Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal


ISSN Keperawatan
Jurnal : Cetak 2085-1049
Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

HUBUNGAN PERILAKU TERHADAP HARGA DIRI REMAJA PUTUS SEKOLAH


DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI

Indriyati1, Yulia Susanti1, Livana PH1


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Email: indriyati204@gmail.com; livana.ph@gmail.com; yulia_s.kepns@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Remaja yang putus sekolah biasanya cenderung memiliki harga diri yang rendah.
Peran harga diri sangat besar dalam dunia pendidikan sehingga remaja yang memiliki harga diri yang
tinggi akan lebih termotivasi untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya dibanding remaja yang
memiliki harga diri rendah sehingga harga diri terhadap perilaku remaja bisa di ukur dalam
pembentukan identitas diri pada remaja. Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
perilaku terhadap harga diri remaja putus sekolah dalam pembentukan identitas diri. Desain penelitian
menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel Penelitian ini adalah remaja putus
sekolah dengan jumlah 43 remaja dengan teknik sampling probability sampling dengan uji statistik
menggunakan Chi-Square nilai p=0,000 (pvalue <0,05). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara perilaku terhadap harga diri remaja putus sekolah dalam
pembentukan identitas diri. Diskusi: Hasil penelitian ini direkomendasikan remaja yang putus sekolah
tidak mempunyai perilaku yang menyimpang sehingga diharapkan remaja tetap mempunyai harga diri
yang tinggi.

Kata kunci: Putus sekolah, Perilaku Remaja Putus Sekolah

ABSTRACT
Introduction: Teenagers who drop out usually tend to have low self-esteem. The role of self-esteem is
very large in the world of education so that adolescents who have high self-esteem will be more
motivated to achieve success in life than adolescents who have low self-esteem so that self-esteem to
adolescent behavior can be measured in the formation of identity in adolescents. Methods: The
purpose of this study to determine the relationship of behavior to self-esteem dropout teenagers in the
formation of identity. The study design used a cross-sectional study design. Sample This research is
drop out teenagers with amount of 43 adolescent with sampling probability sampling technique with
statistical test using Chi-Square value p = 0,000 (pvalue <0,05). Results: The results showed that
there was a significant correlation between behavior toward self esteem of drop out teenager in the
formation of self identity. Discussion:Patient The results of this study recommended that teenagers
who drop out of school do not have deviant behavior that is expected teenagers still have high self-
esteem.

Keywords: Drop out, Young Out Behavior

PENDAHULUAN teman dalam pergaulan, media massa atau


Remaja merupakan masa kehidupan individu elektronik, orang tua yang kurang perhatian,
dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk masyarakat yang kurang perduli dengan
menemukan identitas diri. Remaja mulai aktivitas remaja, tidak adanya wadah atau
memandang diri dengan penilaian dan standar organisasi bagi remaja untuk menyalurkan
pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi bakat (Chaplin, 2006). Berdasarkan observasi
perbandingan sosial. Remaja juga mempunyai Sondang Situmorang di Medan remaja usia 12-
sifat dasar unik, salah satunya adalah sifat ingin 18 tahun banyak yang putus sekolah, remaja
meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada putus sekolah sendiri adalah remaja yang tidak
keadaan, serta lingkungan disekitarnya dapat melanjutkan atau berhenti sekolah
(Kusmiran, 2013). Perilaku remaja pada merupakan masalah krusial dalam kehidupan
dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi berbangsa dan bernegara (Halik, 2013).
diantaranya krisis identitas pada diri remaja,

54
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Remaja yang putus sekolah itu memiliki harga kegagalan atau mengalami hambatan dalam
diri yang rendah, peran harga diri sangat besar pencapaian cita-cita dan harapannya (Azwar,
dalam dunia pendidikan. Remaja yang memiliki 2009).
harga diri yang tinggi akan lebih termotivasi
untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya METODE
(Mulyadi, 2007). Menurut Coopersmith (2007), Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
harga diri merupakan hasil penilaian atau dengan desain cross-sectional. Alat yang
penghargaan pribadi seorang individu yang digunakan untuk penelitian adalah kuesioner
diekspresikan dalam sikap-sikap terhadap dengan 17 pertanyaan tentang perilaku remaja
dirinya sendiri. putus sekolah dan 11 pertanyaan tentang harga
diri remaja putus sekolah dengan jumlah
Penelitian Kelly (2007) menunjukkan bahwa responden sebesar 43 orang. Penelitian
harga diri remaja yang sekolah cenderung dilakukan di Kelurahan Ngilir Kecamatan Kota
positif dibandingkan harga diri remaja yang Kendal Kabupaten Kendalpada tahun 2016.
putus sekolah. Remaja yang sekolah bisa lebih
berusaha lebih baik dalam pemecahan masalah HASIL
yang ada pada dirinya. Sedangkan remaja yang Adapun karakteristik responden, ditribui
putus sekolah lebih cenderung mudah depresi frekuensi berdasarkan perilaku dan harga diri
atau stres, dan lebih cenderung putus asa ketika dapat dilihat pada tabel berikut :
remaja yang putus sekolah tersebut mengalami
Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=43)
Variabel f %
Usia
12-15 tahun 21 48,8
16-18 tahun 22 51,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 37,2
Perempuan 27 62,8
Jumlah 43 100
Hasil analisa menunjukan bahwa karakteristik remaja putus sekolah mayoritas berusia 16-18 tahun
yaitu 22 responden (51,2%).

Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut Perilaku Remaja (n=43)

Hasil analisa menunjukan bahwa sebagian besar responden di Kelurahan Ngilir Kecamatan dan
Kabupaten Kendal dengan perilaku tidak menyimpang sebanyak 27 responden (62,8%).
Perilaku Remaja f %
Menyimpang 16 37,2
Tidak Menyimpang 27 62,8
Jumlah 43 100,0

Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Harga Diri Remaja (n=43)
Harga Diri Remaja f %
Rendah 12 27,9
Tinggi 31 72,1
Jumlah 43 100,0
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian harga diri tinggi sebanyak 31 responden
besar remaja putus sekolah di Kelurahan Ngilir (72,1%).
Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal dengan

55
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 4.
Hubungan Perilaku terhadap Harga Diri Remaja Putus Sekolah dalam Pembentukan Identitas
Diri (n=43)
Perilaku Remaja Harga Diri Remaja
Rendah Tinggi Total P value
f % f % f %
Menyimpang 10 62,5 6 37,5 16 100
0,000
Tidak Menyimpang 2 7,4 25 92,6 27 100
Total 12 27,9 31 72,1 43 100
Berdasarkan Hubungan Perilaku terhadap mempunyai banyak sekali keinginan, tidak mau
Harga Diri Remaja Putus Sekolah dalam kalah dengan teman-temannya. Mereka tidak
Pembentukan Identitas Diri di Kelurahan Ngilir mau kelihatan miskin didepan teman-temannya
Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal dari apa lagi didepan pacarnya kalau remaja tersebut
tabel 4 didapatkan hasil sebanyak 16 responden putus sekolah. Hal ini membuat remaja menjadi
(100%) memiliki perilaku menyimpang dengan tidak percaya diri, minder, dan akhirnya stres.
harga diri rendah sebanyak 10 responden
(62,5%) dan harga diri tinggi sebanyak 6 Penelitian yang dilakukan oleh Novita (2010)
reponden (37,5%). Sedangkan responden yang pada usia ini remaja rentang tehadap berbagai
memiliki perilaku tidak menyimpang yaitu masalah, misalnya yang kerap sekali dialami
sebanyak 27 responden (100%) dengan harga remaja seperti stres, resiko putus sekolah,
diri rendah sebanyak 2 responden (7,4%) dan melakukan seks bebas pada usia dini, minum
25 responden (92,6%). Hasil perhitungan obat terlarang, bersikap anti sosial dan
dengan menggunakan Chi-Square didapatkan menentang tradisi budaya masyarakat. Perilaku
nilai p-value sebanyak 0,000 (p<0,05) yang menyimpang dialami remaja yang memiliki
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan konsep diri negatif. Hasil penelitian ini
antara perilaku terhadap harga diri remaja putus disimpulkan bahwa usia juga mempengaruhi
sekolah dalam pembentukan identitas diri. remaja dalam menentukan langkah yang
diambil dalam dirinya, jika remaja itu belum
PEMBAHASAN siap dalam menerima segala perubahan yang
a. Karakteristik Remaja Putus Sekolah terjadi selama masa transisi dari kanak-kanak
1. Usia menjadi dewasa maka akan memilii konsep diri
Hasil penelitian usia responden yaitu 16-18 yang negatif dibandingkan remaja yang sudah
tahun sebanyak 22 responden (51,2%) siap menerima kondisi apa saja yang ada akan
sedangkan responden yang berumur 12-15 memiliki konsep diri yang positif.
tahun sebanyak 21 responden (48,8%). Usia
remaja putus sekolah di Kelurahan Ngilir Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Kecamatan Kendal sebagian besar pada usia 16- Situmorang (2013) menyatakan remaja usia 12-
18 tahun, hal ini terjadi karena pada usia 16-18 18 tahun putus sekolah. Hasil penelitian
tahun merupakan usia jenjang pendidikan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
SMA. Masyarakat di kelurahan Ngilir Septiana, (2011) yang menyatakan bahwa
menganggap bahwa pendidikan SMP sudah sebagian besar anak putus sekolah di Jawa
dianggap cukup tinggi dilingkungan kelurahan Timur usia SMA (16-18 tahun) sebanyak
Ngilir sehingga tidak perlu melanjutkan ke 48,89% dari total remaja usia SMA.
pendidikan SMA. Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa
literatur dapat peneliti simpulkan bahwa remaja
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Rasyid putus sekolah sebagian besar berusia antara 12-
(2013), ada beberapa faktor yang menyebabkan 18 tahun dan terbanyak pada usia 16-18 tahun.
terjadinya anak putus sekolah (drop out) antara
lain : latar belakang pendidikan orang tua, 2. Jenis Kelamin
lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya anak Hasil penelitian di Kelurahan Ngilir Kecamatan
minat untuk sekolah, kondisi lingkungan tempat Kendal Kabupaten Kendal sebagian besar
tinggal anak dan keadaan masyarakat. Usia remaja berjenis kelamin perempuan yaitu
remaja adalah usia dimana seseorang sebanyak 27 responden (62,8%) sedangkan

56
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

laki-laki yaitu sebanyak 16 responden (37,2%). dibebani pelajaran sekolah, merasa bangga
Hasil penelitian tentang anak putus sekolah di terhadap diri, senang berteman dengan siapa
Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh saja, tidak pernah memalakukan hal-hal yang
Utara (Grahacendikia, 2009) ditemukan tercela dan menghormati pendapat dari teman-
penyebab anak putus sekolah adalah dari faktor teman.
demografi, geografis, sosial budaya, dan
ekonomi. Secara umum masalah utamanya Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
adalah kondisi ekonomi keluarga yang kurang manusia, baik yang diamati langsung, maupun
mendukung dan sebagian lagi adalah faktor tidak langsung (Notoadmojo, 2010). Pada teori
keluarga. Dari faktor geografis antara lain jalan ‘’S-O-R‘’ dijelaskan bahwa manusia
rusak dan jarak sekolah yang jauh dari rumah. mempunyai dua perilaku yaitu perilaku terbuka
Faktor ekonomi indikatornya antara lain tidak dan tertutup. Dimana perilaku terbuka meliputi:
ada biaya dan bekerja. Dari ketiga faktor respons terhadap stimulus tersebut sudah
tersebut permasalahan geografis sangat berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati
dominan menjadi penyebab anak putus sekolah orang lain dari luar “observable behavior”.
(Alifianto, 2008). Faktor-faktor lain yang Sedangkan perilaku tertutup meliputi: respons
menyebabkan anak putus sekolah yaitu jenis terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
kelamin, jumlah saudara dan rata-rata diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
pengeluaran perbulan. Jenis kelamin erat Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk
kaitannya dengan putus sekolah, diduga angka perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan
putus sekolah anak perempuan jauh lebih besar sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
dibandingkan dengan anak laki-laki (Elfindri, Bentuk “unobservable behavior” atau “covert
2011). behavior” yang dapat diukur adalah
pengetahuan dan sikap.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Septiana, (2011) yang Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dalam
menyatakan bahwa sebagian besar anak putus Green (Notoadmojo, 2007), adapun faktor-
sekolah di Jawa Timur jenis kelamin faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri dari
perempuan sebesar 15,96%. Berdasarkan faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
beberapa literatur dan pendapat para ahli maka faktor pendorong. Pernyataan lain juga
peneliti dapat menyimpulkan bahwa Jenis disampaikan oleh Chaplin (2006), bahwa
kelamin perempuan di Kelurahan Ngilir perilaku remaja pada dasarnya banyak faktor
Kecamatan Kendal lebih banyak yang putus yang mempengaruhi diantaranya krisis identitas
sekolah, hal ini terjadi karena budaya orang tua/ pada diri remaja, teman dalam pergaulan, media
masyarakat di Desa Ngilir yang tidak begitu massa atau elektronik, orang tua yang kurang
mementingkan pendidikan bagi anak khususnya perhatian, masyarakat yang kurang perduli
anak perempuan. dengan aktivitas remaja, tidak adanya wadah
atau organisasi bagi remaja untuk menyalurkan
b. Perilaku Remaja Putus Sekolah bakat. Berdasarkan hasil penelitian dan
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar beberapa literatur dapat peneliti simpulkan
responden di Kelurahan Ngilir Kecamatan dan bahwa rperilaku remaja yang putus sekolah
Kabupaten Kendal dengan perilaku tidak yang tidak mempunyai masalah dengan
menyimpang sebanyak 27 responden (62,8%) keadaan nya yang putus sekolah, maka mampu
sedangkan sebagian kecil responden yang menerima kondisi.
berperilaku menyimpang yaitu sebanyak 16
responden (37,2%). Hal ini menunjukkan c. Harga Diri Remaja Putus Sekolah
bahwa sebagian besar remaja yang putus Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
sekolah tidak melakukan perilaku menyimpang. besar remaja putus sekolah di Kelurahan Ngilir
Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal dengan
Perilaku remaja yang putus sekolah sebagian harga diri tinggi sebanyak 31 responden
besar tidak menyimpang, terjadi karena perilaku (72,1%) sedangkan sebagian kecil responden
remaja putus sekolah yang tidak mempunyai memiliki harga diri rendah sebanyak 12
masalah dengan keadaannya yang putus responden (27,9%). Harga diri merupakan hasil
sekolah, mampu menerima kondisi, menerima penilaian atau penghargaan pribadi seorang
kekurangan, merasa tenang karena tidak individu yang diekspresikan dalam sikap-sikap

57
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

terhadap dirinya sendiri (Coopersmith, 2007). mudah depresi atau stres, dan lebih cenderung
Faktor yang mempengaruhi harga diri menurut putus asa ketika remaja yang putus sekolah
Murk (2006) yaitu : faktor jenis kelamin, tersebut mengalami kegagalan atau mengalami
inteligensi, kondisi fisik, lingkungan keluarga hambatan dalam pencapaian cita-cita dan
dan lingkungan. harapannya. Berdasarkan hasil penelitian dapat
simpulkan bahwa Remaja putus sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai harga diri tinggi dapat terjadi
putus sekolah di Kelurahan Ngilir Kecamatan karena remaja putus sekolah menganggap diri
Kendal Kabupaten Kendal mempunyai harga sendiri sebagai orang yang berharga dan sama
diri tinggi. Hasil penelitian ini tidak sesuai baiknya dengan orang lain yang sebaya dengan
dengan teori Anindyajati (2005) yang dirinya dan menghargai orang lain.
menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
harga diri tinggi memiliki karakteristik aktif d. Hubungan Perilaku terhadap Harga Diri
berprestasi dalam bidang sosial maupun Remaja Putus Sekolah dalam
akademik. Terbuka dalam mengungkapkan Pembentukan Identitas Diri
pendapat, tidak terpaku pada kritik dan Hasil penelitian didapatkan hasil sebanyak 16
masalah, merasa diri berharga, penting dan responden (100%) memiliki perilaku
dihormati, mampu mempengaruhi orang lain, menyimpang dengan harga diri rendah
menyukai tantangan dan optimis dalam sebanyak 10 responden (62,5%) dan harga diri
menghadapi tantangan. Ciri-ciri harga diri tinggi sebanyak 6 reponden (37,5%).
tinggi yaitu menganggap diri sendiri sebagai Sedangkan responden yang memiliki perilaku
orang yang berharga dan sama baiknya dengan tidak menyimpang yaitu sebanyak 27 responden
orang lain yang sebaya dengan dirinya dan (100%) dengan harga diri rendah sebanyak 2
menghargai orang lain, dapat mengontrol responden (7,4%) dan 25 responden (92,6%).
tindakannya, menyukai tugas baru dan Hasil perhitungan dengan menggunakan Chi-
menantang serta tidak cepat bingung bila Square didapatkan nilai p-value sebanyak 0,000
sesuatu berjalan diluar rencana, aktif dan dapat (p<0,05). Maka disimpulkan bahwa ada
mengekspresikan dirinya dengan baik, tidak hubungan yang signifikan antara Perilaku
menganggap dirinya sempurna. terhadap harga diri remaja putus sekolah dalam
pembentukan identitas diri.
Remaja putus sekolah mempunyai harga diri
tinggi dapat terjadi karena remaja putus sekolah Perilaku yang dilakukan oleh remaja tentang
menganggap diri sendiri sebagai orang yang harga diri remaja putus sekolah dipengaruhi
berharga dan sama baiknya dengan orang lain oleh beberapa faktor perilaku diantaranya faktor
yang sebaya dengan dirinya dan menghargai predisposisi, faktor pendorong bahkan sampai
orang lain, dapat mengontrol tindakannya, faktor pendukung (Notoadmojo, 2005).
menyukai tugas baru dan menantang serta tidak Perilaku merupakan hasil hubungan antara
cepat bingung bila sesuatu berjalan diluar perangsang (stimulus), tanggapan, dan respon.
rencana, aktif dan dapat mengekspresikan Remaja yang putus sekolah akan mengalami
dirinya dengan baik, tidak menganggap dirinya harga diri yang rendah sehingga akan
sempurna. Hasil penelitian Nurul (2014), berdampak pada psikologi remaja itu sendiri
menunjukkan ada perbedaan harga diri, antara bisa dicontohkan remaja akan mengalami
remaja yang sekolah dan remaja yang putus minder atau kurang percaya diri. Stress dan
sekolah di Desa Bayeman Kecamatan Gondang masih banyak lagi sedangkan remaja yang tidak
Wetan Kabupaten Pasuruan. putus sekolah tidak akan menmpengaruhi
psikologi remaja itu sehingga remaja tersebut
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan akan merasa dirinya lebih dan dalam meraih
penelitian Kelly (2007) yang menunjukkan kesuksesan akan lebih tercapai. Dengan
bahwa harga diri remaja yang sekolah demikian identitas remaja akan terbentuk
cenderung positif dibandingkan harga diri tergantung pada perilaku terhadap harga diri itu
remaja yang putus sekolah. Remaja yang sendiri entah itu mengacu pada perilaku yang
sekolah bisa lebih berusaha lebih baik dalam positif ataupun perilaku yang negatif.
pemecahan masalah yang ada pada dirinya.
Sedangkan hasil penelitian Azwar (2009), Faktor-faktor tersebut berlaku di desa Ngilir
remaja yang putus sekolah lebih cenderung Kecamatan Kabupaten Kendal mempunyai

58
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

perilaku yang menyimpang dimana juga Anindyani, (2005). Peran Harga Diri Terhadap
mengalami harga diri yang rendah pula. Remaja Ansertivitas Remaja penyalahgunaan
di desa Ngilir mengetahui bahwa konsep diri Narkoba, Jurnal Psikologi Vol. 2 No .1,
remaja yang sekolah cenderung positif diakses pada tanggal 28 November 2015.
dibandingkan konsep diri remaja yang putus
sekolah. Remaja yang sekolah bisa lebih Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu
berusaha lebih baik dalam pemecahan masalah Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
yang ada pada dirinya. Sedangkan remaja yang
putus sekolah lebih cenderung mudah depresi Arist. (2012). Majalah Padang Ekspres Edisi
atau stres, dan lebih cenderung putus asa ketika Senin, diakses dari
remaja yang putus sekolah tersebut mengalami http://suaradokter.com/2015/11/statistikre
kegagalan atau mengalami hambatan dalam majaputussekolah/ pada tanggal 28
pencapaian cita-cita dan harapannya. individu Desember 2015.
yang memiliki harga diri rendah cenderung Azwar, S. (2009). Sikap Manusia Teori dan
kurang percaya diri,takut menghadapi pendapat Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka
yang bertentangan dengan dirinya, kurang Pelajar.
aktifdan ekspresif, bahkan cenderung depresif,
kurang dapat menerima kritik, sering melamun, Baron, R. A & Byrne, D. (2005). Psikologi
mudah tersinggung dan mudah dipengaruhi Sosial Edisi 10 (penerjemah : Djuwita,
oleh lingkungan. Hasil penelitian didukung oleh R,dkk). Jakarta : Erlangga.
penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2014)
yang menyatakan bahwa ada perbedaan konsep Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi.
diri negatif antara remaja yang sekolah dan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
remaja yang putus sekolah di desa Bayeman
diterima. Berdasarkan penelitian dan beberapa Coopersmith, S. (2007). The Antecedentes of
literatur dapat disimpulkan bahwa ada Self-esteem. San Fransisco: W. H.Freeman
hubungan yang signifikan antara perilaku and Company
terhadap harga diri remaja putus sekolah dalam
Dalami. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa
pembentukan identitas diri.
dengan masalah psikososial. Jakarta :
Trans Info Media.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan David Geldard. (2011). Konseling Remaja
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan (Pendekatan Proaktif untuk Anak Muda).
Perilaku Terhadap Harga Diri Remaja Putus Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sekolah Dalam Pembentukan Identitas Diri Di
Kelurahan Ngilir Kecamatan Kendal Kabupaten Dinpend Kendal. (2015). Kasus Remaja Putus
Kendal, didapatkan hasil bahwa remaja putus Sekolah Dikabupaten Kendal 2015.
sekolah sebagian besar berumur 16-18 tahun, Dinas pendidikan kabupaten kendal.
berjenis kelamin perempuan, memiliki harga Diakses dari
diri tinggi, perilaku tidak menyipang. http;//.www.kendalkab.go.id/webla
ma/index.php/2012-09-11-57-
Saran 50/eksekutif/dinas-daerah/dinas-
Orang tua remaja diharapkan mampu pendidikan pada tanggal 3 Februari
memberikan dukungan dan bimbingan yang 2015. Tidak dipublikasikan.
positif pada remaja yang putus sekolah agar
tidak terjerumus kedalam perilaku yang Eddy. (2010). Psikologi Perkembangan
menyimpang dengan cara memberikan Remaja, Bogor : Ghalia Indonesia.
kesempatan remaja untuk menyalurkan bakat
dan minat, memberi bekal ketrampilan, Effendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Riset
keahlian dan pekerjaan kepada remaja. Keperawatan Kesehatan Komunitas
Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba
DAFTAR PUSTAKA
Medika
Ali, M. (2012). Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Bumi Aksara
59
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 54 - 60, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hanafie D. & Halik, Abdul. (2013). Masalah Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental
Putus Sekolah Dan Pengangguran. Keperawatan Konsep Proses dan Praktik.
https://id.linkedin.com/pub/abdul- Edisi-6. Jakarta : EGC.
halik/di akses tanggal 25 November
2015. Riyadi, S & Purwanto, T. (2009). Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Hidayat, A. (2008). Metode Penelitian Ilmu.
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika. Riyanto, A. (2010). Pengolahan Analisis Data
Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika
Kelly, F, K. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta :
PT. Gelora Aksara Pratama. Sarwono, S.W. (2005). Psikologi Remaja
Cetakan ke enam. Jakarta : PT. Raja
Kusmiran, Eny. (2013). Kesehatan Reproduksi Grafindo Persada
Remaja Dan Wanita. Jakarta :
Salemba Medika Saryono. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan Penuntun Praktis bagi Pemula.
Mulyadi. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta : Jogjakarta : Media Cendekia
PT. Gelora Aksara Pratama
Stuart. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Murk C. J. (2006). Self esteem research, theory Jakarta : EGC.
and Practice. New York; Springer.
Publising Company, Inc.nave, B. Diakses Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian.
dari http;//www.google.co.id/webhp Bandung : Alfabeta
sourceid=chrome-
instant&ion=I&espv=2&ie2006 pada Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan
tanggal 20 Desember 2015. Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi-3. Jakarta : Salemba Medika.
Novita, Maria dkk. (2011). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Uliyah, Nurul dkk. (2014). Perbedaan Konsep
Konsep Diri Remaja Kelas VIII Di Diri Negatif Antara Remaja Yang Sekolah
SMP N 3 Depok Sleman Yogyakarta. Dan Remaja Yang Putus Sekolah. Fakultas
Fakultas Kesehatan. Universitas kesehatan Pasuruan. Tidak Dipublikasikan.
Yogyakarta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Nurul. (2014). Jurnal Psikologi, Perbedaan


Konsep Diri Negatif Antara Remaja Yang
Sekolah Dan Remaja Yang Putus Sekolah.
Diakses dari :
http://suaradokter.com/2015/11/putussekol
ah/ pada tanggal 25 November 2015.

PDSP Kemdikbud, (2012). Buku Data


PAUDINI Putus Sekolah SMP, SMA, Dan
SMK.
http://www.kemdikbud.co.id/index.php/ber
ita/press-release/2052. Diambil pada
tanggal 24 November 2016.

60

Anda mungkin juga menyukai