Anda di halaman 1dari 17

PRODUK DAN AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH

Sarmiana Batubara, Muhammad Wandisyah R. Hutagalung


Dosen FEBI IAIN Padangsidimpuan
syarmabatubara@yahoo.com, mwandisyah@gmail.com

ABSTRACT
Islamic banks are financial institutions that encourage and invite people to
actively participate in investing in a variety of products, on the other hand Islamic banks
are also active in investing in the community. The main form of Islamic bank products
mainly use the profit-sharing pattern. In addition to revenue sharing patterns, Islamic
banks also have funding and non-profit sharing products. Basically, the products offered
by Islamic banking can be divided into three major parts, namely: Funding Product
(funding), Product Funding (financing), and Service Products (service). The contracts
used in fund raising products in Islamic banks are Wadi'ah, Qardh, Mudharabah, and
Ijarah contracts. The contracts in the Fund Distribution Product are mudharabah,
musyarakah, murabahah, istishna, murahiah muntahiya bittamlik, and ijarah contracts.

Keywords: Products, contracts, Islamic banks

1
A. PENDAHULUAN yang digunakan oleh suatu produk
Bank syariah adalah salah satu biasanya melekat pada nama produk
intitusi keuangan yang berbasis syariat tersebut.Secara umum akad dalam Islam
Islam.Hal ini berarti bahwa secara adalah pertemuan ijab Kabul sebagai
makro bank syariahmerupakan institusi persyaratan kehendak dua pihak atau
keuangan yang memposisikan dirinya lebih untuk melahirkan suatu akibat
sebagai pemain aktif dalam mendukung hukum pada objeknya.
dan memainkan kegiatan investasi
A. PRODUK DAN AKAD-AKAD
dimasyarakat sekitarnya. Bank syariah
PERBANKAN SYARIAH
juga merupakan lembaga keuangan
Pada dasarnya, produk yang
yang mendorong dan mengajak
ditawarkan oleh perbankan syariah
masyarakat ikut aktif berinvestasi
dapat dibagi menjadi tiga bagian besar,
melalui berbagai produknya, disisi lain
yaitu:
bank syariah aktif untuk melakukan
1. Produk Penghimpunan Dana
investasidi masyarakat. Dalam
(funding);
kacamata mikro, bank syariah adalah
2. Produk Penyaluran Dana
institusi keuangan yang menjamin
(financing);
seluruh aktivitas investasi yang
3. Produk Jasa (service).1
menyertainya telah sesuai dengan
syariah. Produk-produk bank syariah
Bentuk utama produk bank muncul karena didasari oleh
syariah terutama menggunakan pola operasionalisasi fungsi bank syariah.
bagi hasil. Selain pola bagi hasil, bank Dalam menjalankan operasinya bank
syariah juga mempunyai produk-produk syariah memiliki empat fungsi sebagai
pendanaan dan pembiayaan dengan berikut:
nonbagi hasil.Selain itu, bank syariah
1. Sebagai menerima amanah
juga menyediakan berbagai produk
untuk melakukan investasi
perbankan berupa jasa keuangan dan
dana-dana yang dipercayakan
jasa non keuangan.
oleh pemegang rekening
Pembahasan mengenai produk-
investasi/deposan atas dasar
produk bank syariah tidak terlepas dari
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam
jenis akad yang digunakan. Jenis akad
Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 97

2
prinsip bagi hasil sesuai mobilisasi dana merupakan hal penting
dengan kebijakan investasi karena Islam secara tegas mengutuk
bank; penimbunan tabungan dan menuntut
2. Sebagai pengelola investasi atas penggunaan sumber dana secara
dana yang dimiliki pemilik produktif dalam rangka mencapai tujuan
dana/shahibul mal sesuai sosial ekonomi Islam.Produk-produk
dengan arahan investasi yang penghimpunan danabank syariah
dikehendaki oleh pemilik dana; mempunyai empat jenis yang berbeda,
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas yaitu:
pembayaran dan jasa-jasa a. Penghimpunan Dana dengan
lainnya sepanjang tidak Prinsip Wadi’ah
bertentangan dengan prinsip
syariah; dan 1) Giro Wadi’ah
4. Sebagai pengelola fungsi sosial. Giro wadi’ah adalah produk
penghimpunan dana bank syariah
Dari keempat fungsi operasional
berupa simpanan dari nasabah dalam
tersebut kemudian diturunkan menjadi
bentuk rekening giro (current account)
produk-produk bank syariah, yang
untuk keamanan dan kemudahan
secara garis besar dikelompokkan ke
pemakainya.Beberapa fasilitas giro
dalam produk penghimpunan dana,
wadi’ah yang disediakan bank untuk
pembiayaan, dan produk jasa
nasabah, antara lain buku cek, bilyet
perbankan.2
giro, kartu ATM, fasilitas pembayaran,
1. Penghimpunan Dana wesel bank, wesel penukaran.
Dalam aplikasinya ada giro
Produk-produk penghimpunan dana wadi’ah yang memberikan bonus dan
bank syariah ditujukan untuk mobilisasi ada giro wadi’ah yang tidak
dan investasi untuk pembangunan memberikan bonus karena bank
perekonomian dengan cara yang adil menggunakan dana simpanan giro ini
sehingga keuntungannya yang adil untuk tujuan produktifdan
dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan menghasilkan keuntungan, sehingga
bank dapat memberikan bonus kepada
2
Ascarya, Akad dan Produk Syariah,
nasabah deposan. Pada kasus kedua,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h. 112

3
giro wadi’ah tidak memberikan bonus dititipkan, Melainkan hanya
karena bank hanya menggunakan dana menjaganya. Selain itu barang yang
simpanan giro untuk menyeimbangkan dititipkan tidak boleh dicampur adukkan
kebutuhan likuiditas bank dan untuk dengan barang lain, tetapi harus
transaksi jangka pendek atas tanggung dipisahkan untuk masing-masing barang
jawab bank yang tidak menghasilkan penitip.
keuntungan rill. Bank tidak Dalam akad yad dhammah,
menggunakan dana ini untuk tujuan penyimpan boleh mencampur barang
produktif mencari keuntungan karena penitip dengan barang penyimpanatau
memandang bahwa giro wadi’ah adalah barang penitip yang lain, dan kemudian
kepercayaan, yaitu dana yang dititipkan digunakan untuk tujuan produktif
kepada bank dimaksudkan untuk mencari keuntungan.5
diproteksi dan diamankan, tidak untuk
diusahakan.3 Selain itu, simpanan giro juga
Simpanan giro dapat dapat menggunakan akad qardh ketika
menggunakan akadwadi’ahyad amanah bank dianggap sebagai penerima
dan wadi’ah yad dhammah.Wadi’ahyad pinjaman tanpa bunga dari nasabah
amanah berbeda dengan wadi’ahyad deposan. Bank dapat memanfaatkan
dhammah.Dalam wadi’ahyad amanah, dana pinjaman dari nasabah deposan
pada prinsipnya harta tiripan tidak boleh untuk tujuan apa saja, termasuk untuk
dimanfaatkan oleh yang dititipi. kegiatan produktif mencari keuntungan.
Sedangkan wadi’ahyad dhammah, Sementara itu, nasabah deposan dijamin
pihak yang dititipi (bank) bertanggung akan memperoleh kembali dananya
jawab atas keutuhan harta titipan secara penuh, sewaktu-waktu nasabah
sehingga ia boleh memanfaatkan harta ingin menarik dananya. Bank juga boleh
titipan tersebut.4 memberikan bonus kepada nasabah
Dengan akad ini, pihak deposan, selama hal ini tidak
penyimpan tidak boleh menggunakan disyaratkan di awal perjanjian.
atau memanfaatkan asset yang Rukun dari akad giro wadi’ah
yang harus dipenuhi dalam transaksi
3
ibid ada beberapa hal, yakni:
4
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid,
5
Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Zikrul Hulwati, Ekonomi Islam, Jakarta:
Hakim, 2008, h. 32 Ciputat Press Group, 2009, h. 108

4
a) P e la k u a k ad , ya itu p e nit ip tabungan wadi’ah karena dalam
( mud i’ / muw a dd i’ ) d a n tabungan wadi’ah, Nasabah tidak dapat
penyimpan atau penerima titipan menarik dananya dengan cek. Meski
( mud a ’ / mus ta wd a ’ ) ; demikian tabungan wadi’ah memiliki
b) Objek akad, yaitu barang yang kelebihan daripada giro wadi’ah, Yakni
dititipkan; dan bank lebih leluasa menggunakan dana
c) Shighah, yaitu ijab dan qabul.6 dari nasabah daripada giro wadi’ah,
sehingga bank mempunyai kesempatan
2) Tabungan Wadi’ah lebih besar untuk mendapatkan
keuntungan. Jadi, ada kemungkinan
Tabungan wadi’ah adalah bonus nasabah tabungan wadi’ah lebih
produk pendanaan bank syariah berupa besar daripada bonus giwo wadi’ah.
simpanan dari nasabah dalam bentuk
rekening tabungan (saving account) b. Penghimpunan Dana dengan
untuk keamanan dan kemudahan Prinsip Qardh\
pemakaiannya seperti giro wadi’ah.
Tetapi nasabah tidak dapat menarik Qardh menurut bahasa adalah
dananya dengan cek. Biasanya bank memotong, karena orang yang
dapat menggunakan dana inilebih memotong sebagian hartanya untuk
leluasa dibandingkan dana dari giro diberikan kepada orang yang
wadi’ah, adapun bonus dalam tabungan meminjam. Secara istilah qard adalah
wadi’ah ini tidak dipersyaratkan dan memberikan suatu harta kepada orang
tidak ditetapkan di muka. lain untuk dikembalikan tanpa ada
Akad tabungan wadi’ah adalah tambahan.8
akad wadi’ahyad dhammah, pihak Simpanan giro dan tabungan
penitip adalah nasabah deposan, pihak juga dapatmenggunakan prinsip qardh,
penyimpan adalah bank, dan ketika bank dianggap sebagai penerima
barang/asset yang ditipkan adalah pinjaman tanpa bunga dari nasabah
uang.7 deposan sebagai pemilik modal. Bank
Menurut analisis penulis, giro dapat memanfaatkan dana pinjaman dari
wadi’ah lebih fleksibel daripada
8
Musthafa Dib Al-Bugha, Buku Pintar
6
Ascarya, Op.Cit, h. 44 Transaksi Syari’ah, diterjemahkan oleh Fakhri
7
Ibid, h. 45 Ghafur, Jakarta: Mizan, 2009, h. 51

5
nasabah untuk kegiatan produktif c. Penghimpunan Dana dengan
mencari keuntungan. Nasabah deposan prinsip mudharabah
dijamin akan memperoleh kembali Menurut Mufti Muhammad Taqi
dananya secara penuh sewaktu-waktu Usmani dalam buku An Introduction To
nasabah ingin menarik dananya. Giro Islamic Finance bahwa mudharabah is
dan tabungan qardh memiliki a special kind of partnership where one
karakteristik menyerupai giro dan partner gives money to onother for
tabungan wadi’ah. Bank sebagai investing it in a commercial enterprise.
peminjam dapat memberikan bonus The investment comes from the
karena bank menggunakan dana untuk management comes from the first
tujuan produktif dan menghasilkan partner who is called “Rabbul mal”,
profit. Bentuk pinjaman qardh seperti while the management and work is an
ini tidak umum digunakan oleh bank exclusive responsibility of the other,
syariah. Hanya bank syariah di Iran who is called “mudharib”10
menggunakan akad qard untuk Dalam bank syariah pendanaan
simpanan.9 dengan prinsip mudharabah ini terbagi
Menurut penulis, qardh tidak atas empat macam, yakni:
umum digunakan oleh bank syariah 1) Tabungan Mudharabah
karena sifatnya tidak begitu Bank syariah menerima
menghadirkan keuntungan bagi simpanan dari nasabah dalam bentuk
nasabah, meski bank sebagai peminjam rekening tabungan (saving account)
dapat memberikan bonus ketika dana untuk keamanan dan kemudahan
tersebut digunakan untuk tujuan pemakaian. Dalam mengaplikasikan
produktif dan menghasilkan profit. prinsip mudharabah, penyimpan atau
Apalagi qardh ini ini merupakan deposan bertindak sebagai pemilik
pinjaman tanpa bunga. modal (shahibul mal) dan bank sebagai
pengelola (mudharib).
Bank dapat mengintegrasikan
rekening tabungan dengan rekening
investasi dengan prinsip mudharabah

10
Mufti Muhammad Taqi Usmani, An
Introduction To Islamic Finance, Pakistan:
9
Ascarya, Op.Cit. h. 116 Karachi, 2002, h. 47

6
dengan bagi hasil yang disepakati Sumber: Raja Consulting (2004).11

Mudharabah menggunakan akad


No. Tabunga Tabungan
n Wadi’ah bagi hasil yakni pemilik dana

Mudhar menyediakan dana 100% kepada bank


abah sebagai pengelola untuk melakukan
1. Sifat Investasi Titipan aktivitas produktif dengan syarat bahwa
Dana keuntungan yang dihasilkan akan dibagi
2. Penar Hanya Dapat di antara mereka menurut kesepakatan
ikan dapat dilakukan yang ditentukan sebelumnya dalam
dilakuka setiap saat
akad. Apabila terjadi kerugian karena
n pada
proses normal dari usaha, dan bukan
periode/
kelalaian atau kecurangan pengelola,
waktu
kerugian ditanggung sepenuhnya oleh
tertentu.
pemilik modal, sedangkan pengelola
3. Insen Bagi Bonus (jika
tif Hasil ada) kehilangan tenaga dan keahlian dan

4. Peng Tidak Dijamin tenaga yang yang telah


emba dijamin dikembalika dicurahkannya.12
lian kembali n 100% Rukun dari akad mudharabah
Moda 100% harus terpenuhi sempurna (ada
l mudharib, ada pemilik dana, ada usaha
bersama. Mudharabah merupakan yang akan dibagihasilkan, dan ada ijab
prinsip bagi hasil dan bagi kerugian Kabul).13
ketika nasabah sebagai pemilik modal Menurut penulis, tabungan
menyerahkan uangnya kepada bank wadi’ah lebih menguntungkan
sebagai pengusaha untuk diusahakan. dibandingkan tabungan mudharabah.
Dalam praktiknya, tabungan wadi’ah Karena dalam tabungan wadi’ah selain
dan mudharabah adalah yang biasa nasabah tetap mendapatkan insentif
digunakan secara luas oleh bank bonus jika ada, kemudian modal yang
syariah. Garis besar perbedaan tabungan ditabung juga dijamin akan kembali
wadi’ah dengan tabungan mudharabah
11
dapat dilihat pada table dibawah ini: Ascarya, Op.Cit, h. 118
12
Ibid, h. 61
13
Adiwarman A. Karim, Op.Cit,, h.
109

7
100%. Berbeda dengan tabungan mudharabah tidak terikat atau tidak
mudharabah yang mana modal tidak terbatas.14
dijamin kembali 100% karena Ketentuan umum dalam
insentifnya dengan bagi hasil.Namun, mudharabahmutlaqah (URIA:
meski demikian mudharabah bisa saja Unrestricted Investment account)
menghasilkan keuntungan yang jauh adalah:
lebih banyak daripada tabungan a) Bank wajib memberitahukan
wadi’ah. kepada pemilik dana mengenai
nisbah dan tatacara
2) Deposito/Investasi Umum pemberitahuan keuntungan
(Tidak Terikat) dan/atau pembagian keuntungan
Bank syariah menerima secara resiko yang dapat
simpanan deposito berjangka (pada ditimbulkan dari penyimpanan
umumnya untuk satu bulan ke atas) dana. Apabila telah tercapai
kedalam rekening investasi umum kesepakatan, maka hal tersebut
(general envestment account) dengan harus dicantumkan dalam akad.
prinsip mudharabahalmuthlaqah. b) Dalam deposito mudharabah,
Investasi ini dapat disebut juga sebagai bank wajib memberikan
investasi tidak terikat. Nasabah sertifikat atau tanda
rekening investasi lebih bertujuan untuk penyimpanan (bilyet) deposito
mencari keuntungan daripada untuk kepada deposan.
mengamankan uangnya. Dalam hal ini c) Deposito mudharabah hanya
mudharib mempunyai kebebasan dicairkan sesuai dengan jangka
mutlak dalam pengelolaan investasinya. waktu yang telah disepakati.
Akad yang digunakan dalam produk ini Deposito yang diperpanjang,
adalah akad mudharabahmutlaqah setelah jatuh tempo akan
yakni pemodal tidal mensyaratkan diperlakukan sama seperti
kepada pengelola untuk melakukan deposito baru, tetapi bila pada
jenis usaha tertentu. Jenis usaha yang akad sudah dicantumkan
akan dijalankan oleh mudharib secara
mutlak diputuskan oleh mudharib yang
dirasa sesuai sehingga disebut
14
Ascarya, Op.Cit, h. 65

8
perpanjangan otomatis maka d. Penghimpunan Dana dengan
tidak perlu dibuat akad baru.15 Prinsip Ijarah
Transaksi Ijarah dilandasi
3) Deposito/Investasi Khusus adanya perpindahan manfaat.Pada
(Terikat) prinsipnya, Ijarahsama dengan prinsip
Bank syariah menawarkan jual beli, perbedaannya terletak pada
rekening investasi khusus (special objek transaksinya.Jika pada jual beli
investment account) kepada nasabah objek transaksinya adalah barang, maka
yang ingin menginvestasikan dananya pada Ijarah objek transaksinya adalah
langsung dalam proyek yang disukainya jasa.16
yang dilaksanakan oleh bank dengan Akad ijarah dapat dimanfaatkan
akadmudharabahmuqayyadah. Dalam oleh bank syariah untuk penghimpunan
mudharabahmuqayyadah jangka waktu dana dengan menerbitkan sukuk yang
investasi dan bagi hasil disepakati merupakan obligasi syariah.
bersama dan hasilnya langsung
berkaitan dengan keberhasilan proyek 2. Penyaluran Dana
investasi yang dipilih. Produk pembiayaan utama yang
mendominasi portofolio pembiayaan
4) SukukMudharabah bank syariah adalah pembiayaan modal
Akad mudharabah dapat kerja, pembiayaan investasi, dan
dimanfaatkan oleh bank syariah untuk pembiayaan aneka barang dan properti.
penghimpunan dana dengan Akad-akad yang digunakan dalam
menerbitkan sukuk yang merupakan aplikasi pembiayaan tersebut sangat
obligasi syariah. Dengan obligasi bervariasi dari pola bagi hasil
syariah, bank mendapatkan alternatif (mudharabah, musyarakah, dan
sumber danaberjangka panjang (lima musyarakahmutanaqishah), pola jual
tahun atau lebih) sehingga dapat beli (murabahah, salam, dan istishna),
digunakan untuk pembiayaan- ataupun pola sewa (Ijarah dan
pembiayaan berjangka panjang. Ijarahmuntahhiya bittamlik).
1) Pembiayaan Modal Kerja

16
Buchari Alma dan Donni Juni
15
Bank Indonesia, Perbankan Syariah, Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung:
Jakarta: tp, 2010, h. 53 Alfabeta, 2009, h. 13

9
Kebutuhan pembiayaan modal kerugian dilakukan sesuai dengan
kerja dapat dipenuhi dengan berbagai pangsa modal masing-masing.17
cara, antara lain: Dengan berbagi hasil, kebutuhan
modal kerja pihak pengusaha terpenuhi,
a) Bagi Hasil sementara kedua belah pihak
mendapatkan manfaat dari pembagian
Kebutuhan modal kerja usaha resiko yang adil.
yang beragam, seperti untuk membayar b) Jual Beli
tenaga kerja, rekening listrik dan air, Kebutuhan modal kerja usaha
bahan baku dan sebagainya, dapat perdagangan untuk membiayai barang
dipenuhi dengan pembiayaan berpola dagangannya dapat dipenuhi dengan
bagi hasil dengan akad mudharabah pembiayaan berpola jual beli dengan
atau musyarakah. Sebagai contoh usaha akad murabahah.Dengan berjual beli,
rumah makan, usaha bengkel, toko dan kebutuhan modal pedagang terpenuhi
sebagainya. dengan harga tetap, sementara bank
Dengan akad mudharabah yakni syariah mendapat keuntungan margin
perjanjian antara pemilik modal dengan tetap dengan meminimalkan resiko.
pengusaha.Dalam hal ini pemilik modal Kebutuhan modal kerja usaha
bersedia membiayai sepenuhnya suatu kerajinan dan produsen kecil dapat juga
usaha dan pengusaha setuju untuk dipenuhi dengan akad salam. Dalam hal
mengelola usaha tersebut dengan ini, bank syariah menyuplai mereka
pembagian hasil sesuai perjanjian dalam dengan input produksi sebagai modal
akad. Dengan akadmusyarakah yakni salam yang ditukar dengan komoditas
perjanjian kerjasama antara dua pihak mereka untuk dipasarkan kembali.18
atau lebih pemilik modal untuk
membiayai suatu usaha. Keuntungan 2) Pembiayaan Investasi
dari usaha tersebut dibagi sesuai dengan Kebutuhan pembiayaan investasi
perjanjian antara pihak-pihak tersebut, dapat dipenuhi dengan berbagai cara,
yang tidak sama dengan pangsa modal antara lain:
masing-masing pihak. Dalam hal
17
Muhammad, Kontruksi Mudharabah
Dalam Bisnis Syariah, Yogyakarta: BPFE,
2005, h. 24
18
Ascarya, Op.Cit, h. 125

10
 Bagi hasil: Mudharabah, murabahah.Sebagai contoh pembelian
musyarakah; mesin, pembelian kenderaan untuk
 Jual beli: Murabahah, usaha dan sebagainya. Dengan cara ini
istishna; bank syariah mendapat keuntungan
 Sewa: Ijarah atau margin jual beli dengan resiko yang
ijarahmuntahiya bittamlik. minimal. Sementara itu, pengusaha
mendapatkan kebutuhan investasinya
a) Bagi Hasil dengan perkiraan biaya yang tetap dan
mempermudah perencanaan.
Kebutuhan investasi dapat Kebutuhan investasi yang
dipenuhi dengan pembiayaan berpola memerlukan waktu untuk membangun
bagi hasil dengan akad mudharabah juga dapat dipenuhi dengan akad
atau musyarakah. Dengan cara ini bank istishna, misalnya untuk industi
syariah dan pengusaha berbagai resiko berteknologi tinggi, seperti industri
usaha yang saling menguntungkan dan pesawat terbang, industri pembuatan
adil. Agar bank syariah dapat berperan lokomotif, dan kapal.Akad istishna juga
aktif dalam kegiatan usaha dan dapat diaplikasikan dalam industri
mengurangi kemungkinan risiko, maka kontruksi.20
bank dapat memilih untuk
menggunakan akad musyarakah. c) Sewa
Musyarakah yaitu kerja sama Kebutuhan asset investasi yang
antara dua orang atau lebih dalam biayanya sangat tinggi dan memerlukan
berusaha, yang keuntungan dan waktu lama untuk memproduksi pada
kerugiannya ditanggung bersama oleh umumnya tidak dilakukan dengan cara
kedua belah pihak.19 berbagi hasil atau kepemilikan karena
resikonya terlalu tinggi atau kebutuhan
b) Jual Beli modalnya tidak terjangkau. Kebutuhan
Kebutuhan investasi juga dapat seperti ini dapat dipenuhi dengan
dipenuhi dengan pembiayaan berpola pembiayaan berpola sewa dengan akad
jual beli dengan akad Ijarah.

19
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,
20
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 127 Ascarya, Op.Cit, h. 126

11
Dengan cara ini bank syariah kemudian menjual kembali kepada
dapat mengambil manfaat dengan tetap nasabah dengan mengambil margin
menguasai kepemilikan asset dan pada keuntungan yang diinginkan.
waktu yang sama menerima pendapatan
dari sewa.21 c) Sewa
3) Pembiayaan Aneka Barang, Kebutuhan konsumsi,
Perumahan, dan Properti perumahan atau properti dapat juga
Kebutuhan pembiayaan aneka dipenuhi dengan pembiayaan berpola
barang dapat dipenuhi dengan berbagai sewa dengan akad Ijarahmuntahiya
cara, antara lain: bittamlik. Dengan akad ini bank syariah
membeli asset yang dibutuhkan nasabah
a) Bagi Hasil kemudian menyewakannya kepada
Kebutuhan barang konsumsi, nasabah dengan perjanjian pengalihan
perumahan atau properti dapat dipenuhi kepemilikan diakhir periode dengan
dengan pembiayaan berpola bagi hasil harga yang disepakati di awal akad.
dengan akad musyarakahmutanaqisah. Dengan cara ini bank syariah tetap
Misalnya, pembelian mobil, sepeda menguasai kepemilikan asset selama
motor, rumah, apartement dan periode akad dan pada waktu yang sama
sebagainya. Dengan cara ini bank menerima pendapatan dari sewa.
syariah dan nasabah bermitra untuk Sementara itu, nasabah terpenuhi
membeli asset yang diinginkan nasabah. kebutuhannya dengan biaya yang dapat
diperkirakan sebelumnya.22
b) Jual Beli Menurut Adiwarman Karim,
Dengan kebutuhan barang satu produk bank syariah yang sangat
konsumsi, perumahan atau propertiapa menarik untuk dikembangkan adalah
saja secara umum dapat dipenuhi Ijarah muntahiyah bittamlik. Dalam
dengan pembiayaan berpola jual beli prakteknya produk ini dapat
dengan akad murabahah. Dengan akad dilaksanakan melalui berbagai macam
ini bank syariah memenuhi kebutuhan cara.23
nasabah dengan membelikan asset yang
dibutuhkan nasabah dari supplier 22
Ibid, h. 128
23
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi
Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta:
21
Ibid Gema Insani, 2007, h. 103

12
Menurut penulistulisan ketiga tertentu. Akad yang digunakan adalah
produk pembiayaan di atas, akad akad wakalahbilujrah dan kafalah.
berpola bagi hasil dan jual beli selalu Akad wakalahmerupakan pelimpahan
dapat diterapkan untuk memenuhi kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak
kebutuhan nasabah yang bervariasi. lain dalam hal-hal yang boleh
Akad bagi hasil merupakan akad yang diwakilkan. Wakalahbil ujrah adalah
dipercayai lebih mencerminkan esensi akad wakalah yang memberikan
bank syariah untuk mendorong imbalan/fee/ujroh kepada wakil.
kelancaran usaha produksi di sector rill. Sedangkan akad kafalah adalah
Oleh karena itu, menurut penulistulisan, transaksi penjaminan yang diberikan
akad bagi hasil seharusnya menjadi oleh penanggung kepada pihak ketiga
akad utama produk pembiayaan bank atau yang tertanggung untuk memenuhi
syariah, dan bank syariah selayaknya kewajiban pihak kedua. Landasan
berkembang menuju memperbesar porsi hukumnya adalah fatwa DSN MUI No.
pembiayaan bagi hasil dalam 34/DSN-MUI/IX/2002.
portofolionya.
Fitur dan mekanisme Letter of
3. Jasa Perbankan credit (L/C) impor syariah:
Disamping melakukan kegiatan
pendanaan dan pembiayaan, bank 1) Bank dapat bertindak sebagai
syariah juga dapat menawarkan jasa wakil dan pemberi jaminan atau
keuangan perbankan. Jasa keuangan pemenuhan kewajiban importir
bank syariah antara lain: terhadap pengekspor dalam
melakukan pembayaran (akad
a. Letter of Credit (L/C) Impor wakalahbil ujrah dan kafalah)
Syariah 2) Objek penjaminan harus
merupakan kewajiban importir,
Letter of credit (L/C) impor jelas nilai dan spesifikasi antara
syariah adalah surat pernyataan akan lain mata uang yang digunakan
membayar kepada pengekspor yang dan waktu pembayaran, tidak
diterbitkan oleh bank atas permintaan bertentangan dengan syariah
impotir dengan pemenuhan persyaratan (tidak diharamkan).

13
3) Bank dapat memperoleh imbalan bank dengan meminta bank
yang disepakati di awal serta membayar kepada pengekspor
dinyatakan dalam jumlah senilai barang yang diimpor
nominal yang tetap. (akad wakalahbil ujrah dan
4) Importir harus memiliki dana hawalah).24
pada bank sebesar harga
pembayaran barang yang b. Bank Garansi Syariah
diimpor (akad wakalahbil Bank garansi adalah jaminan
ujrah). yang diberikan oleh bank kepada pihak
5) Bila impotir tidak memiliki dana ketiga penerima jaminann atas
cukup pada bank untuk pemenuhan kewajiban tertentu nasabah
pembayaran harga barang yang bank selaku pihak yang dijamin kepada
diimpor maka bank dapat pihak ketiga dimaksud. Akad yang
memberikan dana talangan digunakan adalah akad kafalah yaitu
(qardh) kepada importir untuk transaksi penjaminan yang diberikan
pelunasan pembayaran barang oleh penanggung kepada pihak ketiga
impor (akad wakalahbil ujrah atau yang tertanggung untuk memenuhi
dan qardh). Bank dapat kewajiban pihak kedua.
bertindak sebagai shahibul mal Fitur dan mekanisme bank
yang menyerahkan modal garansi syariah:
kepada importir sebesar harga 1) Bank bertindak sebagai pemberi
barang yang diimpor (akad jaminan atas pemenuhan kew
wakalahbil ujrah dan 2) ajiban nasabah terhadap pihak
mudharabah). ketiga.
3) Kontrak (akad) jaminan memuat
6) Bila importir tidak memiliki kesepakatan antara pihak bank
dana cukup pada bank untuk dan pihak kedua yang dijamin
pembayaran harga barang yang dan dilengkapi dengan
diimpor dan pembayaran belum persaksian pihak penerima
dilakukan maka utang kepada jaminan.
pengekspor dialihkan oleh
24
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga
importir menjadi utang kepada
Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2010, h.
89

14
4) Objek penjaminan harus c. Penukaran Valuta Asing
merupakan kewajiban Penukaran valas merupakan jasa
pihak/orang yang meminta yang diberikan bank syariah untuk
jaminan, jelas nilai, jumlah dan membeli atau menjual valuta asing yang
spesifikasinya termasuk jangka sama (single currency) maupun berbeda
waktu penjaminan, tidak (multy currency), yang hendak
bertentangan dengan ditukarkan atau dikehendaki oleh
syariah(tidak diharamkan) nasabah. Akad yang digunakan adalah
5) Bank dapat memperoleh imbalan sharf, yaitu transaksi pertukaran antara
atau fee yang disepakati di awal mata uang berlainan jenis. Landasan
serta dinyatakan dalam jumlah syariahnya adalah fatwa DSN MUI
nominal yang tetap. No.28/DSN-MUI/III/2002.
6) Bank dapat meminta jaminan Fitur dan mekanisme penukaran
berupa cash collateral atau valuta asing (sharf):
bentuk jaminan lainnya atas 1) Bank dapat bertindak baik
nilai penjaminan. sebagai pihak yang menerima
7) Dalam hal nasabah tidak penakaran maupun pihak yang
memenuhi kewajiban kepada menukarkan uang dari atau
pihak ketiga, maka bank kepada nasabah.
melakukan pemenuhan 2) Transaksi pertukaran uang untuk
kewajiban nasabah kepada pihak mata uang berlainan jenis
ketiga dengan memberikan dana (valuta asing) hanya dapat
talangan sebagai pembiayaan dilakukan dalam bentuk
atas dasar akad qardh yang transaksi spot.
harus diselesaikan oleh 3) Dalam hal transaksi pertukaran
nasabah.25 uang dilakukan terhadap mata
uang berlainan jenis dalam
kegiatan money changer, maka
transaksi harus dilakukan secara
tunai dengan nilai (kurs) yang

25
Ibid, h. 90

15
berlaku pada saat transaksi Dari semua produk-produk
dilakukan.26 perbankan syariah di atas tidak terlepas
dari jenis akad yang digunakan.Jenis
B. PENUTUP
akad yang digunakan oleh suatu
Dari uraian tulisan di atas dapat
produk-produk tersebut sangat beragam.
diambil beberapa kesimpulan bahwa
Biasanya akad melekat pada nama
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan
produk, tetapi sebagian dari produk-
oleh perbankan syariah dapat dibagi
produk tersebut menggunakan akad
menjadi tiga bagian besar, yaitu:
yang berbeda dengan produknya.
1. Penghimpunan Dana, yakni
System perbankan syariah
terdiri dari:
adalah alternatif system perbankan yang
a. Penghimpunan Dana dengan
saling menguntungkan kedua pihak
Prinsip Wadi’ah;
(nasabah dan bank), yang didukung oleh
b. Penghimpunan Dana dengan
keanekaragaman produk dan skema
Prinsip Qardh;
keuangan yang lebih variatif, yang
c. Penghimpunan Dana dengan
dilakukan secara transparan agar adil
Prinsip Mudharabah;
bagi kedua belah pihak
d. Penghimpunan Dana dengan
Prinsip Ijarah.
2. Produk Penyaluran Dana, yakni
terdiri dari:
a. Pembiayaan Modal Kerja;
b. Pembiayaan Investasi;
c. Pembiayaan Aneka Barang,
Perumahan dan Properti.
3. Produk Jasa, yakni terdiri dari:
a. Letter of Credit (L/C) Impor
Syariah;
b. Bank Garansi Syariah;
c. Penukaran Valuta Asing

26
Ibid

16
DAFTAR PUSTAKA Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, Jakarta:
Al-Bugha, Musthafa Dib, Buku Pintar Kencana, 2010.
Transaksi Syariah,
diterjemahkan oleh Fakhri Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah,
Ghafur, Jakarta: Mizan, 2009 Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002.
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa,
Manajemen Bisnis Syariah, Taqi Usmani, Mufti Muhammad, An
Bandung: Alfabeta, 2009 Introduction To Islamic
Finance, Pakistan: Karachi,
Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian 2002
Syariah, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Jakarta: 2007 Bank Indonesia, Perbankan Syariah,
Jakarta: tp, 2010
Ascarya, Akad dan Produk Syariah,
Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007

Hulwati, Ekonomi Islam, Jakarta:


Ciputat Press Group, 2009

Karim,Adiwarman, Bank Islam Analisis


Fiqih dan Keungan, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2007

Karim, Adiwarman Azwar, Ekonomi


Islam Suatu Kajian
Kontemporer, Jakarta: Gema
Insani, 2007

Muhammad, Kontruksi Mudharabah


Dalam Bisnis Syariah,
Yogyakarta: BPFE, 2005

Nu’man, Fikri Ahmad, Al-Nadzriyah


Al-Iqtishadiyah Fil Islam,
Beirut: Dar Al-Qalam, 1985

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid,


Lembaga Keuangan Syariah,
Jakarta: Zikrul Hakim, 2008

17

Anda mungkin juga menyukai