Anda di halaman 1dari 65

CRITICAL BOOK

KEWARGANEGARAAN

Samuel Badia Tampubolon

7183210043

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN /PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat tuhan Yang Maha Esa dan dengan
rahmat dan karunianya, Tugas Critical Book Report ini dapat saya buat, sebagai bahan
pembelajaran kami dengan harapan dapat diterima dan dipahami secara bersama.

Tugas Critical Book ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan. Tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Medan, Maret 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara konseptual, Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dilaksanakan dalam


rangka mewujudkan amanat Pendidikan Nasional.

Belajar tentang Pendidikan kewarganegaraan (PKN) pada dasarnya adalah belajar


tentang ke Indonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia,
membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia.

B. Tujuan

Agar mahasiswa paham lebih dalam lagi mengenai pengertian, pengaplikasian untuk
menjadi seorang warga negara yang baik dan benar.

C. Manfaat

Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan Fungsi warga negara dengan benar.


BAB II

ISI BUKU

A. Identitas Buku Utama

 Judul Buku : “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi”

 Pengarang : Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd. dkk

 Penerbit : UNIMED

 Tahun Terbit : 2017

B. Identitas Buku Pembanding

 Judul Buku : “PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BINGKAI NKRI


 Pengarang : Wandhi Pratama Putra Sisman ,S.H., M.Kn. dkk
 Penerbit : Mitra Wacana Media
 Tahun terbit : 2016
RINGKASAN BUKU UTAMA

BAB I

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

A. Pendahuluan

Secara Konseptual, Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dilaksanakan dalam


rangka mewujudkan amanat Pendidikan Nasional.

Belajar tentang Pendidikan kewarganegaraan (PKN) pada dasarnya adalah belajar


tentang ke Indonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia,
membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia.

B. Pengertian Pendidikan Kewargangaraan

Pendidikan Kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata ialah kata “Pendidikan” dan
kata “Kewarganegaraan”. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Secara konseptual istilah kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga
negara. Pendidikan kewarganegaraan merupakan terjemahan dari istilah asing Civic
Education.

Menurut Margaret Stimman Branson Civic Education adalah satu komponn


pendidikan penting yang mengajarkan warga negara untuk mengambil bagian dalam
kehidupan demokrasi publik.

Branson membagi ranah civic education yaitu :

1. Civic Skills, merupakan keterampilan yang dikembangka dari pengetahuan


kewarganegaraan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna
2. Civic knowledge, adalah materi substansi atau pengetahuan yang berkaitan dengan
kandungan apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara
3. Civic dispositions merupakan karakter kewarganegaraan yang dikembangkan dari
pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan

Misi civic education menurut Quigley dan Bahmueller untuk pembentukan


pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam hal kewarganegaraan yang memungkinkan
partisipasi warga negara dalam pemerintahan secara efektif dan bertanggung jawab.

Menurut Nu’man Somantri pendidikan kewarganegaraan sebagai seleksi dan adaptasi


dari lintas ilmu sosial dan kegiatan – kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara psokilogis dan ilmiah untuk ikut mencapai tujuan pendidikan.

C. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

1. Landasan Ilmiah

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menmbuhkan wawasan dan


kesadaran bernegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah merupakan ilmu, setiap ilmu harus
memenuhi syarat – syarat ilmiah yaitu mempunyai objek, metode, sistem, dan bersifat
universal.

2. Landasan Hukum / Yuridis

a) UUD RIS 1945, Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa “tiap –tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”
b) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 37 ayat (2)
menyatakan bahwa “kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan dan Bahasa.

D. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Kosasih Djahiri tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut :

1. Secara Umum, untuk mendukung keberhasilan pencapaian pendidikan nasional


2. Secara Khusus, yaitu membina moral yang diharapkan diwujukan dalam kehidupan
sehari – hari

Program pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi harus mampu


mencapai tujuan :

1) Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah
air
2) Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
3) Menjunjung tinggi nilai – nilai keadilan

BAB II

Identitas Nasional

A. Pendahuluan

Menurut Armani di Indonesia, kebhinekaan atau heterogenitas merupakan faktor yang


sangat diperhitungkan sejak awal berdirinya negara.

Identitas nasional merujuk pada identitas – identitas yang sifatnya nasional. Identitas
nasional merupakan sesuatu yang ditransmisikan dari masa lalu dan dirasakan sebagai
pemilikan bersama.

B. Pengertian Identitas Nasional

Konsep identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar “identitas “ dan “nasional”.
Dalam kamus besar BahasaIndonesia, identitas berarti ciri – ciri atau keadaan khusus
seseorang atau jati diri. Kata nasional berasal dari kata “national” dalam KBBI “nasional”
berarti bersifat kebangsaan. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional
lebih dekat dengan arti jati diri yakni ciri – ciri atau karakteristik, perasaan atau keyakinan
tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.

Identitas nasional yang berasal dari kata “national identity” dapat diartikan sebagai
“kepribadian nasional” atau “jati diri nasional”. Konsep identitas nasional dalam arti jati diri
bangsa menurut Kaelan adalah nilai – nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan
dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, dan
ciri masyarakat Indonesia.

C. Konsep Bangsa Indonesia

Menurut Otto Bauer bangsa adalah suatu persatuan karakter yang timbul karena
persatuan nasib. Dalam ensiklopedia nasional Indonesia bangsa dijelaskan dari perspektif
hukum, yaitu rakyat atau orang – orang yang berada di dalam satu masyarakat hukum yang
terorganisir. Bangsa Indonesia adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari berbagai suku
bangsa yang mendiami wilayahNKRI dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Menurut Winarna faktor – faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia adalah
sebagai berikut :

1. Adanya persamaan nasib

2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka

3. Adanya kesatuan tempat tinggal

4. Adanya cita – cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai
suatu bangsa.

D. Unsur – Unsur Pembentuk Identitas Nasional

Terdapat dua jenis bentuk identitas, yakni identitas primer dan identitas sekunder.
Identitas primer yakni identitas yang mengawali terjainya identitas sekunder, sedangkan
identitas sekunder adalah identitas yang dibentuk atau direkonstruksi berdasarkan hail
kesepakatan bersama.

Identitas primer yang terwujud antara lain dalam bentuk budaya etnis yang
dikembangkan agar memberi sumbangan bagi pembentukan budaya nasional dan akhirnya
menjadi identitas nasional.

Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir kemudian bila dibandingkan dengan
identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif
Bentuk – bentuk identitas nasional Indonesia dikemukakan oleh Winarno adalah
sebagai berikut :

1. Lambang negara adalah Garuda Pancasilla

2. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya

3. Bendera negara adalah sang Merah Putih

4. Bahasa Nasional adalah bahasa Indonesia

5. Hukum dasar ngara adalah UUD NRI 1945

6. Pancasilla sebagai dasar negara

7. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara

8. Konsepsi wawasan Nusantara

BAB III

Integrasi Nasional

A. Pendahuluan

Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara,
terutama negara – negara yang usianya masih relatif muda termasuk Indonesia. Sejak
proklamasi kemerdekaan sampai sekarang negara Indonesia masih menghadapi persoalan
bagaimana menyatukan Penduduk Indonesia.

Tantangan itu sangat terasa terutama ketika bangsa Indonesia membutuhkan


kebersamaan dan persatuan dalam menghadapi dinamika kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

B. Pengertian Integrasi Nasional

Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggris adalah “National Integration”.


“Integration” berarti kesempurnaan. “nation” artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari
orang – orang yang berbeda latar belakang. Integrasi nasional adalah upaya menyatukan
seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya. “mengintegrasikan” berarti
membuat untuk atau menyempurnakan dengan tujuan menyatukan unsur – unsur yang semula
terpisah – pisah.

Tentang Integrasi, Myron Weiner memberikan 5 definisi mengenai integritas, salah


satunya yaitu : Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial dalam satu wilayah. Sejalan dengan definisi tersebut Myron Weiner dalam Ramlan
Surbakti membedakan 5 tipe Integrasi, yaitu :

 Integrasi Nasional

 Integrasi wilayah

 Integrasi nilai

 Integrasi elit masa

 Integrasi tingkah laku

C. Pentingnya Integrasi Nasional

Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin


diwujudkan, karena setiap masyarakat menyimpan potensi konflik dan pertentangan.
Persamaan kepentingan kebutuhan untuk bekerjasama serta konsensus tentang nilai – nilai
tertentu dalam masyarakat merupakan potensi yang mengintegrasikan.

Negara baru seperti halnya Indonesia membangun Integrasi juga menjadi tugas
penting. Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal ini. Pertama, pemerintah kolonial Belanda
tidak pernah memikirkan tentang perlunya membangun kesetiaan nasional dan semangat
kebangsaan pada rakyat Indonesia. Kedua, bagi negara – negara baru tuntutan integrasi ini
juga menjadi masalah pelik karena latar belakang bangsa yang bersangkutan.

D. Strategi Integrasi

1. Strategi Asimilasi, adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
menjadi satu kebudayaan yang baru sehingga melebur menjadi satu.
2. Strategi Akulturasi, adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
sehingga memunculkan kebudayaan yang baru dimana ciri – ciri budaya asli
pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.

3. Strategi Pluralis, paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya


perbedaan dalam masyarakat.

E. Integrasi Nasional Indonesia

Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horisontal. Dimensi vertikal adalah dimensi yang berkenaan denga upaya menyatuka
persepsi, keinginan dan harapan yang ada antara elite dengan masa atau pemerintah dengan
rakyat.

Sedangkan dimensi horisontal adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya


mewujudkan dengan persatuan di antara perbedaan – perbedaan yang ada dalam masyarakat
itu sendiri. Salah satu persoalan yang dialami oleh negara – negara berkembang seperti
Indonesia dengan mewujudkan integasi adalah masalah Primordialisme yang masih kuat.

Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai karakter suatu
bangsa tetap diperlukan di era Indonesia merdeka sebagai kekuatan untuk menjaga eksistensi
sekaligus mewujudkan taraf peradaban yang luhur, kekuatan yang tangguh dan mencapai
negara bangsa yang besar.

BAB IV

Negara Dan Konstitusi

A. Pendahuluan

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintahan yang ada didalamnya,
masyarakat ingin mewujudkan tujuan – tujuan tertentu. Agar pemerintah suatu negara yang
memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan masyarakat, maka ada sistem aturan yang
mengaturnya. Aturan yang paling tinggi tingkatannya dalam suatu negara dinamakan
Konstitusi atau sering disebut dengan UUD.
B. Konsep Negara

Berikut ini konsep pengertian negara yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

1. Roger H. Soltau, negara adalah sebagai alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan – persoalan bersama atas nama masyarakat.

2. Harold J. Laskg y, negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena


mempunyai wewenang yang bersifat memaksa.

3. Miriam Budiarjo, negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah
oleh sejumlah pejabat.

C. Unsur – Unsur Terbentuknya Negara

1. Unsur Konstitutif, unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar terbentuk negara. Unsur ini
terdiri dari rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat.

2. Unsur Deklaratif, unsur yang sifatnya menyatakan bkan mutlak harus dipenuhi. Unsur ini
terdiri atas tujuan negara UUD dan pengakuan dari negara lain.

D. Sifat – Sifat Negara

1. Sifat Memaksa, artinya bahwa negara mempunyi kekuatan fisik secara legal agar
tercapai ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarki.

2. Sifat memonopoli, Monopli berasal dari kata “Mono” yang artinya satu dan “poli”
yang artinta penguasa, jika sifat monopoli dikaitkan dengan suatu negara adalah suatu
hak tunggal yang dilakukan oleh negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk
kepentingan bersama

3. Sifat mencakup semua, berarti smua peraturan perundang undangan yang berlaku
adalah untuk semua orang tanpa kecuali.

E. Tujuan Dan Fungsi Negara

Mengenai tujuan negara ini, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya yang beragam
antara lain :

1. Roger H. Soltau, tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta


menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.
2. Lord Shang, di dalam setiap negara terdapat subjek yang selalu bertentangan dan
berhadapan, yaitu pemerintah dan rakyat

3. Immanuel Kant, tujuan negara untuk menegakkan hak – hak dan kebebasan –
kebebasan warganya.

Fungsi yang secara umum pasti dimiliki oleh setiap negara antara lain :

1) Melaksanakan ketertiban

2) Pertahanan

3) Menegakkan keadian

4) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya

F. Pengertian Konstitusi

Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara. Sebagai hukum dasar negara,
konstitusi berisi aturan dan ketentuan hal – hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.
Menurut Winarno, konstitusi dapat diartikan dalam arti luas dan sempit.

 Konstitusi dalam Arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis

 Konstitusi dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis yaitu UUD

G. Tujuan Dan Fungsi Konstitusi

Menurut Miriam Budiharjo menjelaskan setiap UUD memuat ketentuan – ketentuan


mengenai hal – hal sebagai berikut :

1) Organisasi negara

2) Hak – hak asasi manusia

3) Prosedur mengubah UUD

4) Adakalnya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD

Menurut Jinly Asshiddiqie konstitusi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

 Fungsi penentu
 Fungsi pemberi

 Fungsi penyalur

 Fungsi pengatur kekuasaan antar organ negara

 Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat

H. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Indonesia

UUD memegang peranan penting bagi kehidupan suatu negara. Dalam sejarahnya
sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah berlaku tiga macam
UUD dalam 4 periode yaitu :

1) Periode 18 Agustus – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945

2) Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 berlaku UUD RIS

3) Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950

4) Periode 5 Juli 1959 – Sekarang berlaku kembali UUD 1945

I. Amandemen atau Perubahan UUD 1945

Artinya mengubah atau mengadakan pembuatan yang mana menjadi hak parlemen
untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan UUD. Inti peenrapan sistem
pemerintahan pasca amandemen Konstitusi UUD 1945 antara lain :

o Pelaksanaan pemilu langsung presiden dan wakil presiden

o Perubahan ideologi politik dari sosialis demokrat menjadi liberal

o Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab

BAB V

Hak Negara Dan Warga Negara


A. Pendahuluan

Warga Negara merupakan salah satu unsur pokok dalam suatu negara, selain adanya
wilayah dan pemerintahan yang berdaulat.

B. Konsep Warga Negara

Warga negara dalam bahasa Inggris disebut Citizen, dalam bahasa Yunani Civics
yang berarti penduduk sipil. Menurut Aristoteles yang disebut warga negara adalah orang
yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara.

Selanjutnya, Sri Wuryan dan Syaifullah menjelaskan bahwa warga negara dibagi ke
dalam dua golongan yaitu (1) yang menguasai atau yang memerintah, (2) yang dikuasai atau
yang diperintah.

C. Warga Negara Indonesia

Pasal 1 UUD 1945 menetapkan bahwa warga negara Indonesia adalah :

1. Orang yang asli dalam daerah negara Indonesia

2. Orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara Naturalisasi

3. Anak yang sah

4. Anak yang lahir di dalam daerah negara Indonesia

5. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang WNI

Saat ini UU tentang kewarganegaraan RI yang berlaku adalah UU No. 12 Tahun


2006. Tentang siapa warga negara Indonesia, dinyatakan pada pasal 4 UU No. 12 Tahun
2006 yaitu :

a) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang – undangan

b) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara
Indonesia

c) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia
d) Anak yang lahir di wilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan Ibunya.

e) Anak yang lahir dalam tenggat waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI

D. Asas – Asas Kewarganegaraan

Dalam penentuan kewarganegaraan ada 2 asas, yaitu asas kewarganegaraan


berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Tetapi dalam
literatur hukum dan dalam praktek dikenal adanya 3 asas kewarganegaraan masing – masing
adalah Ius Soli, Ius Sanguinis dan Asas Campuran.

 Asas Ius Soli, berasal dari bahasa Latin, “Ius” yang berarti pedoman atau hukum.
Sedangkan soli berasal dari kata “solum” yang berarti negeri, tanah atau daerah. Jadi
Ius Soli adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau darah atau
kelahiran seseorang.

 Asas Ius Sanguinis, asas ini menetapkan seseorang mendapatkan warga negara Jika
orangtuanya adalah warga negara suatu negara.

 Asas yang bersifat campuran, sehinggadapat menyebabkan terjadinya apatride (tanpa


kewarganegaraan) atau Bipatride (Kewarganegaraan Ganda).

Sedangkan Asas kewarganegaraan khusus ialah asas yang terjadi atas beberapa
macam asas atau pedoman kewarganegaraan yaitu :

1. Asas kepentingan Nasional

2. Asas perlindungan Maksimum

3. Asas kebenaran Substantif

4. Asas Non – Diskriminatif

5. Asas keterbukaan
E. Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia

Dalam literatur hukum di Indonesia, biasanya cara memperoleh status


kewarganegaraan hanya terdiri atas dua cara yaitu status kewarganegaraan dengan kelahiran
di wilayah Hukum Indonesia dan dengan cara pewarganegaraan atau Naturalisasi.

Adapun 5 prosedur atau metode perolehan status kewarganegaraan yang dikenal


dalam praktek tersebut adalah :

1. Citizenship by birth, adalah cara meperoleh kewarganegaraan berdasarkan kelahiran

2. Citizenship by descent, adalah cara memperoleh kewarganegaraan berdasarkan


keturunan

3. Citizenship by naturalisation, adalah pewarganegaraan orang asing melalui


permohonan menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan – persyaratan
yang ditentukan

4. Citizenship by registration adalah peroleh kewarganegaraan bagi mereka yang telah


memenuhi syarat – syarat tertentu.

5. Citizenship by incorporation of territo, adalah proses kewarganegaraan karena


terjadinya perluasan wilayah negara.

Terdapat 3 kemungkinan cara kehilangan kewarganegaraan yaitu :

1) Renunciation, yaitu tindakan sukarela seseorang untuk meninggalkan salah satu dari
dua atau lebih status kewarganegaraan yang diperolehnya dari dua negara atau lebih

2) Termination, yaitu penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan hukum

3) Devrivation, yaitu penghentian secara paksa

F. Konsep Dasar HAM

HAM meliputi nilai – nilai ideal yang mendasar yang tanpa nilai – nilai dasar itu
orang tidak dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dikatakan
HAM ialah karena hak – hak itu bersumber pada sifat hakekat manusia sendiri yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa.
G. Sejarah HAM

Pada masa kenabian di kota Madinah disusun sebuah piagam Madinah. Piagam ini
merupakan dokumen kesepakatan masyarakt Madinah untk melindungi dan menjamin hak –
hak sesama warga msyarakat tanpa memandang latar belakang suku dan agama.

Perkembangan yang lebih konkrit tentang HAM terjadi setelah lahinya Bill OF
Rights. Inti menyatakan bahwa “manusia sama di muka hukum” piagam inilah yang menjadi
embrio negara hukum Demokrasi dan persamaan

H. Prinsip – Prinsip Pokok HAM

 Prinsip Universal

 Prinsip tidak dapat dilepaskan

 Prinsip tidak dapat dipisahkan

 Prinsip saling tergantung

 Prinsip keseimbangan

 Prinsip partikularisme

I. HAM dalam UUD 1945

BAB XA

Hak Asasi Manusia

Pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F dan lain – lain

BAB VI

Demokrasi

A. Pendahuluan

Demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem
organisasi politik dan sosial. Dipilihnya demokrasi sebagai sistem kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara karena 2 alasan. Pertama hampir semua warga negara di dunia ini
telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental dan kedua, demokrasi sebagai
asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya.

B. Pengertian Demokrasi

Secara istilah (Etimologi), kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia”
yang berarti “Rule Of the People”. Dengan demikian demokrasi berarti kekuasaan atau
pemerintah ada di tangan rakyat. Dalam pembicaraan tentang demokrasi sering muncul istilah
kebebasan. Memang dalam Demokrasi terkandung kebebasan, tetapi kebebasan itu tidaklah
absolut, melainkan memiliki keterbatasan.

Demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat dimana warga
ngara turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih.

C. Dari Demokrasi Langsung Ke Demokrasi Perwakilan

Istilah demokrasi, pertama kali dipakai di Yunani Kuno khususnya di Kota Athena
sekitar abad ke-6. Kota – kota di daerah Yunani pada waktu itu masih kecil – kecil.
Penduduknya tidak banyak sehingga mudah dikumpulkan oleh pemerintah dalam suatu rapat
untuk bermusyawarah. Karena rakyat iku serta secara langsung, pemerintah itu disebut
pemerintah langsung.

Tetapi dalam perjalanan sejarah, kota – kota terus berkembang. Dalam kondisi seperti
itu, masyarakat modern dengan besar dan kerumitannyamenawarkan sedikit kesempatan
untuk deokrai langsung. Kini bentuk palng umum demokrasi beralih dari demokrasi langsung
ke demokrasi tidak langsung.

D. Karakteristik Sistem Politik Demokrasi

Mengintisarikan damokrasi sebagai sistem yang memiliki 11 pilar yaitu, :

1. Kedaulatan rakyat

2. Kekuasaan mayoritas
3. Hak – hak minoritas

4. Jaminan HAM

5. Pemilihan bebas dan jujur

6. Persamaan di depan hukum

7. Proses hukum yang wajar

8. Pembatasan pemerintah secara konstitusional

9. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik

10. Nilai – nilai toleransi pragmatisme kerjasama dan mufakat

11. Pemerintah berdasakan persetujuan dari yang diperintah

E. Demokrasi di Indonesia

Perlu dipahami bahwa demokrasi yan berjalan di Indonesia telah menghasilkan


sejumlah kemajuan dari segi prosedural, pemilu legisatif, pemilu presiden dan paling penting
dalam suasana damai. Demokrasi Indonesia dikatakan demokrasi pancasilla. Demokrasi
pancasilla dapat diartikan secara luas maupun sempit.

 Secara luas demokrasi pancasilla berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai
– nilai pancasilla

 Secara sempit demokrasi pancasilla berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan


menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Miriam Budiarjo, menyatakan bahwa dipandang dari sudut perkembangan sejarah


demokrasi Indonesia sampai masa orde baru dapat dibagi dalam 4 masa yaitu :

1. Masa pertama RI (1945-1949) yang dinamakan masa demokrasi konstitusional

2. Masa kedua RI (1959-1965) yaitu masa demokrasi terpimpin yang banyak aspek
menyimpang dari demokrasi konstitusional.
3. Masa ketiga RI (1965-1998) yaitu masa demokrasi pancasilla yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensil.

4. Masa keempat (1998-sekarang) yaitu masa reformasi yan menginginkan tegaknya


demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap praktik – praktik politik yang
terjadi pada masa ketiga RI.

F. Pendidikan Demokrasi

Pada dasarnya Pnedidikan demokrasi dapat dilakukan melalui tiga cara , yaitu :

1) Pendidikan demokrasi secara formal , pendidikan yang lewat tatap muka, diskusi
timbal balik, presentasi serta studi kasus

2) Pendidikan demokrasi secara informal, pendidikan yang lewat tahap pergaulan di


rumah maupun masyarakat.

3) Pendidikan demokrasi secara non formal, pendidikan yang melewati lingkungan


masyarakat secara lebih makro karena pendidikan di luar sekolah memiliki
parameter yang signifikan terhadap pembentukan jiwa seseorang.

BAB VII

Negara Hukum

A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelenggaraan


pemerintahan dan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum bukan di
dasarkan atas kekuasaan belaka.

B. Pengertian Negara Hukum

Menurut Aristoteles negara Hukum adalah Negara hukum adalah negara yang berdiri
di atas hukum yang menjamin keadilan bagi seluruh warga negara. Dari pendapat di atas
dapat dirumuskan pengertian negara hukum adalah negara dimana segala tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah maupun warga masyarakat diatur oleh ketentuan hukum, setiap
pelanggar hukum akan dikenakan sanksi sebagaimana mestinya.
C. Prinsip Negara Hukum

Negara yang menganut sistem “Rule Of Law” harus memiliki prinsip yang jelas.
Menurut Diley terdapat terdapat tiga unsur yang fundamental dalam “Rule Of Law” yaitu :

1) Supremasi aturan – aturan

2) Kedudkan yang sama di depan hukum

3) Terjaminnya hak – hak asasi manusia oleh undang – undang dan keputusan –
keputusan pengadilan

Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara
hukum dalam arti material. Konsep negara hukum material yang dikembangkan di abad ini
sedikitnya memiliki sejumlah ciri – ciri yaitu sebagai berikut :

 Supremasi Hukum

 HAM terjamin oleh UU

 Pemilihan umum yang bebas

 Kesamaan kedudukan di depan hukum

 Peradilan administrasi dalam perselisihan

D. Makna Indonesia Negara Hukum

Negara Indonesia adalah negara hukum dinamis atau negara kesejahteraan yang
membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan
wewenangnya secara luas dan komprehensif.

Makna Indonesia sebagai negara hukum dinamis esensinya adalah hukum nasional
Indonesia harus tampil Akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu
menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis.progresif artinya selalu
berorientasi kemajuan perspektif masa depan.

BAB VIII
Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

A. Pendahuluan

Manusia dan bumi merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Setelah
manusia membentuk komponen bangsa, manusia itu kemudian menyatakan bahwa bumi yang
dipijaknya sebagai tempat tinggalnya. Sudah tentu perubatan wilayah akan terjadi. Untuk
dapat mempertahankan wilayah hidupnya dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara
maka bangsa harus memiliki kesatuan cara pandang yang dikenal dengan wawasan Nasional.

B. Pengertian dan Teori Geopolitik

a.) Pengertian Geopolitik,

Geopolitik berasal dari bahasa Yunani dari kata Ego dan Politik. “Ego” berarti Bumi
dan “politik” politein berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri “tein” yang berarti
urusan. Berdasarkan pengertian di atas geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau
peraturan – peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh
aspirasi nasional geografik suatu negara.

b) Teori – Teori Geopolitik

1. Teori geopolitik Frederich Ratzel

2. Teori geopolitik Rudolf Kjellen

3. Teori Geopolitik Karl Haushofer

4. Teori Geopolitik Halford Mackinder

5. Teori Geopolitik Alfred Thayer Mehan

6. Teori Geopolitik Guilio Douhet

7. Teori Geopoliik Nicholas J. Spijkman

D. Pengertian Wawasan Nusantara

Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan, atau
penglihatan. Sedangkan kata ‘mawas’ berarti cara pandang. Sementara itu istilah Nusantara
berasal dari kata ‘Nusa’ yang berarti diapit diantara dua hal. Wawasan Nusantara merupakan
cara pandang, cara melihat, cara meninjau bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya.
Wawasan nusantara bagi bangsa Indonesia merupakan pegangan dalam menyikapi
permasalahan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan nasionalnya.

E. Sifat atau Ciri Wawasan Nusantara

Dijelaskan oleh Lembaga Pertahanan Nasional Wawasan Nusantara memiliki dua


sifat atau ciri, yaitu

1. Manunggal, artinya keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap


aspek kehidupan, baik aspek almiah maupun aspek sosial.

2. Utuh menyuluruh artinya utuh menyeluruh bagi nusantara dan rakyat Indonesia
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat dipecah belah
oleh kekuatan apapun.

F. Faktor Kewilayahan yang mempengaruhi wawasan nusantara.

a) Asas Kepulauan

b) Kepulauan Indonesia

c) Konsepsi tentang wilayah Indonesia

d) Zona ekonomi eksklusif (ZEE)

e) Karakteristik wilayah Nusantara

f) Perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya.

BAB IX

Ketahanan Nasional

A. Pendahuluan

Ketahanan suatu bangsa sangat penting bagi kelangsungan kehidupn manusia yang
bersangkutan. Konsepsi ketahanan bangsa untuk karteks Indonesia dikenal dengan nama
ketahanan nasional.
B. Pengertian Ketahanan Nasional

Secara Etimologis, istilah ketahanan nasional berasal dari bahasa Jawa yaitu ‘tahan’
yang berarti kuat, tangguh, dan ulet. Kata nasional berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘nation’
yang berarti bangsa yang telah bernegara.

Pada tahun 1973 konsepsi ketahanan nasional dimasukkan ke dalam (GBHN).


Adapun rumusan konsep ketahanan naional dalam GBHN tahun 1998 adalah sebagai
berikut :

1. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan negara

2. Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan ekonomi, ketahanan


politik, ketahanan sosial budaya.

C. Sifat – Sifat Ketahanan Nasional Indonesia

- Mandiri

- Dinamis

- Manunggal

- Wibawa

- Konsultasi dan Kerjasama

D. Unsur - Unsur Ketahanan Nasional

1) Ketahanan Individu, yaitu ketahanan yang dimiliki oleh seseorang warga negara
yang sehat jasmani dan rohani.

2) Ketahanan keluarga, yaitu ketahanan yang dimiliki oleh suami, istri dan anak dalam
keluarga yang dinamis.

E. Ketahanan Nasional Indonesia

1. Ketahanan Nasional dari aspek Tri Gantra


- Aspek Kedudukan Geografi

- Aspek Kekayaan Alam

- Aspek Keadaan dan Kemampuan Penduduk

2. Ketahanan Nasional dari aspek Panca Gantra

- Aspek Ideologi

- Aspek Politik

- Aspek Ekonomi

- Aspek sosial dan Budaya

RINGKASAN BUKU PEMBANDING

BAB 1

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL

Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang asing. Pancasila terdiri
atas 5 (lima) sila, tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV dan diperuntukkan
sebagai dasar negara Republik Indonesia. Meskipun di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut
tidak secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namun sudah dikenal luas bahwa 5 (lima)
sila yang dimaksud adalah Pancasila untuk dimaksudkan sebagai dasar negara.

A. Tela’ah Pancasila dalam Perspektif Fllsafat

Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan filosofis.


Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai
Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara Indonesia (Syarbaini; 2003).
Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam dan mendasar, kita hamss mengetahui sila-
sila yang membentuk Pancasila itu. Dari masing-masing sila, kita cari intinya, hakikat dari
inti dan selanjutnya pokok-pokok yang terkandung di dalamnya.

1. Nilai-Nilai yang Terkandung pada Pancasila


Berdasarkan pemikiran filsafat, Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu nilai (Kaelan; 2000). Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 Alinea IV adalah sebagai berikut:

• Ketuhanan Yang Maha Esa

• Kemanusiaan yang adil dan beradab

• Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permuswaratan/perwakila

• Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang merupakan
perasan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan Nilai
Persatuan, Nilai Kerakyatan dan Nilai keadilan.

2. Pancasila sebagai Norma Bernegara

hubungan antara nilai dengan norma. Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi
manusia dalam berperilaku sebagai perwujudan dari nilai. Nilai yang abstrak dan normatif
dijabarkan dalam wujud norma. Sebuah nilai mustahil dapat menjadi acuan berperilaku kalau
tidak diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan demikian pada dasarnya norma adalah
perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma, nilai tidak bisa praktis artinya tidak mampu
berfungsi konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Norma yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari ada 4 (empat), yaitu sebagai
berikut:

a. Norma agama

Norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma kepercayaan
atau keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Norma ini ditujukan terhadap
kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri. Sumber norma im‘ adalah ajaran-
ajaran kepercayaan atau agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah
Tuhan. Tuhanlah yang mengancam pelanggaran-pelanggaran norma kepercayaan atau agama
itu dengan sanksi.

b. Norma moral (etik)


Norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau budi pekerti. Norma
moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana kita
menilai seseorang. Norma kesusilaan berhubungan. dengan manusia sebagai individu karena
menyangkut kehidupan pribadi

c. Norma kesopanan

Norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun, tata krama atau norma
fatsoen. Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan atau kepantasan yang
berlaku dalam masyarakat. Daerah berlakunya norma kesopanan itu sempit, terbatas secara
lokal atau pribadi. Sopan santun di suatu daerah tidak sama dengan daerah lain. Berbeda
lapisan masyarakat, berbeda pula sopan santunnya. Sanksi atas pelanggaran norma kesopanan
berasal dari masyarakat setempat.

d. Norma hukum

Norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum berasal dari kekuasaan
luar diri manusia yang memaksakan kepada kita. Masyarakat secara resmi (Negara) diberi
kuasa untuk memberi sanksi atau menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah
sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.

Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat ini bertujuan untuk: (1)
memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek; (2) menentukan pokok-pokok etika kehidupan
berbangsa, bemegara, dan bermasyarakat; (3) menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi
pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan berbangsa, bemegara, dan
bermasyarakat.

Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:

a. Etika Sosial dan Budaya

Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan
kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai,
dan tolongmenolong di antara sesama manusia dan anak bangsa

b. Etika Pemerintahan dan Politik


Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan
efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan,
rasa bertanggung iawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam
persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar walau datang dan orang
per orang ataupun kelompok orang, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika
pemerintahan mengamanatkan agar pejabat memiliki rasa kepedulian tinggi dalam
memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila merasa dirinya telah melanggar
kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat,
bangsa, dan negara.

c. Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ini dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh pribadi, institusi
maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan realitas
ekonomi yang bercirikan: persaingan yang iujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya
etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana
kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara
berkesinambungan.

d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial,


ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap
hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya
supremasi hukum sejalan dengan dan menuju kepada pemenuhan rasa keadilan yang hidup
dan berkembang di dalam masyarakat.

e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan

Etika keilmuan diwujudkan dengan meniunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan


dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis, logis dan objektif. Etika disiplin
kehidupan menegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan
memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat, serta menepati janji dan komimen
diri untuk mencapai hasil yang terbaik.

B. Hakikat Pancasila sebagai Dasar Negara

1. Landasan Yuridis dan Historis Pancasila sebagai Dasar Negara


Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan kedudukan yuridis formal
oleh karena tertuang dalam ketentuan hukum negara, dalam hal ini UUD 1945 pada bagian
Pembukaan Alinea IV. Penegasan akan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara semakin
kuat dengan keluarnya Ketetapan MPR No. XVIII / MPR/ 1998 tentang Penegasan Pancasila
sebagai Dasar Negara dan Pencabutan Ketetapan MPR No. II / MPR/ 1978 tentang P4. Pasal
1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

Secara historis dapat pula dinyatakan bahwa Pancasila yang dirumuskan para pendiri
bangsa (the founding fathers) itu dimaksudkan untuk menjadi dasarnya Indonesia merdeka.
Adalah dr. Radjiman Widiodiningrat selaku ketua BPUPKI yang menanyakan kepada para
peserta sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 dengan kalimat “Indonesia merdeka yang
akan kita bentuk apa dasarnya?" Menanggapi pernyataan ketua tersebut, beberapa anggota
BPUPKI berpidato menyatakan hal-hal tentang apa dasar dan Indonesia merdeka di kelak
kemudian hari.

2. Hakikat Pancasila sebagai Dasar Megan

Pancasila sebagai dasar negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman normatif
bagi penyelenggaraan bemegara Konsekuensi dari rmusa demikian berartii seluruh
pelaksanaan pemerintahan negara Indonesia termasuk peraturan perundangundangan
merupakan pencerminan dari nilai-nilai Pancasila. Penyelenggaraan bernegara mengacu dan
memiliki tolok ukur, yaitu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

C. AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pancasila adalah dasar negara dari negara kesatuan Republik Indonesia. Dimana
diketahui bahwa menurut teori jenjang norma (stufentheorie) yang dikemukakan oleh Hans
Kelsen seorang ahli filsafat hukum, dasar negara berkedudukan sebagai norma dasar
(grundnorm) dan suatu negara atau disebut norma fundamental negara
(staatsfimdamentalnorm). Grundnorm merupakan norma hukum tertinggi dalam negara. Di
bawah grundnorm terdapat normanorma hukum yang tingkatannya lebih rendah dari
grundnorm tersebut. Norma-norma hukum yang bertingkat-tingkat tadi membentuk susunan
hierarkis yang disebut sebagai tertib hukum.

Hans Nawiasky berpendapat bahwa kelompok norma hukum negara terdiri atas 4
(empat) kelompok besar, yaitu:

1. Staatsfundamentalnorm atau norma fundamental Negara

2. Staatgrundgesetz atau aturan dasar/pokok negara,

3. Formellgesetz atau undang-undang.

4. Verordnuqq dan Autonome Satzung atau aturan pelaksana dan aturan otonom.
Kelompok norma itu bertingkat dan membentuk piramida.

D. HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

1. Pengertian Ideologi

ldeologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-
cita, dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide.
Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan “cita-cita". Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus
tnempakan dasar, pandangan/paham.

2. Landasan clan Makna Pancasila sebagai ldeologi Bangsa

Ketetapan bangsa Indonesia bahwa Pancasila adalah ldeologl bagi negara dan bangsa
Indonesia adalah sebagalmana tertuang dalam Ketetapan MPR No. XVlll/MPR/1998 tentang
Pencabutan Ketetapan MPR R] No. Il/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila
sebagai dasar Negara. Pada Pasal 1 ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara.

E. AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL


Pancasila sebagai ideologi nasional yang berarti sebagai cita~cita bemegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret. dan operasional
aplikatif sehingga tidak menjadi slogan belaka. Dalam Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/
1998 dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten
dalam kehidupan bemegara.

1. Perwujudan ldeologi Pancasila sebagai cita-cita Bemegara

Perwujudan Pancasila sebagai ideologi nasional yang berarti menjadi citacita


penyelenggaraan bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No. VII/MPR/ZOOI tentang
Visi Indonesia Masa Depan. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Visi Indonesia
Masa Depan terdiri dari tiga Visi, yaitu:

• Visi Ideal, yaitu cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pada Alenia kedua dan keempat.

• Visi Antara, yaitu Visi Indonesia 2020 yang berlaku sampai dengan tahun 2020.

• Visi Lima Tahunan, sebagaimana termaktub dalam garis-garis Besar Haluan Negara

2. Perwujudan Pancasila sebagai Kesepakatan atau Nilai Integratif Bangsa

Pancasila sebagai nilai integratif, sebagai sarana pemersatu dan prosedur penyelesaian
konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan bernegara. Pancasila sebagai sarana
pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik itulah yang terkandung
dalam nilai integratif Pancasila. Pancasila sudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai
sarana pemersatu, artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila menjadi semacam social
ethics dalam masyarakat yang heterogen.

BAB II

JATI DIRI KEBANGSAAN

A. ESENSI BANGSA

Konsep bangsa memiliki 2 (dua) pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa dalam
pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis:
1. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup


masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut
merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi, mereka menjadi satu bangsa
karena disatukan oleh kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya. Ikatan
demikian disebut ikatan primordial.

2. Bangsa dalam Arti Politis

Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke
luar dan ke dalam. Jadi, mereka diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara. Bangsa dalam arti
sosiologis antropologis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah ethnic, suku, atau suku
bangsa. Ini untuk membedakan dengan bangsa yang sudah beralih dalam anti politis.

3. Cultural Unity dan Political Unity

Melalui pemahaman yang kurang lebih sama, bangsa pada dasarnya memiliki dua arti
yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan; Cultural unity adalah bangsa dalam pengertian
antropologi atau sosiologi, sedangkan political unity adalah bangsa dalam pengertian politik
kenegaraan.

B. ESENSI NEGARA

1. Arti Negara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua pengertian berikut.
Pertaa, negara adalah organisasi di suau wilayah yang mempunyai kekuasan tertinggi yang
sah dan ditaati rakyatnya. Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah
atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

C. UNSUR-UNSUR NEGARA
Dan beberapa pendapat mengenai negara tersebut, dapat disimpulkan bahwa negara
adalah organisasi yang di dalamnya harus ada rakvat wilayah yang permanen dan pemerintah
yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar). Hal di atas disebut unsur-unsur negara.

Unsur-unsur negara meliputi:

a. Rakyat Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu tunduk pada kekuasaan
negara dan mendukung negara yang bersangkutan.

B. Wilayah Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat tinggal bagi
rakyat negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah negara
mencakup wilayah darat, laut, dan udara.

C. Pemerintah yang berdaulat Yaitu adanya penyelenggara negara yang memiliki kekuasaan
menyelenggarakan pemerintahan di negara tersebut. Pemerintah tersebut memiliki kedaulatan
baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti negara memiliki kekuasaan untuk
ditaati oleh rakyatnya. Kedaulatan ke luar artinya negara mampu mempertahankan diri dari
serangan negara lain.

3. Teori Terjadinya Negara

a. Proses Terjadinya Negara secara Teoretis

"Secara teoretis’ yang dimaksud adalah, para ahli politik dan hukum tata cara
berusaha membuat teoretisasi tentang terjadinya negara. Dengan demikian apa yang
dihasilkan lebih karena hasil pemikiran para ahli tersebut, berdasarkan kenyataan faktualnya.
Beberapa teori terjadinya negara adalah sebagai berikut:

1). Teori Hukum Alam

Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran paling awal, yaitu masa Plato dan
Aristoteles. Menurut teori hukum alam, terjadinya negara adalah sesuatu yang alamiah.

2). Teori Ketuhanan


Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama besar di dunia, yaitu Islam dan
Kristen. Dengan demikian, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Menurut teori
ketuhanan, terjadinya negara adalah karena kehendak Tuhan, didasari kepercayaan bahwa
segala sesuatu berasal dan Tuhan dan terjadi atas kehendak Tuhan.

3.) Teori Perjanjian

Teori perjanjian muncul sebagai reaksi atas teori hukum alam dan kedaulatan Tuhan.
Mereka menganggap kedua teori tersebut belum mampu menjelaskan dengan baik bagaimana
terjadinya negara. Teori ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa menjelang abad
Pencerahan.

4. Fungsi dan Tujuan Negara

Fungsi negara merupakan gambaran apa yang dilakukan negara untuk mencapai
tujuannya. Fungsi negara dapat dikatakan sebagai tugas dari pada negara. Negara sebagai
organisasi kekuasaan dibentuk untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. Di bawah ini adalah
fungsi negara menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut:

a. John Locke Seorang sarjana Inggris membagi fungsi negara menjadi tiga fungsi, yaitu:

1) Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan;

2) Fungsi Eksekutif,untuk melaksanakan peraturan;

3) Fungsi Federatif, untuk menguntsi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai.

Montesquieu Tiga fungsi negara menurut Montesquieu adalah

1) Fungsi Legislatif, membuat undang-undang;

2) Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang;

3).Fungsi Yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan

ditaati (fungsi mengadili), yang populer dengan nama Trias Politika.

D. BANGSA DAN NEGARA INDONESIA


1.) Hakikat Negara Indonesia

Negara kita adalah negara Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 disingkat
negara RI Proklamasi. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa negara Indonesia yang
didirikan ini tidak bisa lepas dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945. Dengan momen Proklamasi 17 Agustus 1945 itulah, bangsa Indonesia berhasil
mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar mengenai adanya negara baru,
yaitu Indonesia. Tujuan dari paham kebangsaan (nasionalisme) sendiri adalah menyerupai
atau mendekati makna bangsa. Faktor-faktor yang penting bagi pembentukan bangsa
Indonesia, menciptakan negara bangsa yang wilayah dan batas-batasnya sebagai berikut:

1). Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing
lebih kurang selama 350 tahun.

2). Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

3). Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang
sampai Merauke.

4). Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsa.

2. Proses Terjadinya Negara Indonesia

Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang


berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai dengan
keempat alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis, perkembangan negara
Indonesia terjadi sebagai berikut:

-Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya pengakuan akan hak
setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk
menghapus segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang
menjadi sumber motivasi perjuangan (Alinea Pembukaan UUD 1945).
-Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan menghasilkan
proklamasi. Proklamasi barulah mengantarkan ke pintu gerbang panjang bangsa Indonesia
kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi tidaklah selesai kita

ogal ifnya" bernegara. miliki Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh
bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah kehendak
dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa
yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual (Alinea III ologis Pembukaan UUD
1945). Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang meliputi tujuan
negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan dasar negara. Dengan
demikian, semakin sempurna proses terjadinya negara Indonesia (Alinea IV Pembukaan
UUD 1945). terjadinya negara-

3. Cita-Cita, Tujuan, dan Visi Negara Indonesia

Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur. Dengan rumusan yang singkat, negara 3. Indonesia bercita-cita mewujudkan
masyarakat Indonesia adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam Alinea IV Pembukaan UUD


1945. Secara rinci sebagai berikut:

a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; b. memajukan
kesejahteraan umum;

C. mencerdaskan kehidupan bangsa;

D. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,


dan keadilan sosial.

E. JATI DIRI KEBANGSAAN INDONESIA

Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional.


Pada uraian sebelumnya identitas nasional bersifat buatan, dan sekunder. Bersifat buatan oleh
karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai
identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh karena identitas nasional lahir
belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki
warga bangsa itu secara askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional itu, warga
bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.

BAB 3

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

1. Warga Negara

Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi
perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari suatu negara. Kita juga sering
mendengar kata-kata seperti warga desa, warga kota, warga masyarakat, warga bangsa, dan
warga dunia. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga negara sederhana
diartikan sebagai anggota dari suatu negara. Istilah warga negara merupakan terjemahan kata
citizen (bahasa Inggris) yang mempunyai arti sebagai berikut:

1. warga negara;

2. petunjuk dari sebuah kota;

3. sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air:

4. bawahan atau kawula.

2. Kewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan (Citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan


hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara. Menurut memori penjelasan dari
Pasal II peraturan penutup Undang-undang No.62 Tahun 1958 tentangkewarganegaraan
Republik Indonesia, kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara
yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan. Adapun menurut Undang- undang kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan negara.

Pengertian kewarganegeraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis

1). Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu,
yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari
adanya ikatan hukum, misalnya akta kelahiran, surat pernyataan. bukti kewarganegaraan, dan
lain-lain.

2) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan
emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan
tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara yang
bersangkutan.

B. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA

Hubungan dan kedudukan warga negara ini bersifat khusus, sebab hanya mereka
yang menjadi warga negaralah memiliki hubungan timbal-balik dengan negaranya. Orang-
orang yang tinggal di wilayah negara, tetapi bukan warga negara dari negara itu memiliki
hubungan timbal-balik dengan negara tersebut.

1. Penentuan Warga Negara

Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setian negara berdaulat
berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam menentukan
kewarganegaraan seseorang dikenal adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan
asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas
ius soli dan asas ius sanguinis lus artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum yang
artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.

a. Asas ius Soli

Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat di mana
orang tersebut dilahirkan.

b. Asas lus Sanguinis

Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan keturunan dari orang
tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mencakup asas kesatuan b. hukum dan persamaan derajat.

a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang
tidak terpecah sebagai inti dan masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama,
suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah
kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan status kewarganegaraan suami dan istri
adalah sama dan satu.

b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk
menentukan sendiri kewarganegaraan. kewarganegaraan seperti halnya ketika belum
berkeluarga. Jadi, mereka dapat berbeda Kewarganegaraan seperti halnya ketika belum
berkeluarga.

2. Warga Negara Indonesia Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi
warga Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut:

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang- undang sebagai warga negara.

2 Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

3. Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia Derihal dimana warga


negara Indonesia diatur dengan undang- dang, sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
sampai saat ini, undang-undang yang mengatur perihal kewarganegaraan adalah sebagai
berikut:

a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.

b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 3 Tahun
1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.

c. Undang-Undang No. 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan


Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia.

d. Undang-Undang No. 11 Tahun 1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi untuk


Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia.

e. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

f Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan atas Pasal 18 Undang-Undang No.
62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

g. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara

Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa peranan
(role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status yang
dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Secara teori, status warga negara meliputi status
pasif, aktif, negatif, dan positif. Peranan warga negara juga meliputi peranan yang pasif, aktif,
negatif, dan posítif. (Cholisin, 2000).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34
UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 1) (2) UUD 1945 berbunyi ayat
Tiap-tiap warga negara berhak was pekerjaan dan penghidu yang layak bagi kemanusiaan."
Pasal ini menunjukkan asas keadilan sosial dan kerakyatan.

2) Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dala pembelaan negara.

3) Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisos dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang

4) Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945 Ayat (1) berbunyi
bahwa: "Negara berdasarkan ater Ketuhanan Yang Maha Esa." Ini berarti bahwa bangsa
Indonesia 2) DAndn percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ayat (2) berbunyi: "Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."

5) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 Yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara. Dinyatakan
bahwa Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalan usaha pertahanan dan
keamanan negara.

6) Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945 Yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran. Ayat (1)
menerangka bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajarat Adapun dalam
ayat (2) dijelaskan bahwa pemerinta mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajar nasional yang diatur dengan UUD 1945.

7) Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebuday nasional Indonesia, Pasal 32 UUD
1945 ayat (1) menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai- nilai budayanya.

8) Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 ayat (1), (2), (3),
(4), dan (5) UUD 1945 berbunyi:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh

(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya negara. dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian yang dimana nasional diselenggarakan ber- dasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, Perkelanjutan, berwawasan lingkun- gan
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan ke- majuan dan kesatuan ekonomi
nasional.

(5) Ketentuan yang lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini yaitu diatur dalam undang-
undang.

9) Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD 1945 dijelaskan bahwa
fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.

b. Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia, antara lain: Kewajiban menaati
hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyt: segala worga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

c. Kewajiban membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. b. Kewajiban dalam
upaya pertahanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan: Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Bab IV Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, Dan Pemerintah

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Pasal 5

1. Setiap warga negara mempunyal hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus.

3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.

5. Setiap warga negaraberhakmendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang


hayat.

BAB 4

NEGARA DAN KONSTITUSI

A. KONSTITUSIONALISME

1. Gagasan tentang Konstitusionalisme

Di negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjamin


sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar rakyat. Di samping itu, pemerintah dalam
menjalankan kekuasaannya perlu dibatasi agar kekuasaan itu tidak disalahgunakan, serta
benar-benar untuk kepentingan rakyat.

2. Negara Konstitusional

Setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar. Namun tidak setiap negara
memiliki undang-undang dasar. Inggris tetap merupakan negara konstitusional meskipun
tidak memiliki undang-undang dasr. Konstitusi Inggris terdiri atas berbagai aturan pokok
yang timbul dan berkembang dalam sejarah bangsa tersebut. Konstitusi tersebar dalam
berbagai dokumen seperti Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689) dan Parlement Act
(1911). Konstitusi dalam kaitan ini memiliki pengertian yang lebih luas dari undang-undang
dasar.
B. KONSTITUSI NEGARA

1. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis “ constituer”yang artinya membentuk.


Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu negara atau menyusun
dan menyatakan suatu negara. Konstitusi bisa berarti pula peraturan dasar (awal) mengenai
pembentukan negara. Istilah konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-
undang dasar.

2. Kedudukan Konstitusi

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan


ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan
berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu.

Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk
dan isinya tetapi umumnya mereka mempuyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai
(A) hukum dasar, dan (B) hukum tertinggi.

3. Isi, Tujuan dan Fungsi Konstitusi Negara

Prof. Hamid S. Attamimi mengatakan bahwa konstitusi atau Undang-undang Dasar


merupakan pemberi pegangan dan memberi batas, sekaligus merupakan petunjuk bagaimana
suatu negara harus dijalankan.

Hal-hal yang diatur dalam konstitusi negara umumnya berisi tentang pembagian
kekuasaan negara, hubungan antar lembaga negara, dan hubungan negara dengan warga
negara. Aturan itu masih bersifat umum dan secara garis besar. Aturan-aturan itu selanjutnya
dijabarkan lebih lanjut pada aturan perundangan dibawahnya.

C. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA INDONESIA

1. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia


Dalam sejarahnya, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga saat ini di Indonesia
telah berlaku tiga macam UUD dalam empat periode, yakni :

a. Periode 18 Agt 45- 27 Des 49 berlaku UUD 1945. Terdiri dari Pembukaan, batang
tubuh (16 bab) 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan dan bagian
penjelasan

b. Periode 27 Des 49 – 17 Agt 50 berlaku UUD RIS yang terdiri atas 6 bab, 197 pasal
dan beberapa bagian.

c. Periode 17 Agt 50 – 5 Juli 59 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas 6 bab, 146 pasal
dan beberapa bagian.

d. Periode 5 Juli 59 – sekarang kembali berlaku UUD 1945

Khusus untuk Periode Ke-4 berlaku UUD 45 dengan pembagian berikut :

a. UUD 45 yang belum diamandemen

b. UUD 45 yang sudah diamandemen (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001, dan tahun
2002)

2. Proses Amandemen UUD 1945

Amandemen (bahasa Inggris : amendment ) artinya perubahan. Mengaman artinya


mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen benarnya merupakan hak, yaitu
hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan undang-undang.

D. SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :

a. Bentuk negara adalah kesatuan

b. Bentuk pemerintahan adalah republik

c. Sistem pemerintahan adalah presidentil

d. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.


1. Bentuk Negara Kesatuan

UUD 45 menetapkan bahwa bentuk susunan negara Indonesia adalah kesatuan bukan
serikat atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat 1 UUD 45 yang
menyatakan “ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik “

2. Bentuk Pemerintahan Republik

UUD 45 menetapkan bahwa bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik bukan


monarki atau kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat 1 UUD 45 yang
menyatakan “ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik “.
Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa “kesatuan” adalah bentuk negara,
sedangkan “Republik” adalah bentuk pemerintahan.

3. Sistem Pemerintahan Presidensil

Berdasarkan ketentuan dalam UUD 45, Indonesia menganut sistem pemerintahan


Presidensil. Secara teoritis, sistem pemerintahan dibagi dua klasifikasi besar, yaitu sistem
pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensil

4. Sistem Politik Demokrasi

Sistem Politik yang dianut negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi. Hal ini
secara jelas dinyatakan bahwa dalam pasal 1 ayat 2 UUD 45 bahwa “kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hakikat demokrasi itu
sendiri adalah kekuasaan dalam negara berada di tangan rakyat.

Secara teoritis, klasifikasi sistem politik di era modern ini terbagi 2 yaitu sistem
politik demokrasi dan sistem politik otoritarian. Samuel Huntington dalam buku Gelombang
Demokratisasi Ketiga (2001) membuat pembedaan antara Sistem politik Demokrasi dan
Sistem Politik Non – Demokrasi. Sistem Politik nondemokrasi atau otoriter ini mencakup,
monarki absolut, rezim militer, kediktatoran, rezim komunis, rezim otoritarian dan fasis

BAB 5

EDUKASI DEMOKRASI DI INDONESIA

1. Pengertian Etimologis Demokrasi


Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos
yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi,
secara bahasa, demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan
rakyat. Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara
antara abad ke-4 SMabad ke-6 M. Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah
demokrasi langsung (direademocracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-
keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara. Hal ini
dapat dilakukan karena Yunani pada waktu itu berupa negara kota (polis) yang penduduknya
terbatas pada sebuah kota dan daerah sekitarnya yang berpenduduk sekitar 300.000 orang,
Tambahan lagi, meskipun ada keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan,
misalnya para anak, wanita, dan para budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.

Untuk menghindari kesulitan seperti di atas dan agar nkyat tetap memegang
kedaulatan tertinggi, dibentuklah badan perwakilan rakyat. Badan inilah yang menjalankan
demokrasi. Namun pada prinsipnya rakyat tatap merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
sehingga mulailah dikenal “demokrasi tidak langsung" atau demokrasi perwakilan”. Jadi,
demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada dua macam, yaitu

a. Demokrasi langsung

Demokrasi langsung adalah paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga


negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum dan undang-
undang.

b. Demokrasi tidak langsung Demokrasi tidak langsung adalah paham demokrasi yang
dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi
perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum.

Untuk negara-negara modern, penerapan demokrasi tidak langsung dilakukan karena


berbagal alasan, antara lain:

1. penduduk yang selalu bertambah sehingga pelaksanaan musyawarah pada suatu tempat
tidak dimungkinkan;

2. masalah yang dihadapi semakin kompleks karena kebutuhan dan tantangan hidup semakin
banyak;
3. setiap warga negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri di dalam mengurus
kehidupannya sehingga masalah pemerintahan cukup diserahkan pada orang yang berminat
dan memiliki keahlian di bidang pemerintahan negara.

2. Pengertian Terminologis Demokrasi

Dan sudut terminologi, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa
ahli politik. Masing-masing memberikan definisi dari sudut pandang yang berbeda. Berikut
ini beberapa definisi tentang demokrasi.

3. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan

Demokrasi pada masa lalu dipahami hanya sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi
adalah salah satu bentuk pemerintahan Akan tetapi, sekarang ini demokrasi dipahami lebih
luas lagi sebagai sistem pemerintahan atau politik Konsep demokrasi sebagai bem“
pemerintahan berasal dari para filsuf Yunani. Dalam pandangan ini demokrasi merupakan
salah satu bentuk pemerintahan.

Secara klasik, pembagian bentuk pemerintahan menurut Plato, dibedakan menjadi:

a. Monarki, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang sebagai
pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.

b. Tirani, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang sebagai pemimpin
tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi.

c. Aristokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok orang yang
memimpin dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak. d. Ohyarki, yaitu suatu bentuk
pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok dan dijalankan untuk kelompok itu sendiri.

e. Demokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan dijalankan
untuk kepentingan rakyat banyak.

f.Mobokrasi/Okhlokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat tetapi
rakyat yang tidak tahu apa-apa. rakyat yang tidak berpendidikan, dan rakyat yang tidak
paham. Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden atau
perdana menteri. Pembagian dua bentuk pemerintahan tersebut didasarkan pada cara
pengangkatan atau penunjukan pemimpin negara. Apabila penunjukan pemimpin negara
berdasarkan keturunan atau pewarisan, bentuk pemerintahannya monarki. Adapun bila
penunjukan pemimpin negara berdasarkan pemilihan, bentuk pemerintahannya adalah
republik.

Semua negara di dunia ini dapat digolongkan dalam klasifikasi di atas. Bentuk
pemerintahan kerajaan, misalnya inggris, Malaysia. Jepang, Arab Saudi dan Thailand. Bentuk
republik misalnya Amerika Serikat, India, Prancis, dan Korea Selatan.

4. Demokrasi sebagai Sistem Politik

Masa sekarang demokrasi dipahami tidak semata suatu bentuk pemerintahan tetapi
sebagai sistem politik Sistem politik cakupannya lebih luas dan sekadar bentuk pemerintahan.
Beberapa ahli mendefinisikan demokrasi sebagai sistem politik. Misalnya;

a. Henry B. Mayo, menyatakan demokrasi sebagal “sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan ya,,. berkala yang didasarkan atas
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik

b. Samuel Huntington, menyatakan bahwa sistem politik sebagai demokratis sejauh para
pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan
umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk
memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.

5. Demokrasi sebagai Sikap Hidup

Perkembangan baru menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya dipahami sebagai


bentuk pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami sebagai sikap hidup atau
pandangan hidup demokratis. Pemerintahan atau sistem politik demokrasi tidak datang,
tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Demokrasi bukanlah sesuatu yang taken for
granted. Demokrasi membutuhkan usaha nyata dari setiap warga maupun penyelenggara
negara untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga mendukung pemerintahan atau sistem
politik demokrasi. Perilaku yang mendukung tersebut tentu saja merupakan perilaku yang
demokratis.

B. DEMOKRATISASI

Di samping kata demokrasi, dikenal juga istilah demokratisasi. Demokratisasi adalah


penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada setiap kegiatan politik
kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan demokrasi.
Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju pada Sistem pemerintahan yang lebih
demokratis.

Demokratisasi melalui beberapa tahapan, yaitu,

a. tahapan pertama adalah pergantian dari penguasa ondemokratis ke penguasa demokrasi;

b. tahapan kedua adalah pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik demokrasi;

c. tahapan ketiga adalah konsolidasi demokrasi;

d. tahapan keempat adalah praktik demokrasi sebagai budaya politik bemegara.

C. DEMOKRASI INDONESIA

1. Demokrasi Desa

Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya telah mempraktikkan ide tentang


demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan dalam tingkat kenegaraan. Di tingkat
bawah, bangsa Indonesia telah berdemokrasi, tetapi di tingkat atas, Indonesia pada masa lalu
adalah feodal. Menurut Mohammad Hatta dalam Padmo Wahyono (1990), desa-desa di
Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa dan adanya
rembug desa. Itulah yang disebut “demokrasi asli".

Demokrasi desa memiliki 5 (lima) unsur atau anasir, yaitu;

a. rapat,

b.mufakat,

c. gotong-royong,

d. hak mengadakan protes bersama, dan

e. hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.

Demokrasi desa tidak bisa dijadikan pola demokrasi untuk Indonesia modem. Namun,
kelima unsur demokrasi desa tersebut dapat dikembangkan menjadi konsep demokrasi
Indonesia yang modern. Demokrasi Indonesia modern menurut Moh. Hatta harus

meliputi 3 (tiga) hal, yaitu


a. demokrasi di bidang politik,

b. demokrasi di bidang ekonomi, dan

c. demokrasi di bidang sosial.

2. Demokrasi Pancasila

Bersumber pada ideologinya, demokrasi yang berkembang di indonesia adalah


demokrasi Pancasila. Pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai yang
dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa.

3. Perkembangan Demokrasi Indonesia

Lahirnya konsep demokrasi dalam sejarah modern lndonesia dapat ltelusuri pada
sidang-sidang BPUPKI antara bulan Mei sampai Juli 1945. Meskipun pemikiran mengenai
demokrasi telah ada pada para pemimpin bangsa sebelumnya, namun pada momen tersebut,
emikiran mengenai demokrasi semakin mengkristal menjadi wacana publik dan politis. Ada
kesamaan pandangan dan konsensus politik dari para peserta sidang BPUPKI bahwa
kenegaraan lndonesia hams berdasarkan kerakyatan/kedaulatan rakyat atau demokrasi. Cita-
cita atau ide demokrasi ada pada para founding fathers bangsa (Suseno, 1997). Para pendiri
bangsa bersepakat bahwa negara Indonesia merdeka haruslah negara demokrasi.

D. SISTEM POLITIK DEMOKRASI

1. landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia

Berdasarkan pembagian sistem politik, ada dua perbedaan, Yaitu sistem politik
demokrasi dan sistem politik non demokrasi (Samuel Huntington, 2001). Sistem politik
demokrasi didasarkan pada nila; prinsip, prosedur; dan kelembagaan yang demokratis. Sistem
politik demokrasi diyakini mampu menjamin hak kebebasan warga negara, membatasi
kekuasaan pemerintahan dan memberikan keadilan Banyak negara menghendaki sistem
politiknya adalah sistem politik demokrasi.

2. Sendi-sendi pokok sistem politik

Demokrasi Indonesia.

Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia sebagai berikut.
a. Ide kedaulatan rakyat

b. negara berdasarkan atas hukum

c. Bentuk republik

d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi

e pemerintahan yang bertanggung jawab

3. Mekanisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia

E. EDUKASI DEMOKRASI

Berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa sistem


politik demokrasi suatu negara berkaitan dengan dua hal yaitu institusi (struktur) demokrasi
dan perilaku (kultur) demokrasi. Meminjam analisis Gabriel Almond dan Sidney Verba.
bahwa kematangan budaya politik akan tercapai bila ada keserasian antara struktur dengan
kultur, maka membangun masyarakat demokratis berarti usaha menciptakan keserasian antara
struktur yang demokratis dengan kultur yang demokratis.

BAB 6

RULE OF LAW (NEGARA HUKUM) DAN HUMAN RIGHTS (HAM)

Ciri negara hukum antara lain: adanya supermasi hukum, jaminan hak asasi manusia,
dan legalitas hukum. Di negara hukum, peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada
undang-undang dasar (konstitusi). Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tertuang
secara jelas dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 perubahan ketiga. Sebagai konsekuensi dari
pasal 1 ayat 3 amandemen ke 3 UUD 1945, tiga prinsip dasar wajib dijunjung oleh setiap
warga negara yaitu supermasi hukum, kesetaraan dihadapan hukum, dan penegakan hukum
dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum. Perwujudan hukum tersebut terdapat
dalam UUD 1945 serta peraturan perundang-undangan di bawahnya.

Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-
ciri Rechtssaat sebagai berikut:

a. Hak asasi manusia


b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika.

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of law di atas masih dipengaruhi oleh konsep negara
hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa
peranan pemerintah hanya sedikit, karena ada dalil bahwa “pemerintah yang sedikit adalah
pemerintah yang baik”. Menurut Montesquieu, negara yang paling baik ialah negara hukum,
sebab didalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu:

a. Perlindungan HAM,

b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara, dan

c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara.

Prof, Sudargo Gautama mengemukakan ada 3 ciri atau unsur dari negara hukum,
yakni sebagai berikut:

a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan

b. Asas Legalitas

c. Pemesihan kekuasaan

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum sekarang ini tertuang
dengan jelas pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 perubahan ketiga, dimasukkannya ketentuan ini
ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi
amanat negara, bahwa negara Indonesia adalalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan dalam bagian penjelasan umum
UUD 1945 tentang sistem pemerintah negara yaitu :

1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat).

2. Sistem Konstitusional.

Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah negara hukum
dalam arti dalam bagian pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut:
a. Pada Bab XIV tentang perekonomian negara dan kesejahteraan sosial pasal 33 dan 34
UUD 1945.

b. Pada bagian penjelasan umum tentang pokok-pook pikiran dalam pembukaan juga
dinyatakan perlunya turut serta dalam kesejahteraan rakyat.

Dengan demikian jelas bahwa secara konstitusional, negara Indonesia adalah negara
hukum yang dinamis atau negara kesejahteraan. Dalam negara hukum Indonesia yang
dinamis dan luas ini para penyelenggara negara dituntut untuk berperan luas demi
kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Hubungan antara negara hukum dengan negara demokrasi dapat dinyatakan bahwa
negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum tentu
negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Ada 5 ciri negara
demokrasi:

1. Negara hukum

2. Pemerintah di bawah kontrol nyata masyarakat,

3. Pemilihan umum yang bebas,

4. Prinsip mayoritas, dan

5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis

Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintah maupun suatu sistem politik berjalan
diatas dan tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main
demokrasi. Jadi negara demokrasi sangat membutuhkan hukum.

Macam-macam hak asasi manusia yang terdalam ketetapan tersebut adalah

a. Hak untuk hidup

b. Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan

c. Hak keadilan

d. Hak kemerdekaan

e. Hak atas kebebasan informasi


f. Hak keamanan

g. Hak kesejahteraan

h. Kewajiban

i. Perlindungan dan pemajuan

Pengakuan akan hak asasai manusia telah tercantum dalam UUD 1945 yang sebenarnya lebih
dahulu ada dibandingkan dengan deklarasi Universal PBB yang lahi pada 10 desember 1945.

BAB 7

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEPOLITIK INDONESIA

Secara konsepsional wawasan nusantara (Wasantara) merupakan wawasan


nasionalnya bangsa lndonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa indonesia yang
selanjutnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan salah satu konsepsi politik dalam
ketatanegaraan Republik lndonesia.

Sebagai wawasan nasional dari bangsa Indonesia maka Wilayah lndonesia yang
terdiri dari daratan, laut dan udara di atasnya dipandang sebagai ruang hidup (Iebensraum)
yang satu atau utuh. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia
dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan pada
konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi Wawasan Nusantara.
ladi, Wawasan Nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.

A. Pengertian, Hakikat, dan Kedudukan Wawasan Nusantara

Sebelumnya telah dinyatakan bahwa Wawasan Nusantara merupakan wawasan


nasional atau national outlook-nya bangsa Indonesia. Lebih jelasnya lagi wawasan nasional
yang dimaksud dijadikan sebagai wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional
untuk mencapai tujuan nasional.

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Pengertian Wawasan Nusantara dapat diartikan secara etimologis dan teiminologis.


a. Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara.
Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau
penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti memandang, meninjau
atau melihat. Wawasan artinya pandangan; tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan
berarti pula cara pandang, cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa
artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur:
Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan
Australia 'dan dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian
modem, kata “nusantara" digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.

b. Secara terminologis, Wawasan Nusantara menurut beberapa pendapat sebagai berikut:

Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof Wan Usman “Wawasan Nusantara


adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara
kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam."

2. Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah nasional.
Dengan kata lain, hakikat Wawasan Nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan
wilayah". Bangsa Indonesia yang dari aspek sosial budaya adalah beragam serta dari segi
kewilayahan bercorak nusantara, kita pandang merupakan satu kesatuan yang utuh.

3. Kedudukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan Wawasan nasional merupakan visi
bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa lndonesia sesuai dengan
konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan
utuh pula.

B. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara

Latar belakang atau faktor-faktor yang memengaruhi tumbuhnya konsepsi Wawasan


Nusantara adalah sebagai berikut:

1. Aspek historis.

2. Aspek geografis dan sosial budaya.


3. Aspek geopolitis dan kepentingan nasional.

1. Segi Historis atau Sejarah

Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang
bersatu dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal, yaitu:

a. kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah;

b. kita pernah mengalami memiliki wilayah yang terpisah-pisah.

2. Segi Geografis dan Sosial Budaya

Dari segi geografis dan sosial budaya, Indonesia merupakan negara bangsa dengan
wilayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan
heterogenitas bangsa menjadikan bangsa indonesia perlu memiliki visi untuk menjadi bangsa
yang bersatu dan utuh.

3. Segi Geopolitis dan Kepentingan Nasional

Geopolitik adalah istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Frederich Ratzel
sebagai Ilmu Bumi Politik. Sebagai ilmu, geopolitik mempelajari fenomena politik dad aspek
geograli. Bahwa politik suatu negara dipengaruhi oleh konstelasi geografi negara yang
bersangkutan.

C. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

1. Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi
dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah hidup.
Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya
dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor-faktor geografi, strategi,
dan politik suatu negara, sedang untuk impelementasinya diperlukan suatu strategi yang
bersifat nasional (Ermaya Suradinata, 2001). Berdasarkan hal ini maka kebijakan
penyelenggaraan bernegara didasarkan atas keadaan atau lingkungan tempat tinggal negara
itu.
Teori-Teori Geopolitik

a. Teori Geopolitik Frederich Ratzel

Frederich Ratzel (1844-1904) berpendapat bahwa negara itu seperti organisme yang
hidup. Negara identik dengan ruang yang ditempati oleh sekelompok masyarakat (bangsa).

b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen

Rudollf Kjellen (1864-1922) melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme.


Berbeda dengan Ratzel yang menyatakan negara seperti organisme maka ia menyatakan
dengan tegas bahwa negara adalah suatu organisme, bukan hanya mirip.

c. Teori Geopolitik Karl Haushofer

Karl Haushofer (1896-1946) melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama


pandangan tentang Iebensraum dan paham ekspansionisme.

d. Teori Geopolltlk Halford Macklnder

Halford Macklnder (1861-1947) mempunyal konsepsi geopolltlk yang lebih strategik,


yaitu dengan penguasaan daerah-daerah 'jantung' dunia, sehingga pendapatnya dikenal
dengan teori Daerah Jantung.

e. Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan

Alfred Thayer Mahan (1840-1914) mengembangkan lebih lanjut konsepsi geopolitik


dengan memperhatikan perlunya memanfaatkan serta mempertahankan sumber daya laut,
termasuk akses ke laut.

f. Teori Geopolitik Guilio Douhet, William Mitchel, Saversky, dan JFC Fuller

Guilio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1878-1939) mempunyai pendapat


lain dibandingkan dengan para pendahulunya. Keduanya melihat kekuatan dirgantara lebih
berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh.

g. Teori Geopolitik Nicholas J. Spijkman

Nicholas J. Spijkman (1879-1936) terkenal dengan teori Daerah Batas.


2. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia

Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi Wawasan Nusantara.


Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan pandangan baru dalam mempertimbangkan
faktor-faktor geografis wilayah negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Untuk Indonesia,
geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan
keuntungan letak geografis negara berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis
tersebut.

D. Perwujudan Wawasan Nusantara

1. Perumusan Wawasan Nusantara

Konsepsi Wawasan Nusantara dituangkan dalam peraturan perundangx undangan,


yaitu dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Secara bertuth turut ketentuan tersebut adalah

a. Tap MPR No. lV/MPR/ 1973

b. Tap MPR No. lV/MPR/ 1978

c. Tap MPR No. ll/MPR/ 1983

d. Tap MPR No. ll/MPR/ 1988

e. Tap MPR No. ll/MPR/ 1993

f. Tap MPR No. ll/MPR/ 1998

2. Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan lndonesia, negara


Indonesia merupakan negara kepulauan. Dalam negara kepulauan diterima asas bahwa segala
perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulaupulau
yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memperhitungkan luas atau
lebarnya merupakan bagian integral dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia
sehingga merupakan bagian dari perairan Indonesia yang berada di bawah kedaulatan Negara
Republik Indonesia. Pernyataan dalam undangundang ini didasarkan pada fakta sejarah dan
cara pandang bangsa Indonesia bahwa Negara. Republik Indonesia yang diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945, secara geografis adalah negara kepulauan.
3. Unsur Dasar Wawasan Nusantara

Konsepsi Wawasan Nusantara mengandung/terdiri dari 3 (tiga) unsur dasar; yaitu


wadah (contour), isi (content), dan tata laku (conduct).

4. Tujuan dan Manfaat Wawasan Nusantara

Tujuan Wawasan nusantara terdiri atas dua:

a. Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek


kehidupan nasional, yaitu politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

b. Tujuan keluar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial serta mengembangkan suatu kerja sama dan saling menghormati.

Manfaat Wawasan Nusantara

a. Diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum internasional. Hal ini dibuktikan
dengan penerimaan asas negara kepulauan berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982.
Indonesia sebagai negara kepulauan diakui oleh dunia internasional.

b. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia. Berdasarkan Ordonansi 1939 wilayah


teritorial Indonesia hanya seluas 2 juta km”. Dengan adanya konsepsi Wawasan Nusantara
maka luas wilayah Indonesia menjadi 5 juta km' sebagai satu kesatuan wilayah.

c. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber daya
yang besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Sumber daya tersebut terutama sumber
minyak yang ditemukan di wilayah teritorial dan landas kontinen lndonesia.

d. Penerapan Wawasan Nusantara menghasilkan cara pandang tentang keutuhan wilayah


nusantara yang perlu diPertahankan oleh bangsa Indonesia.

e. Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional. Misalnya tercermin
dalam semboyan “Bhinneka Tunggal ika”.

E. Otonomi Daerah Di Indonesia

1. Kaitan Wawasan Nusantara dengan Otonomi Daerah


Wawasan Nusantara menghendaki adanya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah
nasional. Pandangan untuk tetap perlunya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah ini
merupakan modal berharga dalam melaksanakan pembangunan. Wawasan Nusantara juga
mengajarkan perlunya kesatuan sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem budaya,
dan sistem pertahanan-keamanan dalam lingkup negara nasional Indonesia. Cerminan dari
semangat persatuan itu diwujudkan dalam bentuk negara kesatuan.

2. Otonomi Daerah di Indonesia

Menurut Pasal 1 ayat (1) UUD 194-5 Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik. Negara Kesatuan Republik Indonesia memilih cara desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahannya bukan sentralisasi. Hal ini disebabkan:

a. wilayah Indonesia yang sangat luas;

b. daerah-daerah di Indonesia memiliki kondisi geografi dan budaya yang berlainan.

BAB 8

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA

Pengertian Ketahanan Nasional

Terdapat tiga perspektif yaitu sebagai berikut:

a) Ketahanan nasional sebagai kondisi. Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai
suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.

b) Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam menjalankan
suatu kegiatan khususnya pembangunan Negara.

c) Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah satu konsep
khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan
bernegara.

Berdasarkan tiga pengertian ini, kita mengenal 3 wujud atau wajah dari ketahanan nasional
(Chaidir Basrie, 2002) yaitu:

a) Ketahanan Nasional sebagai kondisi.


b) Ketahanan nasional sebagai metode.

c) Ketahanan nasional sebagai doktrin.

Ketahanan nasional adalah konsepsi politik kenegaraan republik Indonesia.


Ketahanan nasional merupakan landasan konsepsional bagi pembangunan nasional di
Indonesia. Terkait dengan konsep ketahanan nasional, dalam ilmu politik dikenal konsep
kekuatan nasional.

Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional Di Indonesia

a) Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional

Konsepsi ketahanan nasional memiliki latar belakang sejarah kelahirannya di


Indonesia. Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada
kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi,
1997). Masa itu adalah sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Soviet
dan Cina.

b) Ketahanan Nasional dalam GBHN

Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973
yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional dalam GBHN 1973
adalah sama dengan rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari Lemhanas.
BAB III

PEMBAHASAN

BUKU I

Keunggulan :

 Bahasa yang digunakan dalam buku ini sudah cukup bagus, dan juga mudah dipahami
dibandingkan dengan buku lain. Sampul buku ini cukup menarik. Istilah - istilah yang
terdapat dalam buku ini sudah cukup lengkap dibandingkan dengan buku lain.
 Didalamnya terdapat teori-teori yang mendukung materi tersebut.

Kelemahan :

 Isi buku ini kurang lengkap dibandingkan dengan buku pembanding, karena masih
ada beberapa pengertian yang tidak dijelaskan.
 Di dalam buku ini masih terdapat Kata – kata yang sulit dipahami oleh saya.

BUKU II

Kelebihan :

 Materi yang dipaparkan dalam buku pembanding tidak membuat saya bingung dalam
memahaminya.
 Terdapat banyak teori-teori yang memaparkan tentang inti dari kewarganegaraan.

Kelemahan :

 Terdapat penjelasan-penjelasan pada teori yang tidak mendukung materi tersebut.


 Cukup membingungkan bagi saya untuk memahami dan mengetahui tentang
kewarganegaraan dalam buku pembanding.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan :

Pendidikan Kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata ialah kata “Pendidikan” dan
kata “Kewarganegaraan”. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Saran :

Menurut saya, kedua buku tersebut cukup bagus karena terdapat penjelasan-
penjelasan yang mendukung inti dari materi tersebut. Tapi menurut saya, harus membuat para
pembaca dapat lebih mudah untuk memahami materi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai