Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ MENJAHIT LUKA PERINEUM “

Disusun Oleh:

Nama : Samsidar
Nim : A.18.10.054
Kelas :B
Tingkat/Semester : 2 / Semester 4

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan dalam pengerjaan tugas Mata kuliah Maternitas yang berjudul “Menjahit

luka perineum”. Shalawat dan salam tak lupa selalu kita panjatkan kepada junjungan

kita Nabi besar Muhamad SAW.

Semoga pembahasan dalam makalan ini berguna bagai pembaca. penulis

menyadari bahwa dalam penulisan makalan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan

penulisan atau penyusunan makalah saya yang selanjutnya. Akhir kata kami hanya bisa

berdo’a semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamin aamin ya Robbal

alamin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Robekan perineum bisa terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan selanjutnya.Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah
perineum, vagina, dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan,
kemungkinan edema dan lecet. Introitus juga akan tampak terlukai dan terbuka.
Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk
mengetahui adanya trauma atau hemoroid yang keluar maka periksa anus dengan
rectal toucher.

Penjahitan laserasi atau episiotomy adalah jahitan yang bertujuan untuk


menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah
yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke
jaringa tubuh, jaringa akan luka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya
infeksi. Oleh karena itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomy gunakan benang
yang cukup panjang dan gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan
pendekatan dan hemostasis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penjahitan laserasi atau episiotomi?

2. Apa saja macam-macam jahitan perineum?

3. Bagaimana perawatan luka untuk jahitan perineum?

4. Apa saja informasi kesehatan yang bisa diberikan untuk ibu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penjahitan laserasi atau episiotomi

2. Untuk mengetahui macam-macam jahitan perineum

3. Untuk mengetahui perawatan luka untuk jahitan perineum


4. Untuk mengetahui informasi kesehatan yang bisa diberikan untuk ibu

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian penjahitan laserasi atau episiotomi

2. Dapat mengetahui macam-macam jahitan perineum

3. Dapat mengetahui perawatan luka untuk jahitan perineum

4. Dapat mengetahui informasi kesehatan yang bisa diberikan untuk ibu


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENJAHITAN PERINEUM


Robekan perineum bisa terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan selanjutnya.Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah
perineum, vagina, dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan,
kemungkinan edema dan lecet. Introitus juga akan tampak terlukai dan terbuka.
Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk
mengetahui adanya trauma atau hemoroid yang keluar maka periksa anus dengan
rectal toucher.

Penjahitan laserasi atau episiotomi adalah jahitan yang bertujuan untuk


menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah
yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke
jaringa tubuh, jaringa akan luka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya
infeksi. Oleh karena itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomy gunakan benang
yang cukup panjang dan gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan
pendekatan dan hemostasis.

Laserasi dapat dikategorikan dalam:

1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.

2. Derajat dua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, dan jaringan perineum (perlu
dijahit).

3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum, dan
spinkter ani.

4. Derajat empat: : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum, spinkter
ani yang meluas hingga ke rectum.

Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: rujuk segera

KLASIFIKASI ROBEKAN PERINEUM


I. Robekan perineum derajat satu
Robekan yang paling ringan (tidak terlalu dalam) terjadi pada kulit perineum dan
jaringan di sekitar mulut vagina atau lapisan terluar vagina tanpa melibatkan otot
apapun. Robekan ini disebut juga dengan laserasi tingkat pertama (first-degree
lacerations) dimana biasanya terlalu kecil sehingga tidak membutuhkan jahitan.
Biasanya robekan tersebut sembuh dengan cepat dan hanya menyebabkan sedikit atau
tidak sama sekali rasa sakit.
II. Robekan perineum derajat dua
Robekan tingkat kedua (second-degree lacerations) adalah robekan yang lebih dalam
hingga menembus otot di bawah lapisan kulit. Robekan ini perlu di jahit setiap lapis
demi lapisnya hingga tertutup sempurna. Hal ini akan membuat merasa tidak nyaman
selama beberapa minggu sampai akhirnya sembuh. Benang untuk menjahit robekan
akan larut sendiri selama masa penyembuhan.
III. Robekan perineum derajat tiga
Adapun robekan yang cukup serius, robekan jalan lahir ini nyaris sampai ke anus.
Robekan semacam ini dapat menyebabkan rasa sakit selama berbulan-bulan serta
meningkatkan resiko terjadinya inkontinensial anal. Kondisi itulah yang disebut dengan
laserasi tingkat ketiga. Laserasi tingkat ketiga yaitu adanya robekan pada jaringan
vagina, kulit perineum, serta otot perineum yang membentang hingga sfingter anal (otot
yang mengelilingi anus).

IV. Robekan perineum derajat empat

Sementara itu, laserasi tingkat keempat lebih parah lagi karena robekan kini telah
melewati sfingter anal hingga jaringan di bawahnya.

Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum atau akibat episotomi adalah:

1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga proses penyembuhan bisa


terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut
tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.

2. Untuk menghentikan perdarhan yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan


pembuluh darah terbuka

Langkah-langkah penjahitan robekan perineum:

1. Persiapan alat
a. Siapkan perlatan untuk melakukan penjahitan.

 Wadah berisi: sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa
steril, pinset

 Kapas DTT

 Buka spuit sekali pakai 10ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT

 Patahkan ampul lidokain

b. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur

c. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu

d. Atur lampu sorot atau senter kea rah vulva/perineum ibu

e. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan cuci tangan dengan sabun


dengan air mengalir

f. Pakai sarung tangan DTT pada tangan kanan

g. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung suntik dengan
lidokain dan letakan kembali ke dalam wadah DTT

h. Lengkapi pemakain sarung tangan pada tangan sebelah kiri

Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari
vulva ke perineum

Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi
hanya merupakan derajat satu atau dua

2. Anastesi local

a. Keuntungan anetesi local:

 Ibu lebih merasa nyaman (asuhan saying ibu)

 Bidan lebih leluasa dalam penjahitan

 Lebih cepat menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah)

 Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi)

 Cairan yang digunakan: Lidokain 1%. Tidak dianjurkan penggunaan Lidocain


2% (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan).
Lidocain dengan epinephire (memperlambat penyerapan lidocain dan
memperpanjang kerja efek).

Tindakan anestesi local

 Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan

 Tusukan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut
bawah vulva

 Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap

 Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah
perineum

 Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang
luka pada mukosa vagina

 Lakukan langkah 2-5 diatas pada tepi robekan

 Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan

Penjahitan laserasi pada perineum

 Buat jahitan kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina.


Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek.
Sisakan benang kira-kira 1 cm.

 Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin
hymen.Tepat sebelum cicncin hymen, masukan jarum ke dalam mukosa
vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum ada di bawah laserasi
kemudian di tarik ke luar pada luka perineum.

 Gunakan tekhnik jelujur saat menjahit lapisan otot.

 Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.

 Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kea
rah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler.

 Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang


cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya.

 Massukan jari ke dalam rectum.

 Diperiksa kembali pasa luka.


 Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari
posisi yang diingankan.

 Beriibu informasi kesehatan tentang:

a) Menjaga perineum selalu bersih dan kering

b) Hidari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya

c) Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir3-4x/hari

B. MACAM-MACAM JAHITAN PERINEUM


1. Jahitan Kulit

a. Jahitan Interrupted

1) Jahitan Simple Interrupted (jahitan satu demi satu)

Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan banyak digunakan. Jarak antara
jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm.
semankit dekat antara tiap jahitan, semankin baik bekas luka setelah
penyembuhan.

Cara menjahit :
 Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90°, masuk

subkutan terus ke sisi kulit lainnya


 Lebar dan kedalaman jaringan kulit dan subkutan diusahakan agar tepi luka
yang dijahit dapat membuka ke arah luar (everted)
 Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat
 Penjahitan dilakukan dari ujung luka ke ujung luka lainnya
2) Jahitan Matras

a) Jahitan matras vertical

Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya dengan
menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak
subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah yag tipis lunak
sunkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.

b) Jahitan matras horizontal

Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis. Jahitan ini
tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit
di atasnya terlihat bergelombang

3) Jahitan Continous

a) Jahitan jelujur

Mudah dipelajari, tidak nyeri, sedikit jahitan, lebih cepat dibuat, lebih kuat, dan
pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus.
Kelemahannya jika benang putus/simpul terurai, seluruh tepi luka akan
terbuka.

b) Jahitan interlocking, festoon.

c) Jahitan kantung tembakau (tabl sac)

Cara menjahit:
 Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya,
kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
 Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang
pertama.
 Dibuat simpul dan benang diikat.
b. Jahitan Subkutis

1) Jahitan continus

Jahitan terusan subkutikuler atau intrademal. Digunakan jika ingin di hasilkan


hasil yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk menurunkan tekanan pada luka
yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.

2) Jahitan interrupted dermal stitch

c. Jahitan Dalam

Pada luka infeksi misalnya insisi abses dipasang dren. Dren dapat dibuat dari
guntingan sarung tangan. Fungsi dren adalah mengalirkan cairan keluar berupa
darah atau serum.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

 Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan
penjahitan.

 Menggunakan sedikit jahitan.

 Selalu mengguakan tekhnik aseptik.

 Menggunakan anestesi local.


C. PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM
1. Penanganan Komplikasi

a. jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan
perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.

b. Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka.

1) berikan terapi ampisilin 500 mg per oral 4x selama 5 hari.

2) dan metronidasol 400 mg per oral 3x selama 5 hari.

2. Perawatan Pasca Tindakan

 apabila terjadi robekan tingkat IV (robekan sampai mukosa rectum), berikan anti
biotic profilaksis dosis tunggal Ampisilin 500 mg per oral dan metronidasol 500
mg per oral.

 observasi tanda-tanda infeksi.

 jangan lakukan pemeriksaan rectal selama 2 minggu.

 berikan pelembut feses selama seminggu per oral

D. INFORMASI KESEHATAN UNTUK IBU


Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini
berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang
diberikan antaranya:

1. Menjaga daerah vulva dan perineum ibu selalu dalam kering dan bersih.

2. Menghindari penggunaan obat-obatan tradisional pada lukanya.

3. Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih sesering mungkin.

4. Menyarankan ibu mengkonsumsi nutrisis dan makanan bernioai gizi tinggi.

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, atau sedikitnya
minum 8 gelas sehari.

6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang seminggu setelah melahirkan


untuk memeriksa luka jahitan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penjahitan laserasi atau episiotomi adalah jahitan yang bertujuan untuk menyatukan
kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke jaringa tubuh,
jaringa akan luka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh
karena itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomy gunakan benang yang cukup
panjang dan gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan
hemostasis.

B. SARAN
Bidan harus memberikan informasi kesehatan pada ibu mengenai:

1. Menjaga daerah vulva dan perineum ibu selalu dalam kering dan bersih.

2. Menghindari penggunaan obat-obatan tradisional pada lukanya.

3. Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih sesering mungkin.

4. Menyarankan ibu mengkonsumsi nutrisis dan makanan bernioai gizi tinggi.

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, atau sedikitnya
minum 8 gelas sehari.

6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang seminggu setelah melahirkan


untuk memeriksa luka jahitan.
DAFTAR PUSTAKA

Dep.Kes RI. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: 2004

Mochtar, R. Sinopsis Obstetri Edisis 2 Jilid 1, EGC, Jakarta: 1998

Pusdinakes. Buku 3 Asuhan Inpartum, Jakarta: 2003

Sarwono P. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP SP,
Jakarta: 2003

Anda mungkin juga menyukai