Anda di halaman 1dari 15

2.1.

Analisis SWOT
2.1.1. Pengertian
Analisis SWOT (SWOT analysis) yakni mencakup upaya-upaya untuk mengenali
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja perusahaan (Nizak,2013).
Sedangkan menurut Fredi Rangkuti (2004:18) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Term “strategi”
menjadi kata kuncinya. Strategi seperti yang kita ketahui merupakan sebuah cara atau kiat yang
digunakan oleh organisasi atau lembaga sebagai contoh Perusahan dalam hal ini untuk mencapai
tujuan yang diidealkan. Analisis ini diterapkan di setiap perusahan agar dapat berkompetisi atau
mampu berdaya saing dengan perusahan lainnya. Artinya bahwa analisis SWOT ini dijadikan
sebagai alat dalam perusahan untuk membuat strategi agar mampu bersaing dengan perusahan
lain. Dengan demikian, SWOT merupakan singkatan dari strenghts, weakness, opportunities, dan
threats.
Secara sederhana SWOT dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan
internal sebuah organisasi, serta kesempatan atau peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan
digunakan sebagai langkah awal dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan strategis
dalam berbagai terapan. Menurut Burhanuddin, (2005), model analisa SWOT bisa dianggap
sebagai sebuah metode analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat suatu topik atau
permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Berikut ini definisi tentang elemen SWOT
(Levinayanti: 2015):
1.       Strength (Kekuatan); faktor internal atau dalam yang cenderung memiliki efek positif (atau
menjadi mampu untuk) mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan
2.      Weakness (Kelemahan); faktor internal atau dalam yang mungkin memiliki efek negatif  (atau
menjadi penghalang untuk) mencapai tujuan suatau lembaga pendidikan
3.       Opportunity (Peluang); faktor eksternal atau luar yang cenderung memiliki efek positif pada
pencapaian atau  tujuan sekolah, atau tujuan yang sebelumnya tidak dipertimbangkan
4.       Threat (Ancaman); faktor eksternal atau kondisi yang cenderung memiliki efek negatif pada
pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan, atau membuat tujuan absurd atau malah sulit
dicapai.
Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis SWOT tidak serta merta
digunakan hanya dalam Perusahaan. Artinya bahwa analisis ini dapat diterapkan di lembaga-
lembaga lainnya seperti Pendidikan, LSM, atau lembaga usaha lainnya.
Dalam dunia pendidikan analisis SWOT digunakan untuk melakukan langkah-langkah
strategis agar mampu berdaya saing atau berkompetisi dalam perubahan zaman. Tentu saja
analisis ini digunakan sebagai pisau bedah untuk melihat kelemahan, kekuatan secara internal
lembaga dan juga melihat peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Hal ini dilakukan agar
mampu menjawab tujuan ideal dari pendidikan itu sendiri.
2.1.2. Tahap-tahap dalam Analisis SWOT
Dalam melakukan sebuah analisis dibutuhkan beberapa tahapan tertentu. Hal demikian
juga dapat dijumpai dalam analisis SWOT. Adapun beberpa tahap-tahap dalam melakukan
analisis ini adalah sebagai berikut:
a.       Identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal) secara umum pada semua komponen
sebagai contohnya dalam dunia pendidikan atau perusahan.
b.      Indetifikasi kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang diangap cocok atau layak untuk
mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi dilangkah pertama.
c.       Lakukan analisis SWOT lanjutan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam konteks yang hendak dianalisis misalnya manajemen perusahan, atau pendidikan
d.      Rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman,
termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan lebih lanjut.
e.       Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman serta membuat sebuah rencana tindakan
untuk menanganinya.
2.1.3. Jenis Analisis SWOT
Ada dua jenis analisis SWOT yakni:
1.      Model Kuantitatif
Asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O dan T.
Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan pasti ada
kelemahan dan dari setiap peluang pasti selalu ada ancaman. Ini berarti setiap satu rumusan S,
harus berpasangan dengan W dan begitu juga dengan O dan T. Setelah dipasangkan langkah
berikutnya adalah melakukan penilaian dengan cara memberikan skor pada masing-masing sub-
komponen.

2.      Model Kualitatif


Urutan dalam model ini tentunya tidak berbeda jauh dengan model kuantitatif. Perbedaannya
hanya terletak pada pembuatan sub-komponen dari masing-masing komponen. Pada model
kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W dan juga pada O dan T,
sedangkan pada model kualitatif hal itu terjadi. Setiap subkomponen masing-masing berdiri
bebas dan tidak memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti pada model ini
tidak dapat dibuatkan diagram certesian.

2.1.4.      Pentingkah Analisis SWOT


Analisis SWOT seperti yang telah didefinisikan di atas tentunya memiliki andil atau
peran penting dalam memajukan sebuah lembaga atau organisasi. Dengan demikian lembaga
atau organisasi bisa menggunakan analisis SWOT ini sebagai salah satu dari sekian banyak
analisis yang lainnya untuk membuat strategi bagi organisasi atau lembaga yang dimaksud.
Analisis ini digunakan sebagai dasar untuk menerjemahkan visi, misi, dan tujuan sehingga
menjadi program kegiatan yang lebih berguna. Meskipun sebuah lembaga itu memiliki visi yang
mantap, misi yang jelas, dan tujuan yang begitu bagus tapi tidak memiliki strategi yang baik
maka lembaga atau organisasi itu tidak dapat berkembang dan tidak mampu berdaya saing. Oleh
karena itu, analisis SWOT memiliki kaitan dengan visi, misi, tujuan dan program dari lembaga
atau organisasi. Hal ini pula berlaku di lembaga pendidikan formal.
2.2.        Implementasinya dalam Dunia Pendidikan

2.2.1. Analisis SWOT dan Implementasinya dalam dunia Pendidikan


Analisis SWOT yang acapkali diterapkan dalam Perusahaan dapat dijadikan referensi
dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai sebuah lembaga tentunya membutuhkan strategi-
strategi agar mampu menyaingi atau mampu berdaya saing dengan lembaga pendidikan lainnya.
Artinya bahwa sebuah lembaga pendidikan harus mampu menjual “nilai lebih” yang tidak ada
atau tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lainnya. Dengan demikian, sebuah lembaga
pendidikan harus mampu mengevaluasi jalannya pendidikan selama ini. Salah satu metode dalam
pengevaluasian itu adalah menggunakan analisis SWOT. Analisis ini didasarkan pada cara
berpikir yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunites) dalam
dunia pendidikan dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan
ancaman (Threasts).
Dalam dunia pendidikan analisis SWOT dapat digunakan untuk menganalisis berbagai
kebijakan. Banyak hal yang dijumpai baik dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Hal-hal itu dijumpai baik dari faktor internal maupun eksternal. Dengan analisis SWOT
diharapkan lembaga pendidikan dapat melakukan langkah-langkah strategis. Hal tersebut untuk
menjawab tujuan yang ingin dicapai lembaga. Lalu, bagimana langkah atau tahap analisis SWOT
dalam dunia pendidikan? Berikut akan dibahas satu persatu komponen analisis SWOT dalam
dunia pendidikan.
a.      Kekuatan
Faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah komponen khusus atau keunggulan-
keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai lebih atau keunggulan komperatif
lembaga pendidikan itu tersebut. Hal ini bisa ditemukan atau ditelisik dari output lembaga
pendidikan misalnya keterampilan atau skill yang disalurkan kepada peserta didik, lulusan
terbaik, atau pun kelebihan-kelebihan lainnya yang membuat lembaga tersebut unggul bagi
pesaing-pesaing serta dapat memberikan kepuasan bagi steakholder ataupun pelanggan dalam
hal ini orang tua, peserta didik, masyarakat dan bangsa. Contoh keungulan yakni citra positif
lembaga, sumber keuangan yang jelas, loyalitas pengguna, dan kepercayaan berbagai pihak yang
berkepentingan serta dukungan sarana pendidikan yang memadai.
Analisis SWOT dalam dunia pendidikan sangat penting untuk mengenali atau
mengetahui dengan gamblang kekuatan dasar lembaga pendidikan itu sendiri. Pengenalan
kekuatan lembaga pendidikan sangat penting supaya mampu mendongkrak image lembaga. Hal
ini sebagai langkah awal menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi. Mengetahui kekuatan
dan merefleksikannya adalah sebuah langkah besar untuk menuju kemajuan lembaga pendidikan
itu sendiri.
b.      Kelemahan
Dalam dunia pendidikan pasti memiliki sisi lemahnya. Kelemahan yang ada merupakan
hal wajar dan tinggal saja bagaimana caranya meminimalisir atau memperbaikinya. Kelemahan
yang ada dalam dunia pendidikan saat ini bisa saja lemah dalam sarana dan prasarana
pendidikan, kualitas pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sinkronnya hasil lulusan
dan kebutuhan masyarakat, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor kelemahan yang harus dibenahi oleh para pengelolah lembaga pendidkan
antara lain: lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan, sarana dan prasarana dalam dunia
pendidikan, lembaga pendidikan swasta umumnya kurang bisa menangkap peluang, output
lembaga pendidikan belum sepenuhnya bersaing dengan output lembaga pendidikan lainnya.
c.       Peluang
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi
formulasi bagi lembaga pendidikan. Formulasi lingkungan misalnya: kecendrungan penting yang
terjadi dikalangan peserta didik, identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat
perhatian, perubahan dalam keadaan persaingan, dan hubungan dengan pengguna atau pelanggan
dan lain sebagainya. Lalu, apa saja yang menjadi peluang dalam dunia pendidikan kini? Peluang
pengembangan lembaga pendidikan kini adalah: (1). Di erah yang sedang berada dalam krisis
nilai ini diperlukan peran serta pendidikan agama yang lebih dominan. Krisis nilai yang
dimaksud di sini adalah nilai moral, etika. (2). Pola kehidupan masyarakat modern yang
cendrung konsumtif dan hedonis tentunya membutuhkan lembaga pendidik. Lembaga
pendidikan harus cepat menangkap peluang yang ada.

d.      Ancaman
Ancaman merupakan kebalikan dari peluang. Ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika ancaman itu tidak segera
diatasi maka akan menjadi sebuah penghalang bagi majunya lembaga pendidikan. Salah satu
contoh ancaman dalam dunia pendidikan kini adalah minat peserta didik baru yang semakin
menurun setiap tahun, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan lain
sebagainya.
2.2.2. Contoh Analisis SWOT dalam Kurikulum K-13 
Pada hakikatnya kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Suparlan, 2012:36). Berangkat dari
definisi itu, kurikulum tersebut setidaknya ada tiga komponen penting yang ada dalam kurikulum
yaitu komponen tujuan pendidikan, komponen proses, dan komponen evaluasi. Kurikulum yang
dirancang dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam
perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini
ditujukan untuk menciptakan tamatan yang cerdas dan kompeten, memiliki jiwa nasionalisme
dan pancasilais terutama dalam membangun identitas budaya bangsanya (Chan dan Sam,
2007:99). Kebijakan pemerintah untuk menganti kurikulum K-13 saat ini menjadi sorotan dari
berbagai pihak baik itu dari guru, siswa maupun orang tua. Meskipun ada nada-nada protesnya
tapi toh kurikulum ini tetap dijalankan atau dilaksanakan sejak pada tahun pelajaran 2014/1015.
Penyusunan kurikulum 2013 tersebut merupakan upaya melanjutkan pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Berikut akan disajikan gambaran singkat
Kurikulum K-13 itu sendiri (Levinayanti:2015).
2.Blue Ocean Strategy

Blue Ocean Strategy (BOS) merupakan strategi bisnis yang menerapkan penguasaan

ruang pasar yang tidak diperebutkan (uncontested market space), sehingga membuat

persaingan menjadi tidak relevan (competition irrelevant). Pasar yang tidak diperebutkan

tersebut dianalogikan sebagai Samudera Biru (Blue Ocean) dimana organisasi bermain

sendirian tanpa ada pesaing. Sebaliknya kondisi ruang pasar saling diperebutkan oleh berbagai

pihak dengan cara apapun seakan-akan sampai berdarah-darah, maka kondisi ini dianalogikan

sebagai Red Ocean atau Samudera Merah.


Pendekatan BOS menekankan pada kesetaraan antara nilai dan inovasi. Perpaduan

antara inovasi dan nilai menghendaki adanya cara-cara yang dilakukan untuk memberikan

manfaat kepada konsumen dan perusahaan. Pendekatan nilai dan inovasi tersebut didasarkan

pada enam prinsip BOS, sebagai berikut.

(1) Merekonstruksi batasan-batasan pasar

(2) Fokus pada gambaran besar, bukan pada angka

(3) Menjangkau melampaui permintaan yang ada

(4) Melakukan rangkaian strategis dengan tepat

(5) Mengatasi hambatan utama dalam organisasi

(6) Mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi.

Di dalam mengimplementasikan BOS tersebut, diperlukan sebuah strategi dan

kerangka kerja, yang selanjutnya dinamakan strategi kanvas (canvas strategy) dan empat

kerangka kerja (Four Action Framework). Canvas strategy merupakan blue print (cetak biru)

untuk memetakan strategi perusahaan, dengan menampilkan faktor-faktor kompetisi

(competition factors) di mana kompetitor industri bersaing. Kanvas strategi digunakan untuk

mendiagnosa posisi produk yang dimiliki dan mendiagnosa posisi pesaingnya. Fungsi canvas
strategy digunakan untuk merangkum situasi terkini dalam ruang pasar yang memungkinkan

untuk memahami dimana kompetisi saat ini sedang terjadi, memahami faktor-faktor apa yang

sedang dijadikan persaingan produk, serta mengetahui nilai kompetitif apa yang di peroleh

konsumen.

Kerangka kerja empat langkah (Four Action Framework) dikembangkan untuk

merekonstruksi elemen-elemen nilai dalam membuat kurva nilai baru. Kerangka kerja empat

langkah ini terdiri dari empat pertanyaan kunci logika strategi model bisnis, sebagai berikut.

(1) Faktor apa saja yang harus “dihapuskan” (eliminate).

Faktor yang dianggap menghambat dan proses yang tidak memberikan nilai tambah perlu

dihilangkan sama sekali.

(2) Faktor apa saja yang harus “dikurangi” (reduce).

Faktor yang menjadi standar industri dan terlalu berlebihan perlu dikurangi bahkan sampai di

bahwa standar.

(3) Faktor apa saja yang harus “ditingkatkan” (raise).

Faktor yang perlu dinaikkan banyak di atas standar industri.

(4) Faktor apa saja yang harus “diciptakan” (create).

Faktor baru apa saja yang perlu dirancang untuk menciptakan value innovation yang dapat

menarik pelanggan dan tidak ada dalam standar industri.

Kerangka kerja empat langkah dalam BOS tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
2. Implementasi Teori BOS dalam Pendikan

Pola pendidikan saat ini telah bergeser ke arah pendidikan yang lebih terbuka,

professional, dan demokratis. Dampak dari itu semua, maka ditengarai akan terjadi pergeseran

dalam paradigm pendidikan. Pendidikan dalam menghadapi pergeseran paradigma harus

dikelola secara terencana dengan tujuan yang jelas dan terukur hasilnya, dengan cara

menyelenggarakan proses pembelajaran yang lebih menekankan pada kualitas belajar daripada

kuantitas hasil. Manajemen pendidikan tidak lagi mengutamakan sesuatu yang bersifat

administratif daripada proses pematangan kualitas peserta didik. Dapat pula dikatakan bahwa

orientasi pendidikan saat ini dan ke depan adalah menciptakan sekolah sukses, yang memiliki

mutu sesuai standar dan berdaya saing tinggi.

Menciptakan sekolah sukses diperlukan sebuah strategi bisnis dan strategi informasi

yang tepat. Lembaga pendidikan Islam berkembang dengan sangat pesat, baik dalam tingkat

formal maupun informal. Di sisi lain, masyarakat saat ini menginginkan layanan pendidikan

yang baik dan bermutu. Lembaga pendidikan harus mampu melihat fenomena tersebut,

sehingga tidak hanya sekedar membangun sekolah-sekolah baru, tetapi juga mampu
menciptakan strategi pasar yang baik untuk menarik minat konsumen. Stategi pasar yang

dicptakan diharapkan meyakinkan calon konsumen bahwa sekolah mampu menciptakan insan

yang cerdas, bermutu, dan kompetitif yang relevan dengan kebutuhan masyarakat (lokal dan

global).

Apabila kita analisa menggunakan analisis SWOT, maka dapat dilihat apa yang

menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan tantangan dalam lembaga pendidikan Islam saat

ini sebagai berikut.

(1) Kekuatan (Strenght)

a. Biaya pendidikan murah

b. Fasilitas lengkap

c. Tenaga pengajar memadai

d. Standar mutu lulusan

(2) Kelemahan (Weakness)

a. Sistem kemitraan yang belum terjalin kuat

b. Kualitas lulusan yang masih rendah

c. Sistem administrasi belum online

d. Masih rendahnya kualitas tenaga pengajar

(3) Peluang (Opportunity)

a. Tingginya minat bersekolah di sekolah berbasis Islam

b. Adanya dukungan dana dari pemerintah dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah

c. Program pendidikan berbasis agama menjadi prioritas unggulan

(4) Ancaman (Threats)

a. Tingginya persaingan dalam penerimaan siswa baru

b. Munculnya sekolah-sekolah unggulan

Berdasarkan kondisi persaingan pada lembaga pendidikan Islam saat ini dan sesuai
analisis SWOT di atas, maka untuk menerapkan Blue Ocean Strategy perlu dilakukan
langkahlangkah strategis, sebagai berikut.

(1) Strategi Kanvas (Canvas Strategy)

a. Reputasi akademik, adalah keseluruhan atas objek atau proses yang memberikan berbagai
nilai

bagi peserta didik. Lembaga pendidikan harus pintar melihat sub-sub faktor yang terkait

dengan produk jasa pendidikan yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam keputusan

memilih sekolah berbasis Islam, misalnya kurikulum, status akreditasi, dan citra/image.

b. Pendidikan yang ditawarkan, adalah program studi yang ditawarkan terhadap peserta didik.

Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi pilihan dalam menentukan potensi belajar

mereka.

c. Harga, merupakan nilai barang atau jasa yang ditetapkan oleh sekolah dalam bentuk jumlah

nominal yang ditawarkan. Demi menarik minat konsumen, lembaga pendidikan perlu untuk

menawarkan biaya pendidikan yang low cost untuk mendapatkan hasil yang higt quality.

d. Pelayanan, peran orang–orang dalam penyajian pelayanan sangat mempengaruhi calon


peserta

didik dalam memilih sekolah. Di dalam sebuah lembaga pendidikan, proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik apabila guru dapat menjalankan fungsinya sebagai tenaga pendidik

dengan baik pula.

e. Ketersediaan bantuan keuangan/beasiswa, bantuan keuangan baik berupa beasiswa akademik

maupun non akademik menjadi tarik bagi calon peserta didik dalam menentukan pilihan.

f. Fasilitas pendukung, ketersediaan fasilitas pendukung sekolah seperti laboratorium,

perpustakaan, fasilitas olah raga, kantin, sangat berpengaruh dalam kenyamanan peserta didik

selama menempuh pendidikan.

g. Promosi, strategi promosi merupakan hal yang penting dalam perekrutan peserta didik,
strategi

yang digunakan berdasarkan segmen calon peserta didik yang menjadi target sasaran. Promosi
merupakan ujung tombak dari sebuah pemasaran. Demi efektifitas dan efisiensi, maka promosi

dapat dilakukan melalui media cetak maupun media elektronik untuk mencaring calon peserta

didik secara lebih luas.

(2) Empat Kerangka Kerja (Four Action Framework)

a. Hapuskan

1) Menghapuskan strategi promosi dan biaya promosi yang tidak sesuai dengan target sasaran.

2) Menghapuskan model-model pembelajaran konvensional yang hanya membuat pembelajaran

menjadi membosankan dan monoton.

3) Hapuskan biaya-biaya untuk penyelenggaran kegiatan yang kurang diminati oleh


peserta

didik.

b. Ciptakan

1) Menciptakan model-model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, untuk menciptakan

suasana belajar yang selalu menyenangkan.

2) Menciptakan kurikulum unggulan, sehingga menjadi pembeda dengan sekolah


kompetitor,

misalnya program pembelajaran bilingual dan penambahan mata pelajaran entrepreneurship .

3) Menciptakan sistem informasi yang mempermudah peserta didik untuk mengakses dan

mendapatkan informasi, misalnya dengan membuat web sekolah.

4) Menciptakan interaksi dengan calon konsumen tentang pelayanan di lembaga


pendidikan

maupun keunggulan bersekolah di lembaga pendidikan tersebut oleh tokoh-tokoh yang

dianggap berpengaruh atau menjadi panutan, misalnya kiai atau pengasuh pondok pesantren.

c. Kurangi

1) Mengurangi tingkat ketergantungan perekrutan calon peserta didik kepada pengurus.

2) Mengurangi metode promosi yang sama dengan sekolah kompetitor.


3) Mengurangi metode promosi pada media cetak dan dan lebih menciptakan metode promosi

dengan memanfaat media sosial dan teknologi informasi.

4) Kurangi ketidakdisiplinan waktu mengajar, yang berakibat pada menurunnya kepuasan


peserta

didik dalam menerima pembelajaran ang diberikan tenaga pendidiknya.

5) Kurangi metode pembelajaran satu arah, karena dapat mematikan kreatifitas peserta didik.

d. Tingkatkan

1) Meningkatkan hubungan dengan sekolah-sekolah untuk membentuk jaringan dan


menciptakan

virtual integration.

2) Meningkatkan kerjasama dengan sekolah-sekolah lain untuk memperolah data tentang hal-
hal

yang mempengaruhi minat siswa atau calon dalam memilih sekolah.

3) Meningkatkan pemanfaatan pendaftaran aplikasi online dari segi kualitas layanan, sehingga

pendaftar tidak harus datang ke lokasi pendaftaran. Hal ini dapat memberikan keuntungan dari

sisi efektifitas dan efisiensi waktu.

4) Meningkatkan mutu lulusan, tidak hanya dari nilai akademik, tetapi juga peningkatan
softskill

dan hardskill nya.

C. Penutup

Persaingan yang ketat terhadap kompetitor dalam lembaga pendidikan mengharuskan

sekolah berbasis Islam untuk dapat merancang sebuah strategi pemasaran yang dapat

mempromosikan sekolah tersebut untuk dapat dipilih dan diminati oleh konsumen, salah

satunya adalah dengan sistem Samudra Biru (Blue Ocean). Implementasi teori sistem Samudra

Biru dalam pendidikan Islam dapat diwujudkan melalui beberapa langkah stategi berikut.

1. Analisis SWOT

Melalui analisis SWOT dapat diketahui apa yang menjadi kekuatan (Strenght), kelemahan
(Weakness), peluang (Opportunity), dan tantangan (Threats) dalam lembaga pendidikan Islam

saat ini.

2. Stategi Kanvas (Canvas Strategy)

Rancangan stategi kanvas dibuat berdasarkan hasil analisis SWOT. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menerapkan strategi ini adalah : kurikulum yang ditetapkan, program

pendidikan yang ditawarkan, biaya pendidikan, pelayanan pembelajaran, fasilitas

pembelajaran, dan promosi.

3. Empat Kerangka Kerja (Four Action Framework)

Empat kerangka kerja disusun untuk menciptakan inovasi nilai baru dalam pendidikan Islam,

melalui empat langkah, yaitu Hapuskan-Ciptakan-Kurangi-Tingkatkan. Hasil kerangka kerja

ini akam memunculkan inovasi dan produk baru dalam rangka menciptakan sekolah berbasis

Islam yang sesuai dengan tuntuan kebutuhan sekarang.

Anda mungkin juga menyukai