Anda di halaman 1dari 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perubahan Iklim
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan perubahan iklim sebagai
“berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh
aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir
secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim
alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan”
Kegiatan industrialisasi telah mendorong peningkatan emisi dan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, yang terdiri atas
karbondioksida (CO2), dinitro oksida (N2O), metana (CH4),
sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs), dan hidrofloro-karbon
(HFCs). Keberadaan gas tersebut di atmosfer menyebabkan terjadinya
efek rumahkaca yang menyebabkan meningkatnya suhu bumi secara
global.

Perubahan iklim yang terjadi secara global telah mempengaruhi kondisi


iklim bumi baik berupa kenaikan suhu atmosefer, perubahan pola curah
hujan, meningkatnya frekuensi iklim ekstrim seperti badai, kekeringan
yang panjang yang selanjutnya memberikan dampak terhadap berbagai
sektor, termasuk sektor pertanian dan peternakan. Panel Antarpemerintah
tentang Perubahan Iklim atau Intergovermental Panel on Climate
Change(IPCC) melaporkan bahwa aktivitas manusia diperkirakan telah
menyebabkan pemanasan global sekitar 1,0°C di atas tingkat praindustri,
dengan kemungkinan kisaran 0,8°C sampai dengan 1,2°C. Pemanasan
global kemungkinan akan mencapai 1,5°C antara tahun 2030 dan 2052
jika kondisinya terus meningkat dari kecepatan saat ini (IPCC 2018).

Kajian yang dilakukan KLHK Tahun 2017 tren suhu rata-rata tahunan
Indonesia, secara dekadal dengan periode 30 tahun (1961-1990 dan 1971-
2000) menunjukkan tren peningkatan suhu hampir di seluruh Indonesia
sebesar 0.01-0.04°C/tahun atau 1,2°C per 30 tahun. Sementara data
proyeksi suhu di masa depan, secara umum menunjukkan bahwa semakin
lama periode proyeksi dengan periode baseline, peningkatan suhu di suatu
wilayah cenderung meningkat.
Untuk curah hujan, hasil kajian menunjukkan periode 1981-2010
merupakan periode basah dengan tren dekadal yang menunjukkan laju
peningkatan curah hujan tahunan di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan
pada periode sebelumnya 1971-2000 menunjukkan kondisi yang lebih
kering. Berdasarkan nilai reratamodel, curah hujan di musim kemarau
masa depan cenderung semakin kering dan curah hujan di musim hujan
dan periode transisi (dari basah ke musim kemarau) lebih basah. Secara
umum ditemukan bahwa skenario ekstrim akan meningkatkan
ketidakpastian iklim di masa depan. Hasil proyeksi curah hujan juga
menunjukkan beberapa daerah yang mengalami peningkatan curah hujan
rata-rata, sementara yang lain mengalami penurunan (MoEF 2018).
Indonesia sebagai negara kepulauan di wilayah tropis merupakan negara
yang rentan terhadap perubahan iklim baik karena kenaikan temperatur
udara, perubahan pola curah hujan, meningkatnya kejadian iklim,
kenaikan temperatur dan juga muka air laut. Meskipun belum banyak data
yang komprehensif tentang dampak perubahan iklim terhadap kegiatan
peternakan di Indonesia, akan tetapi perhatian dampak perubahan iklim
pada kegiatan peternakan akan menjadi semakin penting mengingat
kebutuhan protein hewani yang cukup tinggi sejalan dengan kenaikan
jumlah penduduk.

2. Dampak Perubahan Iklim terhadap Ternak

Anda mungkin juga menyukai