Studi Kasus Analisis Lingkungan - Chealsy Anggraini 18A
Studi Kasus Analisis Lingkungan - Chealsy Anggraini 18A
INDONESIA
Oleh:
Chealsy Anggraini
NIM. 18030016
Indonesia rentan terhadap perubahan iklim, terutama yang berkaitan dengan naiknya
permukaan laut, perubahan curah hujan dan kejadian ekstrim. Ini akan berdampak
pada banyak sektor di negara ini. Untuk mengevaluasi dampak terhadap lingkungan
bawah permukaan, suhu air tanah dalam lubang bor dapat menjadi sumber informasi
penting tentang perubahan iklim terkini. Temperatur bawah permukaan di kota Jakarta
dianalisis untuk mengevaluasi pengaruhnya. Akibatnya besaran pemanasan
permukaan meningkat 1,4 ° C yang sejalan dengan peningkatan data meteorologi suhu
udara selama 100 tahun terakhir. Ini merupakan hasil awal dari peningkatan signifikan
perubahan iklim selama seabad terakhir di Jakarta. Hingga saat ini, informasi tentang
kerentanan dan tindakan adaptif masih belum cukup untuk merencanakan dan
merancang kegiatan yang sesuai pada tingkat nasional di Indonesia.
Kata kunci: Perubahan iklim; Pemanasan global; Perubahan suhu; Tanah di bawah
permukaan
1. PENDAHULUAN
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra memiliki iklim
yang unik serta rentan terhadap perubahan iklim regional dan global. Kerentanan ini
khususnya terhadap dampak dari perubahan temperatur, kenaikan permukaan air laut,
perubahan curah hujan, serta peningkatan frekuensi, dan intensitas kejadian ekstrim.
Sebagai contoh, kejadian El Nino dan La Nina yang membawa peningkatan risiko
kekering an, kebakaran, dan meningkatnya curah hujan. Risiko banjir akibat
meningkatnya curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama bagian selatan
ekuator, seperti Pulau Jawa. Kenaikan permukaan laut dan meningkatnya frekuensi
kejadian ekstrim ini sangat mempengaruhi Indonesia sebagai Negara Kepulauan.
Berdasarkan studi literatur, perubahan iklim global (climate change) di dunia saat ini
berkisar antara 0,5–0,8°C dalam periode 100 tahun.1,2 Secara keseluruhan, perubahan
iklim juga berdampak pada sektor lainnya. Perubahan iklim secara umum akan sangat
mempengaruhi kehidupan manusia.
Beberapa perubahan yang terjadi baik yang berdampak positif ataupun negatif
diperkirakan akan menimpa berbagai sektor (Tabel 1).
Berdasarkan Tabel 1 maka model risiko perubahan iklim merupakan parameter
dari bencana (hazard) dan kerentanan (vulnerability) terhadap setiap wilayah yang
berbeda-beda (Gambar 1). Perbedaan ini sangat ditentukan kondisi geografisnya.
Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia dalam perencanaan pola adaptasi
ini adalah tidak tersedianya informasi yang relevan. Hal ini mengakibatkan perlunya
suatu penelitian detail mengenai dampak yang akan terjadi secara kualitatif dan
kuantitatif (Climate change and global warming roadmap).
Tabel 1. Kemungkinan Dampak pada Berbagai Sektor Akibat Perubahan Iklim.
Sektor Kemungkinan dampak yang akan terjadi
2
2. TEORI DASAR
Temperatur bawah permukaan yang terekam di air tanah merupakan salah satu
sumber informasi yang penting untuk mengetahui perubahan iklim. Proses aliran
panas dari bawah permukaan bumi akan terekam bersamaan dengan aliran panas yang
mengalir secara propagasi dari permukaan.
Untuk merekonstruksi perkembangan perubahan temperatur bawah permukaan ini,
digunakan solusi analitis berdasarkan model 1- dimensi hubungan aliran panas di
permukaan dan bawah permukaan secara konduktif-advektif linier dalam profil
temperatur-kedalaman (T-D)3.
3
mengharapkan untuk melihat konsentrasi karbon dioksida di mana saja dari 490 hingga 1260
ppm (75-350% di atas konsentrasi pra-industri).[3] Rangkaian proses tersebut yang dikenal
sebagai efek rumah kaca yang dewasa ini telah banyak mencairkan bongkahan es di kutub
utara dan kutub selatan. Apabila kita hanya membiarkan pemanasan global terjadi secara
terus menerus, maka kerusakan bumi yang sangat parah tinggal menunggu waktu saja.
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan salah satu faktor yang paling utama terjadinya di hampir seluruh
dunia. Efek rumah kaca terjadi karena adanya sinar matahari yang memantul kembali ke
bumi karena sinar matahari tersebut tidak sanggup untuk keluar dari atmosfer karena
terperangkap oleh gas-gas yang ada di atmosfer.
Di sisi lain, efek rumah kaca memang mempunyai manfaat bagi kehidupan di bumi ini.
Namun, apabila berlebihan seperti yang terjadi pada dewasa ini akan dapat mempengaruhi
perubahan bumi secara drastis seperti perubahan iklim yang tidak menentu.
Penggunaan Bahan CFC yang berlebih
CFC (Cloro Flour Carbon) merupakan salah satu bahan kimia yang biasanya digunakan
pada kulkas dan AC. Apabila CFC diproduksi secara over, maka dapat memicu terjadinya
pemanasan global di Indonesia.
Polusi Kendaraan Bermotor
Indonesia merupakan salah satu negara yang padat penduduk. Kepadatan penduduk inilahh
yang menyebabkan terjadinya polusi kendaraan berlebih, karena sebagian besar masyarakat
Indonesia menggunakan kendaraan. Polusi yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor
adalah salah satu penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global. Hasil dari pembakaran
kendaraan bermotor menghasilkan banyak gas karbondioksida, gas karbondioksida tersebut
memerangkap panas matahari atau panas yang ada, sehingga panas tersebut tidak bisa keluar
dari atmosfer bumi.[2]
Kerusakan Hutan
4
4. PENUTUP
Perubahan panas bawah permukaan menunjukkan besaran 1,4°C yang sesuai dengan
data meteorologi 100 tahun terakhir. Mengacu kepada data pemanasan global dunia
yang mengindikasikan kenaikan 0,5–0,7°C selama 100 tahun, penelitian ini
menunjukkan peningkatan temperatur bawah permukaan yang lebih tinggi dari
pemanasan global rata-rata. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa temperatur bawah
permukaan di daerah DKI Jakarta tidak hanya mengindikasikan perubahan temperatur
akibat perubahan iklim, tetapi juga disebabkan oleh faktor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Absori, Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup, Surakarta, UMS Press, 2009
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet. I, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2014