Anda di halaman 1dari 3

Fisafat sebagai lmu

Secara etimologis kata „filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata “philos” berarti cinta
atau “philia” (persahabatan, tertarik kepada) dan “sophos” yang berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman. praktis, intelegensi). Dalam bahasa Inggris adalah
philosophy. Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan
kebijaksanaan. Secara harfiah, filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu
yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus harus mengejarnya. Filsafat adalah
pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat
menggumuli seluruh realitas, tetapi teristimewa eksistensi dan tujuan manusia. Kecintaan pada
kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses, artinya segala usaha pemikiran
selalu terarah untuk mencari kebenaran. Orang yang bijaksana selalu menyampaikan suatu
kebenaran sehingga bijaksana mengandung dua makna yaitu baik dan benar. Sesuatu dikatakan baik
apabila sesuatu itu berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi
sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu
berusaha untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan
sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya

berikut ini akan dikemukakan definisi filsafat sebagai ilmu yang dikemukakan oleh para filsuf:

1. Al Farabi (870 – 950 M) adalah seorang Filsuf Muslim yang mendefinisikan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.

2. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu

: a. Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).

b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).

c. Agama (sampai dimanakah pengharapan kita)

d. Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).

Slide 2

Filsafat sebagai cara berfikir

Filsafat sebagai hasil pikir manusia memiliki modelnya, yakni filsafat

spekulatif, filsafat preskriptif dan filsafat analitik (Sadulloh, 2007:19). Filsafat

spekulatif, cara berpikir sistematis dan mendalam mengenai segala yang ada.

filsafat ini bukan mencari kandungan yang tersurat dari sesuatu, melainkan ingin

memahami, menemukan totalitas yang bermakna dari realita yang ada. Sementara
filsafat preskriptif, suatu pemikiran yang memberikan standar penilaian perbuatan

manusia dan seni. Filsafat ini mengajarkan prinsip-prinsip perbuatan manusia

yang bermanfaat. Sedangkan filsafat analitik, filsafat sebagai analisis logis tentang

bahasa dan makna istilah.

Sementara filsafat sebagai induk ilmu memiliki cabang-cabangnya, yakni

metafisika, epistemologi, logika, etika, estetika dan filsafat khusus. Cabang yang

terakhir seperti filsafat agama, filsafat sejarah, filsafat bahasa, filsafat sosial, filsafat politik, filsafat
kebudayaan dan filsafat pendidikan. Dari beberapa cabang di atas

mencoba berpisah dan menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Sedangkan tujuan filsafat

mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang sesuatu berdasarkan akal

pikir. Kebenaran inilah yang selalu menjadi sasaran pencarian manusia.

Manusia Makhluk Berpikir

Manuisa sebagai makhluk berakal yang hidup dan beraktifitas di atas bumi

ini selalu berkehendak memenuhi, merealisasi kebutuhan-kebutuhannya baik

kebutuhan lahiriah atau pun kebutuhan rohaniah. mengemukakan kebutuhan manusia, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis

2. Kebutuhan akan ketentraman

3. Kebutuhan akan kebersamaan

4. Kebutuhan akan penonjolan diri

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri.

Slide 3

Filsafat sebagai pandangan hidup

pandangan hidup Islam- bagaimana transformasi filsafat Yunani dilakukan, dan bagaimana detailnya
filsafat Islam mempengaruhi negara-negara tetangga selama dan setelah proses itu berlangsung.
Slide ini mengelaborasi ‘filsafat Islam’ mulai dari pemahaman etimologisnya kemudian pada sebuah
identifikasi berdasarkan pandangan hidup Islam yang berasaskan wahyu. Sejumlah definisi dari
‘filsafat’ berdasarkan Ilmuwan yang otoritatif sebelum dikaitkan lebih lanjut dengan identifikasi
pandangan hidup. Kesesuaian antara pandangan hidup Islam dan Islamisasi filsafat Yunani akan
menjawab pertanyaan terkait dengan ‘awal mula filsafat Islam’; analisa ini mencakup relasi antara
urgensi wahyu, interpretasi semantik atau linguistik, serta implikasinya pada pembangunan
peradaban Islam. Era penerjemahan yang masyhur diinisiasi oleh Khalifah al-Ma’mun juga akan
didiskusikan secara luas di sini dengan; mengenalkan sejumlah ilmuwan yang berkontribusi dalam
proses penerjemahan, sistem yang dijalankan di Bayt al-H{ikmah, hingga gaji yang diberikan pada
penerjemah. Ketika progres utama Islamisasi sudah dipahami secara menyeluruh, kita akan
memaknai kembali historisitas dan etnisitas para filsuf beserta argumentasi yang menyertainya
untuk menjawab kenapa istilah ‘filsafat Islam’ adalah istilah yang paling dapat diterima dan
dipertimbangkan secara rasional. Maka filsafat Islam bukanlah hanya sekedar klaim namun juga
‘identifikasi pandangan hidup’ yang telah yang sudah dengan sukses dan diakui mampu
mengasimilasi secara canggih produkproduk filsafat Yunani.

slide 4

filsafat sebagai pemikiran reflektif

Berpikir reflektif berarti berpikir yang dipantulkan kepada dirinya sendiri. Berfilsafat berarti refleksi
terhadap dirinya sendiri. Berfilsafat pada hakikatnya adalah menonton dirinya sendiri ketika dirinya
sedang berada di atas panggung. Semua ragam pemikiran filsafat tentunya dapat direfleksikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Berpikir reflektif mendorong kita akan mampu berpikir ke arah pemikiran yang lebih berkualitas
(quality thinking) dan pemikiran ke masa depan (future thinking).

Misalnya, pemikiran filsafat yang reflektif tidak hanya sebatas pada memperbaiki kualitas diri sendiri,
akan tetapi juga bagaimana memperbaiki kualitas generasi mendatang (anak-anak kita), sehingga
kita akan terhindar dari degradasi keturunan.

Di zaman sekarang (era global) membuat/melahirkan anak mudah, akan tetapi membuat agar anak-
anak kita lebih berkualitas dari diri kita, maka diperlukan berbagai pemikiran (inter disipliner). Hal ini
sejalan dengan keberadaan konsep-konsep pemikiran filsafat tentang: manusia unggul menurut
pemikiran barat, menurut pemikiran Indonesia, menurut pemikiran Jawa, dan lain-lain.

Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran barat yang dikemukakan oleh Nietzsche yaitu
pemikirannya tentang manusia pemberani, superman, manusia cerdas, manusia yang tidak pernah
bersalah, manusia berkuasa.

Anda mungkin juga menyukai