Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN KALA II

DOSEN PEMBIMBING:
Fatmawati S.kep, Ns

OLEH:

Nama: Yesi Dwi Wahyuni

Nim: (A.18.10.067)

Kelas: B (Keperawatan)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan
Pada Persalinan Kala II”. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat
merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak. Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

  Bulukumba, 21 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………...
B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………..
C. TUJUAN MASALAH ……………………………………………..…………….
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………..
A. DEFINISI KALA II PERSALINAN ……………………………………………
B. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA II PERSALINAN ……………….
C. MEKANISME PERSALINAN NORMAL ……………………………………..
D. MENOLONG PERSALINAN SESUAI APN …………………………………..
E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN KALA II ……………….
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………..
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) penurunan angka kematian ibu
per 100ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lambat untuk target tujuan pembangunan
millenium ( Millenium Development Goals / MDGs ) dalam rangka mengurangi tiga
perempat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada tahun 2015,
untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015
seharusnya 5,5%/tahun. Namun data WHO, UNICEF,UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan
angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari 1%/tahun. Pada 2005, sebanyak
536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah
kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000. enurut data WHO, sebanyak 99% kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara – negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara – negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian
ibu /100rbu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian di sembilan negara
maju dan 51 negara persemakmuran.terlebih lagi, rendahnya penurunan angka kematian ibu
global tersebut merupakan cerminan belum adanya penurunan angka kematian ibu secara
bermakna di negara – negara yang angka kematian ibunya rendah. Artinya negara – negara
dengan angka kematian ibu tinggi belum menunjukkan kemajuan berarti dalam 15 tahun
terakhir ini. ( Antaranews.com,2009 ).
Pada survey Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2008, angka kematian
ibu ( AKI ) saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi ( AKB ) 31,4
per 1.000 kelahiran hidup. Target tahun 2015 angka kematian ibu ( AKI ) menjadi 125 per
100.000 kelahiran hidup dan target angka kematian bayi ( AKB ) menjadi 17 per 1.000
kelahiran hidup ( Depkes, 2009 ).
Persalinan kala II adalah dimulai ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan
lahirnya seluruh janin. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira - kira 2 - 3
menit sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, sehingga terjadilah tekanan
pada otot - otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan karena
tekanan pada rectum ibu merasa dapat mau buang air besar dengan tanda anus membuka,
pada waktu His, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang dan
his mengejan  yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Pada
primigravida kala II berlangsung rata - rata 45 – 60 menit, dan multipara 15 - 30 menit.
(Mitayani, 2009). 

B.  Rumusan Masalah


1. Menjelaskan Tentang Persalinan Kala II
2.  Menjelaskan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Persalinan Kala II

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan dan Mengetahui Tentang Persalinan Kala II
2. Menjelaskan Tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Persalinan Kala II
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil
pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II di mulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II
juga di sebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Lamanya (durasi) kala II pada persalinan spontan tanpa komplikasi adalah sekitar 40
menit pada primi – gravida dan 15 menit pada multipara. Kontraksi selama kala dua
adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90
detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya

 Tanda-tanda bahwa kala 2 persalinan sudah dekat :


a. Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran)
b. Perineum menonjol (perjol)
c. Vulva vagina membuka (vulka)
d. Adanya tekanan pada spincter anus (teknus) sehingga ibu merasa ingin BAB
e. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
f. Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
 Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan:
a. Pendataran dan pembukaan
b. Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas
c. Terjadi perdarahan karena kappiler pembuluh darah pecah

 Masuknya kepala janin kedalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang
b. Di bagian bawah terasa penuh dan menganjal
c. Kesulitan saat berjalan
d. Sering berkemih

 Diagnosis pasti :
a. Telah terjadi pembukaan lengkap
b. Tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina

 Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kala II :


1. Pemantauan Ibu
a.    Periksa nadi ibu setiap 30 menit
b.    Pantau frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
c.    Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya kepada ibu secara langsung
sekaligus dengan melakukan palpasi
d.   Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu
e.    Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar)
setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
f.     Upaya meneran ibu
g.    Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping kepala
h.    Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir
i.      Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir
2. Pemantauan janin
                    a. Saat bayi belum lahir
1) Lakukan pemeriksaan DJJ setiap selesai menera atau setiap 5-10 menit
2) Amati warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah
3)  Periksa kondisi kepala, vertex, caput, molding
                  b. Saat bayi lahir
Nilai kondisi bayi (0-30 detik) dengan menjawab 2 pertanyaan, apakah bayi
menangis kuat dan atau tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak aktif atau lemas.

 Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala 2 :


a. Syok
b. Dehidrasi
c. Infeksi
d. Preeklampsia/eklampsia
e. Inersia uteri
f. Gawat janin
g. Penurunan kepala terhenti
h. Adanya gejala dan tanda distosia bahu
i. Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
j. Kehamilan ganda/kembar

 Persiapan penolong persalinan :


a. Sarung tangan dan barier protektif lainnya
b. Tempat persalinan yang bersih dan steril
c. Peralatan dan bahan yang diperlukan
d. Tempat meletakkan dan lingkungan yang nyaman bagi bayi
e. Persiapan ibu dan keluarganya (asuhan sayang ibu, bersihkan perineum dan lipat
paha,kosongkan kandung kemih, amniotomi dan menjelaskan peran suami/pendamping)

 Penatalaksanaan kala 2 :
a. Setelah pembukaan lengkap, pimpin ibu untuk meneran apabila timbul dorongan
spontan untuk melakukan hal itu
b. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontrkasi
c. Berikan pilihan posisi yang nyaman bagi ibu
d. Pantau kondisi janin
e. Bila ingiin meneran tapi pembukaan belum lengkap, anjurkan ibu untuk bernafas cepat
atau biasa, atur posisi agar nyaman, dan upayakan untuk tidak meneran hingga
pembukaan lengkap

B. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA II PERSALINAN


1. Kontraksi Uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel – sel otot
tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ), regangan dari
serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi.
Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus di perhatikan adalah lamanya
kontraksi berlangsung 60 – 90 detik, kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis
ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam,
interfal antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
2. Perubahan – perubahan Uterus
Keadaan Seggmen Atas Rahim ( SAR ) dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ). Dalam
persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh
korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif ( berkontraksi ) dan dindingnya
bertambah tebal debgan majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu
kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh
isthimus uteri yan sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya
persalinan ( disebabkan karena regangan ), dengan kata lain SBR dan serviks
menngadakan relaksasi dan dilatasi.
3. Perubahan pada Serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segneb Bawah Rahim ( SBR ), dan
serviks.
4. Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan, terutama pada
dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang
dinding – dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang
vulva menghadap ke depan atas dan anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak
lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.
5. Perubahan Fisik Lain yan Mengalami Perubahan
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan
kontraksi otot fisiologisyang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi
keseimbangan antar
a kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
estrogen dan progesterone menurun kira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai
sehingga menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi utrus mula – mula jarang dan tidak
teratur dengan intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan
intensitasnya semakin kuat seiring kemajuan persalinan.
b. Perubahan Tekanan Darah
Tekanan drah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata
– rata 10 – 20 mmHg. Pada waktu – waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali
ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi
miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut
dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
c. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidratt meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktifitas otot. Peningkatan aktifitas
metabolic telihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut
jantung dan cairan yang hilang.
d. Perubahan Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan. Perubahan suhu di anggap normalbila peningkatan suhu
yang tidak lebih dari 0,5 – 1o C yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama
persalinan.
e. Perubahan Denyut Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase
peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi diantarakontraksi dan peningkatan selamafase penurunan hingga
mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama
kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan telentang.
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih meningkat disbanding selama
periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi selama persalinan.
f. Perubahan Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventelasi yang menunjang adalah temuan
abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis ( rasa kesemutan pada ekstremitas dan
perasaan pusing ).
g. Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliura menjadi
kurangjelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang
selama persalinan.
h. Perubahan pada Saluran Cerna
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila kondisi
ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan,
maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu penosongan lambungg
menjadi lebih lama. Cairan tidak di pengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk
pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Lambung yan penuh dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa tansisi. Oleh karena itu, wanita
harus di anjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi
makan dan minum ketika keinginan timbulguna mempertahankan energi dan hidrasi.
Mual dan muntah umum terjadiselama fase transisiyang menandai akhir fase pertama
persalinan.
i. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1,2 gr / 100 ml selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan
darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan
fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
6. Perubahan Psikologis pada ibu Bersalin
Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan
sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima
selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang di terima wanita darri
pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan pemberiperawatan, lingkungan tempat
wanita tersebut berada dan apakah bayi yang di kandungnya merupakan bayi yang di
inginkan atau tidak.
Dukungan yang di terima atau tidak di terimaoleh seorang wanita di lingkungan
tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat
mempengaruhi aspek psikologinya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali
kontraksi timbul juga pada saat nyerinya timbul secaraberkelanjutan.

C. MEKANISME PERSALINAN NORMAL


a. Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu masuknya kepala dalam pintu atas panggul, dan
majunya kepala
b. Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida. Masuknya kedalam pintu atas panggul
pada primigravida sudah terjadi pada bulan terkahir kehamilan tetapi pada multigravida
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
c. Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis, melintang
dan dengan fleksi yang ringan
d. Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir, ialah tepat diantara simpisis
dan promontorium, maka kepala dikatakan dalam synclitismus dan synclitismus os parietal
depan dan belakang sama tingginya
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak kebelakang mendekati
promontorium maka posisi ini disebut asynclitismus. Pada pintu atas panggul biasanya
kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan. Asynclitismus posterior ialah jika sutura
sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
Asynclitismus anterior ialah jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os
parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
f. Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul
dan biasanya baru dimulai pada kala 2. Pada multigravida sebaiknya majunya kepala dan
masuknya kepala kedalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan majunya
kepala : Tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan
meneran, melurusnya badan janin oleh perubahan bentuk rahim
g. Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi,
serta peneranan selama kala 2 oleh ibu
h. Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari
kepala janin telah masuk panggul ibu
i. Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan cairan
amnion, tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan
pelurusan badan janin
j. Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar bagian terkecil masuk
panggul dan terus turun. Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan
lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito
frontalis (11,5 cm). Fleksi disebabkan karena janin didorong maju, dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadilah fleksi, karena moment yang menimbulkan
fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
k. Putaran paksi dalam/rotasi internal, pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar kedepan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk
kelahiran kepala karena putara paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu kepala sampai ke hodge
III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasa panggul. Sebab-sebab putaran paksi
dalam : Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala.
Pada bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit yaitu pada
sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara M. Levator ani kiri dan kanan.
Pada ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
l. Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter enteroposterior (yang lebih
panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul.
Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya
tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk lengkungan Carrus, yang
mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang dibawah occiputnya akan bergeser
dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian
memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi kepala lebih lanjut saat
lubang vulva-vagina membuka lebar. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu
mendesaknay ekbawah dan satunya kerena disebabkan tahanan dasar panggul yang
menolaknya keatas. Resultantenya ialah kekuatan kearah depan atas.
n. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah sympisis maka yang dapat maju karena
kekuatan tersebut diatas adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung dan mulut dan
akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomoclion
o. Rotasi eksternal/putaran paksi luar, terjadi bersamaan dengan perputaran interior bahu.
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang etrjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini
disebut putaran restitusi. Restitusi adalah perputaran kepala sejauh 45ᴼ baik kearah kiri
atau kanan bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput
anterior. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari
pintu bawah panggul.
p. Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi
hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikuti lengkung
carrus (kurva jalan lahir)

D. MENOLONG PERSALINAN SESUAI APN

1. Melihat tanda dan gejala kala 2


Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva – vagina dan sfingter ani membuka
e. Meningkatkan pengeluaran lender bercampur darah
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang
hasilnya adalah :
a. Pembukaan serviks telah lengkap, atau
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
2. Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan
a. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial yang siap digunakan.
Mematahkan mapul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai didalam partus set
b. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik
c. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku. Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang megalir dan mengeringkan tangan dengan handuk 1x
pakai/handuk pribadi yang bersih
d. Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
e. Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan memakai sarung tangan) dan
meletakannya kembali di partus set tanpa dekontaminasi spuit
3. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
a. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT
b. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap (bila ketuban belum pecah
maka lakukan amniotomi)
c. Mendekontaminasi sarung tangan
d. Memeriksa DJJ setelah berakhir setiap kontraksi (batas normal 120-160x/menit)
4. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
a. Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
b. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
c. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
5. Persiapan pertolongan kelahiran
a. Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5 cm, meletakan handuk bersih
diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
b. Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
c. Membuka partus set
d. Memakai sarung tangan steril
6. Memulai meneran
a. Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu pilihkan posisi yang
nyaman
b. Jika ibu merasa ingin meneran namun pembukaan belum lengkap, berikan semangat
dan anjurkan ibu untuk bernafas cepat dan bersabar agar jangan meneran dulu
c. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantulah ibu memilih
posisi yang nyaman untuk meneran dan pastikan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi
d. Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada dorongan untuk meneran, bantu ibu
memilih posisi yang nyaman dan biarkan berjalan-jalan
e. Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan lengkap selama 60 menit,
anjurkan ibu untuk memulai meneran pada saat puncak kontraksi, dan lakukan
stimulasi puting susu serta berikan asupan gizi yang cukup
f. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit, lakukan rujukan (kemungkinan CPD, tali pusat
pendek)
Adapun untuk cara meneran, antara lain :
a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi
b. Jangan menganjurkan untuk menahan nafas selama meneran
c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera beristirahat diantara kontraksi
d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk
meneran jika ibu menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada
e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saay meneran
f. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan
pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri
7. Menolong kelahiran bayi
a. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak mengahmbat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat
saat kepala lahir
b. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa bersih
c. Memeriksa lilian tali pusat dan jika kendurkan lilitan jika memang terdapat lilitan dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi
d. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
e. Tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi kedua muka bayi
f. Menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah
perienum tangan membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut
g. Menelusurkan tangan yang berada diatas anterior dari punggung ke arah kaki bayi
untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
8. Penanganan bayi baru lahir
a. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi
kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya
b. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali
pusat
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat/umbilical bayi
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan smabil melindungi bayi dari gunting, dan
tangan yang lain memotong tali pusat diantara dua klem tersebut
e. Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut bersih,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka
f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya
9. Yang harus diperhatikan pada saat pengeluaran bayi
a. Posisi ibu saat melahirkan bayi
b. Cegah terjadinya laserasi atau trauma
c. Proses melahirkan kepala
d. Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi
e. Proses melahirkan bahu
f. Proses melahirkan tubuh bayi
g. Mengusap muka, mengeringkan dan rangsang taktil pada bayi
h. Memotong tali pusat

 Gejala dan tanda distosia bahu


a. Turtle sign adalah kepala terdorong keluar tetapi kembali kedalam vagina setelah
kontraksi atau ibu berhenti meneran
b. Tidak terjadi puataran paksi luar apabila kepala telah lahir
c. Kepala tetap pada posisinya (dalam vagina) walau ibu meneran sekuat mungkin
 Manuver tangan dan langkah-langkah dalam pertolonganpersalinan
MANUVER ALASAN
Letakkan telapak tangan pada bagian Jari-jari tangan didalam vagina bisa
vertex yang terlihat, sambil hati-hati membawa masuk organisme dan
agar jangan membiarkan tangan masuk meningkatkan resiko robekan perineum.
kedalam vagina. Lakukan penekanan Tekanan yang dilakukan terhadap kepala
terkendali dan tidak menghambat pada saat ini akan membantu kepala agar
kepala janin untuk keluar fleksi sehingga daerah subocciput
menyentuh pinggir bawah simpisis pubis
dan proses pengekstensian dimulai
Dengan tangan lainnya, support Gerakan kebawah dan kedalam ini
perineum untuk mencegah kepala melibatkan jaringan yang cukup dalam
terdorong keluar terlalu cepat sehingga aksi tersebut dan mendistribusikan
merusak perineum. Tutupilah tangan jaringan tambahan kearah bagian tengah
yang mensupport perineum dengan dan perineum yaitu daerah yang paling
handuk. Letakkan ibu jari besar kemungkinannya mengalami
dipertengahan pada salah satu sisi laserasi. Handuk akan mencegah tangan
perineum dan letakkan jari telunjuk yang bersarung tangan terkena
dipertengahan sisi perineum yang
berlawanan. Secara perlahan tekanlah kontaminasi secara tidak sengaja
ibu jari dan jari telunjuk kebawah dan
kearah satu sama lain untuk
mengendalikan peregangan perineum.
Dengan cermat dan hati-hati perhatikan Garis-garis putih yang tipis akan segera
perineum saat kepala janin terus tampak sebelum terjadinya perobekan
muncul dan lahir, usaplah mulut bayi pada perineum. Gunakan kain kasa untuk
dengan jari yang dibungkus kain kasa menghapus lendir yang mungkin terhisap
pada saat bayi mulai bernafas untuk
pertama kali
Pada waktu kepala sudah lahir, Meluncurkan jari tangan ke leher bayi
luncurkan salah satu jari tangan dari sampai ke puncak punggungnya akan
salah satu tangan ke leher bayi untuk memungkinkan penolong untuk
memeriksa apakah ada lilitan tali pusat mengetahui dimana letak tali pusatnya
disekeliling leher janin, biasanya tali
pusat tersebut hanya perlu
dilonggarkan sedikit agar kepala janin
bisa dilahirkan tanpa kesulitan
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan Tali pusat yang ketat bisa menyebabkan
longgar, upayakan agar tali pusat terjadinya hipoksia bayi. Menaganjurkan
tersebut dapat dilonggarkan lewat ibu bernafas pendek-pendek akan
kepalanya. Jika lilitan tali pusat mencegah meneran dan mencegah
tersebut terlalu ketat untuk bisa dilepas lilitannya menjadi lebih ketat.
lewat kepala bayi, tetapi tidak terlalu
ketat melilit leher bayi, lepaskan melalui
bahunya saat bayi lahir.
Jika tali pusat tersebut melilit leher bayi
dengan ketat, pasanglah dua buah klem
pada tali pusat tersebut dengan segera.
Pastikan ibu mendapatkan penjelasan
tentang apa yang penolong lakukan, dan
sebaiknya ibu hanya bernafas pendek
saja dan tidak meneran.
Tunggulah sampai terjadi rotasi Menunggu, dan tidak melakukan manuver
eksternal pada kepala bayi. Setelah tangan hingga restitusi kepala selesai
kepala bayi berputar menghadap ke adalah penting untuk keselamatan
paha ibu, letakkan tangan pada kedua kelahiran tersebut. Dalam kelahiran yang
sisi kepala bayi, tangan kebawah untuk normal perlu melakukan intervensi agar
melahirkan bahu anterio, kemudian kepala bayi berputar, sambil menunggu
tangan mengarah keatas lagi untuk beri dukungan pada ibu
melahirkan bahu posterior
Setelah bahu dilahirkan, letakan salah Badan bayi haruslah meluncur keluar
satu tangan dibawah leher bayi untuk dengan dituntun oleh tangan sepanjang
menopang kepala, leher dan bahunya, kurva jalan lahir (Carus) dan
sedangkan 4 jari tangan yang satu lagi menopangnya dari tekanan yang
menopang lengan dan bahu anterior. berlebihan oleh perineum ibu.
(sementara melakukan hal tersebut, Pemegangan yang seperti ini akan
bungkukan badan secukupnya untuk memungkinakan penolong untuk
mengamati perineum dan memastikan mengendalikan kelahiran tubuh bayi
bahwa tidak ada tekanan berlebihan
pada perineum)
Tunggulah sampai terjadi rotasi Menunggu, dan tidak melakukan
eksternal pada kepala bayi. Setelah manuver tangan hingga restitusi kepala
kepala bayi berputar menghadap ke selesai adalah penting untuk
paha ibu, letakkan tangan pada kedua keselamatan kelahiran tersebut. Dalam
sisi kepala bayi, tangan kebawah untuk kelahiran yang normal perlu
melahirkan bahu anterio, kemudian melakukan intervensi agar kepala bayi
tangan mengarah keatas lagi untuk berputar, sambil menunggu beri
melahirkan bahu posterior dukungan pada ibu
Setelah bahu dilahirkan, letakan salah Badan bayi haruslah meluncur keluar
satu tangan dibawah leher bayi untuk dengan dituntun oleh tangan sepanjang
menopang kepala, leher dan bahunya, kurva jalan lahir (Carus) dan
sedangkan 4 jari tangan yang satu lagi menopangnya dari tekanan yang
menopang lengan dan bahu anterior. berlebihan oleh perineum ibu.
(sementara melakukan hal tersebut, Pemegangan yang seperti ini akan
bungkukan badan secukupnya untuk memungkinakan penolong untuk
mengamati perineum dan memastikan mengendalikan kelahiran tubuh bayi
bahwa tidak ada tekanan berlebihan
pada perineum)
Pada saat badan bayi dilahirkan, Bagaimana licinnya bayi, cara seperti ini
luncurkan tangan atas kebawah badan akan menghasilkan pegangan yang aman
bayi, dan selipkan jari telunjuk diantara
kaki bayi dan terus ke bawah hingga
menggenggam kedua pergelangan kaki
bayi
Lahirkan tubuh bayi dalam gerak Hal ini akan membuat bayi berada dalam
lengkung yang rata (ingat kurva carus) ketinggian yang sama dengan plasenta
keluar supaya kepalanya sekarang dan mencegah bayi terlepas atau terkena
ditopang oleh permukaan telapak tekanan yang berlebihan terhadap jaringan
tangan yang satu lagi. Tangan yang bayi. Merendahkan posisi kepala bayi
menopang kepala hendaknya lebih akan mendorong pengeluaran lendir
rendah dari tubuh bayi. sementara bayi dikeringkan
Sementara mengevaluasi kondisi bayi, Bayi saat ini harus sudah mulai bernafas,
keringkanlah lalu letakkan bayi diatas kering, dan kontak dengan kulit ibu
abdomen ibu sedapat mungkin untuk mencegah
hipotermia, untuk mendorong terciptanya
ikatan batin serta pemberian ASI

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN KALA II


 Langkah I : Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : ibu tidak kuat mengejan dalam persalinan
 Langkah II : Pemeriksaan Fisik
a. Tanda - tanda vital:
1) Tekanan darah: Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak
dilahirkan, biasanya tekanan darah akan naik kira - kira 10 mmhg.
2) Suhu, Nadi, dan Pernafasan : Suhu dalam batas normal 36,5 - 37,5oc. Bila suhu
tubuh lebih dari 37,5 dianggap ada kelainan kecuali bagi klien setelah melahirkan
suhu badan 35,5 oC – 37,8 oC masih dianggap normal karena perlahan keadaan
nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, bila suhu naik, keadaan nadi akan
bertambah pula, dapat disebabkan karena adanya perdarahan. Pada klien yang
dalam persalinan pernafasannya agak pendek karena kelelahan. Dan akan kembali
normal setelah persalinan dan periksa tiap 4 jam. peningkatan RR, nadi kurang dari
100, suhu tubuh dan diaphoresis.
b. Berat Badan dan Tinggi Badan: Ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 145 cm
terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar
memiliki panggul sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan
peningkatan berat badan selama hamil antara 10 – 12 kg.
c. Tanda yang menyertai kala II : Keringat terlihat tiba - tiba diatas bibir, adanya mual,
bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan
sering, ibu merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum
menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah mengatakan saya ingin BAB usaha keras
tanpa disadari, pada waktu his kepala janin tampak di vulva, meningkatnya
pengeluaran darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul, meneran,amnesia,
perasaan panas dan tegang pada perineum, tremor, kelelahan, emosi labil, takut,
gelisah, ketidakpercayaan dan merintih.
d.  Melakukan monitoring terhadap : His ( Kontraksi 2 - 3 menit, intensitas kuat, lamanya
50 - 70 detik pembukaan servik 10 cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran
darah dan lendir, cairan amnion, perineum menonjol, keluar feses pada saat
melahirkan dan distensi kandung kemih, keadaan janin ( penurunan janin melalui
vagina ).
e. Posisi yang paling aman saat ibu mengejan :
Posisi Alasan / Rasionalisasi
Duduk atau Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran
Semi Duduk kepala bayi dan mengamati/men-support perineum.
Posisi Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit,
Merangkak membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal
pada perineum.
Berjongkok atau Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran
Berdiri panggul, memperbesar dorongan untun meneran.
Berbaring Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi
miring kekiri oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah
terjadinya laserasi.

f. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45 – 60 menit,


multipara berlangsung 15 – 30 menit.
g. Nyeri / ketidaknyamanan
1) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
2) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
3) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
4) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
h. Seksualitas
1) Servik dilatasi penuh (10 cm) dan penonjolan 100%
2) Peningkatan perdarahan vagina
3) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
4) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
5) Penonjolan rectal / perineal dengan turunnya janin.
 Langkah III : Kebutuhan Pola Kehidupan Sehari – hari pada ibu persalinan kala II
a.  Pola nutrisi
Saat inpartu : makan : nasi, sayur, lauk, Minum : satu gelas teh, satu gelas susu,
segelas air putih.
b. Pola eleminasi
Saat inpartu : BAK: 1x/ hari warna kuning, bau khas, banyaknya. 250cc.
 Diagnosa keperawatan, Intervensi dan Rasional
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum.
Tujuan : Ibu dapat mengontrol rasa nyeri yang dialaminya dan meningkatkan rasa
nyaman.
Intervensi Rasional
-. Anjurkan sebaiknya posisi miring -. Menghidari penekanan pada vena cava,
kiri. sehingga meningkatkan sirkulasi ke ibu
maupun janin.

-. Pertahankan kiandung kemih tetap -. Kandung kemih yang kosong akan


dalam keadaan kosong. memperlancar penurunan bagian terendah
janin dan mengurangi tekanan sehingga
sirkulasi lancar.
-. Pertahankan alat tenun dalam -. Meningkatkan rasa nyaman ibu
keadaan bersih, rapi dan kering.
-. Anjurkan ibu untuk kumur - kumur -. Ibu merasa segar dan nyaman
atau basahi bibir dengan lemon
gliserin.
-. Jelaskan pada ibu bahwa relaksasi -. Ibu mengerti dan kooperatif
selama kontraksi sangat penting.
-. Anjurkan teknik nafas dalam dan -. Nafas dalam untuk mengisi paru-paru
ekspirasi melaui hidung.
-. Lakukan masase (eufflerage/deep -. Impuls rasa sakit diblok dengan
back massage/firm counter memberikan rangsangan pada syaraf
pressure/abdominal lifting). berdiameter besar sehungga gate kontrol
tertutup dan rangsangan sakit tidak
diteruskan kekorteks cerebral
-. Pertahankan rasa nyaman dengan -. Memberikan posisi yang nyaman pada
pengaturan bantal un tuk menyokonh ibu dan mengurangi tekanan pada daerah
tubuh punggung yang dapat menghambat
sirkulasi kejaringan.

b. Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh BAB


Tujuan:
·  Persepsi ibu terhadap pengalamannya melahirkan akan bersifat positif
· Ibu akan berhenti terhadap kemungkinan bab selama melahirkan
· Ibu menerima pergerakan bowel pada saat melahirkan sebagai suatu yang normal.
Intervensi Rasional
-. Memberitahukan pada ibu, bahwa -. Motilitas gastro intestinal menurun dalam
bukan merupakan suatu hal yang persalinan dan usaha yang ekspulsif, Diiringi
biasa bagi ibu untuk memiliki penurunan bagian terendah janin
pergerakan bowel selama melahirkan. menyebabkan pengeluaran tinja.
-. Bila tinja keluar, bersihkan -. Jika perawat tidak beraksi secara negatif,
secepatnya dan menyumbat bila atensi ibu akan teralihkan dari pergerakan
mungkin, sementara ubu bowelnya ke usaha mengedan.
memberikan timbal balik yang positif
dalam usaha mengedan

c. Resiko tinggi cedera pada ibu dabn janian b/d penggunaan secara tetap manuver
palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : Tidak terjadi cedera padsa ibu maupun janin
Intervensi Rasional
-. Bantu ibu  bentuk posisi yang nyaman yaitu -. Memperlancar aliran darah dari
posisi setengah duduk dengan bahu dan ibu ke janin dan memudahkan
pungung yang ditopang oleh seorang anggota penolong untuk membantu
keluarga. melahirkan.

-. Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan -. Untuk mengetahui keadaan


ukur tekanan darah. umum ibu.
-. Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi. -. Meningkatkan identifikasi awal
bahaya pada fetal.
-. Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung -. Ibu tenang dan tetap koopretif
dan dengan cara yang menyenangkan dan
rileks.
-. Bila perinium menonjol, anus membuka -. Merupakan tanda-tanda yang
kepal anak mterlihat didepoan vulva sat tepat untuk memimpin dan
kontraksi dan tidak masuk maka penolong menolong persalinan.
akan mulai memimpin persalinan.
-. Penolong cuci tangan dan menggunakan -. Mencegah kontaminasi dan
sarung tangan  steril. transmisi dari mikroorganisme
-. Jika ada dorongan untuk mengedan 
bantulah persalinan dengan:

 Melahirkan kepala
 Periksa lilitan tali pusat pada leher
 Melahirkan bahu depan dan belakang
 Melahirkan badan bayi
 Menjepit tali pusat dengan 2 klem 
dan gunting diantara kedua klem
tersebut.
 Menaikan bayi lebih tinggi dari perut
ibu dan menaruh diatas perut ibu.
 Melakukan palpasi abdomen untuk
mengetahui kemungkinan adanya
janin yang lain.
 Injeksi oksitoksin

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan Kala II ( Kala Pengeluaran Janin ) adalah dimulai ketika pembukaan
lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh janin. Pada kala II his menjadi lebih kuat
dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang
panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot - otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan karena tekanan pada rectum ibu merasa dapat
mau buang air besar dengan tanda anus membuka, pada waktu His, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang dan his mengejan  yang terpimpin
akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Tanda dan Gejala Persalinan Kala II
: Ibu ingin mengedan bersamaan dengan terjadinya kontraksi atau his. His atau kontraksi
uterus yang semakin kuat dengan interval 2 - 3 menit, durasi 50 - 100 detik, Pemeriksaan
vaginal serviks sudah dilatasi penuh, Perineum terlihat menonjol, Selaput amnion
biasanya sudah pecah, Vulva – vagina dan sfingter terlihat membuka, Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah, Kepala telah turun didasar panggul, Meningkatnya tekanan
pada rectum dan vaginanya, Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan akan mungkin
terdapat tetesan darah dari vagina. Gerakan – Gerakan Utama Dari Mekanisme Persalinan
Kala II : Penurunan Kepala, Fleksi, Rotasi Dalam ( Putaran Paksi Dalam ), Ekstensi,
Rotasi Luar ( Putaran Paksi Luar ), Ekspulsi. Penatalaksanaan Persalinan Kala II : Mulai
Mengejan, Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan, Posisi Ibu saat
Mengejan, Melahirkan kepala, Memeriksa Tali Pusat, Melahirkan Bahu, Melahirkan Sisa
Tubuh Bayi, Memotong tali pusat.
DAFTAR PUSTAKA

Dep.Kes. RI, 2009. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.

https://icoel.wordpress.com/kebidanan/kala-ii-persalinan/

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

http://afifa08afa.blogspot.co.id/2013/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Doenges E. M., 2001. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Keperawatan Klien Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai