Perilaku Sensitasi Pada Logam Stainless Steel Seri J4 Akibat Perlakuan Panas
Perilaku Sensitasi Pada Logam Stainless Steel Seri J4 Akibat Perlakuan Panas
123-132
124
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...
125
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132
temperatur kerja pada perlakuan panas. Lebih jauh lagi, penambahan unsur
Setelah itu, identifikasi keberadaan unsur- kromium paling sedikit 13% cukup mem-
unsur pada permukaan spesimen stain- berikan perlindungan terhadap korosi, yang
less steel dilakukan dengan menggunakan disebabkan oleh peningkatan ketebalan
Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). lapisan protektifnya dapat meningkatkan
ketahanan korosi (Devaraju 2015). Gooch
(1996) menjelaskan bahwa pembentukan
HASIL DAN PEMBAHASAN lapisan pasivasi sebagai lapisan yang ber-
Karakterisasi Material Stainless Steel tanggung jawab atas ketahanan korosi pada
Seri J4 stainless steel terjadi minimal konsentrasi
Karakterisasi material spesimen uji dalam kromium 12% di dalam larutan 1 M H2SO4.
penelitian sangat penting untuk memasti-
kan kembali jenis material tersebut sebelum
Pengaruh Perlakuan Panas terhadap
diuji. Hasil pengujian komposisi kimia
Serangan Batas Butir
material dengan menggunakan ARL Spark
Optical Emission Spectrometer terlihat Setelah dilakukan pengujian deteksi ke-
pada Tabel 1. Komposisi kimia unsur-unsur rentanan stainless steel terhadap serangan
logam spesimen uji sesuai dengan standar korosi batas butir yang mengacu pada
logam stainless steel seri J4 hasil produksi ASTM A262-02a, Practice A, hasil
industri asal India, dimana penambahan mikrostruktur setiap material terlihat
unsur tembaga dilakukan untuk me- pada Gambar 1 s.d. 5. Gambar 1 mem-
ngurangi work hardening rate logam perlihatkan morfologi step structure pada
tersebut. Penambahan unsur tembaga (Cu) spesimen dengan perlakuan panas solution
dilakukan sekaligus pengurangan unsur annealing sebagai pembanding, dimana
nikel (Ni), dimana kedua unsur tersebut morfologi bertangga-tangga antara butiran
sebagai penstabil fasa austenit sama juga mengindikasikan tidak ada bentukan ber-
dengan unsur mangan (Mn). parit pada batas butir. Ketiadaan bentukan
parit pada batas butir memperlihatkan
Tabel 1. Komposisi kimia unsur logam stainless
steel seri J4
tidak ada serangan korosi batas butir. Lebih
jauh lagi, perlakuan panas dilakukan pada
Unsur Standar material Spesimen uji suhu 600 oC dan didinginkan di tungku.
C 0.10 (maks) 0.06 Morfologi bertangga-tangga antara butiran
Mn 8.5-10.0 8.85
logam terlihat pada Gambar 2. Ini berarti
bahwa tidak ada serangan batas butir yang
S 0.01 (maks) 0.007
sama dengan stainless steel hasil solution
P 0.75 (maks) 0.026 annealing. Di sisi lain, pemanasan material
Si 0.75 (maks) 0.44 dilakukan pada suhu 700, 800, dan 900
Cr 15-16 (maks) 15.2
o
C memperlihatkan perubahan morfologi
menjadi bentukan parit-parit berwarna
Cu 1.50-2.00 (maks) 1.67
gelap di batas butir yang mengindikasikan
N 0.20 ( maks) - serangan korosi batas butir terjadi.
Ni 1.00-2.00 1.18
126
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...
Morfologi permukaan
Suhu
No logam (acuan ASTM
operasional (oC)
A262-02a)
127
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132
Tabel 2 mengindikasikan bahwa pe- an batas butir. Pada stainless steel, hasil
manasan spesimen stainless steel J4 pada solution annealing memperlihatkan tidak
temperatur 600 oC tidak meningkatkan terjadi serangan batas butir yang terlihat-
kerentanan terhadap sensitasi yang ber- pada Gambar 6 sama dengan stainless
kontribusi membentuk daerah yang rentan steel hasil pemanasan bersuhu 600 oC,
serangan batas butir dikarenakan ber- terlihat pada Gambar 7. Lebih jauh lagi,
morfologi step structure, dibandingkan ketiadaan terjadinya serangan batas butir
dengan spesimen uji dengan perlakuan disebabkan terjadinya proses elektrokimia
panas 700, 800, dan 900 oC yang ber- berupa proses anodik terutama dalam
morfologi ditch structure, dikarenakan butir akibat orientasi kristal yang berbeda
adanya difusi kation kromium ke arah setiap butir (Rem.T.H.O 1957; Takayama.
batas butir dan bersenyawa membentuk Y and K. Nohara 2010; Venegas 2015). Oleh
senyawa intermetalik karbida (ASTM karena itu, hal ini mengindikasikan perbeda-
2002). Metode lanjutan observasi mor- an ketinggian tiap butir pada Gambar 6
fologi permukaan spesimen juga dilakukan dan 7 dikarenakan proses pelarutan anodik
dengan menggunakan scanning electron secara selektif akibat perbedaan orientasi
microscope (SEM) untuk melihat serang- kristal.
128
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...
129
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132
metalik krom karbida dibatas butir logam Coetzee. M, P.G.H. Pistorius. 1996. “The
stainless steel J4 secara komprehensif, Welding of Experimental Low-
sehingga eksperimen lebih lanjut akan Nickel Cr-Mn-N Stainless Steels
Containing Copper.” The Journal of
dilakukan untuk ini. the South African Institute of Mining
and Metallurgy, 99–108.
130
Gadang Priyotomo dan I Nyoman Gede Putrayasa. | Perilaku Sensitasi pada Logam Stainless Steel...
131
Widyariset | Vol. 4 No. 2 (2018) Hlm. 123-132
132