standards 58 (3): (11): 1293–1302.
157–66.
Takayama.Y, K. Nohara, H. Kato. 2010.
“Influence of Crystallographic Orien-
tation on Corrosion Behavior of 5N
Purity Aluminum.” In Proceedings
of the 12th International Conference
on Aluminium Alloys.
Tsai.N.S., T.W. 1984. “The Size of the
Sensitization Zone in 304 Stainless
Steel Welds.” J. Materials for Energy
Systems 6 (1): 33–37.
Tukur.S.A., M.S Dambatta, A. Ahmed,
N.M. Mu’az. 2014. “Effect of Heat
Treatment Temperature on Mechani-
cal Properties of the AISI 304 Stain-
less Steel.” International Journal
of Innovative Research in Science,
Engineering and Technology 3 (2):
9516–20.
Václav ŠEFL, Jaroslav BYSTRIANSKÝ.
2012. “Sensitivity to Intergranular
Attack Kinetics of High-Alloyed
Austenitic Stainless Steels with
Copper.” In the Proceeding of MET-
AL, 1–6.
Venegas.V, F. Caleyo, L. E. Vázquez, T.
Baudin, J. M. Hallen. 2015. “On the
Influence of Crystallographic Tex-
ture on Pitting Corrosion in Pipeline
Steels.” Int. J. Electrochem. Sci 10:
3539–52.
Viana.P.R., L.Venturini, Y. S. Souza. 2015.
“Intergranular Corrosion of AISI
304 Heat Treated at 800 °C Varying
Range Times.” J. Chem. Chem. Eng
9: 262–68.
Viranshu Kumar, Pradeep Joshi, Shivdayal
Dhakad, Hirendra Shekhar, Sukhbaj
Singh,Shailesh Kumar.2015.“Sen-
sitization on Austenitic Stainless

131
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132

132

Anda mungkin juga menyukai