Anda di halaman 1dari 12

Agriprimatech

Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566

e-ISSN : 2621-6566

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CRUDE PALM


OIL (CPO) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT
ADOLINA SUMATERA UTARA

SAPRIDA1, MYRNA PRATIW 2


1,2
Program Studi Agribisnis, Fakultas Agroteknologi Universitas Prima Indonesia
Koresponden : safrida_sgt@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian, “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Crude Palm Oil
(CPO) PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina Sumatera Utara” bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari bahan baku, tenaga kerja dan mesin terhadap produksi Crude Palm Oil (CPO) di
PKS Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara dan Untuk mengetahui faktor
paling dominan mempengaruhi Produksi Crude Palm Oil (CPO) di PKS Adolina PT.Perkebunan
Nusantara IV Perbaungan. Data yang diperoleh data sekunder yang terdiri dari 60 bulan (2012
– 2016) dengan cara wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan analisis data, nilai variabel X1 (bahan baku TBS) sebesar 0,848 dan X3 (mesin)
sebesar 0,178 berpengaruh positif dan nyata terhadap variabel Y (produksi CPO), sedangkan
nilai variabel X2 (tenaga kerja) sebesar -0,134 bernilai negatif yang artinya tidak berpengaruh
nyata dan negatif terhadap variabel Y (produksi CPO) pada PKS Adolina PT. Perkebunan
Nusantara IV Sumatera Utara periode 2012 -2016. Dilihat dari penggunaan faktor produksi,
ternyata faktor produksi yang paling dominan adalah bahan baku (TBS), artinya penggunaan
bahan baku lebih berpengaruh terhadap peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) pada PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina Perbaungan periode 2012 -1016.

Kata kunci : Crude Palm Oil, Analisis, Faktor, Produksi,

PENDAHULUAN atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti


Perkebunan kelapa sawit merupakan salah sawit atau Palm Kernel Oil (PKO)
satu sub sektor strategis yang secara (Pardamean 2011). Perseroan Terbatas
ekonomis, sosial dan budaya memainkan Perkebunan Nusantra (PTPN) adalah
peranan penting dalam pembangunan produsen minyak sawit (CPO) dan inti sawit
nasional. Kelapa sawit (Elaeis guinensis (PKO) terbesar di Indonesia. Menurut
JACQ) salah satu dari beberapa tanaman Badan Pusat Statistik (2014) perkembangan
yang dapat menghasilkan minyak nabati. produksi minyak kelapa sawit (CPO)
Perkebunan kelapa sawit menghasilkan meningkat sejalan dengan luas areal 3,38
buah kelapa sawit/tandan buah segar (TBS) sampai dengan 10,25 persen dari tahun
yang kemudian diolah menjadi minyak sawit 2008 sampai dengan tahun 2014. Pada

73
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
tahun 2012 produksi minyak sawit (CPO) Teknik Pengumpulan Data
sebesar 19,40 juta ton, meningkat menjadi
26,02 juta ton pada tahun 2013. Tahun Metode pengumpulan data dilakukan
2013 di perkirakan produksi minyak kelapa dengan cara:
sawit (CPO) akan meningkat 3,38 persen
menjadi sebesar 26,90 juta ton dan ditahun 1. Wawancara secara langsung untuk
2014 meningkat 4,19 persen menjadi 28,02 memperoleh data – data yang
juta ton. Menurut status pengusahaannya , diperlukan baik dengan karyawan
di Indonesia kelapa sawit diusahakan oleh maupun pimpinan yang yang berhak
perkebuna rakyat (PR), perkebunan besar memberikan data dan informasi di
negara (PBN) dan perkebunan besar PTPN IV Unit Adolina
swasta (PBS) masih mendominasi produksi 2. Dokumentasi, yaitu berupa laporan
CPO di Indonesia. produksi bulanan di PT. Perkebunan
Nusantara IV Unit Adolina.
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha
Metode Analisis Data
Adolina terletak di provinsi sumatera Utara
yang merupakan salah satu dari cabang Metode analisis yang digunakan untuk
PTPN IV yang berpusat di Medan. PT menguji hipotesis adalah regresi linier
Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha berganda. Perhitungan analisis ini akan
Adolina adalah perusahaan perkebunan menggunakan bantuan software SPSS versi
yang menghasilkan kelapa sawit yang 22. Sebelum data diolah menggunakan
diolah menjadi minyak sawit (CPO) dan inti regresi linier berganda, data variabel
sawit (PKO) serta kakao. PT. Perkebunan Independent (TBS, tenaga kerja, mesin)
Nusantara IV Unit Usaha Adolina juga dan variabel Dependent (produksi CPO)
memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut harus diubah kedalam bentuk
(PKS) dan kakao sendiri. Pabrik kelapa logaritma natural (Ln) agar bisa dianalisis
sawit (PKS) Kebun Adolina mempunyai dengan regresi linier berganda. Dalam
kapasitas olah 30 ton TBS/jam, dan pabrik rumusan masalah ada tiga variabel
kakao dengan kapasitas olah 46 ton biji Independent yaitu bahan baku (TBS),
basah/jam. tenaga kerja, dan mesin serta variabel
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini Dependent yang berupa Crude Palm Oil
akan menguji pengaruh produksi yang (CPO), sehingga model persamaan regresi
berupa bahan baku, tenaga kerja dan mesin linier berganda dalam penelitian ini dapat
terhadap produksi Crude Palm Oil (CPO) dirumuskan sebagai berikut:
pada PT. Nusantara IV Unit Usaha Adolina. Y = β 0 + β 1 X1 + β 2 X 2 + β 3 X3 +

Metode Penelitian Hasil persamaan tersebut kemudian


ditransformasikan kedalam persamaan ln
Tempat dan Waktu (logaritma natural), bentuk transformasi
Cobb-Douglas sehingga persamaannya
Penelitian ini dilakukan di pabrik menjadi:
pengolahan kelapa sawit Adolina. Unit
usaha Adolina merupakan pintu gerbang Ln Y = ln β0 + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 +
PT. Nusantara IV yang berada di
Kabupaten Deli Serdang Bedagai tepatnya
di pinggiran jalan raya Medan - Pematang Dimana:
Siantar dengan jarak 38 km dari Medan. Ln Y = Produksi CPO/kg
Pengumpulan data penelitian dilakukan β0 = intersep
pada bulan april 2017 sampai dengan bulan β1,β2,β3, = koefesien parameter
juli 2017. variabel independen
Ln X1 = Bahan Baku TBS/kg

74
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
Ln X2 = Tenaga Kerja menunjukkan adanya
Ln X3 = Jam Mesin multikolinieritas adalah nilai
e = error samplin Tolarence > 0,10
2. Nilai Variance Inflation Factor (VIF)
Pengujian Asumsi Klasik apabila:
 Jika nilai Varience Inflation Factor
Pengujian mengenai ada tidaknya
(VIF) > 10 maka terdapat persoalan
pelanggaran terhadap asumsi – asumsi
multikolinieritas di antara variabel
klasik yang merupakan dasar dalam model
bebas.
regresi linier berganda. Hal ini dilakukan
 Jika nilai Varience Inflation Factor
sebelumdilakukan terhadap hipotesis.
(VIF) < 10 maka tidak terdapat
Pengujian asumsi klasik meliputi sebagai
persoalan multikolinieritas diantara
berikut:
variabel bebas.
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian normalitas adalah untuk melihat
Uji heteroskedastisitas adalah bertujuan
variable terikat dan variable bebas dalam
untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi memiliki distribusi yang
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
normal atau tidak, jika berdistribusi data
residual suatau pengamatan kepengamatan
normal atau mendekati normal maka model
yang lain tetap, maka disebut
regresi baik. Cara lain yang digunakan
homokedasitas dan jika varians berbeda
untuk pengujian normalitas yaitu uji grafik
disebut heterokedasitas. Model regresi yang
normal P-Plot dan Uji Non parametrik
baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas.
Kolmogrov Smirnov. Jika pola produksi data
Susanto (2002) untuk mendeteksi apakah
berada di sumbu diagonal grafik normal P-
ada atau tidaknya gejala heteroskedasitas
Plot, maka model regresi telah memenuhi
dapat dilakukan dengan menganalisis
asumsi normalitas dan begitu juga
penyebaran titik yang terdapat pada
sebaliknya. Hipotesis Uji Non parametrik
scaterplot yang dihasilkan dari pengolahan
Kolmogrov Smirnov berikut ini:
spss dengan dasar pengambilan keputusan
H0 : Tidak ada perbedaan atau
sebagai berikut:
residual berdistribusi normal.
H1 : Ada perbedaan atau  Jika ada pola tertentu, seperti titik
residual tidak berdistribusi normal. yang ada membentuk suatu pola
Krieteria pengambilan keputusan: tertentu yang teratur
1. Jika signifikansi > α0,05 maka H0 (bergelombang, melebar,
diterima residual berdistribusi normal kemudian menyampit) maka telah
2. Jika signifikansi < α0,05 maka H1 terjadi heterokedastisitas. Jika ada
diterima residual tidak berdistribusi pola yang jelas serta titik – titik
menyebar diatas dan dibawah nol
Uji Multikolinearitas pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat heterokedastisitas.
apakah ada variabel yang saling berkorelasi
pada variabel bebas (independen variable). Uji Autokorelasi
Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
multikolinieritas sehingga model regresi dalam model regresi linier ada korelasi
tidak dapat digunakan. Ghozali (2005) antara kesalahan penganggu pada periode t
pengujian ini dapat dilihat melalui Nilai dengan kesalan penganggu pada perriode
Variance Inflation Factor: t-1 (sebelumnya) jika terjadi korelasi, maka
1. Nilai Tolerance dinamakan problema autokorelasi. Ghozali
92005) autokorelasi muncul karena
 Nilai Tolarence, nilai outoff yang
obsevasi yang muncul secara berurutan
umumnya dipakai untuk
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

75
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya Hi : bi ≠ 0 ; (faktor produksi berpengaruh
autokorelasi: secara parsial terhadap produksi CPO
PTPN IV Unit Adolina).
Tabel 1. Pangambilan Keputusan Ada Nilai t hitung akan dibandingkan dengan t-
Atau Tidaknya Autokorelasi tabel dengan kriteria yaitu :
Hipotesis Nol Keputusan Jika a. H0 diterima jika t-tabel ≤ t- hitung
Tidak ada Tolak 0 < d < ≤ t- tabel pada α = 0,05
autokorelasi positif dl
Tidak ada No dl ≤ d ≤ b. H0 ditolak (H1 diterima ) jika t-
autokorelasi positif Desiction du hitung < t-tabel atau t-hitung > t-
Tidak ada korelasi Tolak 4 – dl < tabel pada α = 0,05
negative d<4 Uji Serempak ( Uji F )
Tidak ada korelasi No 4 – du ≤ Uji serempak (Uji F), dengan maksud
negative Desiction d ≤ dl menguji apakah secara bersama – sama
Tidak ada Tidak di du < d< variabel bebas (bahan baku, tenaga kerja,
autokorelasi positif tolak 4 – du dan mesin) berpengaruh terhadap variabel
positif atau tidak bebas (produksi CPO), dengan tingkat
negative keyakinan 95% (α = 0,05).
Sumber : Ghozali (2005) H0 : b1,b2,b3 = 0 (Faktor produksi bahan
baku, tenaga kerja, dan mesin tidak
Keterangan: berpengaruh signifikan terhadap
d = Durbin Watson hitung produksi CPO pada PTPN IV Unit
dl = Durbin Watson – Lower adolina).
du = Durbin Watson – Upper H1 : b1,b2,b3 ≠ 0 (faktor produksi bahan
Jika nilai dhitung berada diantara baku, tenaga kerja, dan mesin
interval nilai du dan 4 – du maka tidak berpengaruh signifikan tehadap
terdapat autokorelasi, sebaliknya jika nilai produksi CPO pada PTPN IV Untit
dhitung berada diluar interval nilai du dan 4 – Adolina).
du maka terdapat penyimpangan dari Alat uji yang digunakan untuk
asumsi ini. menerima dan menolak hipotesis, yaitu nilai
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada F hitung di bandingkan nilai F-tabel pada
atau tidaknya autokoralasi yaitu dengan kriteria yaitu :
melihat uji Durbin-Watson (DW test), a. H0 diterima jika F-hitung < F-tabel
hipotesis yang akan di uji pada α = 0,5
H0 : tidak ada atukorelasi (r = 0)
b. H0 ditolak (H1 diterima ) jika F-
H1 : ada autokorelasi (r ≠ 0)
hitung > F-tabel pada α = 0,5
Uji Statistik Definisi Operasional Variabel
Pengujian Parsial (uji t) Untuk memahami variabel – variabel dan
Uji parsial (uji t) untuk menguji pengaruh memberikan gambaran yang jelas dalam
secara parsial antara variabel bebas pelaksanaan penelitian ini, deberikan
terhadap variabel tidak bebas yaitu bahan definisi operasional variabel – variabel yang
baku (TBS) (X1), tenaga kerja (X2), dan akan diteliti dalam penelitian yaitu bahan
mesin (X3) dengan asumsi bahwa variabel baku (X1), tenaga kerja (X2), dan mesin (X3)
lain dianggap konstan dengan tingkat sebagai variabel bebas (independent
keyakinan 95% (α = 0,05). variabel). Dan produksi Crude Palm Oil
H0 : bi = 0 ; (Faktor produksi bahan baku (CPO) sebagai variabel terikat (dependent
(TBS), tenaga kerja, dan mesin tidak variabel).
berpengaruh secara parsial terhadap
produksi CPO PTPN IV Unit Adolina).

76
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
Adapun definisi operasional variabel dari untuk mengelola TBS sendiri dan
masing – masing variabel terikat dan pihak ke III/pembelian.
variabel bebas adalah sebagai berikut:  Untuk luas areal pabrik kelapa
1. Bahan baku (X1) adalah seluruh (PKS) Unit Adolina adalah 3.500m 2.
bahan baku yang digunakan Perkembangan produksi PKS Unit
dalam penelitian yaitu tandan Adolina dapat dilihat dari beberapa hal,
buah segar (TBS), satuan bahan seperti bahan baku, keberhasilan dalam
baku (TBS) adalah kg per bulan. proses pengolahan, dan adanya tenaga
2. Tenaga kerja (X2) adalah jumlah kerja. Pada proses produksi di PKS Unit
karyawan pada departemen Adolina ada beberapa faktor produksi yang
produksi yang secara langsung digunakan yaitu bahan baku (TBS), tenaga
mempengaruhi proses produksi kerja, dan mesin.
Crude Palm Oil (CPO). Tenaga
kerja yang dimaksud adalah
jumlah orang atau karyawan Bahan Baku (TBS)
pelaksana yang bekerja dalam
satu hari dikalikan dengan Tandan Buah Segar (TBS) sangat berperan
jumlah hari pengolahan sebulan. penting dalam suatu proses produksi.
Satuan yang digunakan adalah Pemasokan TBS yang kurang lancar akan
orang. menghambat kelancaran proses produksi.
3. Mesin (X3) adalah rata – rata TBS Adalah bahan baku yg digunakan
kapasitas mesin terpakai perjam dalam proses produksi CPO, dan
yang berproduksi selama satu ketersediaan sangat berpengaruh dalam
bulan, dengan satuan jam per produksi CPO. Dari perkembangan jumlah
bulan. bahan baku TBS yang terlihat pada Tabel 2
4. Produksi Crude Palm Oil (CPO) dapat dilihat bahwa pasokan bahan baku
(Y) adalah jumlah Crude Palm TBS mengalami kenaikan dan penurunan
Oil (CPO) yang dihasilkan dari pasokan TBS setiap tahunnya. Peningkatan
proses pengolahan TBS, dengan TBS Sangat dipengaruhi oleh peningkatan
satuan kg per bulan. pemasok kebun sendiri dan pembelian TBS
dari pihak ketiga.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Jumlah TBS Pertahun yang
Perkembangan Produksi Pabrik Diolah di Pabrik Kelapa Sawit
Unit Adolina dari Tahun 2012 –
Produksi TBS (Tandan Buah Segar) kelapa 2016 (dalam kg)
sawit yang diolah sendiri di PKS (Pabrik
TBS
Kelapa Sawit) yang dimiliki oleh Unit Tahun TBS Adolina TBS Diolah
Pembelian
Adolina: 2012 151.816.700 20.540.000 172.356.700
 Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah 2013 135.303.849 31.767.000 167.070.849
salah satu PKS yang tertua di PTPN 2014 118.925.400 48.911.000 167.836.400
IV, berdiri pada tahun 1956 dan 2015 130.161.090 32.995.770 163.156.860
direnovasi pada tahun 1999, dan 2016 129.765.060 19.358.520 149.123.580
pada tahun 2000 pabrik kelapa sawit
Tenaga Kerja
(PKS) Unit Adolina sudah sudah
siap beroperasi. Faktor tenga kerja adalah salah satu yang
 Pada saat ini kapasitas terpasang di tidak kalah pentingnya dalam kegiatan
pabrik kelapa sawit (PKS) Unit untuk menghasilkan suatu produksi.
Adolina adalah 30 ton/jam, dipakai Ketersediaan tenaga kerja merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi untuk

77
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
kelancaran menghasilkan suatu produksi. Sumber: PTPN IV Unit Adolina
Tenaga kerja merupakan sumber daya yang
mampu mengelola dan mengkombinasi Di pabrik kelapa sawit Unit Adolina ada dua
faktor – faktor produksi lain sehingga macam tenaga kerja, yaitu karyawan
mampu menghasilkan suatu output yang pimpinan dan keryawan pelaksana. Tenaga
diinginkan. kerja di PKS Unit Adolina merupakan
tenaga kerja tetap. Kebijakan perusahaan
Jam kerja yang berlaku pada PT. menetapkan bahwa karyawan pabrik tetap
Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina Di masuk kerja meskipun bahan baku (TBS)
bagi atas dua bagian yaitu: yang akan diolah sedang dalam kehabisan
(kosong). Karyawan pabrik dapat
a. Bagian Kantor melakukan perawatan mesin jika bahan
baku (TBS) kosong.
Untuk bagian kantor hanya ada satu shif
dengan 7 jam kerja per hari dan 40 jam Jam Olah Mesin
kerja perminggunya sehingga dapat dilihat Jam olah mesin menentukan lamanya
pembagiannya pada Tabel 3 sebagai pabrik mengolah dalam satu kali produksi.
beriku: Jam olah pabrik adalah jam olah efektif
mulai dihitung setelah screw press
Tabel 3. Jam Kerja Karyawan Kantor Unit beroperasi dan sampai berhenti.
Adolina
Sedangkan jam olah stagnasi yaitu jam
Waktu Kerja
No. Hari Istirahat jumlah jam kerusakan setiap alat yang
(WIB) mengakibatkan berhentinya proses screw
Senin – 06.30 - 09.30 press. Di dalam pabrik juga ada istilah jam
1 09.30 - 10.30
Kamis 10.30 -15.00 olah yang tersedia yang dimaksud jam
06.30 - 09.30 pabrik bekerja di hitung sejak fire up boiler
2 Jumat 09.30 - 10.30
10.30 - 12.00 dan hingga pabrik berhenti.Dimulainya jam
09.30 - 10.30 olah untuk satu kali produksi tergantung dari
3 Sabtu 09.30 - 10.30
10.30 - 13.00 ketersediaan bahan baku (TBS). Alokasi
Sumber : PTPN IV Unit Adolina Jam Olah dapat dilihat pada Tabel 5.
(2016)
Tabel 5. Jam Olah Mesin Pada Proses
b. Bagian Pabrik Produksi CPO di Pabrik Kelapa
Untuk karyawan pabrik di bagi dua shif.
Jam kerja karyawan pelaksanaan Sawit Unit Adolina tahun 2012
berdasarkan shif di Pabrik kelapa sawit – 2016.
adolina dapat dilihat pada Tabel 4 untuk
waktu istirahat karyawan pabrik untuk 201 201
Uraian 2012 2013 2016
bagian pengolahan sama seperti bagian 4 5
kantor tetapi tidak ditemukan jadwal yang Jam Olah
tetap dikarenakan waktu istirahat tersebut Mesin 5821.2 5573. 555 535 5121.
tergantung pada pengaturan waktu tenaga (jam/tahu 5 5 0 7 5
kerja di stasiun kerja masing – masing n)
dengan ketentuan di setiap stasiun tidak Sumber : PTPN IV Unit Adolina (2012 – 2016)
boleh kosong.
Mesin yang digunakan dalam proses
Tabel 4. Jam Kerja Karyawan Pabrik produksi CPO bersifat flow prosess, dimana
Kelapa Sawit Unit Adolina kerusakan akan menjadi hambatan bagi
No. Shif Waktu Kerja (WIB) proses pengolahan selanjutnya. Oleh
1 I 06.30 - 17.00 karena itu kemampuan mesin sangat
2 II 17.00 - 05.00 mempengaruhi untuk melakukan proses

78
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
produksi dalam pengolahan TBS. UjiMultikolinearitas
Kemampuan mesin untuk beroperasi ini Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
ditunjukkan oleh jam mesin atau jam olah. apakah dalam model regresi ditemukan
Lama waktunya PKS mengolah TBS adanya korelasi diantara variabel bebas.
sebenarnya juga dipengaruhi oleh pasokan Model regresi yang baik seharusnya tidak
tandan buah segar ke pabrik, dimana terjadi korelasi diantara variabel bebas.
semakain banyak pasokan TBS maka jam Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 7
olah semakin tinggi. sebagai berikut:

Hasil Penelitian Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearita


Coefficientsa
Standardize
Pengujian Asumsi Klasik d
Unstandardized Coefficient Collinearity
Coefficients s Statistics
Pengujian asumsi model anailisis digunakan Toleranc
Model B Std. Error Beta T Sig. e VIF
karena model penelitian ini adalah dengan 1 (Constant) .600 .644 .932 .355
menggunakan regresi linier berganda Bahan Baku
.848 .050 .831 17.054 .000 .254 3.936
(TBS)
pengujian yang dilakukan adalah uji Tenaga Kerja -.134 .074 -.045 -1.822 .074 .985 1.016
Jam Mesin .178 .049 .177 3.642 .001 .255 3.918
normalitas, uji multikolinieritas, uji a. Dependent Variable: Produksi CPO
autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Sumber : Lampiran (2017)

UjiNormalitas
Pengujian noralitas dilakukan dengan Dari Tabel 7 menunjukkan variabel bebas
menggunakan pengujian One Sample - yaitu bahan baku (TBS), tenaga kerja, dan
Kolmogorov Smirnov yang diperoleh dari jam mesin memiliki nilai Variance Inflation
pengujian terhadap nilai residual dari model Faktor (VIF) lebih kecil dari 10 dengan nilai
regresi. Hasil uji normalitas dapat dilihat Tolerance lebih kecil dari 1. Diketahui nilai
pada Tabel 6 berikut: VIF dari bahan baku TBS adalah 3,936, nilai
VIF dari tenaga kerja adalah 1,016, dan nilai
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas
VIF dari jam mesin adalah 3,918. Seluruh
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test nilai VIF < 10, Dengan demikian dapat
disimpulkan model regresi dalam penelitian
Unstandardized Residual ini tidak terjadi multikolinearitas dalam
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
masing – masing variabel bebas ini.
Std. Deviation .04024486
Most Extreme Differences Absolute .074 Uji Heteroskedastisitas
Positive .074
Negative -.064 Uji heteroskedasitas bertujuan untuk
Test Statistic .074
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
menguji terjadinya perbedaan varience
a. Test distribution is Normal. residual suatu periode pengamatan ke
b. Calculated from data. periode yang lain atau gambaran hubungan
c. Lilliefors Significance Correction. antara nilai yang diprediksi dengan
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Lampiran (2017)
Standardized Sesidual Plot nilai tersebut.
Sehingga model juga terbebas dari
heteroskedasitas hal ini dapat dilihat pada
Dari Tabel tersebut menunjukkan bahwa scatterplot yang menggrafikkan titik data
variable residual berdistrbusi normal karena yang menyebar dan tidak mengumpul
uji One Sample - Kolmogorov Smirnov membentuk suatu pola tertenntu. Hal ini
menunjukkan nilai residual yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai
signifikansi sebesar 0.200 > 0.05. dari hasil berikut:
tersebut dapat disimpulkan bahwa H1
diterima dan H0 ditolak, yang artinya data
berdistribusi normal.

79
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
1,852 < 2,3111 sehingga dapat disimpulkan
tidak terjadinya atukorelasi.

Analisis Regresi Berganda

Tabel 9. Hasil Uji Pengaruh Variabel


Independent Terhadap Variabel
Independent
Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas,
sebagaimana yang telah dipaparkan dalam
metode penelitian untuk mengetahui
pengaruh beberapa variabel independen
(bahan baku, tenaga kerja, dan mesin)
Sumber : Lampiran (2017) terhadap variabel dependen (produksi CPO)
Gambar 2 Uji Heterokedastisita yang kemudian ditranformasikan dalam
bentuk logaritma natural (Ln) kedalam
Dari Gambar 2 Uji heteroskedastisitas persamaan fungsi produksi menggunakan
dilakukan dengan menggunakan grafik analisis regresi berganda dengan
scatterplot. Diketahui titik-titik menyebar di menggunakan bantuan software SPSS
atas dan di bawah 0. Hal ini berarti tidak
Coefficientsa
terjadi heteroskedastisitas. Standardize
d
Unstandardized Coefficient Collinearity
Coefficients s Statistics
Uji Autokorelasi Toleranc
Model B Std. Error Beta T Sig. e VIF
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji 1 (Constant) .600 .644 .932 .355
ada atau tidaknya korelasi pada model Bahan Baku
.848 .050 .831 17.054 .000 .254 3.936
(TBS)
regresi antara penggunaan periode t Tenaga Kerja -.134 .074 -.045 -1.822 .074 .985 1.016
dengan kesalahan penggunaan pada Jam Mesin .178 .049 .177 3.642 .001 .255 3.918
a. Dependent Variable: Produksi CPO
periode t-1 (sebelumnya). Pengujian Sumber : Lampiran (2017)
terhadap gejala autokorelasi dilakukan uji VERSI 22. Model yang diestiminasi sebagai
Durbin Watson test. Hasil dapat dilihat pada berikut:
Tabel 8 sebagai berikut: Ln Y = 0.600 + 0.848 lnX1 - 134 lnX2 +
0,178 lnX3 +
Tabel 8. Hasil Uji Atukorelasi
Model Summaryb Dimana:
Adjusted R Std. Error of the Ln Y = Produksi CPO (kg)
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
β0 = intersep
1 .983a .966 .964 .041308785 1.825
β1,β2,β3, = koefesien parameter
a. Predictors: (Constant), Jam Mesin, Tenaga Kerja, Bahan Baku (TBS)
variabel independen
a. Dependent Variable: Produksi CPO
Sumber : Lampiran (2017) Ln X1 = Bahan Baku TBS (kg)
Ln X2 = Tenaga Kerja (hk)
Ln X3 = Mesin (jam)
e = error sampling
Berdasarkan Tabel 8 angka Durbin Watson
sebesar 1,852 dengan tingkat signifikansi Maka dapat dinyatakan kesimpulan sebagai
0,05 dengan jumlah N = 60 dan variabel berikut:
bebas K = 3, maka dapat ditemukan durbin
1. Constant (α), dari Tabel diatas
Watson tabel yaitu dl sebesar 1,4797, du
menunjukkan jika semua variabel
sebesar 1,6889, 4-dl sebesar 4-dl 2,5203,
independent (variabel bebas) yaitu
dan 4-du sebesar 2,3111. Maka keputusan
bahan baku (TBS), tenaga kerja, dan jam
yang diambi du < d < 4-du atau 1,6889 <

80
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
a
Coefficients
mesin memiliki nilai nol (0) maka nilai
Standardize
variabel depemden variabel (variabel d
Unstandardized Coefficient Collinearity
terikat) yaitu produksi CPO sebesar Coefficients s Statistics
0.600. Model B Std. Error Beta T Sig.
Toleranc
e VIF
2. Koefision ln X1 sebesar 0,848 sekaligus 1 (Constant) .600 .644 .932 .355
menunjukan besarnya elastisitas input Bahan Baku
(TBS)
.848 .050 .831 17.054 .000 .254 3.936
bahan baku (TBS) terhadap produksi Tenaga Kerja -.134 .074 -.045 -1.822 .074 .985 1.016
Jam Mesin .178 .049 .177 3.642 .001 .255 3.918
CPO PT. Perkebunan Nusanta IV Unit a. Dependent Variable: Produksi CPO
Sumber : Lampiran (2017)
Adolina Perbaungan yang artinya jika
kenaikan bahan baku naik setiap 1 (satu)
persen maka produksi CPO akan naik
Uji t dilakukan untuk mengatahui pengaruh
sebesar 0,848 persen dengan masing-masing variabel Independen yang
asumsibahwa variabel bebas yang lain
terdiri dari bahan baku TBS (X1), tenaga
dari model regresi adalah tetap.
kerja (X3), mesin (X2) terhadap variabel
3. Koefisien ln X2 (tenaga kerja) sebesar - Dependent yaitu Nilai Produksi CPO (Y) di
1,822 dan bertanda negative ini
PTPN IV Unit Adolina. Hal ini dapat kita lihat
menunjukkan bahwa tenaga kerja
pada Tabel 11.
mampunyai hubungan yang berlawanan
arah dengan resiko sistematis. Hal ini Berdasarkan hasil Tabel diatas, diperoleh
mengandung arti bahwa setiap kenaikan persamaan regresi linear berganda yang
tenaga kerja 1 (satu) persen maka sebelumnya sudah di tranformasi dalam
variabel produksi CPO akan turun bentuk logaritma natural (Ln) kedalam
sebesar 1.882 persen dengan asumsi persamaan fungsi produksi sebagai berikut:
bahwa variabel bebas yang lain dari Ln Y = 0.355 + 0.000 lnX1 + 0.074 lnX2 +
model regresi adalah tetap. 0.001 lnX3 +
4. Koefision ln X3 (jam mesin) sebesar 0,178
sekaligus menunjukan besarnya i. Nilai Sig 0,000 < 0,05, maka ln X1
elastisitas input mesin terhadap produksi (bahan baku TBS) berpengaruh
CPO PT. Perkebunan Nusantara IV signifikan terhadap ln Y (produksi
Perbaungan jika yang artinya kenaikan CPO).
jam mesin naik setiap 1 (satu) persen ii. Nilai Sig 0,074 > 0,05, maka ln X2
maka produksi CPO akan naik sebesar (tenaga kerja) tidak berpengaruh
0,178 persen dengan asumsi bahwa signifikan terhadap ln Y (produksi
variabel bebas yang lain dari model CPO).
regresi adalah tetap. iii. Nilai Sig 0,001 < 0,05, maka ln X3
berpengaruh signifikan terhadap ln Y
Uji Statistik (produksi CPO).Uji Simultan (Uji F)
Uji Parsial (uji t) Bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas (bahan baku, tenaga kerja,
Tabel 11. hasil Uji t dan jam mesin) secera serempak dapat
dihitung dengan menggunakan uji F. Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 10
sebagai berikut:

81
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
(logaritma natural) bentuk transformasi
ANOVAa Cobb-Douglas. Untuk membahas rumusan
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
masalah pertama dapat dilihat berdasarkan
1 Regression 2.735 3 .912 534.287 .000b
Residual .096 56 .002
hasil analisis statistik data produksi
Total 2.831 59 perusahaan tahun 2012 – 2016 pada uji F
a. Dependent Variable: Produksi CPO dan uji t. Pada uji F menunjukkan nilai
b. Predictors: (Constant), Jam Mesin, Tenaga Kerja, Bahan Baku (TBS) signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05 yang
Sumber : Lampiran (2017) berarti bahan baku TBS, tenaga kerja, dan
Tabel 10. Hasil Uji F mesin berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap produksi CPO yang
Dari Tabel diatas dengan tingkat dihasilkan PKS Adolina PTPN IV, dan pada
kepercayaan 95% (α = 0,05), Berdasarkan uji t dapat dilihat sebagai berikut:
hasil analisis data diperoleh signifikansi uji F
sebesar 0,000 atau lebih kecil dari kriteria Pengaruh Bahan Baku (TBS) Terhadap
signifikansi yang telah ditetapkan yaitu Produksi CPO
sebesar α = 0,05. Dengan demikian dapat
diambil keputusan tolak H0, yang artinya Dari hasil analisis data secara parsial, faktor
secara serempak variabel bebas (bahan produksi bahan baku (tandan buah segar)
baku TBS, tenaga kerja, dan mesin) pada nilai t hitung sebesar 17,054 dengan
berpengaruh signifikan terhadap variabel tingakat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
terikat (produksi CPO). artinya jumlah bahan baku (TBS)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Uji Determinasi (R2) produksi CPO. Dimana tandan buah segar
Tabel 12. Uji Determinasi (TBS) merupakan bahan baku utama untuk
Model Summaryb proses produksi CPO, tanpa adanya bahan
Adjusted R Std. Error of the baku produksi tidak akan berjalan. Nilai
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson koefisien ln X1 (bahan baku TBS) sebesar
1 .983a .966 .964 .041308785 1.825 0,848 sekaligus menunjukkan besarnya
a. Predictors: (Constant), Jam Mesin, Tenaga Kerja, Bahan Baku (TBS) elastisitas input bahan baku (TBS) terhadap
1. Dependent Variable: Produksi CPO produksi CPO pada PT. Perkebunan
Sumber : Lampiran (2017)
Nusanta IV Unit Adolina Perbaungan yang
Dari Tabel diatas nilai koefisien determinasi artinya jika kenaikan bahan baku setiap
(R-Square) adalah 0,966 menunjukkan satu persen maka produksi CPO akan naik
bahwa sebesar 96,6% hasil produksi CPO sebesar 0,0848 persen dengan asumsi
dapat dijelaskan oleh variabel ln X1 (bahan bahwa variabel bebas yang lain dari model
baku TBS), ln X2 (tenaga kerja) , dan ln X3 regresi adalah tetap. Hal ini berarti PT.
(jam mesin) sedangkan sisanya sebesar Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina
3,4% dijelaskan variabel – variabel lain perbaungan harus meningkatkan pesokan
yang tidak termasuk kedalam model. bahan baku (TBS) yang akan diolah untuk
meningkatkan produksi CPO pada
perusahaan.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
model regresi memenuhi uji asumsi klasik dilakukan oleh Chairunnisa (2013) yang
yang terdiri dari uji normalitas, uji menyatakan bahwa bahan baku
heteroskedasitas, uji multikolinieritas dan uji berpengaruh positif dan signifikan terhadap
autokorelasi, yang sebelumnya nilai variabel peningkatan produksi CPO pada PT.
Independent (bahan baku TBS, tenaga Perkebunan Nusantara III (Persero) Sei
kerja, dan mesin) dan variabel Dependent Daun Labuhan Batu.
(produksi CPO) tersebut kemudian
ditransformasikan kedalam persamaan ln

82
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Perbaungan yang artinya jika kenaikkan
Produksi CPO satu persen maka produksi CPO akan naik
sebesar 0,178 persen dengan asumsi
Hasil analisis data secara parsial dari faktor bahwa variabel bebas yang lain dari model
produksi tenaga kerja nilai t hitung sebesar - regresi adalah tetap. Hal ini berarti PT.
1,822 dengan tingkat signifikan 0,74 > 0,05 Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina
artinya tenaga kerja berpengaruh negatif harus meningkatkan pasokan TBS agar
dan tidak signifikan terhadap produksi CPO. proses kerja pada mesin maksimal sesuai
koefisien ln X2 sebesar -1,822 artinya jika kapasitas olah mesin sehingga produksi
nilai variabel bebas yang lain nilainya tetap CPO meningkat.
dan tenaga kerja mengalami kenaikan
setiap satu persen maka produksi CPO Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
akan mengalami penurunan sebesar 1,822 dilakukan oleh Eka Septian (2015) yang
persen Karena tenga kerja yang digunakan menyatakan bahwa mesin berpengaruh
selama proses produksi sebagian sebagai positif dan signifikan terhadap peningkatan
pengawas, sebagian sebagai kuli angkut, produksi CPO pada PT. Perkebunan
dan sebagian sebagai operator mesin. Nusantara VI (Persero) Solok selatan.
Sehingga berkurangnya tenaga kerja tidak
akan terlalu berpengaruh terhadap produksi Dengan melihat nilai R square dalam
CPO pada PT. Perkebunan Nusantara IV penelitian ini variabel Dependen (produksi
Unit Adolina Perbaungan. Meskipun bahan CPO) mampu dijelaskan oleh variabel
baku tandan buah segar (TBS) yang diolah Independent (bahan baku TBS, tenaga
sedikit dengan banyaknya jumlah tenaga kerja, dan mesin) sebesar 96,6%, artinya
kerja yang digunakan tetap sama, hal ini perubahan variabel Dependent sebesar
yang membuat tenga kerja cenderung 3,4% dipengaruhi oleh variabel lain selain
berpengaruh negative karena penggunaan bahan baku TBS, tenaga kerja, dan mesin.
tenaga kerja terlalu berlebihan. Untuk menjawab rumusan masalah kedua
dapat dilihat dari dari hasil regresi linier
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang berganda dengan menggunakan bantuan
dilakukan oleh Eka Septian (2015) yang software SPSS VERSI 22 yang sebelumnya
menyatakan bahwa tenaga kerja negatif nilai variabel Independent (bahan baku
dan tidak signifikan terhadap peningkatan TBS, tenaga kerja, dan mesin) dan variabel
produksi CPO pada PT. Perkebunan Dependent (produksi CPO) tersebut
Nusantara VI (Persero) Solok selatan. kemudian ditransformasikan kedalam
persamaan ln (logaritma natural) bentuk
Pengaruh Mesin Terhadap Produksi CPO transformasi Cobb-Douglas. Menunjukkan
bahwa variabel ln X1 (bahan baku TBS)
Dari hasil analisis data secara parsial, faktor berpengaruh lebih dominan, hal ini dapat
produksi mesin pada nilai t hitung sebesar dilihat nilai Unstandarized Coefisients dari
3,642 dengan tingakat signifikan sebesar hasil Bahan baku TBS, maka nilai variabel
0,001 < 0,05 artinya mesin berpengaruh ln X1 (bahan baku TBS) sebesar 0.848
positif dan signifikan terhadap produksi berpengaruh positif dan signifikan
CPO. Karena mesin merupakan teknologi sedangakan nilai Unstandarized Coefisients
utama yang dugunakan dalam proses tenaga kerja (ln X2) sebesar -0.134 tidak
produksi, tanpa adanya mesin proses berpengaruh signifikan dan jam mesin (ln
produksi tidak akan berjalan pada PT. X3) sebesar 0.178 berpengaruh positif dan
Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina signifikan. dengan demikian bahan baku
perbaungan. Nilai koefisien ln X3 (mesin) TBS (Tandan Buah Segar) menunjukkan
sebesar 0,178 sekaligus menunjukkan pengaruh yang lebih besar terhadap upaya
besarnya nilai elastisitas mesin input mesin peningkatan produksi CPO (Crude Palm
terhadap produksi CPO pada PT. Oil) pada PT. Perkebunan Nusantara IV
Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina

83
Agriprimatech
Vol. 2 No. 2, April 2019 e-ISSN : 2621-6566
Unit Adolina Perbaungan dibandingkan Damoko, D. 2003. Teknologi Pengolahan
tenaga kerja dan mesin. Kelapa Sawit dan Produk
Turunannya. Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
Kesimpulan
Downey, W. D dan P. E. Steven. 1998.
Dari hasil penelitian dan pembahasan, Manajemen Agribisnis. Alih
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai Bahasa Rochiya G. S dan A.
berikut : Sirait. Jakarta: Erlangga.
1. Berdasarkan hasil penelitian yang Herawati, Efi. 2008. Analisis Pengauruh
telah diuraikan sebelum, maka dapat Faktor Produksi Modal, Bahan
disimpulkan bahwa faktor – faktor Baku, Tenaga Kerja dan Mesin
produksi yang terdiri dari bahan Terhadap Produksi Glycerine
baku (TBS), dan mesin berpengaruh Pada PT. Flora Sawita
positif dan signifikan terhadap Chemindo Medan. Tesis
jumlah produksi CPO pada PT. Program Pascasarjana USU.
Perkebunan Nusantara IV Unit Medan.
Adolina. Sedangkan tenaga kerja
berpengaruh negatif dan tidak Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan
signifikan terhadap produksi CPO Kelapa Sawit. Medan: Pusat
pada PT. Perkebunan Nusantara IV Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Unit Adolina .
2. Dilihat dari penggunaan faktor Competitiveness. Englewood Cliffs New
produksi terhadap kegiatan produksi Jersey: Prentice Hall
ternyata faktor produksi yang paling
dominan adalah bahan baku
terhadap produksi CPO pada PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit
Adolina hal ini dibuktikan dengan
tingginya koefision regresi variabel
bahan baku yaitu sebesar0,848.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1997. Standarisasi


Pengolahan Kelapa Sawit.
Medan: Derektorat Jendral
Perkebunan.

Arsyad, Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial


: Ekonomi Mkro Terapan Untuk
Manajemen Bisnis.yogyakarta:
BPFE

Assauri, sofjan. 2004. Manajemen Produksi


dab Operasi, Edisi Revisi.
Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

84

Anda mungkin juga menyukai