Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN

“TAKSONOMI, JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN”

Dianjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Media
Pembelajaran
Dosen Pembimbing: DR. Iswantir, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2:

ZEKI MARZUKI ( 2516.136 )


ALFA ROBI LUBIS ( 2516.125)
MUHAMMAD ILHAM (2516.133)
MULYETRI ( 2516.144 )

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

TP. 201
6KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya hingga akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, kami telah selesai menyusun
makalah yang berjudul “Asas – asas Kurikulum”.
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata
kuliah Filsafat Pendidikan dengan dosen DR. Iswantir M, S.Pd., M.Pd. Adapun ruang
lingkup pembahasan dalam karya tulis ini meliputi: Pengertian dan azaz kurikulum,
komponen dan karakteristik kurikulum pendidikan, organisasi dan pengembangan
kurikulum pendidikan.
Dalam penyusunannya, kami mengambil sumber dari beberapa literatur, terutama
buku – buku pegangan yang biasa dipakai di Kampus IAIN Bukittinggi. Pembaca
mungkin akan menemukan beberapa kekurangan  dan kesalahan penulisan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi perbaikan di masa yang akan datang.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
Akhir kata, semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi syiar Islam.

Bukittinggi,  01 September 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Azaz Kurikulum......................................................................3


1. Penegertian Kurikulum...............................................................................3
2. Azaz – azaz Kurikulum..............................................................................4
B. Komponen Dan Karakteristik Kurikulum Pendidikan.....................................10
C. Organisasi Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan..................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan berjalan mulus.
Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya
tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum berbagai kegiatan dan pola
pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran. Itulah sebabnya,
menelaah dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban bagi guru.
Berbagai pendapat mengenai kurikulum telah dikemukakan oleh para ahli
pendidikan. Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sesuatu yang dapat mempengaruhi
siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Namun, kurikulum
haruslah direncanakan agar pengaruhnya terhadap siswa benar-benar dapat diamati
dan diukur hasilnya. Adapun hasil–hasil belajar tersebut haruslah sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diinginkan, sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat, relevan dengan kebutuhan sosial ekonomi dan sosial budaya
masyarakat, sesuai dengan tuntutan minat, kebutuhan dan kemampuan para siswa
sendiri, serta sejalan dengan dengan proses belajar para siswa yang menempuh
kegiatan-kegiatan kurikulum.

B. Rumusan Masalah

iii
Dalam pembahasan materi ini, dan agar tersusun secara sistematis dan efisien
maka timbulah beberapa rumusan masalah yang diantaraya:
1. Apakah pengertian Azaz kurikulum?
2. Apa saja komponen dan karakteristik kurikulum pendidikan?
3. Apa saja organisasi dan perkembangan kurikulum pendidikan?

C. Tujuan
Dalam membahas materi ini tujuan yang dapat diambil yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Azaz kurikulum.
2. Untuk mengetahui Azaz – azaz kurikulum.
3. Untuk mengetahui organisasi dan perkembangan kurikulum pendidikan.

D. Manfaat
1. Agar kita dapat memahami tentang pengertian Azaz kurikulum.
2. Agar kita memahami Azaz – azaz kurikulum.
3. Agar kita bisa mengetahui organisasi dan perkembangan kurikulum pendidikan.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Azaz Kurikulum


1. Pengertian Kurikulum
Kata kurikulum muncul pertama pada kamus Webster pada tahun 1856,
yang digunakan dalam bidang olahraga, yang berarti jarak yang harus ditempuh
oleh pelari atau kereta mulai awal sampai akhir atau mulai star sampai finish.
Kemudian pada tahun 1955 kata kurikulum muncul dalam kamus tersebut,
khusus digunakan dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata
pelajaran disekolah atau mata kuliah diperguruan tinggi, yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu tingkat tertentu.1
Di Indonesia sendiri  kurikulum baru populer sejak tahun 50-an yang
dipopulerkan   oleh mereka yang memperoleh pendidikan di amerika serikat.
Beberapa definisi kurikulum  menurut beberapa ahli kurikulum:
a. Edward A. Krug dalam The Secondary School Curriulum (1960)
mengatakan bahwa kurikulum dilihatnya sebagai cara-cara dan usaha untuk
mencapai tujuan persekolahan.
b. Alice Miel dalam bukunya Changing the Curriculum: Social
Process (1946), ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan
gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap
orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik masyarakat,
para pendidik dan personalia. Jadi kurikulum meliputi segala pengalaman
dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
c. Al- Nahlawi memandang bahwa kurikulum adalah rencana sekolah yang
berisi pokok-pokok pembelajaran, tujuan, tingkatan dan apa yang diberikan
setiapa tahun ajaran, yang dijelaskan pokok-pokok bahasan yang akan
disampaikan pada tingkatan atau kelas tertentu dengan melihat tingkat usia

1
Muhammad Zaini, Pengembangan kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), cet. Ke-1, Hal.10

v
anak didik serta berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan anak
didik pada tiap pokok bahasan dalam suatu materi pelajaran.

Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain,
sehingga kita peroleh penggolongan sbb:
1) Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para
pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.hasilnya dituangkan
dlam bentuk buku atau pedoman kurikulum, yang mislnya berisi sejumlah
mata pelajaran yang harus diajarkan.
2) Kurikulum dapat dipandang juga sebagai program, yakni alat yang
digunakan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa
mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala
kegiatan yang  dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa.
3) Kurikukum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan
dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, ketrampilan tertentu.
4) Kurikulum sebagai pengalaman siswa.2

2. Azas – azas Kurikulum


Mengingat sangat pentingnya kurikulum, maka dalam pengembangannya
diperlukan landasan dan asas yang kuat, melalui pemikiran dan perenungan
yang mendalam. Demikian pula dengan kurikulum, apabila proses
pengembangannya secara acak-acakan dan tidak memiliki landasan yang kuat
maka out put pendidikan yang dihasilkan tidak akan terjamin kualitasnya. Asas-
asas utama dalam pengembangan kurikulum yaitu asa filosofis, psikologis,
sosiocultural ilmu pengetahuan dan tehnologi serta organisatoris.3

2
Ibid..,
3
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta:  Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-9, hal. 3-6

vi
a. Asas Filosofis
Seseorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan
mengenai kurikulum harus memperhatikan falsafah, baik falsafah bangsa,
falsafah lembaga pendidikan, dan falsafah pendidik. Secara etimologis
falsafat berasal dari dua kata yaitu philare yang berarti cinta
dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Agar seseorang dapat berbuat bijak,
maka ia harus berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui
proses berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis dan mendalam. Oleh
karena itu filsafat dipandang sebagai induk segala ilmu ( the mother of
knowledge).
Filsafat meliputi kajian tentang:
1) metafisika yaitu studi tentang hakikat kenyataan atau realitas.
2) epistemology yaitu studi tentang hakikat pengetahuan.
3) aksioltudi tentanogi yaitu studi tentang nilai
4) etika yaitu studi tentang hakikat kebaikan
5) estetika yaitu studi tentang hakikat keindahan.
6) logika yaitu studi tentang hakikat penalaran.

b. Asas Psikologis Kurikulum Dan Psikologis Belajar


Dalam proses perkembangan kurikulum, seorang pengembang harus
memperhatikan psiklogis anak, kebutuhan dan minat mereka, serta teori-
teori dan psikologi belajar. Para pengembangan kurikulum seharusnya
menjadikan anak sebagai pokok pemikiran, agar anak dapat belajar dengan
baik, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat merubah sikapnya,
dapat menerima norma-norma atau nilai-nilai serta dapat menguasai
sejumlah ketrampilan yang diharapkan. Dalam mengambil keputusan
tentang kurikulum pengetahuan tentang psikologi anak dan bagaimana anak
belajar, sangat diperlukan antara lain dalam : 
1) Seleksi dan organisasi bahan pelajaran.
2) Menentukan kegiatan belajar yang paling serasi.

vii
3) Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar
tercapai.

c. Asas Psikologis Anak


Perkembangan anak, fisik, emosional, sosial, dan mental intelektual,
faktor yang sangat penting untuk memperhitungkan dalam perkembangan
kurikulum. Banyak peneliti yang telah mempelajari anak secara ilmiyah,
ada yang mengadakan studi crosssetional, yakni mempelajari sejumlah
besar anak pada usiatertentu, adapula setudi longitudinal, yang mengikuti
perkembangan anak selama bertahun-tahun, bahkan sampai dewasa.
Berdasarkan berbagai penelitian itu, maka diperoleh sejumlah
kesimpulan, antaera lain :
1) Anak berkembang melalui tahap-tahap tertentu, ada masa bayi, masa
anak-anak permulaan, masa kanak-kanak lanjutan, masa transesi
menjelang adolesensi. Pada tiap taraf anak menunjukkan sifat-sifat dan
kebutuhan tertentu.
2) Kecepatan perkembangan itu tidak merata. Pada saat-saat cepat atau
akselerasi, ada masa tenang seakan-akan tidak ada perubahan yang di
sebut “plateau” atau dataran, ada pula saat yang lambat
perkembangannya atau retardasi.
3) Ada perbedaan pola perkembangan antara anak-anak. Ada anak yang
pada awalnya lamban belajar, tidak dapat mengikuti pelajaran, akan
tetapi pada usia yang lebih lanjut seakan-akan mekar dan menunjukkan
prestasi yang luar biasa. Hal ini behubungan dengan soal kematangan.
Ada saatnya anak belum dapat mempelajari sesuatu, misalnya membaca
pemulaan, karna belum siap, belum matang, akan tetapi setelah
mencapai kematangan maka ia cepat dan mudah menguasainya.
Memaksa anak mempelajari sesuatu sebelum saat pematangan hanya
menimbulkan prestasi yang menyulitkan hidup anak serta menimbulkan

viii
rasa benci terhadap sekolah selain memberi konsep diri rendah pada
anak.
4) Adanya pola umum dalam perkembangan anak memungkinkan
pengembanga kurikulum untuk memperkirakan bahan apa yang sesuai
kepada kelompok umur tertentu.
5) Mengenai perkembangan anak dipersoalkan, apakah perbedaan pada
anak disebabkan oleh faktor genetis atau pembawaan, atau faktor
lingkungan.
6) Pengetahuan tentang perkembangan anak, masih kurang jelas
penerapannya dalam kurikulum, walaupun selalu menjadi pokok
pertimbangan.Salah satu penyebabnya ialah, bahwa penelitian sering
hanya meliputi salah satu aspek, misalnya aspek jasmani, aspek
intelegensi dan lain-lain.Kesulitan bagi pengembangan kurikulum ialah
melihat perkembangan anak sebagai keseluruhan yang bulat.

d. Asas Sosial Budaya Serta Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


Dengan mengambil keputusan tentang kurikulum para guru harus
mempertimbangkan kondisi rill dan keragaman budaya
(multikulturalisme) dalam masyarakat serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Setiap kurikulum mencerminkan keinginan,
cita-cita, tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sekolah didirikan oleh dan
untuk rakyat, sudah sewajarnya pendidikan harus memperhatikan dan
merespon terhadap suara-suara dalam masyarakat.
Dari segi ini pendidikan mempunyai fungsi bagi kepentingan
masyarakat sebagai berikut :
1) Mengadakan perbaikan bahkan perombakan social.
2) Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebadan mengadakan
penelitian ilmiyah.
3) Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan
nasional.

ix
4) Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional.
5) Mewujudkan revolusi social untuk melenyapkan pengaruh
pemerintahan terdahulu.
6) Menyebarluaskan falsafah, politik dan kepercayaan tertentu.
7) Mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8) Memberikan keterampilan pokok seperti membaca, menulis dan
berhitung serta keterampilan hidup (live skill).
9) Dalam mengambil suatu keputusan mengenai kurikulum, para pendidik
mesti merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal,
merespon terhadap kebutuhan yang dilontarkan atau di sarankan oleh
beragam golongan dalam masyarakat dan pemahaman atas tuntutan
pencantuman nilai-nilai falsafah pendidikan bangsa dan berkait dengan
falsafah pendidikan yang berlaku.
Tugas-tugas pengembang kurikulum adalah :
a) Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat sebagaimana
dirumuskan dalam UU, peraturan pemerintah, keputusan
pemerintah, dan lain-lain.
b) Menganalisis masyarakat dimana sekolah berada.
c) Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja.
d) Menginterprestasikan kebutuhan individu dalam ruang lingkup
kepentingan masyarakat.
e) Kebudayaan adalah salah satu hal yang harus dipertimbangkan
dalam mengembangkan suatu kurikulum. Bahkan akhir-akhir ini
ramai diperbincangkan wacana pendidikan dengan pendekatan
multicultural dalam mengembangkan kurikulum.
f) Pendidikan multicultural adalah proses penanaman cara hidup
menghormati, tulus dan toleran terhadap keanekaragaman budaya
yang hidup di tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan
multikurtural, diharapkan adanya kelenturan mental bangsa
menghadapi benturan dan konflik sosial.

x
g) Pendidikan multicultural membantu siswa mengerti, menerima, dan
menghargai orang dari suku, budaya, dan nilai berbeda.
     
e. Asas Organisatoris
Suatu aktifitas dalam mencapai tujuan pendidikan formal perlu suatu
bentuk pola yang jelas tentang bahan yang akan disajikan atau di proseskan
kepada peserta didik. Pola atau bentuk bahan yang akan disajikan inilah
yang dimaksud organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum adalah suatu
yang penting sekali dalam pengembangan dan pembinaan kurikulum dan
bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai,
karena bentuk kurikulum menentukan isi bahan pelajaran dan cara
menyajikannya.
Organisasi bahan yang dipilih harus serasi dengan tujuan dan sasaran
kurikulum, yang pada dasarnya di susun dari yang sederhana kepada yang
kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak, dan dari tingkat rendah
ke tingkat lebih tinggi, baik kognitif, maupun afektif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan asas
organisatoris adalah:
1) Tujuan bahan pelajaran
Apakah mengajarkan keterampilan untuk masa sekarang atau
mengajarkan keterampilan untuk keperluan masa depan, apakah untuk
memecahkan masalah, untuk mengembangkan nilai-nilai, untuk
mengembangkan ciri ilmiyah, atau memupuk jiwa warga Negara yang
baik.
2) Sasaran bahan pelajaran
Siapakah peserta didiknya? Apakah latar belakang pendidikan dan
pengamalannya? Sampai manakah tingkat perkembangannya?
Bagaimana profil kepribadian dan motivasinya?

xi
3) Pengorganisasian bahan
Bagaimana pelajaran di organisir, apakah berdasarkan topik,
konsep kronologi atau yang lainnya? Apakah jenis organisasi kurikulum
yang di pakai apakah sparated subject curriculum atau correlated
curriculum atau integrated curriculum?
Pemahaman terhadap asas-asas tersebut bagi para pengembang
kurikulum sangat penting dan amat di butuhkan untuk dapat
menghasilkan suatu bentuk kurikulum yang ideal yang di harapkan oleh
semua pihak. Pertama kurikulum harus sesuai dengan falsafah bangsa
yaitu  pancasila, relevan dengan kebutuhan, minat, psikologi belajar dan
psikologi perkembangan anak, sesuai dengan kondisi social masyarakat
dan keanekaragaman budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan memilih organisasi kurikulum yang sesuai dengan latar
belakang anak, materi pelajaran, dan jenjang atau jenis pendidikan
tertentu.

B. Komponen Dan Karakteristik Kurikulum Pendidikan


1. Komponen - Komponen Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu system kesuluruhan memiliki komponen –
komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni:4
a. Tujuan
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1989
tentang Sistrm Pendidikan Nasional bahwa: ”Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

4
Prof. DR. Oemar Hamalik. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Cet. 13. Hal. 23 – 30.

xii
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.

b. Materi
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas
dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan
di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik
(perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran
disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1) Teori
Peperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang
gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-
variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2) Konsep
Suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.
3) Generalisasi
Kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip
Yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5) Prosedur
Yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.

xiii
6) Fakta
Sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting,
terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah
Kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
8) Contoh atau ilustrasi
Yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9) Definisi
Yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
10) Preposisi
Yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

c. Metode / Pembelajaran
Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan
dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta
didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah
informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada
umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah
atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi
dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang
seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu
sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana
cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan
belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat

xiv
dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya
proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.

d. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam
pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan
melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of
growth and progress of students toward objectives or values of the
curriculum”. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara
keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi
tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi,
kelaikan (feasibility) program. Sementara Hilda Taba menjelaskan hal-hal
yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi: “ objective, it’s scope, the
quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative
importance of various subject, the degree to which objectives are
implemented, the equipment and materials and so on”.

C. Organisasi Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip – prinsip sebagai berikut:5
1. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,
yang bertitik tolok dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum
merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang
pendidikan tertentu. Tujuan kurikum mengandung aspek – aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai, selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah

5
Prof. DR. Oemar Hamalik. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Cet. 13. Hal. 30 – 32.

xv
laku peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan
aspek – aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.

2. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)


Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system
penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebetuhan dan keadaan
masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Prinsip Efisiensi Dan Efektivitas


Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam
pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber – sumber yang tersedia agar
dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbatas harus digunakan
sedemikian rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan dan sumber
keterbacaan, harus digunakan secara tepat guna oleh siswa dalam rangka
pembelajaran, yang kesemuanya demi untuk meningkat efektivitas atau
keberhasilan siswa.

4. Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan)


Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku.
Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan
keterampilan industry dan pertanian. Pelaksanaannya dikota, karena tidak
tersedianya lahan pertanian, maka yang dilaksanakan adalah program
pendidikan keterampilan industri. Sebagainya, pelaksaannya didesa ditekannya
pada program pendidikan keterampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan
sekitar, keadaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi
factor pertimbangaan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.

xvi
5. Prinsip Berkesinambungan (Kontinuitas)
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagaian – bagian,
aspek – aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas
– lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang
bermakna, sesuai dengan jengan pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan,
tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan
keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Prinsip Keseimbangan
Penyusun kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan secara
proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara
semua mata ajaran, dan antara aspek – aspek perilaku yang ingin dikembangan.
Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur –unsur
keilmuan sains, social, humoniora dan keilmuan perilaku. Dengan
keseimbangan tersebut diharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan
menyeluruh, yang satu sama lainna saling memberikan sumbanganya terhadap
pengembangan pribadi.
7. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan.
Perencanaan terpadu bertitik tolok dari masalah atau topik dan konsisteni antara
unsur – unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik
dilingkungan sekolah maupunpada tingkat intersektoral.
8. Prinsip Mutu
Pengembang kurikulum berorientasi pada mutu pendidikan. Pendidikan mutu
berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sedangkan mutu pendidikan
berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu
ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan / media
yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria
tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.

xvii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengingat sangat pentingnya kurikulum, maka dalam pengembangannya
diperlukan landasan dan asas yang kuat, melalui pemikiran dan perenungan yang
mendalam. Demikian pula dengan kurikulum, apabila proses pengembangannya
secara acak-acakan dan tidak memiliki landasan yang kuat maka out put pendidikan
yang dihasilkan tidak akan terjamin kualitasnya.
Seseorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan mengenai
kurikulum harus memperhatikan falsafah, baik falsafah bangsa, falsafah lembaga
pendidikan, dan falsafah pendidik.
Dalam proses perkembangan kurikulum, seorang pengembang harus
memperhatikan psiklogis anak, kebutuhan dan minat mereka, serta teori-teori dan
psikologi belajar.
Dengan mengambil keputusan tentang kurikulum para guru harus
mempertimbangkan kondisi rill dan keragaman budaya (multikulturalisme) dalam
masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Organisasi kurikulum adalah suatu yang penting sekali dalam pengembangan
dan pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan
yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum menentukan isi bahan pelajaran dan
cara menyajikannya.
Secara umun ada tiga prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu :
1. Prinsip relavansi mengacu kepada kesesuaian kurikulum dengan tututan hidup
masyarakat.
2. Prinsip fleksibilitas sebagai kaedah pengembangan kurikulum diistilahkan
dengan fleksibilitas dimensi pelaksana.
3. Prinsip kontinuitas (kesinambungan) dalam konteks ini bisa kontinuitas yag
bersifat vertikal dan kontinuitas yang bersifat horizontal.

xviii
B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan membantu teman – teman, Guru
dan Dosen untuk menambah wawasan kita mengenai apa itu pengertian kurikulum.
Terutama Untuk mengetahui Azaz – azaz Kurikulum, Komponen dan Karakteristik
Kurikulum Pendidikan dan Organisasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S,  Asas-asas Kurikulum, Jakarta:  Bumi Aksara, 2008, cet. Ke-9


Prof. DR. Oemar Hamalik. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2013.
Cet. 13.
Zaini , Muhammad, Pengembangan kurikulum, Yogyakarta:  Teras, 2009, cet. Ke-1

xx

Anda mungkin juga menyukai