Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN

KETOASIDOSIS DIABETES

Nama Mahasiswa :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Definisi KAD
B. Etiologi KAD
C. Patofisiologi KAD
D. Pathway KAD
E. Manifestasi klinis KAD
F. Pemeriksaan penunjang KAD
G. Penatalaksaan KAD
H. Komplikasi KAD
I. Konsep askep Kad

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang penderita
diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan
dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Kondisi kehilangan urin, air, kalium,
amonium, dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa
darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai
koma. KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi KAD ?
2. Apa etiologi KAD ?
3. Apa patofisiologi KAD ?
4. Apa pathway KAD ?
5. Apa manifestasi klinis KAD ?
6. Apa pemeriksaan penunjang KAD ?
7. Apa penatalaksaan KAD ?
8. Apa komplikasi KAD ?
9. Apa konsep askep KAD ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi KAD ?
2. Untuk mengetahui etiologi KAD ?
3. Untuk mengetahui patofisiologi KAD ?
4. Untuk mengetahui pathway KAD ?
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis KAD ?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang KAD ?
7. Untuk mengetahui penatalaksaan KAD ?
8. Untuk mengetahui komplikasi KAD ?
9. Untuk mengetahui konsep askep Kad ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

 KONSEP MEDIS
A. Definisi
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan tingginya kadar keton
di dalam tubuh. Salah satu tanda khas saat seorang penderita diabetes mengalami kondisi ini adalah
munculnya bau mulut yang beraroma buah.
Ketoasidosis diabetik merupakan kondisi gawat darurat yang perlu segera mendapat penanganan
medis. Kondisi ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1 dibandingkan pada
penderita diabetes tipe 2.

B. Etiologi

Etiologi ketoasidosis diabetik yang paling umum terjadi adalah infeksi, ketidakpatuhan terapi
insulin pada diabetes mellitus tipe 1, dan kasus diabetes baru yang tidak diketahui sebelumnya.
Etiologi ketoasidosis diabetik lainnya adalah kegagalan insulin pump, penyakit penyerta,
penggunaan obat lain, stres, dan idiopatik. Patogen penyebab tersering infeksi pada ketoasidosis
diabetik adalah Klebsiella pneumoniae.
Ketoasidosis diabetik lebih rentan terjadi pada wanita hamil karena perubahan fisiologis akibat
kehamilan. Ketoasidosis diabetik yang terjadi pada kehamilan tidak hanya menyebabkan risiko
morbiditas dan mortalitas pada ibu, tetapi juga pada bayi.
Faktor risiko ketoasidosis diabetik adalah sebagai berikut:

 Diabetes mellitus tipe 1 lebih berisiko dibandingkan diabetes mellitus tipe 2


 Usia muda
 Kesalahan diagnostik
 Tingkat sosioekonomi rendah
 BMI rendah
 Diagnosis dan penanganan yang terlambat
 Kurangnya pendidikan pada orangtua anak

C. Patofisiologi
Patofisiologi ketoasidosis diabetik berupa pkondisi metabolik asidosis akibat penumpukan
badan keton hasil konversi asam lemak bebas yang terjadi karena hiperglikemia berat yang
menyebabkan pelepasan asam lemak bebas tersebut.
Diuresis Osmotik
Ketoasidosis diabetik terjadi sebagai konsekuensi defisiensi insulin baik absolut ataupun relatif
diiringi dengan kenaikan hormon-hormon antagonis insulin, seperti glukagon, kortisol, growth
hormone, epinefrin, dan sitokin. Hal ini menyebabkan terjadinya proses glukoneogenesis yang
menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik sehingga menyebabkan terjadinya poliuria, dehidrasi, dan polidipsia.
Metabolik Asidosis
Hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
adiposa. Asam lemak bebas ini akan mengalami proses beta oksidasi di hepar sehingga
terkonversi menjadi badan keton yang memiliki pH rendah. Penumpukan badan keton ini
menyebabkan terjadinya metabolik asidosis.
Kompensasi terhadap Kondisi Metabolik Asidosis
Tubuh akan merespon kondisi metabolik asidosis melalui sistem buffer menggunakan
bikarbonat. Metabolik asidosis yang tidak terkompensasi dengan sistem buffer kemudian akan
menyebabkan terjadinya hiperventilasi untuk menurunkan kadar karbondioksida dalam darah,
sehingga pasien mengalami pola respirasi Kussmaul.
Edema Serebral
Ketoasidosis diabetik yang terus berlanjut akan menyebabkan terjadinya edema serebral. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dehidrasi, asidosis, dan rendahnya kadar
karbondioksida pada darah (PaCO2). Faktor-faktor tersebut bersama dengan proses inflamasi
yang terjadi akibat ketoasidosis diabetik akan menurunkan aliran darah ke otak sehingga terjadi
risiko edema serebral saat terapi rehidrasi dilakukan. Edema serebral ini akan meningkatkan
tekanan intrakranial sehingga berpotensi menyebabkan kematian.
D. Pathway

HIPOVOLEMIA
E. Manifestasi Klinis
Gejala ketoasidosis diabetik bisa memburuk dalam waktu yang cepat. Saat penderita diabetes
mengalami asidosis akibat penumpukan keton, akan muncul sejumlah keluhan dan gejala,
seperti:

 Frekuensi buang air kecil meningkat


 Muncul rasa sangat haus yang tidak menghilang walaupun sudah minum
 Dehidrasi
 Lemas dan lelah
 Otot terasa nyeri atau kaku
 Sesak napas
 Napas berbau seperti buah-buahan atau pembersih kuteks (aseton)
 Mual dan muntah
 Sakit perut
 Linglung
 Penurunan kesadaran hingga pingsan

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ketoasidosis diabetik harus dilakukan secara
berulang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan darah, urin, dan
kultur.
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu diperiksa pada ketoasidosis diabetik adalah hitung jenis,
kadar glukosa darah, kadar serum bikarbonat, analisa gas darah, keton darah dan kadar
elektrolit.
Kadar glukosa darah pada ketoasidosis diabetik umumnya di atas 250 mg/dL. Kadar serum
bikarbonat penting diperiksa untuk menentukan tingkat keparahan penyakit. Hasil analisa gas
darah akan menunjukkan pH <7.3 dan peningkatan anion gap. Kadar pH juga bermanfaat untuk
menentukan tingkat keparahan penyakit. Hitung jenis lekosit meningkat meski tidak ada infeksi,
namun bila > 15 x 109/L atau bergeser ke kiri mengarah kepada terjadinya infeksi.
Ketonemia pada pengambilan darah kapiler dapat diukur menggunakan uji strip untuk menilai
kadar β-hidroksibutirat atau dengan mengukur kadar keton darah secara langsung. Keduanya
sama efektif untuk mendiagnosis ketoasidosis diabetik.
Pada pemeriksaan elektrolit, didapatkan kadar sodium, klorida, dan fosfor yang rendah, serta
peningkatan kadar kalium. Fosfat menurun pada orang dengan gizi buruk, atau
pada alkoholisme kronik.
 Pemeriksaan Urin
Pada pemeriksaan urin, akan didapatkan glukosuria dan ketonuria.
 Kultur
Pemeriksaan kultur darah dan urin dapat bermanfaat untuk menentukan organisme penyebab
bila terdapat kecurigaan infeksi.
 Pemeriksaan Lainnya
 Pemeriksaan X-ray toraks berguna untuk menyingkirkan diagnosa pneumonia. Pemeriksaan
MRI bermanfaat untuk deteksi dini edema serebral. Walau demikian, terdapat risiko ketika
melakukan MRI pada pasien dengan penyakit kritis seperti edema serebral, misalnya pasien
tidak bisa berada ICU dalam waktu yang cukup lama akibat pemeriksaan, dan keterbatasan
alat monitoring dan ventilasi yang dapat digunakan saat pemeriksaan.
 Pemeriksaan EKG dilakukan untuk memonitor kemungkinan timbulnya akut infark
miokard, yang bisa terjadi tanpa ada rasa nyeri dada pada pasien diabetes, khususnya pada
pasien dengan neuropati otonom. EKG berulang juga bermanfaat untuk menilai dampak
perubahan kadar elektrolit akibat terapi ketoasidosis diabetik.

G. Penatalaksaan
Pertama, pikirkan bahwa patogenesis utama ketoasidosis diabetes adalah dehidrasi cairan tubuh,
sehingga langkah pertama yang harus dipikirkan adalah melakukan rehidrasi. untuk rehidrasi
tahap awal kamu bisa memberikan 500 mL NaCl 0,9% bolus selama 1 jam jika Tekanan Darah
Sistolik pasien > 90 mmHg, atau jika Tekanan Darah Sistolik < 90 mmHg kamu bisa
memberikan 1000 mL NaCl 0,9% dalam 1 jam. Jika Tekanan Darah Sistolik masih < 90 mmHg
kamu bisa mengulangi dosis di atas.
Kedua, pasien Diabetes ketoasidosis membutuhkan insulin untuk menurunkan hiperglikemia.
Berikan bolus insulin 0,1 unit/kgBB dilanjutkan maintenance infus insulin intravena dosis tetap
0,1 unit/kgBB/jam, dibuat dengan mencampur 50 unit insulin dengan 50 mL NaCl 0,9%.
Ketiga, lakukan koreksi kalium. Bila K < 5,5 mEq/L, berikan 20-30 mEq/L kalium di dalam tiap
liter kantong infus. Target kalium berada di rentang 4-5 mEq/L.
H. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari pengobatan ketoasidosis diabetik adalah:

 Rendahnya kadar gula darah (hipoglikemia).


 Rendahnya kadar kalium (hipokalemia).
 Pembengkakan otak (edema otak) akibat penurunan kadar gula darah terlalu cepat.

 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
 Identitas Pasien
Identitas pasien berisikan nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, alamat.
 Keluhan Utama
Biasanya pasien menegluhkan muntah dan mual
 Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu biasanya diisi dengan keadaan awal mula pasien merasakan sakit hingga pasien
dibawa ke rumah sakit
 Riwayat kesehatan dahulu
Pasien dengan ketoasidosis metabolik biasanya mempunyai riwayat penyakit diabetes
melitus.
 Riwayat kesehatan keluarga
Pasien biasanya mempunyai riwayat penyakit turunan DM dari keluarganya
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Pasien biasanya KU lemah
 Pemeriksaan Primer
- Airway
Periksa apakah px mengalami sumbatan jalan napas
- Breating
Hitung frekuensi napas, berikan oksigen jika px sesak
- Circulation
Periksa denyut nadi, TD, lakukan EKG
- Dissability
Perhatikan tingkat kesadaran px
- Exposure
Perhatikan apakah px ada nyeri
 Pemeriksaan Rose
- Breating (B1)
Px merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi atau tidak)
- Blood (B2)
Pasien biasanya takikardi dan disritmia
- Brain (B3)
Px biasanya mengeluh pusing
- Bowel (B4)
Pasien biasanya mengalami distensi abdomen, bising usus menurun
- Bladding (B5)

Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri

- Bone (B6)
Penurunan kekuatan otot, kram otot, tonus otot menurun
 Pemeriksaan Penunjang
- laboratorium
- urin
- kultur
- EKG
- X-Ray
B. Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif b.d obesitas
2. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan
3. Keletihan b.d kondisi fisiologis
C. Intervensi

Diagnosa Tujuan & KH Intervensi


Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1x24 Pemantauan respirasi
obesitas jam maka pola napas membaik (I.01014)
dengan KH : (L.01004) Observasi
- ventilasi semenit meningkat - monitor frekuensi, irama,
- kapasitas vital meningkat dan kedalaman napas
- tekanan ekspirasi meningkat - monitor pola napas
- tekanan inspirasi meningkat - monitor kemampuan batuk
- dipsnea menurun efektif
- penggunaan otot bantu napas - monitor adanya produksi
menurun sputum
- pemanjangan fase ekspirasi - monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
- ortopnea menurun - auskultasi bunyi napas
- frekuensi napas membaik - monitor saturasi oksigen
- kedalaman napas membaik - monitor nilai AGD
- ekskursi dada membaik - monitor hasil x-ray torak
Terapeutik
- atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- jelaskan ujuan dan prosedur
pemantauan
- informasikan hasil
pemanauan jika perlu
Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 1x24 Manajemen hipovolemia
kekurangan intake cairan jam maka status cairan membaik (I.03116)
dengan KH : (L.03028) Observasi
- kekuatan nadi meningkat - Periksa tanda dan gejala
- turgor kulit meningkat hipovolemia
- output urin meningkat - monitor intake dan output
- ortopnea menurun cairan
- dispnea menurun Terapeutik
- berat badan menurun - hitung kebutuhan cairan
- distensi vena jugularis menurun - berikan posisi modified
- suara napas tambahan menurun trendelenburg
- kongesti paru menurun - berikan asupan cairan oral
- perasaan lemah menurun Edukasi
- keluhan haus menurun - anjurkan memperbanyak
- konsentrasi urin asupan cairan oral
- frekuensi nadi membaik - anjurkan menghindari
- td membaik perubahan posisi mendadak
- nadi membaik Kolaborasi
- membran mukosa membaik - kolab. Pemberian cairan IV
- kadar HB membaik isoonis
- kadar HT membaik - kolab. Pemberian cairan IV
- berat badan membaik hipotonis
- hepatomegali membaik - kolab. Pemberian cairan
- oliguria membaik koloid
- intake cairan membaik - kolab. Pemberian produk
- status mental membaik darah
- suhu tubuh membaik
Keletihan b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan 1x24 Manajemen energi (I.05178)
fisiologis jam maka tingkat keletihan Observasi
membaik dengan KH : (L.05046) - idenifikasi gangguan fungsi
- verbalisasi kepulihan energi tubuh yang mengakibatkan
meningkat kelelahan
- tenaga meningkat - monior kelelahan fisik dan
- kemampuan melakukan emosional
aktivitas rutin meningkat - monitor pola dan jam tidur
- motivasi meningkat Terapeutik
- verbalisasi lelah menurun - sediakan lingkungan yang
- lesu menurun nyaman dan rendah stimulus
- gangguan konsenrasi menurun - lakukan latihan rentang
- sakit kepala menurun gerak pasif atau aktif
- sakit tenggorokan menurun - berikan aktifias ditraksi
- mengi menurun yang menyenangkan
- sianosis menurun Edukasi
- gelisah menurun - anjurkan tirah baring
- frekuensi napas menurun - anjurkan melakukan
- perasaan bersalah menurun aktivitas secara bertahap
- selera makan membaik - ajarkan strategi koping
- pola napas membaik untuk mengurangi kelelahan
- libido membaik Kolaborasi
- pola istirahat membaik - kolab dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah tindakan yang dilakukan dengan
berdasarkan suatu rencana yang telah / sudah disusun atau dibuat dengan cermat serta juga
terperinci sebelumnya.
E. Evaluasi
Perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil perencanaan.
Daftar Pustaka

Evans, K. (2019). Diabetic Ketoacidosis: Update on Management. Clin Med (Lond)., 19(5), pp.
396–398.
Garret, et al. (2019). Recurrent Diabetic Ketoacidosis and A Brief History of Brittle Diabetes
Research: Contemporary and Past Evidence in Diabetic Ketoacidosis Research Including
Mortality, Mental Health and Prevention. Diabet Med., 36(11), pp. 1329-1335.
Centers for Disease Control and Prevention (2019). Fungal Diseases. Sources of
Mucormycosis.
National Health Service (2020). Health A-Z. Diabetic ketoacidosis.
Wisse, B. National Institude of Health (2018). Medline Plus. Diabetic Ketoacidosis.
Cleveland Clinic (2018). Diseases & Conditions. Diabetes Mellitus: An Overview.
Mayo Clinic (2019). Diseases & Conditions. Diabetic Ketoacidosis.
Hamdy, O. Medscape (2019). Diabetic Ketoacidosis (DKA).
Balentine, J.R. Medicine Net (2019). Diabetic Ketoacidosis Causes, Symptoms, Treatment, and
Complications.
Web MD (2018). What You Should Know About Diabetic Ketoacidosis.
http://dokterpost.com/abcde-penanganan-ketoasidosis-diabetes-di-igd/ diakses pada 25 nopember
2021

Anda mungkin juga menyukai