Anda di halaman 1dari 13

Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik Vol. 14, No.

3, November 2012: 215 - 221


ISSN 1411 - 0903

ESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN


(Aleurites trisperma) DALAM PEMBUATAN BIODIESEL

Djenar, N.S., dan Lintang, N.


Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Jln. Gegerkalong Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCB Bandung Telp/Fax :022-
2016403 E-mail: nancysitidjenar@yahoo.com

ABSTRAK
Biodiesel yang dibuat dari minyak nabati merupakan bahan bakar alternatif terbarukan yang prospektif
untuk dikembangkan. Dalam penelitian ini, minyak nabati yang digunakan berasal dari tanaman kemiri
Sunan. Tujuan dari penelitian ini adalah esterifikasi dilanjutkan dengan transesterifikasi minyak kemiri
Sunan untuk menghasilkan biodiesel, serta menganalisis sifat kimia dan fisika dari biodiesel yang
dihasilkan. Pada esterifikasi minyak digunakan metanol dengan katalis asam sulfat pada suhu reaksi
60 oC selama 60 menit. Perbandingan volume antara minyak dengan metanol adalah 4:1. Minyak hasil
esterifikasi menghasilkan bilangan asam sebesar 10,31 mgKOH/g dengan massa jenis (40 oC) 0,9098
g/cm3. Tahap selanjutnya dilakukan transesterifikasi pada suhu 50 oC selama 30 menit. Biodiesel yang
dihasilkan ditentukan karakteristiknya dan diperoleh bilangan asam 1,41 mgKOH/g, viskositas kinematik
(40 oC) 6,87 cSt, massa jenis 0,9002 g/cm3, heating value 36.915 J/g, flash point 125 oC dan bilangan
iodium 76,66 g iod/100 g. Hasil analisis GC-MS diketahui bahwa komposisi kimia terbesar dari biodiesel
adalah 29,97% metil palmitat, 38,03% metil oleat dan 27,55% metil linoleat. Berdasarkan data-data
tersebut, maka biodiesel yang dibuat dari minyak kemiri Sunan yang terlebih dahulu melalui esterifikasi
sudah mendekati Standar Mutu Biodiesel Indonesia. Namun demikian untuk menentukan kelayakannya
sebagai bahan bakar harus dilakukan pengujian lebih lanjut pada mesin penggerak diesel.

Kata Kunci: Esterifikasi, minyak kemiri Sunan, transesterifikasi, biodiesel

ESTERIFICATION OF KEMIRI SUNAN OIL (Aleurites trisperma)


FOR PRODUCING BIODIESEL

ABSTRACT
Biodiesel which made from vegetable oil is a renewable alternative fuel and promising to be developed.
In this research, the oil was obtained from Indonesia indigenous nut called kemiri Sunan. The research aims
to do esterification and continued transesterification of kemiri Sunan oil for producing biodiesel and to
determine its properties. The esterification was conducted using sulphuric acid catalyst, reaction of 60 °C,
in 60 minutes, oil to methanol volume ratio of 4:1. The oil being produced from the esterification has acid
value of 10.31 mg KOH/g and density of 0.9098 g/cm 3. The following step was transesterification with
reaction of 50 °C in 30 minutes. The biodiesel produced has acid value of 1.41 mg KOH/g, density of
0.9002 g/cm3, kinematic viscosity (40 °C) of 6.87 cSt, heating value of 36,915 J/g, flash point of 125 °C
and iodium value of 76.66 g iod/100 g. GC-MS analysis showed that biodiesel has 29.97% methyl
palmitate, 38.03% methyl oleate and 27.55% methyl linoleate. By considering its data, this research
showed that the biodiesel has approached the qualification standard of Indonesia biodiesel fuel. However to
determine its properness as biofuel the biodiesel must be tested to diesel machine.

Keywords: esterification, kemiri Sunan oil, transesterification, biodiesel


PENDAHULUAN tersebut antara lain penanaman tanaman yang
berpotensi sebagai bahan bakar alternatif
Untuk mengembangkan Bahan Bakar (bioenergi). Kemiri Sunan adalah salah satu
Nabati (BBN) di Indonesia, maka pemerintah tanaman yang sedang dikembangkan untuk
menetapkan suatu program yang dikenal dijadikan bioenergi dalam hal ini biodiesel.
dengan sebutan Fast Track Programme yaitu Tanaman ini bersifat non-pangan (non-
pengembangan Desa Mandiri Energi edible) sehingga selain tidak akan
(Hambali, 2007). Strategi utama dari program berkompetisi dengan kebutuhan pangan
Djenar, N.S., dan Lintang, N. 216
juga harganya relatif lebih murah (Juan et al., penelitian lanjutan dengan tujuan esterifikasi
2011). Penanaman tanaman kemiri Sunan minyak kemiri Sunan untuk menurunkan
sudah dilakukan di beberapa daerah tertentu kandungan FFA dan bilangan asamnya.
khususnya di daerah Jawa Barat (Kompas, Selanjutnya dilakukan transesterifikasi untuk
2008). Berdasarkan hal tersebut maka menghasilkan biodiesel.
berbagai pihak telah melakukan penelitian
dan pengembangan mengenai tanaman BAHAN DAN METODE
tersebut.
Berdasarkan keterangan dari Team Bahan baku berupa biji kemiri Sunan
Peneliti dan Pengembangan Minyak Nabati berumur 6-15 tahun diperoleh dari Desa
Bio-Fuel bahwa potensi terbesar dari tanaman Cilengkrang Kecamatan Wado Kabupaten
kemiri Sunan terletak pada buah yang terdiri Sumedang. Biji diekstraksi dengan meng-
dari biji dan cangkang. Pada biji terdapat inti gunakan pelarut n-heksana pada suhu 65 oC
dan kulit biji. Inti biji inilah yang nantinya dengan menggunakan peralatan Soxhlet yang
dapat diproses menjadi minyak kemiri Sunan dilanjutkan dengan evaporasi dalam keadaan
dan digunakan sebagai sumber energi altenatif vakum. Pemurnian minyak dilakukan dengan
pengganti solar (biodiesel). Menurut Vossen cara degumming menggunakan H3PO4 0,8%
dan Umali (2001), inti biji kemiri dapat dilanjutkan dengan netralisasi menggunakan
menghasilkan minyak sebesar NaOH 0,5N.
56%. Minyak kemiri Sunan hasil olahan Esterifikasi Minyak dilakukan dengan
berupa cairan bening berwarna kuning, sisa cara mereaksikan minyak dengan metanol
dari olahan berupa bungkil mengandung 6% pada perbandingan volume 4:1, yaitu 50 mL:
nitrogen, 1,7% natrium dan 0,5% fosfor. 12,5 mL dengan katalis H2SO4 sebanyak 3
Bungkil ini dapat diolah lebih lanjut mL pada suhu 60 °C selama 1 jam.
menjadi biogas dan pupuk. Transesterifikasi Minyak dilakukan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dengan cara mereaksikan minyak hasil
Hasyim dan Nurjuwita (2008), disebutkan bahwa esteri-fikasi dengan metanol pada
setelah melalui pengukusan maupun pengeringan perbandingan volume 4:1 menggunakan
biji kemiri Sunan dapat diolah untuk memperoleh katalis KOH (1%/b-minyak) selama 30
minyaknya. Minyak yang diperoleh melalui menit pada suhu 50 oC.
ekstraksi maupun pengepresan mengandung ester Pemisahan Metil Ester (Biodiesel) dari
asam-asam lemak yang sama dengan minyak jarak Gliserol dilakukan dengan cara dekantasi
(Jatropha oil) sehingga dapat digunakan sebagai dengan menggunakan corong pisah. Kemudian
biodiesel (Juan et al., 2011). Ester asam-asam dilanjutkan dengan evaporasi pada suhu 50 oC
lemak tersebut antara lain asam palmitat, asam dalam keadaan vakum yang bertujuan untuk
linoleat, asam oleat dan asam α-oleostearat. memisahkan metil ester maupun gliserol dari
campuran metanol yang tidak bereaksi.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Pemurnian Biodiesel dilakukan dengan
Canrika dan Dian (2009), minyak kemiri dapat cara mencuci biodiesel dengan air hangat untuk
dijadikan biodiesel melalui transesterifikasi memisahkan zat-zat pengotor. Kemudian
secara bertahap pada suhu 50 oC selama 30 dilakukan pemanasan untuk menguapkan air
menit dengan katalis KOH tanpa didahului yang terdapat dalam biodiesel.
dengan esterifikasi. Hasil penelitian tersebut Analisis Biodiesel terdiri dari analisis
diperoleh bahwa biodiesel mengandung asam fisika yaitu pengukuran massa jenis, viskositas
lemak bebas (FFA), bilangan asam dan kinematik, flash point dan heating value.
viskositas yang sangat tinggi sehingga Analisis kimia terdiri dari penentuan FFA,
perolehan metil ester (biodiesel) sangat rendah. bilangan asam dan bilangan iodium
Dari data-data tersebut biodiesel dari minyak sedangkan komposisi kimia biodiesel
kemiri Sunan belum memenuhi dilakukan meng-gunakan GC-MS. Skema
Syarat Mutu Biodiesel Indonesia (SNI-04- esterifikasi dan transesterifikasi minyak
7182-2006). Berdasarkan hal di atas dilakukan kemiri Sunan dapat dilihat dari Gambar 1.
217 Esterifikasi Minyak Kemiri Sunan (Aleurites trisperma)
Inti Biji Kemiri EKSTRAKSI n - Heksana

Siklus = 15
EVAPORASI

T = 40 0C
DEGUMMING

Getah T = 80-90 0C H3PO4 0,8%


t = 30 menit
NETRALISASI

Asam Lemak Bebas T = 70-80 0C NaOH 0,5N


t = 30 menit
Minyak Kemiri PENETAPAN %

PEROLEHAN
ESTERIFIKASI

T = 60 0C Air
t = 60 menit
Metanol KOH
üü
PENCAMPURAN
80% vol TRANSESTERIFIKASI

Kalium TAHAP I
Metoksida T = 50 C
0

t = 15 menit
Gliserol Kasar PEMISAHAN Biodiesel

(Dekantasi)
Methanol EVAPORASI PEMANASAN

0
Recovery T = 50 C T = 50 0C
t = 15 menit
TRANSESTERIFIKASI 20% vol

Gliserol TAHAP II
Kalium Metoksida
T = 50 0C
Gliserol PEMISAHAN Biodiesel

(Dekantasi)
Methanol EVAPORASI EVAPORASI

Recovery T = 50 0C T = 50 0C
Methanol Aquadest

Recovery Air dan PEMURNIAN

Pengotor Lain pH = Netral


PENGUAPAN

PENETAPAN % Biodiesel Murni

PEROLEHAN
ANALISIS SIFAT

FISIKA DAN KIMIA

Gambar 1. Diagram alir esterifikasi dan transesterifikasi minyak kemiri Sunan


HASIL DAN PEMBAHASAN keadaan vakum. Data perolehan minyak
kemiri (% bobot) total dapat dilihat pada
Pembuatan dan Pemurnian Minyak Tabel 1.
Kemiri Di dalam literatur disebutkan bahwa
Pada tahap ini dilakukan pengambilan inti biji kemiri mengandung minyak sebesar
minyak kemiri dengan cara ekstraksi padat 55-65% dan tanaman jarak (Jatropha)
cair pada suhu 65 oC sebanyak 15 siklus. menghasilkan 40-45% minyak (Vossen dan
Untuk memisahkan minyak dari pelarutnya, Umali, 2001). Dalam penelitian ini jumlah minyak
dilakukan evaporasi pada suhu 40 °C dalam yang dihasilkan dari ekstraksi dan
Djenar, N.S., dan Lintang, N. 218
evaporasi 500 g inti biji kemiri sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
perolehannya lebih rendah yaitu 36,36% Canrika dan Dian (2009) dan Prihandana
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. (2006). Perolehan minyak kemiri sunan hasil
Berdasarkan pengamatan, lamanya waktu pemurnian dapat dilihat pada Tabel 2.
penyimpanan biji kemiri yang telah melalui Tabel 2. Perolehan minyak kemiri hasil
pengukusan akan mempengaruhi kadar pemurnian
minyaknya. Dalam hal ini biji mengalami
degradasi oksidatif secara enzimatis Parameter Satuan Nilai
sehingga tidak selalu menghasilkan jumlah Bobot inti biji kemiri g 500,00
minyak yang sama (Mittelbach, 2004). Bobot minyak kemiri g 134,86
Tabel 1. Perolehan minyak kemiri hasil Perolehan minyak
kemiri % 26,97
evaporasi pada suhu 40°C
Parameter Satuan Nilai Keterangan Dari Tabel 1 dan Tabel 2, dapat dilihat
Bobot inti biji bahwa setelah proses permurnian persen
kemiri g 500,00 - perolehan minyak kemiri mengalami penu-
Bobot minyak runan yaitu dari 36,36% menjadi 26,97%.
kemiri g 181,80 Sebelum Penurunan persen perolehan ini menunjukkan
Bobot ampas g 290,80 pemurnian
Perolehan minyak Kering bahwa degumming dan netralisasi dapat
kemiri % 36,36 - meng-hilangkan pengotor yang terdapat
minyak. Selanjutnya minyak murni ini di
Menurut Lynch (2011) minyak kemiri analisis sifat fisika dan kimianya seperti yang
Sunantermasukkedalamhard drying vegetable ditunjukkan dalam Tabel 3.
oil having high FFA content yaitu sifat dapat
Tabel 3. Sifat fisika dan kimia minyak kemiri
mengering jika teroksidasi dan akan berubah
murni sebelum esterifikasi
menjadi lapisan tebal, kental dan membentuk
selaput jika dibiarkan di udara terbuka. Selain Parameter Satuan Nilai
itu banyak mengandung pengotor antara lain Viskositas kinematik
getah atau lendir campuran dari fosfatida, (40 oC) (cSt) 69,55
protein, karbohidrat dan air. Kandungan getah Bilangan asam (mgKOH/g) 137,41
FFA % 76,91
dan pengotor lainnya dapat dipengaruhi pula
Massa jenis (40 oC) (g/cm3) 0,9289
oleh umur dan waktu penyimpanan biji
kemiri (Mittelbach, 2004). Keberadaan getah Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa
akan mengakibatkan kekeruhan pada minyak, bilangan asam dan FFA minyak murni masih
selain itu akan berikatan dengan air dan sangat tinggi. Dalam hal ini proses netralisasi
bercampur dengan metil ester (biodiesel) tidak dapat menurunkan kandungan FFA
yang dihasilkan. Hal ini akan menghambat secara signifikan. Menurut Ketaren (2005),
proses pemurnian metil ester (biodiesel). konsentrasi NaOH yang digunakan tergantung
Untuk mengatasi hal di atas maka dilakukan dari jumlah asam lemak bebas atau derajat
pemurnian dengan cara degumming meng- keasaman minyak. Makin besar jumlah asam
gunakan H3PO4 0,8%. Asam fosfat ini dapat lemak bebas, makin besar pula konsentrasi
menginisiasi terbentuknya gumpalan NaOH yang digunakan. Namun demikian
sehingga mempermudah pengendapan kotor- pemakaian NaOH dengan konsentrasi yang
an dalam minyak (Sumarna, 2007). Dari hasil terlalu tinggi akan bereaksi dengan sebagian
degumming 134,86 g minyak diperoleh trigliserida sehingga mengurangi rendemen
persen bobot getah (gum) sebesar 25,82%. minyak dan menambah jumlah sabun yang
Untuk mengurangi jumlah asam lemak terbentuk. Sehingga harus dipilih
bebas (FFA) dalam minyak dilakukan konsentrasi dan jumlah NaOH yang tepat
netralisasi. Dalam penelitian ini digunakan untuk menyam-bungkan asam lemak bebas
NaOH 0,5N sebesar 0,1% bobot minyak dalam minyak kemiri tersebut.
219 Esterifikasi Minyak Kemiri Sunan (Aleurites trisperma)
Esterifikasi Minyak Kemiri Sunan Massa jenis minyak nabati akan mening-
Menurut Mathiyazhagan et al., (2011), kat dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap
pada umumnya minyak nabati non-pangan (tak jenuh) asam-asam lemaknya (Mittelbach,
seperti jathropa, pongamia mengandung FFA 2004). Minyak kemiri Sunan mengandung
yang sangat tinggi, demikian pula dengan asam lemak tak jenuh yang tinggi, antara lain
minyak kemiri Sunan. Tingginya kandungan asam oleat dan asam linoleat (Hasyim dan
FFA akan meningkatkan pembentukan sabun, Nurjuwita. 2008; Canrika dan Dian, 2009).
menurunkan kinerja katalis serta menyulitkan Pada saat esterifikasi asam-asam tersebut
pemisahan gliserol dari biodiesel. Berkaitan dikonversi menjadi senyawa ester (metil ester)
dengan hal tersebut esterifikasi minyak yang menurunkan massa jenis minyak kemiri.
kemiri Sunan yang merupakan penelitian
utama dapat menurunkan kandungan FFA Transesterifikasi Secara Bertahap
minyak kemiri sehingga dapat dilanjutkan ke Setelah dilakukan esterifikasi maka dilan-
proses selanjutnya yaitu transesterifikasi jutkan dengan transesterifikasi. Dalam proses
untuk meng-hasilkan biodiesel. ini dilakukan secara bertahap, sehingga jumlah
Dari hasil esterifikasi diperoleh dua metanol sebagai reaktan dapat diminimalisasi
fasa yang berbeda, lapisan atas ester dan dan diharapkan terjadi peningkatan perolehan
lapisan bawah adalah gliserol. Minyak hasil metil ester (Mittelbach, 2004). Karakteristik
esterifikasi warnanya lebih coklat dan bening. biodiesel yang dihasilkan dari transesterifikasi
Perubahan warna ini akibat pemanasan selama dapat dilihat pada Tabel 5.
esterifikasi. Nilai viskositas, bilangan asam, Tabel 5. Karakteristik biodiesel dari minyak
FFA dan massa jenis minyak hasil esterifikasi kemiri Sunan
dapat dilihat pada Tabel 4.
Parameter Satuan Nilai
Tabel 4. Sifat kimia dan fisika minyak hasil
Viskositas kinematik
esterifikasi (40 °C) cSt 6,87
Parameter Satuan Nilai Bilangan asam mgKOH/g 1,41
Massa jenis (40 °C) g/cm3 0,9002
Viskositas
Heating value J/g 36.915
kinematik (40 oC) (cSt) 22,20
Flash point ° C 125
Bilangan asam (mgKOH/g) 10,31
Bilangan yodium g Iod/100g 76,66
FFA % 6,40
Massa jenis (40 oC) (g/cm3) 0,9098 Bila dilihat perbedaan antara Tabel 3,
Tabel 4 dan Tabel 5, nampak bahwa esterifikasi
Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa,
yang dilanjutkan dengan transesterifikasi dapat
dalam esterifikasi terjadi konversi asam
menurunkan bilangan asam, massa jenis dan
lemak bebas yang berberat molekul tinggi
menjadi metil ester yang berberat molekul viskositas minyak kemiri Sunan dengan
lebih rendah. Sebagai akibatnya terjadi penu- signifikan. Sehingga bila ditinjau dari sifat
runan nilai bilangan asam, FFA maupun fisika dan kimianya, biodiesel yang diperoleh
viskositasnya secara signifikan. Bilangan sudah mendekati Syarat Mutu Biodiesel Indo-
asam digunakan untuk mengukur jumlah nesia. Namun demikian untuk menentukan
asam lemak bebas yang terdapat dalam kelayakannya sebagai bahan bakar, harus
minyak dan nilai bilangan ini bergantung dari ditentukan pula titik kabut, angka setana serta
beberapa faktor diantaranya adalah jenis dan diujicobakan pada mesin penggerak diesel.
tingkat pemurnian minyak yang digunakan.
Penentuan Komposisi Kimia Biodiesel
Viskositas erat hubungannya kompo-
Penentuan komposisi kimia biodiesel yang
sisi asam lemak minyak, nilainya akan dilakukan dengan menggunakan GC-MS dapat
meningkat dengan bertambahnya panjang ditunjukkan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar
rantai asam lemak maupun gugus alkohol. 2, komposisi kimia metil ester yang terdapat dalam
Penurunan FFA sebagai hasil esterifikasi akan biodiesel ditunjukkan pada Tabel 6.
menurunkan pula nilai viskositas minyak.
Djenar, N.S., dan Lintang, N. 220

Gambar 2. Kromatogram komposisi kimia biodiesel dengan menggunakan GC-MS.


Tabel 6. Komposisi kimia metil ester yang dapat dalam minyak nabati yang berpotensi
terdapat dalam biodiesel untuk dijadikan biodiesel, contohnya pada
SI BM Nama senyawa Komposisi (% minyak jarak (Hambali, 2007). Dari Gambar 2
Normalisasi) dan Tabel 6 tidak teridentifikasi adanya kan-
83 186 Metil 1.09 dungan FFA, sehingga dapat disebutkan
9-oxononanoat bahwa esterifikasi pada minyak kemiri Sunan
80 198 Metil 10- 1.22
dapat meminimalisasi kandungan FFA.
undesenoat
84 242 Metill miristat 0.31
SIMPULAN
92 270 Metil palmitat 29.97
86 296 Metil oleat 38.03 Esterifikasi pada minyak kemiri Sunan
89 294 Metil linoleat 27.55 dapat menurunkan kadar FFA dan bilangan
<80 - - 0.61 asam masing-masing sebesar 91,68% dan
83 292 Metil linolenat 1.23 92,50%. Sehingga dapat dilanjutkan ke proses
transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel.
Keterangan:*) = tidak dapat diidentifikasi Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa
SI < 80 : Penawaran meragukan biodiesel mengandung senyawa-senyawa metil
SI : Identifikasi similaritas dengan data
base ester sebesar 99,5% dan tidak diperoleh adanya
BM : Berat Molekul kandungan FFA. Minyak kemiri Sunan layak
Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa bio- dijadikan biodiesel yang sesuai dengan Syarat
diesel yangdiperoleh dari transesterifikasi Mutu Biodiesel
minyak kemiri Sunan yang terlebih dahulu Indonesia.
melalui esterifikasi mengandung metil ester
sebesar 99,5%. Kandungan metil ester yang UCAPAN TERIMA KASIH
terbesar yaitu metil palmitat, metil oleat dan
metil linoleat masing-masing sebesar 29,97%; Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
38,03% dan 27,55%. Berdasarkan komposisi UPPM Politeknik Negeri Bandung yang
kimia tersebut dapat ditunjukkan bahwa minyak telah mendanai penelitian ini. Demikian
kemiri Sunan mengandung asam-asam lemak pula kepada Bapak Hendra Natakarmana
tak jenuh dengan jumlah yang cukup tinggi. selaku pemrakarsa kemiri Sunan yang telah
Asam-asam lemak ini umumnya ter- banyak memberi masukan dan informasi
serta penyediaan bahan baku.
221 Esterifikasi Minyak Kemiri Sunan (Aleurites trisperma)
DAFTAR PUSTAKA Ketaren, S. 2005. Minyak dan lemak pangan.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Canrika, W & Dian, N. 2009. Studi pendahuluan
transesterifikasi secara bertahap dari Lynch, S.J. 2011. Notes on newer hard drying
minyak kemiri Sunan (Aleuritestrisperma vegetable oil: from Aleurites trisperma
Blanco) menjadi biodiesel. Bandung: Blanco and Garcia nutans Rohr. Florida
Jurusan Teknik Kimia Politeknik State Horticultural Society: 152-156.
Negeri Bandung.
Mathiyazhagan, M., Ganapathi, B., Jaganath, B.,
Hambali. 2007. Teknologi bioenergi. Renganayaki, N & Sasireka, N. 2011.
Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Production of biodiesel from non-edible
plant oils having high FFA content.
Harian Kompas, 16 Juni 2008. Energi International Jurnal of Chemical and
alternatif Jawa Barat tanam 50.000 Enviromental Engineering. 2 (2): 119-122.
pohon kemiri Sunan.
Mittelbach, M., Remschmidt, & Claudia. 2004.
Hasyim, H & Nurjuwita. 2008. Pengambilan Biodiesel the comprehensive handbook.
minyak kemiri Sunan (Aleurites Vienna: Boersedruck Ges.m.bH.
trisperma Blanco)denganekstraksipadat-
cair: karakterisasi fisik dan komposisi Sumarna, D. 2007. Advantage of wet
kimia. Bandung: Jurusan Teknik Kimia degumming compared to dry degumming
Politeknik Negeri Bandung. process in crude palm oil purification.
Jurnal Teknologi Pertanian. 3 (1): 37-42.
Juan, J.C., Kartika. D.A., Wu. T.., & Taufiq-
Yap Yun Hin. 2011. Biodiesel Prihandana. 2006. Menghasilkan biodiesel
production from jatropha oil by murah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
catalytic and non-catalytic approaches:
an overview. Elsevier: Bioresource Vossen, H.A.M & Umali, B.E (Editors).
Technology. (102):452-260. 2001. Plant re sources of South-East
Asia-vegetables oils and fats. Leiden :
Backhuy Publishers.

Anda mungkin juga menyukai