Anda di halaman 1dari 33

HALAMAN JUDUL

TUGAS MAKALAH

KEBERSIHAN KUKU KAKI DAN TANGAN

OLEH

Nama : SUTRI

Nim : P202001021

Kelas : B1 Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MANDALAH WALUYAH KENDARI

2020

i
KATA PENGANTAR

Segalah puji syukur kehadiran allah SWT, yang telah melimpakan rahmat dan
hidayah-nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul ‘Kebersihan Kaki Kuku,Dan Tangan’.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masi jauh dari kata sempurna
dan masi jauh dari kata sempurna dan masi banyak terdapat kesalahan serta
kekukarangan didalalamnya .untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk makalah ini, supayah makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebi baik lagi. Kemudian apabilah terdapat banyak kesalahan
mohon di maafkan yang sebesar besarnyah .

Kendari, 3 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Perawatan Pada Kuku Tangan Dan Kaki........................................................5
B. Anatomi Kuku.................................................................................................5
C. Masalah Gangguan Pada Kuku........................................................................6
D. Askep Pada Masalah Perawatan Kuku............................................................6
E. Perawatan Kaki dan Kuku...............................................................................8
F. Pengkajian......................................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................14
B.  Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Dan pemerawat kuku juga mempengaruhi
pertumbuhan kuku, Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata
0,5 - 1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki.
Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang baik
sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau kekurangan  gizi 
atau menderita anoreksia  nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan
rapuh. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk menyusun makalah tersebut
dan pada bab-bab berikutnya akan di bahas tentang perawatan kuku.
higiene adalah suatu usaha pemeliharaan Personal kesehatan diri seseorang
yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki
status kesehatannya. Salah satu indikator dari personal higiene adalah
perawatan kaki, tangan, dan kuku (Perry&Potter, 2005).
Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan
kebersihan diri seseorang karena rentan terhadap infeksi. Setiap kondisi yang
mengenai tangan dan kaki secara otomatis akan mempengaruhi kemampuan
dalam hal perawatan kebersihan diri seseorang. Kuku merupakan salah satu
anggota badan yang terdapat pada ujung jari-jari tangan dan kaki yang
mengandung lapisan tanduk (Isro’in&Andarmoyo, 2012).
Kebersihan kaki, tangan, dan kuku menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan kebersihannya terutama ketika sedang sakit, perawatannya
menjadi semakin penting untuk diperhatikan. Kuku yang tidak terawatt juga
dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Beberapa masalah akibat tidak
terawatnya kuku misalnya kuku yang panjang dapat mengakibatkan kuku
menjadi mudah robek dan dapat melukai kulit sekitar, kuku yang tumbuh ke

1
dalam menuju jaringan lunak sekitar kuku karena pemotongan kuku yang
salah(Isro’in&Andarmoyo, 2012). Dampak yang dapat terjadi apabila kuku
tidak dirawat diantaranya kecacingan dan diare (Siswanto, 2010).
Pengetahuan masyarakat yang kurang mengakibatkan pola perilaku hidup
bersih dan sehat menjadi sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah personal higiene dianggap kurang penting karena kurangnya
pengetahuan mereka terhadap pentingnya PHBS. Penelitian dari Kusumawati,
dkk (2008)didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pendidikan dan
pengetahuan kepala keluarga dengan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat (Kusumawati,dkk, 2008).
Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa tumbuh kembang yang
baik. Masa-masa ini, anak-anak perlu mendapatkan pengawasan terhadap
kesehatannya karena usia sekolah adalah masa dimana anak-anak mempunyai
banyak aktivitas, dan aktivitas tersebut seringkali berhubungan langsung
dengan lingkungan yang kotor dan menyebabkan anak-anak mudah terserang
penyakit. Perawatan kuku pada anak-anak juga seringkali terabaikan oleh
orang tua. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tuadalam
memperhatikan personal higiene anak menyebabkan anak juga tidak
memperhatikan kebersihan dirinya sendiri. Meskipun terlihat sepele, tetapi
perawatan kuku juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan (Wong,
2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2011) didapatkan data tentang
tingkat pengetahuan anak usia Sekolah Dasar tentang kecacingan dalam
kategori baik 13,1%, sedang 48,2%, dan rendah 38,7%. Sedangkan sikap baik
48,2% dan cukup baik 51,8%. Hasilpenelitian juga didapatkan data bahwa
perilaku merawat kuku seminggu sekali pada siswa SD sebanyak
64,2%.Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2012 mendapatkan hasil
bahwa kebersihan kuku mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian
kecacingan pada siswa SD. Siswa SD yang mempunyai kuku kotor dan
panjang mempunyai resiko lebihbesar untuk terkena kecacingan. Sebanyak
60% siswa positif terkena kecacingan dan 40% lainnya negatif (Fitri,dkk,

1
2012). Penelitian Texanto & Hendratno(2008) menunjukkan bahwa 10,7%
dari 56 siswa terinfeksi soil transmitted helminthesdimana dari hasil kuesioner
didapatkan 7,1% anak dengan higiene kurang.Survei yang pernah dilakukan
oleh Depkes RI tahun 2003 didapatkan data 85,8% anak usia sekolah di
kabupaten pesisir selatan mengalami kecacingan (Depkes RI, 2003).
Tahun 2010 ditemukan angka kejadian diare sebanyak 24 per 1000
penduduk di Kota Semarang (DKK Semarang, 2010). Pada tahun 2006-2010,
ditemukan case fatality ratediare sebesar 2,16%, 1,79%, 2,34%, 1,74%, dan
1,74% (Depkes RI, 2011).Usaha KesehatanSekolah perlu didirikan dalam
rangka untuk meningkatkan perilaku personal higiene pada anak usia sekolah
dasar. Usaha kesehatan sekolah mempunyai peranan penting terhadap
pemantauan kesehatan anak-anak di sekolah. Selain itu, usaha kesehatan
sekolah juga berfungsi memberikan pengetahuan tentang kesehatan, seperti
cara menjaga kebersihan diri, mengobati luka dengan benar, perawatan kuku,
serta penerapan perilaku kesehatan yang lainnya(Wong, 2009).
Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2009 didapatkan hasil bahwa
selain perawatan rambut, telinga, dan gigi, perawatan kuku merupakan salah
satu materi kesehatan yang dipilih oleh guru PAUD untuk dapat disampaikan
pada murid-muridnya (Adiwiryono,2009).
Adanya program UKS di sekolahjuga perlu didukung dengan upaya
penyuluhan kesehatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun
orang-orang yang berpengalaman di bidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan
merupakan upaya yang dilakukan dengan cara memberikan ceramah tentang
kesehatan, demonstrasi perawatan kesehatan, maupun dengan cara diskusi.
Upaya tersebut dimaksudkan untuk menambah pengetahuan pada seseorang
agar mampu mengubah perilaku kesehatannya yang awalnya kurang baik
menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2012).Penelitian yang dilakukan
Rachmayanti (2009) menunjukkan bahwa pemberian edukasi melalui media
boneka di panggung lebih efektif meningkatkan pengetahuan siswa SD
dibandingkan dengan siswa yang diberikan edukasi hanya melalui ceramah
saja.Penelitian lain pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa pemberian

2
edukasi dengan penggunaan modul dan presentasi yang disertai leaflet juga
meningkatkan pengetahuan pada siswa SMA Bantul (Hastuti &Mahaningsih,
2009).
Kesehatan merupakan sesuatu yang wajib dijaga setiap umat manusia,
karena kesehatan menjadi tolak ukur kemakmuran setiap negara. Itulah
mengapa negara selalu memberikan pelayanan kesehatan kepada warga
negara-nya secara optimal. Kesehatan selalu di suarakan atau di kampanye-
kan agar negara memiliki sumber daya manusia yang sehat. Setiap warga
negara memiliki hak dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan wajib ikut
serta dalam memelihara kesehatan. Berdasarkan Undang – undang Kesehatan
No. 36 Tahun 2009 pasal 4 yang menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak
atas kesehatan” dan No. 23 Tahun 1992 Pasal 3 yaitu: “Setiap orang wajib ikut
serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, dan lingkungannya”. Salah satu cara menjaga kesehatan tubuh, yaitu
dengan cara menjaga kebersihan dan kesehatan kuku. Menjaga kesehatan
tubuh di mulai dari tangan, karena tangan memiliki berbagai aktivitas
kemudian pada akhirnya kuman dan bakteri bersarang di kuku manusia.
Dalam hadist Islam menyebutkan: “Wahai Abu Hurairah, potonglah
(perpendek) kuku-kukumu, sesungguhnya setan mengikat (melalui) kuku-
kuku yg panjang”. (H.R. Ahmad).
Meskipun terlihat sepele, tetapi perawatan kuku juga merupakan hal
penting yang harus diperhatikan. Salah satu cara menjaga kesehatan tubuh
adalah dengan meningkatkan kebersihan kuku personal, karena tangan adalah
organ tubuh yang selalu berhubungan dengan mulut dan juga dengan berbagai
kegiatan penting lainnya. Pada kondisi saat ini dari hasil penelitian
sebelumnya Anna Nurjannah (2012) didapatkan hasil 69,8% kebersihan kuku
personal yang tidak higenis, hal tersebut didapatkan karena masih banyaknya
responden yang mengalami masalah pada kuku. Masalah-masalah yang timbul
yaitu kuku panjang, kotoran pada bagian bawah kuku, kuku kusam dan
kutikula yang terkelupas. Namun masalah yang paling banyak dialami oleh
responden adalah masalah kotoran pada bagian bawah kuku yaitu sebanyak

3
59,5%. Usia anak sekolah dasar (SD) merupakan masa tumbuh kembang yang
baik. Pada masa ini anak-anak perlu mendapatkan 2 pengawasan terhadap
kesehatannya, karena sejak anak mulai memasuki usia SD, terjadi penurunan
terhadap tingkat kekebalan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perawatan pada kuku tangan dan kaki
2. Sebutkan masalah gangguan pada kuku
3. Sebutkan masalah pada perawatan kuku

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perawatan pada kuku tangan dan kaki
2. Untuk mengetahui masalah gangguan pada kuku
3. Untuk mengetahui masalah pada perawatan kuku

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perawatan Pada Kuku Tangan Dan Kaki


Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam
tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan
sehat dan bersih.

B. Anatomi Kuku
1. Struktur anatomi kuku
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di
ujung jari. Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras,
dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada
pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku
adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta
mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang
antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang
memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-
merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari
tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5
mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki. Pertumbuhan
kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang baik sangat penting
bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau kekurangan gizi atau
menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan rapuh.
2. Fungsi kuku
Kuku mempunyai 2 fungsi utama : Fungsi pertama yang diketahui
secara umum ialah memberikan lebih sensitiviti terhadap deria sentuh.
Ujung jari diliputi dengan reseptor yang banyak yang membenarkan kita
menerima maklumat dengan lebih efektif apabila kita menyentuh sesuatu

5
objek. Kuku bertindak sebagai penentang daya yang menambahkan lagi
sensitiviti kulit, walaupun pada kuku itu sendiri tidak mempunyai saraf
reseptor.

C. Masalah Gangguan Pada Kuku


1. Ingrown nail, kuku tangn yang tidak tumbuh – tumbuh dan irasakan sakit
pada daerah tersebut.
2. Paroyeychia, radang disekitar jaringan kuku
3. Ram’s horn nail, gangguan kuku yang di tanndai pertumbuhan yang
lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.
4. Bau tidak sedap, reaksi mikro organisme yang menyebabkan bau tidak
sedap.

D. Askep Pada Masalah Perawatan Kuku


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang perlu dilakukuan adalah penilaian tentang keadaan
warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adaya jari tabung dapat menunjukkan
penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung dan bentuk kuku yang
cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera, defisiensi besi dan
inpeksi.
2. Diaknosis keperawatan
Resiko terjadi luka ( infeksi ) berhubungan dengan proses masuknya
kuman akibat garukan kuku.
3. Intervensi keperawatan
Tujuan :
a. Memelihara kebersihan kuku dan rasa nyaman pasien.
b. Mempertahankan integritas kuku dan mencegah infeksi.
Rencana tindakan :
Lakukan pemeliharaan kebersihan kuku dengan cara perawatan kuku.
4. Implementasi keperawatan
a. Cara merawat kuku :

6
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu
merawat kuku sendiri. Yujuannya adalah menjaga kebersihan kuku
dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
1) Alat dan bahan :
a. Alat pemotong kuku
b. Handuk
c. Baskom berisi air hangat
d. Bengkok / nirbekken
e. Sabun
f. Kapas
g. Sikat kuku
2) Prosedur kerja :
a. Menjelaskan prosedur tindakan pada pasien
b. Menuci tangan
c. Mengatur posisi pasien dengan duduk atau tidur
d. Menentukan kuku yang akan dipotong
e. Merendam kuku dengan air hangat kurang lebih 2 menit dan
menyikat dengan memberikan sabun bila kotor.
f. Mengeringkan dengan handuk.
g. Meletakkan tangan pasien diatas bengkok dan melakukan
pemotongan kuku.
h. Bereskan peralatan
i. Perawat cuci tangan
5.  Evaluasi keperawatan
Secara umummenilai adanya kemampuan untuk mempertahankan
kebersihan kuku, ditandai dengan keadaan kuku yang bersih, tidak ada
tanda radang disekitar kuku, pertumbuhan baik, dan tidak ada bau yang
khas dari kuku.

7
E. Perawatan Kaki dan Kuku
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke
dalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku, badan
kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal
kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar
kuku berwarna merah muda (Potter & Perry, 2005).
Perawatan kuku Menurut Eka Fitri Monica Siregar (2015) dalam Laporan
pengabdian Masyarakat Penyuluhan Personal Hygiene menyebutkan bahwa
bentuk kuku bermacam-macam tergantung dari kegunaannya ada yangpipih,
bulat panjang, tebal dan tumpul. Kegunaan kuku adalah sebagai pelindung
jari, alat kecantikan, senjata , pengais dan pemegang. Secara anatomis, kuku
terdiri atas dasar kuku, badan kuku ,dinding kuku, kantong kuku, akar kuku,
dan lunula. Kuku normal yaitu terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm,
transparan, dan dasar kuku berwarna-warna merah muda (Uliyah dan Hidayat,
2008).
Menurut Uliyah dan Hidayat (2008), masalah atau gangguan pada kuku
antara lain:
1) Ingrown Nail. Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit
pada daerah tersebut.
2) Paronychia. Radang di sekitar jaringan kuku.
3) Ram’s Horn Nail. Gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang
lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.
4) Bau Tidak Sedap. Reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak
sedap.

Perawatan kaki dan kuku untuk mencegah infeksi, bau kaki, dan cedera
jaringan lunak. Integritas kaki dan kuku ibu jari penting untuk
mempertahankan fungsi normal kaki sehingga orang dapat berdiri atau
berjalan dengan nyaman. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah

8
kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga
kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena
berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu,
kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat
digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan
kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit
yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan
melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.
Cara-cara dalam merawat kuku antara lain: jangan memotong kuku
terlalu pendek dan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus, jangan
membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam sebab akan merusak
jaringan dibawah kuku, potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan,
khusus untuk jari sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau
direndam, jangan menggigit kuku karena akan merusak bagian kuku.
Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau waktu yang terpisah.
Seringkali, orang tidak sadar akan masalah kuku sampai terasa nyeri. Tujuan
merawat dan memotong kuku :
1. Menjaga kebersihan tangan dan kaki,
2. Mencegah timbulnya infeksi,
3. Mencegah kaki berbau tidak sedap,
4. Mengkaji/memonitor masalah-masalah pada kuku kaki dan tangan.
5. Masalah dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang pada kaki
dan tangan seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat dan
pemaparan zat-zat kimia yang tajam. Rasa tidak nyaman dapat mengarah
pada stres fisik dan emosional. Masalah-masalah tesebut dapat berakibat
pada perubahan integritas kulit serta risiko infeksi.
Berikut ini merupakan masalah umum pada kaki dan kuku (Potter & Perry,
1997):
1. Kalus: Bagian yang mengeras dari epidermis terdiri dari massa sel
tanduk dan keratotik. Masalah ini dapat disebabkan oleh friksi atau

9
tekanan lokal. Kondisi dapat menyebabkan ketidaknyamanan jika
memakai alas kaki yang ketat.
2. Katimumul: Keratosis disebabkan oleh friksi dan tekanan dari alas kaki.
Jaringan dapat menempel dengan tulang jika dibiarkan tumbuh. Cara
berjalan klien akan berubah karena nyeri.
3. Kutil pada kaki (plantar wart): Luka yang menjamur, terlihat pada tumit
kaki dan disebabkan oleh virus papiloma. Kutil juga dapat menimbulkan
nyeri dan sulit berjalan.
4. Kuku yang tumbuh ke dalam: Jari kaki atau jari tangan masuk ke dalam
jaringan yang halus di sekitar kuku. Kuku yang masuk ke dalam akan
menimbulkan nyeri lokal jika terkena tekanan.
5. Kuku tanduk ram: Kuku yang meliuk panjang. Usaha perawat untuk
memotong kuku dapat menyebabkan kerusakan dasar kuku dengan
risiko infeksi.
6. Paronisa: Inflamasi jaringan sekitar jari, terjadi setelah bintil kuku atau
cedera lain. Terjadi pada orang yang sering berada di air dan umumnya
klien diabetes. Daerah dapat mengalami infeksi.
7. Bau kaki: Diakibatkan oleh keringat berlebihan yang meningkatkan
perkembangan organisme. Kondisi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan akibat keringat berlebihan, dapat menimbulkan rasa
malu.
8. Infeksi jamur kaki (Tinea pedis): Infeksi jamur pada kaki; disebabkan
pemakaian alas kaki yang ketat. Infeksi jamur dapat menyebar ke bagian
tubuh yang lain, terutama tangan. Dapat menular dan sering kambuh.
9. Tanda-tanda awal pada masalah kaki dan kuku biasanya adalah nyeri
dan lunaknya jaringan. Gejala-gejala ini dapat mempengaruhi postur
klien dan kelemahan pada kelompok otot tertentu. Klien dengan diabetes
mellitus membutuhkan perawatan kaki dan kuku yang khusus. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya suplai darah di bagian tersebut. Perawatan
kebersihan pada kuku dan kaki umumnya terdiri dari pemotongan kuku
secara teratur, membersihkan bagian bawah kuku (termasuk

10
membersihkan, mencuci, dan mengeringkan), dan memakai alas kaki
yang pas. Perendaman dapat dilakukan ketika kuku kotor atau tebal.
Orangewood stick dapat digunakan untuk membersihkan bagian dalam
kuku. Tidak dianjurkan memakai logam karena logam dapat merusak
kuku dan membuat kuku menjadi kotor. Pembersihan daerah antara jari
satu dengan jari yang lain membutuhkan perhatian khusus. Pelunak,
misalnya krim dingin dapat menjaga agar kuku dan kutikula tetap
lembut.
10. Daerah dengan kalus tidak boleh dipotong. Sebaiknya melakukan
perendaman beberapa kali untuk membantu menghilangkan kalus.
Lotion sebaiknya digunakan secara rutin untuk menjaga kelembaban
kulit dan melembutkan daerah kalus. Jika sebaliknya (kelembaban
berlebih/keringat berlebih), bedak yang dapat menyerap air dapat
digunakan pada daerah antara jari. Klien harus memakai alas kaki yang
pas dan bersih. Pas bukan berarti ketat, namun nyaman untuk menopang
kaki.

F. Pengkajian
Kuku kaki dan tangan dikaji dengan menggunakan teknik inspeksi dan
palpasi. Inspeksi meliputi pada bentuk plat kuku, sudut antara kuku dan dasar
kuku, tekstur kuku, warna dasar kuku, dan keutuhan jaringan sekitar kuku.
Secara umum, yang dikaji dari kuku adalah bentuk, warna, adanya lesi, dan
pertumbuhan. Ciri-ciri kuku normal yang sehat yaitu transparan, lembut dan
konveks dengan alas jari pink dan ujung putih tembus cahaya. Pada orang-
orang tertentu, misalnya orang Afrika Amerika, pigmentasi coklat atau hitam
secara normal ada di antara kuku dan dasar kuku. Kuku dikelilingi oleh
kutikula yang tumbuh melewati jari dan harus ditekan secara teratur ke
belakang (dipotong). Kulit di sekitar dasar kuku harus lembut dan tanpa
inflamasi. Perawat juga menanyakan pada klien apakah klien mengecat
kukunya dengan teratur dan menggunakan penghapus cat kuku karena zat
kimia yang terdapat pada produk tersebut menyebabkan kekeringan berlebihan
pada kuku. Langkah-langkah pengkajian kuku adalah sebagai berikut:

11
1. Jelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan
bagaimana hasil pengkajian akan digunakan dalam merencanakan
perawatan dan terapi selanjutnya.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang tepat.
3. Berikan klien provasi.
4. Tanyakan apakah klien mempunyai salah satu riwayat berikut ini:
menderita diabetes melitus, penyakit sirkulasi perifer, cedera sebelumnya,
atau penyakit berat.
5. Inspeksi bentuk plat kuku untuk menentukan lekukan dan sudutnya.
Normal: lekuk konveks, sudut antara kuku dan dasar kuku sekitar 160
derajat.
Deviasi dari normal: kuku sendok, tabuh (180 derajat atau lebih).
6. Inspeksi tekstur kuku jari tangan dan jari kaki.
Normal: Tekstur halus
Deviasi dari normal: Terlalu tebal (misalnya akibat sirkulasi yang buruk,
anemia defisiensi besi), terlalu tipis atau adanya alur (misal anemia
defisiensi besi), garis Beau (garis puth atau alur yang melintang.
7. Inspeksi warna dasar kuku jari tangan dan jari kaki.
Normal: Klien berkulit terang kaya vaskular dan berwarna merah muda,
klien berkulit gelap mungkin memiliki pigmentasi cokelat atau hitam pada
guratan longitudinal.
Deviasi dari normal: Berwarna kebiruan atau keunguan (dapat
menunjukkan sianosis), pucat (dapat menunjukkan sirkulasi arteri yang
buruk).

8. Inspeksi jaringan di sekitar kuku


Normal: Epidermis utuh
Deviasi dari normal: Kuku menggantung paronisia (inflamasi) .

12
9. Lakukan uji pemucatan untuk pengisian kapiler. Tekan dua atau lebih
kuku dengan ibu jari dan jari telunjuk, periksa adanya pemucatan dan
kembalinya warna merah pada dasar kuku.
Normal: cepat kembali ke warna merah muda atau warna asal
Deviasi dari normal: lambat kembali ke warna merah muda atau warna
asalnya (dapat mengindikasikan gangguan sirkulasi).
10. Dokumentasikan hasil pengkajian pada catatan klien menggunakan
formulir atau daftar tilik disertai catatan narasi jika perlu.

Pada bayi baru lahir, kuku tumbuh sangat cepat, sangat tipis dan
mudah patah. Pada anak-anak, kuku jari kaki yang bengkok, memar, atau
mengalami onikokriptosis dapat diakibatkan oleh sepatu yang terlalu
sempit. Perilaku anak-anak yang menggigit kuku harus didiskusikan
dengan anggota keluarga. Pada lansia, kuku tumbuh lebih lambat dan
menebal. Pita longitudinal biasanya ada, dan kuku cenderung retak. Pita
pada kuku dapat menunjukkan defisiensi protein, titik putih menunjukkan
defisiensi seng, dan kuku berbentuk sendok menunjukkan defisiensi zat
besi. Pada klien dengan kondisi rawat jalan atau klien komunitas, edukasi
tentang perawatan kuku perlu dilakukan. Perawat dapat mengajarkan klien
atau anggota keluarga mengenai perawatan kuku yang benar, termasuk
cara memotong dan membentuk kuku untuk menghindari paronikia.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam
tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan
sehat dan bersih. Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata
0,5 - 1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki.
Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang baik
sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau
kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat
lamban dan rapuh.

B.    Saran
Sebaiknya setelah membaca makalah ini kita lebih memahami dan
memperhatikan cara, kondisi kebersihan kuku. Oleh sebab itu perlu
pemahaman yang lebih mendalam lagi tentang masalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Perry, potter. 2006. Fundamental keprawatan: konsep,proses,


danpraktik.  Jakarta: EGC Kozier, Erb. 2009. Buku ajar praktik
keprawatan klinis: ed 5. Jakarta: EGC.

Bitew, A. (2018). Dermatophytosis : Prevalence of Dermatophytes and Non


Dermatophytes Fungi from Patients Attending Arsho Advanced Medical
Laboratory, Addis Ababa, Ethiopia.

Hindawi Dermatology Research and Practice, 1–6. Bitew, A., & Wolde, S. (2019).
Prevalence, Risk Factors, and Spectrum of Fungi in Bali Medika Jurnal.
17 (1).2020: 116-12 ISSN26157047DOI:https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1
123 Patients with Onychomycosis in Addis Ababa, Ethiopha: A
Prospective Study. Journal of TropicalMedicine, 1–6. Bongomin, F.,
Batac,

C. R., Richardson, M. D., &Denning, D. W. (2018).A review of


onychomycosisduetoAspergillusspecies.Mycopathologia,183(3),485493.h
tps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29147866

Budimulja, U., Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, A. (2007). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin (5th ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hermawan, D. A., & Widyanto. (2000). Mengenal penyakit jamur kulit yang
sering di temukan di Indonesia. Jurnal
Meditek,8(23),4659.http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/art
cle/download/929/10 0

15
Bali Medika Jurnal.

Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN : 2615-7047

DOI: https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1

116 Disubmit 19 April 2020

Diterima 24 Juli 2020

INFEKSI JAMUR KUKU (ONYCHOMYCOSIS) PADA LANSIA DI


PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA
ONYCHOMYCOSIS IN ELDERLY AT WANA SERAYA NURSING
HOME I

Nyoman Aryasa, Ni Wayan Desi Bintari, I Dewa Agung Ketut Sudarsana


Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga STIKes
Wira Medika Bali

ABSTRAK

Onychomycosis merupakan infeksi pada lempeng kuku yang dapat


disebabkan oleh jamur dermatofita (Tinea unguium), non dermatofita atau yeast.
Infeksi onychomycosis menyebabkan kerusakan pada kuku yang menyebabkan
lempeng kuku menebal, rapuh dan mudah hancur. Penelitian ini bertujuan untuk
gambaran onychomycosis pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Wana Seraya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Wana Seraya di Jl. Gemitir No.66, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Kota
Denpasar, Bali. Sampel dianalisa di Lab. Parasitologi Teknologi Laboratorium
Medis STIKes Wira Medika Bali. Pemeriksaan menggunakan teknik pengamatan
langsung menggunakan pewarna kalium hidroksida (KOH) 10% pada kerokan
kuku 15 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil
pemeriksaan menunjukkan terdapat 1 responden (6,67%) yang positif
onychomycosis dengan ditemukannya hifa pada pengamatan mikroskopis preparat

16
kerokan kuku. Sementara itu 14 sampel lainnya (93,33%) dinyatakan negatif.
Hasil screening pada penelitian ini menunjukkan lansia di PSTW Wana Seraya
telah memiliki hygiene diri yang baik khususnya dalam memelihara kebersihan
kuku kaki dan tangan sehingga mengurangi faktor resiko terjadinya infeksi jamur
kuku. Kata Kunci : Jamur kuku (Onychomycosis), Dermatophyta, Kalium
Hidroksida (KOH) 10%

ABSTRACT

Onychomycosis is an infection of the nail plate that can be caused by


dermatophyte fungi (Tinea unguium), non dermatophytes or yeast.
Onychomycosis infection causes damage to the nails which causes the nail plate
to thicken, brittle and break easily. This study aims to describe onychomycosis in
the elderly at Tresna Werdha Social Home (PSTW) Wana Seraya. This type of
research is descriptive research. Sampling was conducted at the Tresna Werdha
Social Home (PSTW) Wana Seraya on 66 Gemitir St., Kesiman Kertalangu, East
Denpasar, Denpasar City, Bali. Samples analyzed in Parasitology Laboratory
STIKes Wira Medika Bali. Sampels examination using direct observation
techniques using 10% Bali Medika Jurnal. Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN :
2615-7047 DOI: https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1 117 potassium hydroxide
(KOH) dye on nail scrapings on 15 respondents who met the inclusion and
exclusion criteria. The results of the examination showed that there was 1
respondent (6.67%) who tested positive for onychomycosis with the discovery of
hyphae on microscopic observation of nail scrapings preparations. Meanwhile 14
other samples (93.33%) were stated negative. The screening results in this study
show that the elderly in PSTW Wana Seraya have had good personal hygiene,
especially in maintaining the cleanliness of toenails and hands, thereby reducing
the risk factors for nail fungus infection. Keywords: Fungal nail infection (Tinea
unguium), Direct Observation, Potassium hydroxide stain, Elderly Alamat
Korespondensi : Jl. Kecak No.9A, Tonja, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar,
Bali 80239 Email : aryasa.nyoman@yahoo.com

17
PENDAHULUAN

Penyakit infeksi oleh jamur hingga saat ini masih cukup banyak terjadi di
masyarakat. Resiko infeksi jamur tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim
Indonesia yang memiliki tingkat humiditas tinggi. Di samping itu kondisi sosial
ekonomi yang belum merata juga berpengaruh terhadap hygiene personal
masyarakat yang berkorelasi terhadap angka kejadian infeksi (Hermawan &
Widyanto, 2000). Infeksi oleh jamur yang hingga saat ini kurang disadari oleh
masyarakat adalah infeksi yang terjadi pada kuku atau dikenal dengan
onychomycosis (Setianingsih et al., 2015). Penyakit ini dapat terjadi pada
beberapa bagian kuku seperti matriks, nail bed atau nail plate yang mengakibatkan
rasa nyeri, tidak nyaman dan tampilan kuku yang kurang baik (Rohmah &
Bariyah, 2012). Onychomychosis dapat disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita, nondermatofita serta yeast (Budimulja et al., 2007). Jamur
dermatofita yang paling banyak menimbulkan infeksi diantaranya Trichophyton
rubrum (70%), Trichophyton mentagrophytes (19,8%) dan Epidermophyton
floccosum (2,2%). Adapun jamur dermatofita lain yang pernah dilaporkan
diantaranya Trichophyton tonsurans, Trichophyton violaceum, Trichophyton
verrucosum, Microsporum gypseum dan Trichophyton soudanacea. Infeksi jamur
kuku yang disebabkan oleh jamur dermatophyta tersebut diistilahkan dengan
Tinea unguium. Adapun kelompok non-dermatofita yang paling sering dilaporkan
meliputi kelompok Aspergillus sp. dan Candida albicans (Bintari et al., 2019;
Putra, 2008). Infeksi jamur tersebut menyebabkan terjadinya perubahan warna
pada kuku menjadi putih, kuning atau kecoklatan, kuku mengalami onycholisis,
pecah-pecah dan tidak rata Infeksi onikomikosis menurut ahli tidak menyebabkan
mortalitas, namun menimbulkan gangguan klinis yang signifikan, mengurangi
estetika, bersifat kronis dan sulit diobati. Hal tersebut selanjutnya akan
mengganggu kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup penderita (Setianingsih
et al., 2015). Pemeriksaan penunjang terhadap Tinea unguium untuk penegakan
diagnosis menurut Rizkya et al. (2015) dapat dilakukan melalui pengamatan
jamur langsung (direct microscopy) pada spesimen kerokan kuku atau melalui

18
kultur jamur. Pemeriksaan direct menggunakan larutan kalium hidroksida (KOH)
yang Bali Medika Jurnal. Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN : 2615-7047 DOI:
https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1 118 membantu melarutkan jaringan epitel
(Wolff & Johnson, 2010). Pemeriksaan mikroskopis langsung meskipun bukan
baku standar dalam pemeriksaan Tinea unguium namun menurut Noviandini et al.
(2017) sangat baik digunakan untuk pemeriksaan awal karena cepat, sederhana
dan mudah dilakukan. Menurut Rohmah & Bariyah (2012), pertambahan usia
merupakan salah satu faktor resiko yang berkorelasi terhadap angka kejadian
onychomycosis. Pada tahap lansia seseorang akan mengalami penurunan
kemampuan kerja, imunitas dan fungsi organ-organ tubuh (Kurnianto, 2015). Hal
tersebut menurut Ramadhan & Sabrina (2016) akan mengakibatkan timbulnya
gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya khususnya kebutuhan
kebersihan diri. Padahal personal hygiene sangat penting dalam usaha mencegah
timbulnya penyakit mengingat sumber infeksi dapat muncul bila aspek kebersihan
kurang mendapat perhatian. Pemeriksaan awal atau screening terkait
onychomycosis pada lansia khususnya yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha
sangat jarang dilakukan. Padahal screening awal dapat mencegah infeksi serius
dan mencegah terjadinya kerusakan kuku secara permanen. Berdasarkan hal
tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan
infeksi onychomycosis pada lansia di PSTW Wana Seraya melalui pemeriksaan
jamur kuku dengan teknik pengamatan langsung spesimen kerokan kuku.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Parasitologi Program Studi


Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma III STIKes Wira Medika Bali
pada AprilJuni 2019. Populasi dan sampel Penelitian merupakan jenis penelitian
deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang merupakan anggota Panti Sosial
Tresna Wredha (PSTW) Wana Seraya yang berjumlah 32 orang. Metode sampling
yang digunakan adalah purposive sampling Sampel yang digunakan adalah

19
sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 15 responden.
Kriteria inklusi meliputi lansia yang mampu berkomunikasi dengan baik; lansia
dengan salah satu kondisi kuku diantaranya berwarna kuning/ kecoklatan, tidak
mengkilat, tidak rata atau onycholisis. Sedangkan kriteria ekslusi meliputi lansia
dengan gangguan mental dan demensia serta lansia yang berada di ruang isolasi
khusus. Pengambilan sampel, pengumpulan dan analisa data Responden yang
akan diambil sampelnya dipandu untuk mengisi informed consent, kuisioner dan
diberikan penjelasan terkait pemeriksaan yang akan dilakukan. Kuku kaki yang
akan diambil sampelnya dibersihkan dengan kapas alkohol 70%. Bagian kuku
yang bergejala diambil sampelnya dengan cara dikerok dengan menggunakan
skalpel steril dan disposable dengan arah dari atas ke bawah. Sampel ditampung
pada kertas kering dan dimasukkan ke dalam pot steril untuk selanjutnya
dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan sampel kerokan Bali Medika
Jurnal. Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN : 2615-7047 DOI:
https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1 119 kuku dengan menggunakan direct
microscopy menggunakan larutan KOH 10%. Sampel diletakkan di atas object
glass dan ditetesi KOH 10%, ditutup dengan cover glass dan didiaman selama 30
menit. Preparat selanjutnya diamati di bawah mikroskop dan dilakukan
pengamatan terhadap ada atau tidaknya hifa, konidia atau sel yeast/ ragi. Data
hasil identifikasi yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa dan disajikan dalam
bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil pemeriksaan jamur kuku pada spesimen kerokan kuku lansia dengan
metode pengamatan langsung ditemukan 1 sampel (6,67%) yang hasilnya positif
dan sebanyak 14 sampel (93,33%) negatif (Tabel 1). Sampel positif teridentifikasi
pada responden wanita (Sampel 5) dengan ditemukannya hifa pada sampel
kerokan kuku kaki berdasarkan pengamatan mikroskopis (Gambar 1). Sedangkan
sebanyak 14 sampel dinyatakan negatif karena berdasarkan pengamatan langsung
tidak ditemukan adanya hifa atau konidia pada preparat kerokan kuku. Tabel 1.
Hasil Identifikasi Kejadian Jamur Kuku (Onychomycosis) No. Kode sampel.

20
Umur (Tahun) Jenis kelamin Hasil 1 Sampel 1 80 L Negatif 2 Sampel 2 85 P
Negatif 3 Sampel 3 68 P Negatif 4 Sampel 4 70 P Negatif 5 Sampel 5 76 P Positif
6 Sampel 6 67 P Negatif 7 Sampel 7 80 L Negatif 8 Sampel 8 73 L Negarif 9
Sampel 9 60 P Negatif 10 Sampel 10 85 P Negatif 11 Sampel 11 85 L Negatif 12
Sampel 12 72 P Negatif 13 Sampel 13 57 P Negatif 14 Sampel 14 77 P Negatif 15
Sampel 15 75 P Negatif Bali Medika Jurnal. Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN :
2615-7047 DOI: https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1 120 Gambar 1. Gejala klinis
Jamur Kuku (A) dan hasil pengamatan mikroskopis (B) pada sampel 5. Hifa
Jamur non dermatofita ditunjukkan pada anak panah (a)

PEMBAHASAN

Onychomycosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan


oleh jamur dermatofita, jamur non-dermatofita dan ragi (Anugrah, 2016). Hasil
pengamatan metode langsung untuk identifikasi jamur kuku yang dilakukan
terhadap 15 sampel kerokan kuku kaki lansia di Panti Sosial Tresna Wredha
(PSTW) Wana Seraya diketahui sebanyak 1 sampel (6,67%) positif jamur kuku
dan 14 sampel (93,33%) lainnya negatif. Hasil positif ditunjukkan dengan
ditemukannya hifa pada preparat kerokan kuku dengan metode pengamatan
langsung. Hasil tersebut sesuai dengan gejala klinis yang ditunjukkan yaitu kuku
responden berwarna kuning kecoklatan dan terdapat penumpukan sisa jaringan
dibawah kuku. Sedangkan pada 14 sampel lainnya negatif jamur kuku dengan
tidak ditemukannya hifa pada preparat kerokan kuku dengan metode pemeriksaan
langsung. Onychomycosis merupakan infeksi jamur yang kronis pada kuku jari
kaki atau kuku jari tangan. Biasanya onychomycosis disertai dengan infeksi jamur
yang lama pada kaki. Kuku menjadi tebal,rapuh, dan tidak mengkilat. Lempeng
kuku menjadi rusak dan berubah warna menjadi kehitaman, kekuningan atau
suram. Tinea unguium (onychomycosis, ringworm of the nail) adalah jamur
dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan karena kuku terinfeksi
menjadi rusak dan rapuh dan bentuknya tidak normal. Di bagian bawah kuku akan
menumpuk sisa jaringaan kuku yang rapuh sehingga tampak seperti kotoran
(Kurniati, 2008). Pada penelitian ini sampel kuku kaki yang positif

21
onychomycosis adalah responden perempuan. Hasil tersebut mendukung
penelitian oleh Setianingsih et al. (2015) di Kecamatan Tanah Siang, Provinsi
Kalimantan Tengah yang menyatakan bahwa Tinea unguium lebih banyak
menginfeksi perempuan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dilihat dari
gambaran jenis kelamin subjek penelitian, diperoleh bahwa proporsi perempuan
yang terinfeksi lebih banyak di dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 71% pada
perempuan dan 29% pada laki-laki. Bitew & Wolde (2019) Bali Medika Jurnal.
Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN : 2615-7047 DOI:
https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1 121 menyatakan penelitian terkait faktor resiko
jenis kelamin terhadap kejadian infeksi onychomycosis perlu dipelajari lebih
lanjut. Beberapa studi melaporkan bahwa kejadian onychomycosis lebih beresiko
pada pria (Ahuja et al., 2011; Satpathi et al., 2016), namun hasil studi lainnya
melaporkan hal yang sebaliknya (Sigurgeirsson & Baran, 2013). Faktor jenis
kelamin lebih lanjut menurut Bitew & Wolde (2019) dalam manifestasi klinisnya
terhadap onychomycosis sangat tergantung pada kontribusi faktor lain yang saling
berkaitan. Beberapa faktor tersebut seperti trauma pada kuku yang disebabkan
oleh aktivitas luar ruangan atau adanya penyakit bawaannya yang dapat
memperburuk infeksi. Berdasarkan wawancara dan pengisian kuisioner oleh
responden diketahui sebanyak 73,33% lansia sudah secara rutin melakukan
personal hygiene yang baik seperti mencuci tangan dan kaki sesudah melakukan
aktifitas, menggunakan sandal/ alas kaki, mandi secara teratur dan rutin
memotong kuku tangan dan kaki. Sementara itu sebanyak 26,67 responden belum
menerapkan hygiene personal dengan baik khususnya terkait kebersihan kuku
tangan dan kaki. Kurangnya kesadaran terhadap kebersihan individu tersebut
dapat menjadi faktor resiko meningkatkanya infeksi jamur pada lempeng kuku
atau kulit. Marsaoly et al. (2014) menyatakan keterkaitan tersebut disebabkan
karena pada usia lanjut dapat terjadi perubahan fungsi imunitas tubuh termasuk
penurunan respon imunitas untuk melawan infeksi terhadap virus, bakteri dan
jamur sehingga dapat memiliki risiko yang lebih besar terhadap penyakit akibat
infeksi maupun penyakit kronik lainnya. Pada penelitian ini hifa jamur yang
diamati pada sampel positif (sampel nomor 5) memiliki struktur tidak bersekat

22
atau aseptat. Onychomycosis dapat disebabkan oleh jamur dari kelompok non-
dermatofita dan dermatofita. Nondermatofita yang paling sering dilaporkan
meliputi kelompok Aspergillus sp dan Candida albicans. Penelitian oleh Soetojo
& Astari (2016) menyatakan angka kejadian kandidiasis kuku di RSUD Dr.
Soetomo pada 2011-2013 berjumlah 137 orang atau 0,65% dari keseluruhan
kasus. Genus lain dari kelompok nondermatofita yang menyebabkan Tinea
unguium diantaranya adalah Aspergillus sp. (Amirsyam, 2008; Bintari et al.,
2019) dan Rhizopus sp. (Bongomin et al., 2018; Martínez-Herrera et al., 2015).
Penelitian oleh Bitew (2018) menyatakan saat ini dermatofitosis cukup banyak
disebabkan oleh kelompok non-dermatophytes. Dari 164 jenis jamur penyebab
dermatofitosis yang diteliti sebanyak 47,6 % nya merupakan kelompok non-
dermatofita sedangkan 52,4% nya termasuk ke dalam dermatofita. Sementara itu
kelompok dermatofita yang dapat menyebabkan onychomycosis yang dikenal
dengan Tinea unguium diantaranya adalah Trichophyton rubrum (70%),
Trichophyton mentagrophytes (19,8%) dan Epidermophyton floccosum (2,2%).
Adapun jamur dermatofita lain yang pernah dilaporkan diantaranya Trichophyton
tonsurans, Trichophyton violaceum, Trichophyton verrucosum, Microsporum
gypseum dan Trichophyton soudanacea (Budimulja et al., 2007). Pada penelitian
ini pemeriksaan dilakukan dengan metode pengamatan langsung. Metode
pengamatan langsung di dalam prosedurnya menggunakan KOH 10% yang
berfungsi dalam melisiskan jaringan kuku sehingga mempermudah pengamatan
keberadaan hifa atau konidia (Ruhimat et al., 2011). Penggunaan metode langsung
dalam identifikasi jamur kuku ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode
langsung memiliki kelebihan yaitu pengerjaan yang singkat sehingga hasil
pemeriksaan diperoleh dengan cepat. Sebaliknya kelemahan metode Bali Medika
Jurnal. Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN : 2615-7047 DOI:
https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1 122 pengamatan langsung yaitu saat melakukan
pengamatan terkadang hifa ataupun konidia jamur sulit ditemukan sehingga
mempengaruhi hasil penelitian (Adiguna, 2017). Identifikasi jamur kuku selain
melakukan pemeriksaan metode langsung juga disarankan untuk melakukan
kultur jamur. Pemeriksaan kultur jamur memerlukan waktu inkubasi yang lama

23
namun hasil positif dapat mudah diamati melalui pengamatan makroskopis koloni
jamur di media SDA (Sabouraud Dextrose Agar).

SIMPULAN DAN SARAN

Pemeriksaan terhadap jamur kuku pada lansia di Panti Sosial


TresnaWredha (PSTW) Wana Seraya dapat disimpulkan sebanyak 1 responden
(6,67%) positif Tinea unguium berdasarkan metode pengamatan langsung dan
sebanyak 14 negatif (93,33%). Penelitian lebih lanjut terkait identifikasi jamur
penyebab infeksi sangat perlu dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan kultur
jamur. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada pengurus dan anggota
lansia Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya yang telah memberikan izin dan
berpartisipasi secara aktif dalam penelitian ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, P. D. M. S. (2017). Onychomycosis Overview. Basic Sciences and


Therapeutic in Regenerative and Aesthetic Medicane (pp. 1–9).
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/49d9e9c108b2e58
26d3fdc83b6954de3.pdf

Ahuja, S., Malhotra, S., & Caroo, H. (2011). Etiological Agents of


Onychomycosis From a Tertiary Care Hospital in Central Delhi India.
Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences, 1(11), 1–4.

Amirsyam, N. M. (2008). Mikologi dan Mikrologi Kedokteran Beberapa


Pandangan Dermatologis. USU e-Repository.

Anugrah, R. (2016). Diagnostik dan Tatalaksana Onikomikosis. CDK-


244,43(9),675678.http://www.kalbemed.com/DesktopModules/EasyDNN
News/DocumentDownload.ashx?portalid=0&moduleid=471&articlei
d=913&documentid=1300

Bintari, N. W. D., Suarsana, A., & Wahyuni, P. R. (2019). Onychomycosis


NonDermatofita Pada Peternak Babi di Banjang Paang Kaja dan Banjar
Semaga Desa Penatih Kecamatan Denpasar Timur. Jurnal Kesehatan
Terpadu,3(1),814.https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/kesehatan/artic
le/view/708/630

Bitew, A. (2018). Dermatophytosis : Prevalence of Dermatophytes and


NonDermatophytes Fungi from Patients Attending Arsho Advanced
Medical Laboratory, Addis Ababa, Ethiopia.

Hindawi Dermatology Research and Practice, 1–6. Bitew, A., & Wolde, S.
(2019). Prevalence, Risk Factors, and Spectrum of Fungi in Bali Medika
Jurnal. Vol7 No 1, 2020: 116-124 ISSN26157047DOI:
https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1 123 Patients with Onychomycosis in
Addis Ababa, Ethiopha: A Prospective Study. Journal of Tropical
Medicine, 1–6. Bongomin, F., Batac,

25
C. R., Richardson, M. D., &Denning, D. W. (2018).A review of
onychomycosisduetoAspergillusspecies.Mycopathologia,183(3),485493.ht
tps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29147866

Budimulja, U., Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, A. (2007). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin (5th ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hermawan, D. A., & Widyanto. (2000).

Mengenal penyakit jamur kulit yang sering di temukan di Indonesia. Jurnal


Meditek,8(23),4659.http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/arti
cle/download/929/10 08/

Kurnianto, D. (2015).Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga


Prestasi, 11(2),
1930.https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/article/view/5725

Kurniati, C. R. (2008). Etiopatogenesis Dermatofitosis. Jurnal Berkala Ilmu


Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 2, 43–50. http://journal.unair.ac.id/filer
PDF/BIKKK _vol 20 no 3_des 2008_Acc_3.pdf

Marsaoly, R. R., Hari, E. D., Ariwangsa, G. N. A., Karmila, I. D., & Adiguna, M.
S. (2014). Profil Dermatomikosis Superfisialis Pada Pasien Geriatri Di
Poliklinik Kulit Dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar Bali [Universitas
Udayana].https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f943820
1850a02a9 37e942e156a9b6bc.pdf

Martínez-Herrera, Obed, E., Arroyo-Camarena, S., Tejada-García, D. L.,


PorrasLópez, C. F., & Arenas, R. (2015).Onychomycosis due to
opportunisticmolds.AnBrasDermatol,90(3),334337.http://www.scielo.br/sc
ielo.php?script=sci_arttext&pid=S036505962015000300334

Noviandini, A., Suyoso, S., & Astari, L. (2017). Pemeriksaan Pewarnaan Kalium
Hidroksida (KOH) 20% + Tinta Parker Blue-Black, Chicago Sky Blue
(CSB), dan Kultur Jamur pada Dermatomikosis Superfisialis. Berkala Ilmu

26
KesehatanKulitDanKelamin,29(1),2130.https://ejournal.unair.ac.id/BIKK/
article/viewFile/4148/2796

Putra, I. B. (2008). Onikomikosis. Universitas Sumatera Utara. Ramadhan,

K., & Sabrina, I. (2016). Hubungan Personal Hygiene Dengan Citra Tubuh Pada
Lansia Di Desa Sepe Kecamatan Lage Kabupaten Poso. Jurnal Kesehatan
Prima, 10(2), 1735–1748. http://poltekkes-
mataram.ac.id/wpcontent/uploads/2016/12/8.-Kadar-1.pdf Rizkya, A.,
Thaha, M. A., & Rusmawardiana, R. (2015).

Nilai Diagnostik Dermatophyte Strip Test pada Pasien Tinea Ungium. Jurnal
KedokteranDanKesehatan,2(1), 99–103.
https://media.neliti.com/media/publications/181660-ID-nilai-
diagnostikdermatophyte-strip-test.pdf

Rohmah, A. I. N., & Bariyah, K. (2012). Kualitas Hidup Lanjut Usia. Jurnal
Keperawatan,3(2)120132.http://ejournal.umm.ac.idindex.php/keperawatan
/article/view/2589

Ruhimat, U., Nurmalasari, A., Fadillah, A. F., & Astuti, F. (2011). Pemeriksaan
Jamur Penyebab Onikomikosis Pada Pemulung Di TPA. Jurnal Kesehatan,
Bali Medika Jurnal. Vol 7 No 1, 2020: 116-124 ISSN : 2615-7047 DOI:
https://doi.org/10.36376/bmj.v7i1

124 1–8. http://cdn.stikesmucis.ac.id/Undang Ruhimat PEMERIKSAAN JAMUR


PENYEBAB Onikomikosis PADA PEMULUNG DI TPA KECAMATAN
CIAMIS.pdf

Satpathi, P., Achar, A., Banerjee, D., Maiti, A., Sengupta, M., & Mohata, A.
(2016). Onychomycosis in Eastern India-study in a Peripheral Tertiary
Care Centre. Journal of Pakistan Association of Dermatology, 23(1), 14–
19.

27
Setianingsih, I., Arianti, D. C., & Fadilly, A. (2015). Prevalensi, Agen
Penyebab,dan Analisis Faktor Resiko Infeksi Tinea unguium pada
peternak Babi di Kecamatan,Tanah Siang, Provinsi Kalimantan Tengah.
Jurnal Epidemiologi DanPenyakitBersumberBinatang,5(3), 155–161.
https://www.neliti.com/publications/21418/prevalensi-agen-penyebab-
dananalisis-faktor-risiko-infeksi-tinea-unguium-pada-p

Sigurgeirsson, B., & Baran, R. (2013). The Prevalence of Onychomycosis in the


Global Population – A Literature Study. Journal European Academy of
Dermatology and Venereology, 1–2.

Soetojo, S., & Astari, L. (2016). Profil Pasien Baru Infeksi Kandida Pada Kulit
dan Kuku. Periodical of Dermatology and Venereology, 28(1), 34–41.
https://ejournal.unair.ac.id/BIKK/article/download/2342/1698 Wolff, K.
L., & Johnson, R. A. (2010). Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology (6th ed.). McGraw-Hill Companies.

28

Anda mungkin juga menyukai