Oleh:
LAILA ANANDA RACHMAYANI SANTOSO
(2010059)
Mata Kuliah :
KEPERAWATAN ANAK
DOSEN :
Faridah, SST., M.Kes
A. PENGERETIAN
Kegiatan yang tdk dpt dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari krn bermain sama dgn berja pada org
dewasa, yg dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dgn ling, menyesuaikan diri dgn ling, belajar
mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak
B. TUJUAN BERMAIIN
a. Perkembangan fisik
b. Menberi dorongan komunikasi
c. Penyaluran energi emosional yang terpendam
d. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
e. Sumber belajar
f. Merangsang kreatifitas
g. Perkembangan wawasan diri
h. Belajar bermasyarakat
i. Standar moral
j. Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin
k. Perkembangan ciri kepribadian
C. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensorik motoric
2. Perkembangan intelektual
3. Perkembangan sosial.
4. Perkbg kreatifitas
5. Perkembangan kesadaran diri.Anak akan mengembangkan kemampuannya dlm mengatur t.l.
6. Perkembangan moral
7. Terapi
E. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play
2) Sense of pleasure play
3) Skill play
4) Games atau permainan
5) Unoccupied behavior
6) Dramatic play
b. Berdasarkan karakter soaial
1) Onlooker play.
2) Solitary play
3) Parallel play
4) Assosiatif play
5) Cooperative play
roses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarganya/. Komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dan klien harus melalui empat
tahap yaitu meliputi fase pra-interaksi, orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Agar komunikasi terapeutik
antara perawat dan klien dapat berjalan sesuai harapan, diperlukan strategi yang harus dilakukan oleh
perawat pada saat melakukan komunikasi terpeutik dengan kliennya. Berikut tahap-tahap komunikasi
terapeutik:
A. Fase Preinteraksi
Fase pra-interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien.
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah
hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan
oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat
sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain (Ellis,
Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam
menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan
mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005)
sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).Tahap
ini adalah masa persiapan, tugas perawat yaitu :
1. Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya
2. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, melatih memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien
3. Mengumpulkan data tentang klien
4. Membuat rencana pertemuan secara tertulis.
B. Fase Orientasi
Fase orientasi atau perkenalan merupakan fase yang dilakukan perawat pada saat pertama kali bertemu
atau kontak dengan klien. Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998). Tugas-tugas
perawat pada tahap ini antara lain
1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak bersama klien. yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan
topik pertemuan;
3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Menggunakan pertanyaan terbuka
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikas
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menyepakati kontrak.
4. Melengkapi kontrak
5. Evaluasi dan validasi.
C. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,1998). Fase kerja
merupakan inti dari hubungan perawat dan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Pada fase kerja ini perawat perlu
meningkatkan interaksi dan mengembangkan faktor fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Meningkatkan interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi
kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam
mengembangkan hubungan kerja sama. Mengembangkan atau meningkatkan faktor fungsional komunikasi
terapeutik dengan melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada, meningkatkan komunikasi klien
dan mengurangi ketergantungan klien pada perawat, dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan
mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.
Tugas perawat pada fase kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat.
Perawat juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian mekanisme koping yang
konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku adaptif.
Strategi yang dapat dilakukan ialah mengatasi penolakan perilaku adaptif dengan cara menciptakan
suasana komunikasi yang nyaman bagi kliendiantaranya adalah:
1. Berhadapan dengan lawan bicara.Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (”saya siap untuk
anda”).
2. Sikap tubuh terbuka yaitu kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan). Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan
bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi.
3. Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan lawan bicara. Hal ini menunjukkan bahwa
perawat bersiap untuk merespon dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural. Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan
kesediaannya untuk mempertahankan komunikasi.
5. Bersikap tenang. Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan gerakan/bahasa
tubuh yang natural.
Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat
dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam
tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu
klien untukmendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya.
D. Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina. Perawat
dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan.
Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep
kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan pasien, yang dapat dibagi dua yaitu:
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh.
A. PENGERTIAN
Merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang
dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang
tuanya
A. PENGERTIAN
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama dengan menggunakan
inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi
ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan,
obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi keefektivan
intervensiterapeutik.( Wong,2003)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap perawatan melakukan
pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman sejawat, catatan keperawatan, atau
catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik.( Robert Priharjo, 1993 ).
Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri dari beberapa rangkaian, yang masing-masing
anak memlik sensifitas dan verbal baik fisik maupun spikologik.( Wong, 1993 ).
Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan yang sama
sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang sulit di kenal dan tidak sama dengan yang
lainnya.( Wong, 1993 ).
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat
alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa.
Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan
perkembanagn mental dan kronologi umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh
memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
1) Meminimalkan steres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian pada baguan-bagian tubuh yang
berbeda.
2) Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan orang tua.
3) Memberikan persiapan yang maksimum pada anak.
4) Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara orang tua-anak, terutama dengan anak kecil.
5) Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.
C. PEMERIKSANAAN ANAK.
Walaupun pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa saki, tetapi kepada
seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan, pemeriksaan dalam telinga dan
mulut,menekn abdomen dan mendengarkan dasa dengan permukaan metal yang dingin dapat menimbulkan
stresful. Pemeriksaan fisik ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama baik hasilnya. Misalnya dengan
anak pre school dan yang lebih tua perawat dapat menggunakan gambar atau boneka untuk membantu anak
belajar tentang tubuh mereka.
Tehnik “Paper Doll” merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan anak tentang bagian tubuh
mereka yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll sebagai
pengingat pengalaman. Banyak permintaan anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama mereka.
Hal ini ada yang menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolence lebih memilih di
periksa sendiri pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga disertai saudara
kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka kesempatan untuk mencoba alat
pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas “Bantuannya”selama pemeriksaan.
CONTOH SOAL
1. Seorang anak laki-laki umur 2 tahun di rawat. Menurut ibu klien anaknya sesak dan batuk –batuk ,
panas, rewel . Hasil pengkajian didapatkan bayi didapatkan sesak, batuk , retraksi dada, pernafasan
30 kali permenit nadi 100 kali permenit, suhu tubuh 38°C, terdapat ronkhi, terpasang O2 1liter/menit
dengan nasal kanul
Berapakah konsentrasi oksigen yang di dapatkan?
A. 24 %
B. 44 %
C. 30%
D. 60%
E. 40%