Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

AKAD MUSYARAKAH
Mata Kuliah : Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu : Dian Puji Puspita Sari, SE., M.Ak

Oleh :
1. Nella Ayu Novia (190301222)
2. Nadya Berlianti (190301224)
3. Aulia Rahmi Anasril (190301233)
4. Jessy Amenda (160301241)
5. Nur Azzahra Wedyati (190301245)
6. Cindea Corycha Putri (190301246)
7. Lidia Sihotang (190301252)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akad
Musyarakah” ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan Terimakasih kepada Ibu ian Puji Puspita Sari, SE., M.Ak
selaku Dosen Pengampu mata kuliah “Akuntansi Syariah” yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan
satu kelompok yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa dalam penulisan


makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kedepannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan penulis makalah ini pada
khususnya dan bagi pembaca pada umum nya sebagai referensi untuk mata kuliah
Akuntansi Syariah.

Penulis

Pekanbaru, 19 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3

A. Latar Belakang ................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB II ........................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5

A. Pengertian Akad Musyarakah ............................................................................ 5

B. Jenis Akad Musyarakah ..................................................................................... 6

C. Dasar Syariah ..................................................................................................... 8

D. Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah .................................................... 11

E. Perlakuan Akuntansi (PSAK106) .................................................................... 12

F. Ilustrasi Akuntansi Akad Musyarakah ............................................................. 22

BAB III ....................................................................................................................... 29

PENUTUP ................................................................................................................... 29

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akad merupakan keterikatan antara penawarandan penerimaan kepemilikan. Pentingnya
akad, sehingga apabila terjadi permasalahan dikemudian hari maka yang menjadi acuan
penyelesaian masalah berpedoman kepada akad yang telah dibuat. Karena itu dalam
pembuatan akad harus benar-benar dimengerti apa yang tertulis dan tertuang dalam akad
tersebut, tidak langsung menandatangani akad tanpa memahami apa isi yang terkandung
dalam akad tersebut. Karena bila akad telah ditandatangani, itu artinya pihak yang
menandatangani sudah setuju dengan apa yang tertuang dalam akad tersebut.

Akad Musyarakah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu usaha
tertentu dimana para pihak masing-masing memberikan konstribusi dana secara bersama-
sama dalam keuntungan dan kerugian ditentukan sesuai perjanjian yang telah di sepakati.
Sebagai umat Islam kita dianjurkan untuk melakukan aktivitas bisnis guna mencukupi
kebutuhan baik diri sendiri maupun keluarga yang merupakan bekal melaksanakan ibadah
kepada Allah SWT. Dalam kemajuan zaman kita dituntut agar dapat mengikuti keadaan serta
tetap melaksanakan ibadah. Berbagai jenis usaha dapat kita lakukan seperti bekerja sebagai
pegawai, sebagai pengusaha atau investor dengan tetap tidak melanggar ketentuan agama
yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadis.

Bentuk ekonomi yang dapat dilakukan sebagai pengusaha yaitu musyarakah. Dimana
dalam menjalankan bisnis tetap berpedoman pada ajaran agama. Pada makalah ini kita akan
membahas lebih lanjut mengenai apa itu musyarakah dan bagaimana pelaksanaannya dapat
dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Akad Musyarakah?
2. Apa Saja Jenis-jenis dari Akad Musyarakah?
3. Bagaimana Dasar Syariah dalam Akad Musyarakah?

3
4. Bagaimana Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah?
5. Bagaimana Perlakuan Akuntansi (PSAK) 106 dalam Akad Musyarakah?
6. Bagaimana Ilustrasi Akuntansi Akad Musyarakah?

C. Tujuan
1. Mampu mendefinisikan pengertian dari akad musyarakah.
2. Untuk dapat mengetahui apa saja jenis akad musyarakah.
3. Untuk dapat menganalisis dasar syariah dalam akad musyarakah.
4. Mampu menganalisis penetapan nisbah dalam akad musyarakah.
5. Agar mampu mengetahui perlakuan akuntansi (PSAK) 106 dalam akad musyarakah.
6. Agar mampu mengilustrasikan akuntansi akad musyarakah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Musyarakah

Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Muslim School
Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (pencampuran) atau persekutuan dua orang
atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan.
Istilah lain dari Musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan. Musyarakah adalah
kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam sebuah usaha untuk menggabungkan modal dan
menjalankan usaha bersama dalam suatu kemitraan dengan pembagian keuntungan sesuai
kesepakatan dan kerugian berdasarkan porsi kontribusi modal.

PSAK No. 106 mendefenisikan musyarakah sebagai Akad Kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Musyarakah merupakan akad kerjasama di
antara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari
keuntungan. Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk
membiayai suatu usaha tertentu dan bekerjasama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada
harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga
tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa
seizin mitra lainnya. Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas, atau aset
nonkas.

Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam pekerjaan dan ia menjadi wakil mitra lain
juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga seorang mitra tidak dapat lepas tangan dari
aktivitas yang dilakukan mitra lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang normal.
Apabila usaha tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para mitra sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase maupun periodenya harus secara tegas
dan jelas ditentukan didalam perjanjian),sedangkan bila rugi maka akan didistribusikan
kepada para mitra sesuai dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal tersebut sesuai dengan

5
prinsip sistem keuntungan syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.

Dalam musyarakah ditemukan aplikasi ajaran Islam tentang ta’awun (gotong-royong),


ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk
pembagian keuntungan yang bisa saja berbeda dari porsi modal karna disesuaikan oleh faktor
lain selain modal misalnya keahlian,pengalaman,ketersediaan waktu dan sebagainya. Selain
itu keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan keuntungan riil, bukan
merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip
keadilan juga terasa ketika orang yang punya modal lebih besar akan menanggung resiko
finansial yang lebih besar juga.

B. Jenis Akad Musyarakah

Berdasarkan Ulama Fikih

1. Syirkah Al Milk

Berarti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadannya mucul apabila dua


orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu
kekayaan. Contohnya, dua orang atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat sebidang
tanah atau harta kekayaan yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi.

2. Syirkah Al’uqud (kontrak)

Berarti kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra dapat berkontribusi dengan
modal/dana dan atau bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian. Berbeda dengan
Syirkah Al Milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak sebagai wakil
dari pihak lainnya. Syirkah Al’uqud dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
a. Syirkah Abdan (syirkah fisik), disebut juga syirkah a’mal (syirkah kerja) atau
syirkah shanaa’i (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah penerima).
Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja/profesional di mana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjaka suatu

6
pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima. Contohnya, kerja sama antara
para akuntan, dokter, ahli hukum dan lainnya.
b. Syirkah Wujuh adalah kerja sama antara dua pihak di mana masing-masing pihak
sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya
berdasarkan kepercayaan pihak ke tiga.
c. Syirkah ‘Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya tidak sama, baik dalam hal modal maupun
pekerjaan.
d. Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal,
pekerjaan, agama, keuntungan maupun risiko kerugian.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

1. Musyarakah Permanen

Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par.
04). Contohnya, antara mitra A dan mitra P yang melakukan akad musyarakah
menanamkan modal yang jumlah awal masing-masing Rp20.000.000, maka sampai akhir
masa akad syirkah modal mereka masing masing tetap Rp20.000.000.

2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah


Musyarakah Menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu
mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha
musyarakah tersebut. (PSAK No. 106 par 04) contohnya, antara Mitra A dan Mitra P
melakukan akad musyarakah, Mitra P menanamkan Rp10.000.000 dan Mitra A
menanamkan Rp20.000.000. Seiring berjalannya kerja sama akad musyarakah tersebut,
modal mitra P Rp10.000.000 tersebut akan beralih kepada mitra A melalui pengalihan
secara bertahap yang dilakukan oleh mitra A.

C. DASAR SYARIAH

7
Sumber Hukum Akad Musyarakah

1. Al-Quran
"Maka mereka berserikat pada sepertiga." (QS 4:12)

"Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh." (QS 38:24)

2. As-Sunah

Hadis Qudsi: "Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat,
sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila
seseorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya." (HR Abu
Dawud dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)

"Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya tidak
saling berkhianat." (HR Muslim)

Berdasarkan keterangan Al-Quran dan Hadis tersebut, pada prinsipnya seluruh ahli fikih
sepakat menetapkan bahwa hukum musyarakah adalah mubah, meskipun mereka masih
memperselisihkan keabsahan hukum dari beberapa jenis akad musyarakah.

Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah

Prinsip yang dikembangkan dalam syariah adalah syirkah yaitu prinsip kemitraan
dan kerja sama anatara pihak – pihak yang terkait untuk mencapai keuntungan bersama.
Unsur – unsur yang ada di dalam akad musyarah ada empat yaitu :

1. Pelaku terdiri atas mitra


2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3. Ijab kabul atau serah terima
4. Nisbah keuntungan
Ketentuan syariah yaitu:

1. Pelaku : para pelaku harus cakap dan baligh

8
2. Objek musyarakah
Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad
musyarakah yaitu dengan modal dan kerja.
a. Modal
1. Modal yang diberikan harus tunai.
2. Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset perdagangan
atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten dan sebagainya.
3. Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan
dulu niali tunainya terlebih dahulu dengan kesepakatan bersama.
4. Modal yang diserahkan oleh setiap mitra tidak boleh dicampur, maksdunya modal
setiap mitra harus digabung tanpa terkecuali.
5. Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama musyarakah, begitupun sebaliknya
seperti menjual atas nama musyarakah.
6. Seorang mitra tidak boleh mencairkan uang untuk kepentingan pribadi.
7. Dalam kondisi normal setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan.
8. Prinsip syariah tidak boleh ada penjaminan modal.
9. Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk kepentingan proyek atau
investasi yang dilarang oleh syariah.
b. Kerja
1. Partisiasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah.
2. Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut serta dalam menangani
perkerjaan.
3. Karena porsi kerja antara setiap mitranya tidak harus sama dengan mitra lainnya,
maka mitra yang porsi kerjanya lebih besar boleh meminta keuntungan yang lebih
besar daripada yang lainnya.
4. Setiap mitra berkerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
5. Para mitra arus menjalankan usaha sesuai syariah yang tertulis.
6. Mitra boleh mewakili orang lain untuk bekerja diluar kota sesuai kesepakatan.
Atau boleh juga mitra itu sendiri yang langsung keluar kota.
7. Jika mitra meminta orang lain untuk mengganti pekerjaannya, mitra tersebut wajib
memberinya upah dan menjadi tanggung jawab pribadi mitra tersebut.

9
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida atau rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.

4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus di sepakati oleh para
mitra diawal akad agar tidak terjadinya perselisihan.
b. Perubahan nisbah baru harus disepakati kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan
keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan
nilai nominal tertentu karena hal ini salam dengan riba dan dapat melanggar
prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al
ghurmi).
f. Pada prinsipnya kenutungan miliki para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, contoh untuk
organisasi kemanusiaan tertentu atau cadangan (reserve).
Apabila terjadi kerugian akan dibagi seacara proporsional sesuai dengan porsi modal
dari masing-masing mitra. Dalm musyarakah yang berkelanjutan (going concern)
dibolehkan untuk menunda alokasi kerugian dan dikompensasikan dengan keuntungan
pada masa-masa berikutnya. Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar
jumalh yang disetorkan dan selisih dari modal adalah merupakan keuntungan atau
kerugian.

Berakhirnya Akad Musyarakah

Akad musyarakah akan berakhir, jika :

1. Salah seorang mitra menghentikan akad.

10
2. Salah seorang mitra meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh seorang ahli
warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat )
Apabilai disetujui oleh semua ahli waris dan mitra lainnya.
3. Modal musyarakah hilang atau habis
Apabila salah satu mitra keluar dari kemitraan baik dengan mengundurkan diri,
meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena
musyarakah berasal dari kesepakatan untuk bekerja sama dan dalam kegiatan opersional
setiap mitra mewakili mitra lainnya. Dan salah seorang mitra tidak ada lagi berarti
hubunan perwakilan itu sudah tidak ada.

D. PENETAPAN NISBAH DALAM AKAD MUSYARAKAH

Nisbah dapat ditentukan dalam dua cara, yaitu sebagai berikut :

1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal.


Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai
modal yang disetorkan, tanpa memandang apaakh jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh
para mitra sama atau pun tidak sama. Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih
besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar.

Jika para mitra mengatakan “Keuntungan akan dibagi diantara kita”, berarti keuntungan
akan dialokasikan menurut porsi modal masing-masing mitra.

2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal.


Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal
disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang
lebih panjang.

Ibnu Qudamah mengatakan: “Pilihan dalam keuntungan dibolehkan dengan adanya


kerja, karena seorang dari mereka mungkin lebih ahli dalam bisnis dari yang lain dan ia
mungkin leboh kuat ketimbang yang lainnya dalam melaksanakan pekerjaan. Karenanya
ia diizinkan untuk menuntut lebih bagian keuntungannya”.

11
Mahzab Hanafi dan Hambali beragumentasi bahwa keuntungan adalah bukan hanya hasil
modal, melainkan hasil interaksi antara modal dan kerja. Bila salah satu mitra lebih
berpengalaman, ahli, dan teliti dari lainnya, dibolehkan baginya untuk mensyaratkan bagi
dirinya sendiri suatu bagian tambahan dari keuntungan sebagai ganti dari sumbangan
kerja yang lebih banyak. Mereka merujuk pada perkataan Ali bin Abi Thalib r.a:
“Keuntungan harus sesuai dengan yang mereka tentukan, sedangkan kerugian harus
proporsional dengan modal mereka”.

Nisbah bisa ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda 70:30 (misalnya) atau
proporsional dengan modal masing-masing mitra. Begitu para mitra sepakat atas nisbah
tertentu berarti dasar inilah yang digunakan untuk pembagian keuntungan.

E. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)

Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud dengan mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk
mengelola atas namanya, sedangkan mitra pasif adalah pihak yang bertanggung jawab
untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan
akuntansi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola usaha maka pihak
tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi.

Pada hakikatnya pencatatan atas semua transaksi usaha musyarakah harus


dipisahkan dengan pencatatan lainnya. Untuk memudahkan ilustrasi, kami akan mencatat
transaksi usaha musyarakah seolah-olah ditunjuk pihak lain untuk melakukan pencatatan
akuntansi, walaupun pencatannya masih dibawah tanggung jawab mitra aktif.

Akuntansi Untuk Mitra Aktif dan Pasif

Akuntansi pada Mitra Aktif dan Pasif dianggap sama karena pencatatan akuntansi
untuk usaha musyarakah dilakukan oleh pihak ketiga bertujuan agar lebih mudah
mengilustrasikan. Pada hakikatnya jurnal yang dibuat oleh pihak ketiga atau mitra aktif
adalah sama. Perbedaan ditemukan pada pencatatan oleh mitra aktif dimana pembukuan
tidak dipisahkan maka harus membuat akun buku besar pembantu untuk memisahkan

12
pencatatan dari transaksi musyawakah dari transaksi lain. Sementara apabila ada
perbedaan perlakuan akuntansi untuk mitra aktif dan pasif menurut PSAK, penulis
sebagai berikut.

1. Pengakuan investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah.

2. Biaya pra-akad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya tsudi kelayakan)
tidak dapat digunakan akui sebagai bagian investasi musyawarah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.

• Jurnal untuk mitra aktif saat mengeluarkan biaya:

Uang muka akad xxx

Kas xxx

• Jurnal apabila mitra lain sepakat iaya dianggap sebagai bagian investasi musyarakah.

Investasi Musyarakah xxx

Uang Muka Akad xxx

• Jurnal apabila mitra lain tidak setujuh biaya dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah.

Beban Musyarakah xxx

Uang Muka Akad xxx

3. Pengukuran Investasi Musyarakah

Penyerahan kas atau asset nonkas sebagai modal untuk investasi musrayakah.

a. Apabila investasi dalam kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan, maka jurnal:

Investasi Musyarakah–kas xxx

Kas xxx

13
b. Apabila investasi dalam bentuk asset nonkas, maka dinilai sebesar nilai wajar dan jika
nilai asest nonkas diserahkan lebih besar dari nilai buku, oleh mitra aktif selisihnya
dicatat dalam akun selisih penilaian asset musyarakah, maka jurna:

Investasi Musyarakah-Aset Nonkas xxx

Akumulasi Penyusutan xxx

Selisih Penilaian Aset Musyarakah(bagian ekuitas) xxx

Aset Nonkas xxx

Selisih penilaian asset musyarakah diamortisasi selama masa akad musyarakah menjadi
keuntungan dengan jurnal,

Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx

Keuntungan xxx

Jika nilai wajar asset nonkas diserahkan lebih kecil dari niai buku, maka selisihnya
dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan asset nonkas dengan jurnal,

Investasi Musyarakah-Aset Nonkas xxx

Akumulasi Penyusutan xxx

Kerugian Penurunan Nilai xxx

Aset Nonkas xxx

Jika investasi dalam bentuk asset nonkas dan diakhir akad akan diterima maka asset
nonkas musyarakah disusustkan berdasarkan nilai wajar, dengan masa manfaat
berdasarkan masa akad atau masa manfaat ekonomi asset dengan jurnal,

Beban Depreasi xxx

Akumulasi Depreasi xxx

14
Untuk mitra pasif jika investasi dalam bentuk asset dan nilai wajar leih besar dari
nilai buku maka selisihnya akan dicatat dalam akun keuntungan tangguhan yang akan
dilaporkan sebagai akun kontra dari akun investasi musyarakah.

Apabila asset nonkas dikembalikan diakhir akad maka akun investasi musyarakah
nonkas akan berkurang nilainya sebesar bebab penyusutan asset yang diserahkan
dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan.

4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan maka jurnal:

Kas/Piutang xxx

Pendapatan Bagi Hasil xxx

Apabila dari investasi terjadi kerugian maka jurnal:

Kerugian xxx

Penyisishan Kerugian xxx

5. Apabila modal investasi diserahkan berupa asset nonkas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar asset nonkas disepakati ketika
asset diserahkan. Ketika akad musyarakah berakhir, maka set nonkas akan
dilikuidasi/dijual dimana keuntungan/kerugiannya dari diselisih antara nilai buku
dengan nilai jual didistribusikan pada mitra nisbah penyertaan.

Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ado penyisishan kerugian dan penjualan asset
nonkas meghasilkan keuntungan, maka jurnal:

Kas xxx

Investasi Musyarakah xxx

Keuntungan xxx

Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan asset nonkas
menghasilkan keuntungan, maka jurnal:

15
Kas xxx

Penyisihan Kerugian xxx

Investasi Musyarakah xxx

Keuntungan xxx

Pencatatan di akhir akad:

• Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas.

Jurnal tidak ada kerugian

Kas xxx

Investasi Musyarakah xxx

Jurnal ada kerugian

Kas xxx

Penyisihan Kerugian xxx

Investasi Musyarakah xxx

• Apabila modal investasi berupa asset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk asset
nonkas yang sama pada akhir akad.

Jurnal jika tidak ada kerugian

Aset Nonkas xxx

Investasi Musyarakah xxx

Jurnal jika ada kerugian dengan menyerahkan asset nonkas sebesar nilai kerugian

Penyisihan Kerugian xxx

Kas xxx

16
Aset Nonkas xxx

Investasi Musyarakah xxx

6. Bagian mitra aktif untuk musyarakah menurun nilai investasi musyarakahnya sebesra
jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah
jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan pada mitra pasif dan
dikurangi kerugian jika ado. Sedangkan bagian mitra pasis nilai investasi
musyarakahnya sebesar kas yang diserahkan pada awal akad dikurangi dengan
pengembalian dari mitra aktif dab kerugian jika ado.

7. Penyajian

Pada Mitra aktif dalam laporan keuangan sebagai berikut.

• Kas atau asset nonkas yang disisihkan mitra aktif dan diterima mitra pasif disajikan
sebagai investasi musyarakah.

• Aset musyarakah akan diterima dari mitra pasif disajikan sebagai sebagai unsur dana
syirkah temporer.

• Selisih penilaian asset musyarakah jika ada disajikan sebagai unsure ekuitas.

Pada Mitra Pasif disajikan dalam laporan keuangan.

• Kas atau asset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyaeakah.

• Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

8. Pengungkapan

• Isi kesepakatan utama musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasi usaha, aktivitas
usaha musyarakah dan lainnya.

• Pengelola usaha, jika tidak ado mitra aktif,

17
• Pengungkapan yang diperlukn sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

Akuntansi untuk Pengelola Dana

Akuntansi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif atau pihak
yang mewakilinya. Dalam ilustrasi ini pencatatan akuntansi untuk usaha musyarakah
dilakukan oleh pihak ketiga terpisah dari pencatatan akuntansi mitra akif.

1. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar :
a. Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, dan jurnal :

Dr. Kas xxx


Cr. Dana Syirkah Temporer xxx

Selanjutnya untuk dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub ledger)
antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.

b. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan dicatat sebesar
nilai wajarnya dan jurnal :

Dr. Aset Nonkas xxx


Cr. Dana Syirkah Temporer xxx

Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan, maka yang mencatat beban
depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama
masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat
beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal
investasinya.

Dr. Beban Depresiasi xxx


Cr. Akumulasi Depresiasi xxx

18
2. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif
Saat mencatat Pendapatan :
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Saat mencatat Beban
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/Utang xxx

Jurnal penutup yang dibuat si akhir periode (apabila diperoleh keuntungan) :


Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan (Kewajiban) xxx

Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :


Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Cr. Kas xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:


Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Beban xxx

Jika ternyata kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha,
maka kerugian tersebut ditanggung mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah. Maka
ditambahkan jurnal :
Dr. Piutang - Mitra Aktif xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx

3. Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad.


a. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa kas, maka jurnal :

19
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
b. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan, maka jurnal :
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Aset Nonkas xxx

Jika aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka mitra yang menyerahkan aset
nonkas harus menyerahkan kas untuk menutup kerugian. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

c. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus dilikuidasi/dijual terlebih
dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku
dengan nilai jual) didistribusikan pada mitra sesuai nisbah penyertaan. Jika penjualan
tersebut menghasilkan keuntungan maka akan menambah dana mitra. Jurnal :
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Cr. Keuntungan xxx

Keuntungan ditutup ke dana syirkah tempore, jurnalnya :


Dr. Keuntungan xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx

Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan ditagih kepada mitra, maka
jurnal :
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx

20
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas xxx

Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari penjualan aset
nonkas mengalami keuntungan, jurnal :
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx

Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan aset nonkas
mengalami keuntungan, jurnal :
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Kas xxx
Secara umum akad musyarakah akan lebih mudah dan jelas apabila modal yang
diserahkan dalam bentuk kas. Karena kalau dalam bentuk aset nonkas akan muncul
masalah, antara lain:

1. Penentuan nilai wajar dari aset nonkas yang diserahkan


2. Jika aset nonkas yang diserahkan dan diakhir akad dikembalikan pada mitra yang
menyerahkan, maka agar adil, keuntungan atau kerugian dari selisih nilai wajar ketika
diserahkan. dan nilai wajar di akhir akad harus didistribusikan pada para mitra
3. Jika aset nonkas yang diserahkan dan di akhir akad tidak dikembalikan pada mitra
yang menyerahkan, biaya depresiasi yang mencatat usaha musyarakah. Sementara
perhitungan bagi hasil mengacu pada dasar kas.

21
F. ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MUSYARAKAH

a. Penyerahan Modal Dilakukan secara Tunai


Transaksi (dalam ribuan Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan/Mitra Aktif
rupiah)
24 Desember 2004
Mengeluarkan biaya pra akad Uang Muka 10.000
sebesar Rp10.000 Kas 10.000
Jika biaya pra akad ini disetujui oleh
mitra lain sebagai investasi :
Investasi musyarakah 10.000
Uang Muka 10.000
Jika tidak disetujui sebagai investasi :
Beban Musyarakah 10.000
Uang Muka 10.000
1 Januari 2012
Mitra aktif menyetorkan modal Investasi Musyarakah-Kas 100.000 Investasi Musyawarah-Kas 100.000 Kas 150.000
sebesar Rp100.000, sedangkan Kas 100.000 Kas 100.000 Dana Syirkah Temporer Mitra Aktif 100.000
mitra pasif menyetorkan modal Dana Syirkah Temporer Mitra Pasif 50.000
sebesar Rp50.000. Asumsi biaya
pra akad tidak disetujui sebagai
penambah investasi
31 Desember Mencatat pendapatan, beban, dan jurnal penutup
Perusahaan memperoleh : Kas/Piutang 100.000
- Pendapatan Rp100.000 Pendapatan 100.000

22
- Beban Rp80.000
Beban 80.000
Kas/Utang 80.000

Pendapatan 100.000
Pendapatan yang Belum Dibagikan 20.000
(kewajiban)
Beban 80.000

- Pembayaran bagi hasil Kas 15.000 Kas 5.000


Pendapatan Bagi Hasil 15.000 Pendapatan Bagi Hasil 5.000

Pendapatan yang Belum dibagikan 20.000


Kas 20.000
Jika tidak langsung dibagikan : Jika tidak langsug dibagikan :
Piutang Pendapatan Piutang Pendapatan
Bagi Hasil 15.000 Bagi Hasil 5.000
Pendapatan Bagi Hasil 15.000 Pendapatan Bagi Hasil 5.000
Saat dibagikan: Saat dibagikan :
Kas 15.000 Kas 15.000
Piutang Pendapatan Piutang Pendapatan
Bagi Hasil 15.000 Bagi Hasil 15.000

23
Penyajian Laporan Aset : Aset : Kewajiban :
Keuangan Neracara Investasi Musyarakah 100.000 Investasi Musyarakah 50.000 Utang Bagi Hasil Musyarakah 0
Penyisihan Kerugian 0 Penyisihan Kerugian 0 Dana Syirkah Temporer 150.000
Investasi (net) 100.000 Investasi (net) 50.000 Penyisihan Kerugian 0
Dana Syirkah Temporer 150.000

31 Desember 2013 Mencatat Pendapatan, beban dan jurnal penutup


Perusahaan memperoleh : Kas/Piutang 85.000
- Pendapatan Rp85.000 Pendapatan 85.000
- Beban Rp100.000
Beban 100.000
Kas/Utang 100.000

- Pembagian nisbah rugi Kerugian 10.000 Kerugian 10.000 Pendapatan 85.000


sesuai nisbah modal 2 :1 Penyisihan Kerugian 10.000 Penyisihan Kerugian 10.000 Penyisihan Kerugian 15.000
untuk mitra aktif dan mitra Beban 100.000
pasif
Penyajian Laporan
Keuangan Neraca Aset : Aset : Kewajiban :
Investasi Musyarakah 100.000 Investasi Musyarakah 50.000 Kewajiban Bagi Hasil Musyarakah 0
Penyisihan Kerugian (10.000) Penyisihan Kerugian (5.000) Dana Syirkah Temporer 150.000
Investasi (net) 90.000 Investasi (net) 45.000 Penyisihan Kerugian (15.000)
Dana Syirkah Temporer 135.000

24
1 Januari 2014 Kas 90.000 Kas 45.000 Dana Syirkah Temporer 150.000
Pengambilan pada akhir akad Penyisihan Kerugian 10.000 Penyisihan Kerugian 5.000 Penyisihan Kerugian 15.000
Investasi Muyarakah 100.000 Investasi Muyarakah 50.000 Kas 135.000

b. Transaksi Dilakukan dengan Penyerahan Aset Nonkas dan Dikembalikan pada Akhir Akad
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan/Mitra Aktif
1 Januari 2012
Mitra Aktif menyerahkan Aset Investasi Muyarakah 120.000 Aset –Nonkas 120.000
dengan harga perolehan Akumulasi Penyusutan 20.000 Dana Syirkah Temporer Mitra Aktif 120.00
Rp.100.000, akumulasi penyusutan Aset Nonkas 100.000
Rp20.000, nilai pasar Rp120.000 Selisih Penilaian Aset 40.000

Mitra menyerahkan aset dengan Investasi Muyarakah 30.000 Aset-Nonkas 30.000


harga perolehan Rp50.000, Akumulasi Penyusutan 10.000 Dana Sirkah Temporer Mitra Pasif 30.000
akumulasi penyusutan Rp10.000, Kerugian 10.000
nilai pasar Rp30.000 Aset Nonkas 50.000
31 Desember 2012
Dengan asumsi : masa manfaat aset Beban Penyusutan 40.000 Beban Penyusutan 40.000
3 tahun, nisbah 3 hasil 3 : 1 dan Akumulasi Penyusutan 40.000 Akumulasi Penyusutan 40.000
masa akad 2 tahun
Amortisasi selisih keuntungan Selisih Penilaian Aset 20.000
Keuntungan 20.000
(40.000 : 2)

25
Perusahaan memperoleh
pendapatan Rp100.000, dan beban Mencatat pendapatan, beban, jurnal penutup
sebesar Rp40.000 Kas/Piutang 100.000
Pendapatan 100.000
Beban 40.000
Kas/Utang 40.000
Pendapatan 100.000
Pendapatan Belum Dibagikan 60.000
Pembayaran bagi hasil Kas 45.000 Beban 40.000
Pendapatan Bagi Hasil 45.000 Kas 45.000
Pendapatan Bagi Hasil 45.000
Jika tidak dibagikan langsung : Jika tidak dibagikan langsung:
Piutang Pendapatan Piutang Pendapatan Pendapatan yang Belum Dibagikan 60.000
Bagi Hasil 45.000 Bagi Hasil 15.000 Kas 60.000
Pendapatan Bagi Hasil 45.000 Pendapatan Bagi Hasil 15.000
Saat pembayaran diterima: Saat pembayaran diterima:
Kas 45.000 Kas 15.000
Piutang Pendapatan bagi hasil 45.000 Piutang Pendapatan bagi hasil 15.000

Penyajian Laporan Aset : Aset :


Keuangan Neraca Investasi Musyarakah 120.000 Investasi Musyarakah 30.000 Kewajiban :
Penyisihan Kerugian 0 Penyisihan Kerugian 0 Kewajiban Bagi Hasil Musyarakah 0
Investasi (net) 120.000 Investasi (net) 30.000 Dana Syirkah Temporer 150.000
Penyisihan Kerugian 0
Dana Syirkah Temporer 150.000

26
31 Desember
Perusahaan mengakui penyusutan Beban Penyusutan 40.000 Beban Penyusutan 10.000
Akumulasi Penyusutan 40.000 Akumulasi Penyusutan 10.000

Perusahaan Kerugian Musyarakah 16.000 Kerugian Musyarakah 4.000 Mencatat pendapatan, beban, dan jurnal penutup
memperoleh pendapatan Rp80.000, Penyisihan Kerugian 16.000 Penyisihan Kerugian 4.000 Kas/Piutang 80.000
dan beban sebesar Rp100.000 Muyarakah Muyarakah Pendapatan 80.000

Beban 100.000
Kas/Utang 100.000

Pendapatan 80.000
Penyisihan Kerugian 20.000
Beban 100.000

Penyajian Laporan
Keuangan Neracara Aset : Aset : Kewajiban :
Investasi Musyarakah 120.000 Investasi Musyarakah 50.000 Kewajiban Bagi Hasil Musyarakah 0
Penyisihan Kerugian (16.000) Penyisihan Kerugian 4.000 Dana Syirkah Temporer 170.000
Investasi (net) 104.000 Investasi (net) 46.000 Penyisihan Kerugian (20.000)
Dana Syirkah Temporer 150.000

27
1 Januari 2014
Mitra menyetor uang untuk Penyisihan Kerugian 16.000 Penyisihan Kerugian 4.000 Kas 20.000
menutup kerugian Kas 16.000 Kas 4.000 Penyisihan Kerugian 20.000
*) kas digunakan untuk menutupi kerugian
Pengembalian pada akhir akad
dengan mengembalikan bentuk Aset Nonkas 60.000 Aset Nonkas 5.000 Dana Syirkah Temporer 30.000
aset. Asumsi nilai wajar aset Akumulasi Penyusutan 80.000 Akumulasi Penyusutan 20.000 Aset Nonkas 30.000
nonkas masing-masing untuk mitra Investasi Musyarakah 120.000 Kerugian Musyarakah 5.000
aktif sebesar Rp60.000 dan untuk Keuntungan Musyarakah 20.000 Investasi Musyarakah 30.000 Dana Syirkah Temporer 120.000
mitra pasif sebesar Rp5000 Aset Nonkas 120.000

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik modal
(mitra masyarakat) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai
dengan kontribusi modal.

Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun menurun.


Musyarakah permanen modal nya tetap sampai akhir masa musyarakah,
musyarakah menurun modalnya secara berangsur-angsur menurun karena
dibeli oleh mitra musyarakah. Keuntungan atau pendapatan musyarakah
dibagi secara proporsional berdasarkan modal yang disetor. Setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminana. Kelalaian atau
kesalahan pengeolaan dana antara lain ditunjukkan oleh, tidak terpenuhinya
persyaratan yang ditentukan dalam akad, tidak terdapat kondisi diluar
kemampuan yang lazim dan yang telah ditentukan dalam akad atau hasil
putusan dari pengadilan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, sri dan wasilah. (2015). Akuntansi Syariah. Jakarta,Indonesia : Salemba


Empat.

Nidaul, Aprilia, dkk. (2014). Tugas akuntansi syariah “musyarakah”.


fromhttps://www.academia.edu/16553509/MAKALAH_MUSYARAKAH
diakses pada tanggal 24 November 2021.

https://repository.umy.ac.id diakses pada tanggal 24 November 2021.

30

Anda mungkin juga menyukai