KEHAMILAN
Keperawatan Maternitas II
Ns. Nurhayati, S.Kep., MNS
A. DIABETES MELITUS GESTASIONAL
(DM pada kehamilan)
1 dari 10 wanita menderita diabetes
Diabetes penyebab kematian wanita tertinggi no.9 di dunia
Gangguan toleransi karbohidrat yang mengakibatkan kadar gula darah
meningkat, dan pertama kali diketahui pada saat hamil
Diabetes Melitus pada Kehamilan dapat didiagnosis bila memenuhi satu
atau lebih kriteria berikut: Glukosa darah puasa ≥ 7.0 mmol/l atau 126
mg/dl dan Glukosa darah sewaktu ≥ 11.1 mmol/l atau 200 mg/dl
Patofisologi Diabetes Melitus Gestasional
1. Pada ibu
Preeklamsia/ Eklamsia
Komplikasi proses persalinan
Risiko DM tipe 2 di kemudian hari
Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
Infeksi saluran kemih
Trauma persalinan akibat bayi besar
Komplikasi dan Risiko terkait Diabetes Melitus Gestasional
2. Pada bayi
Makrosomia (ukuran bayi besar)
Distosia bahu
Kelainan kongenital
Lahir prematur
Pertumbuhan janin terhambat
Hipoglikemia (GD rendah saat lahir)
Hiperbilirubinemia (kuning setelah lahir)
Hipokalsemia
Abortus
Manajemen Risiko Diabetes Melitus Gestasional
2. Terapi Medis
Insulin (Perlu disesuaikan dosisnya utk mencapai target gula darah)
Metformin (Lebih dipilih terutama bila gula darah dapat terkontrol)
Sulfonilurea (Meningkatan risiko hipoglikemia pada bayi, belum ada data
keamanan jangka panjang
Usia: perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes melitus,
karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul
Keluhan utama: biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh mual, muntah,
penambahan berat badan berlebihan, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan
pada abdomen dan retinopati
Riwayat penyakit keluarga: perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM,
karena DM bisa juga bersifat genetik
Riwayat kehamilan sekarang: keluhan selama kehamilan, peningkatan berat
badan, IMT, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi
akibat mual muntah
Riwayat antenatal care: kaji dimana tempat pelayanannya, berapa kali, perawatan serta
pengobatan yang didapat, pantau kepatuhan ibu dalam menjalani diet, kadar gula darah,
dan perawatan yang diberikan
Pola aktivitas sehari-hari: Pola nutrisi (frekuensi makan; pasien dengan DM biasanya
mengeluh sering lapar dan haus), Pola eliminasi BAK (Kaji adanya poliuri atau sering
berkemih)
Pola istirahat tidur: Kaji adanya gangguan pola tidur karena perubahan peran dan kaji
adanya kelelahan yang berlebihan
Pola aktifitas dan latihan: aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat
menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah,
pernapasan dangkal dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhadap
cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu
B. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual
44% wanita hamil trimester kedua mengalami mual
Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai
trisemester II) yang ditandai dengan rasa mual dan muntah berlebihan dalam waktu
relatif lama yang apabila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
penurunan berat badan
Patofisiologi Hiperemesis Gravidrum
Mual terjadi akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester pertama
dan kedua. Hal ini mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi tubuh. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, maka terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan volume cairan tersebut menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak,
sehingga dapat merusak hati.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput
lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal.
Etiologi Hiperemesis Gravidrum
1. Stadium I
Muntah terus menerus sehingga menimbulkan hal-hal sbb:
Dehidrasi
Nafsu makan berkurang
Berat badan turun
Mata cekung dan lidah kering
Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus
Nadi meningkat dan tekanan darah turun
Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
Tampak lemah dan lemas
2. Stadium II
Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
Turgor kulit makin turun
Lidah kering dan kotor
Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
Kardiovaskuler: Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit, Nadi teraba lemah karena
volume darah turun, Suhu badan meningkat, Tekanan darah turun
Liver: Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan icterus
Ginjal: Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan Oliguria
dan Anuria. Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan.
Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Stadium III
Keadaan umum memburuk
Muncul sindrom mallory Weiss
Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
Terdapat ensefalopati werniche: Nistagmus dan Diplopia
Gangguan mental
Kardiovaskuler: Nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, dan temperatur meningkat
Ginjal: Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
Pencegahan Hiperemesis Gravidrum
Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik
Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan
Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
lebih sering
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi anjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidrum
1. Obat – obatan
Sedativa: Phenobarbital
Vitamin: Vitamin B1, B6 atau B Kompleks
Anti histamine: dramamin, avomin
Anti emetik (pada keadaan lebih berat): Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang
baik, catat cairan yang keluar masuk
3. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologik.
Jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa mual muntah tersebut dapat
disembuhkan dan dihilangkan
4. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan
fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek,
vitamin C)
Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
5. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik
Jika pasien mengalami komplikasi organis seperti delirium, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan maka perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan
6. Diet
a. Diet hiperemesis I
Diberikan pada hiperemesis stadium III
Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1— 2 jam sesudahnya
Makanan ini kurang memenuhi zat – zat gizi kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama
beberapa hari
b. Diet hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah mulai berkurang
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi, terutama makanan yang
mengandung vitamin A dan D
Minuman tidak diberikan bersama makanan
c. Diet hiperemesis III
Diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan
Minuman boleh diberikan bersama makanan
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium
Hal-hal yang harus perawat kaji pada pasien dengan
Hiperemesis Gravidrum
Keluhan utama: mual muntah yang hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri
epigastrik, tidak nafsu makan, dan merasa haus
Riwayat kehamilan saat ini: ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal, dan
komplikasi kehamilan
Riwayat Kesehatan sekarang: riwayat awal kejadian dan lamanya mual dan muntah,
kaji warna dan volume, frekuensi dan kualitas muntah. Kaji juga faktor yg
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah
dilakukan
Riwayat medis sebelumnya: riwayat penyakit obstetric dan ginekologi, kolelithiasis,
gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
Riwayat sosial: terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, tercapainya pelayanan
antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, dll
Riwayat diet: khususnya intake cairan
Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
Pola aktivitas sehari-hari : kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, personal hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit
C. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Merupakan 5-15 % penyulit kehamilan
Merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin
Suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan
diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg
atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih yang diukur dalam
dua keadaandalam jangka waktu 6 jam
Patofisiologi hipertensi pada kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan terjadi karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme
sistemik, dan kerusakan pembuluh darah yang merupakan karakteristik terjadinya
hipertensi dalam kehamilan
Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segmen yang menyempit dan melebar yang
berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darah dan penyempitan pembuluh darah. Apabila terjadi kerusakan pada
endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan hasil darah lainnya akan
dilepaskan ke dalam interendotelium
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan
akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler
yang terlihat secara klinis sebagai edema
Etiologi hipertensi pada kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa
faktor risiko yang berperan sbb:
Primigravida
Primipaternitas
Hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis,
bayi besar)
Umur ibu hamil
Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
Riwayat penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Obesitas
Manifestasi klinis hipertensi pada kehamilan
Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat mengakibatkan
kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur
Mengalami hipertensi diberbagai level
Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4
Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia mungkin akan
terjadi
kemungkinan akan mengalami nyeri perut di kuadran kanan atas
Meningkatnya enzim hati hingga berpotensi gagal hati
Jumlah trombosit menurun
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
1. Hipertensi kronik
Hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 12 minggu pasca persalinan
2. Preeklamsi
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria
3. Eklamsi
Preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma
4. Hipertensi kronik dengan superposed
Hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai
proteinuria
Penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan
a. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan
Anjurkan pasien untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan
posisi miring untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, untuk meningkatkan
peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta,
menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan
produksi urin
Anjurkan pasien untuk segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema),
kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin kabur
b. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring ke satu sisi
dalam suasana isolasi
Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian
diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida
c. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi menyeluruh,
pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal
(foto thorax, EKG, fungsi paru)
Komplikasi hipertensi pada kehamilan
1. Komplikasi pada ibu:
Eklampsia
Pre eklampsia berat
Solusio plasenta
Gangguan pada ginjal
Perdarahan subkapsula hepar
Gangguan pada pembekuan darah
Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count)
Ablasio retina
2. Komplikasi pada janin :
Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
Kelahiran prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian janin dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
Pemeriksaan diagnostik hipertensi pada kehamilan
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk wanita hamil adalah 12-14
gr%)
Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b. Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut mengalami proteinuria
atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi ringan tidak ditemukan protein dalam urin
c. Pemeriksaan fungsi hati
Bilirubin meningkat (N ≤ 1 mg/ dl)
LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul
Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N 15-45 u/ml)
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N: < 31 u/l)
Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl)
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl)
2. Radiologi
Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
Kardiotografi: diketahui denyut jantung janin lemah
D. ANEMIA PADA KEHAMILAN
Kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3
atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan
Patofisiologi anemia pada kehamilan
1. Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh terutama
disumsum tulang
2. Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan membentuk sel darah
merah yang memproduksi lebih sedikit
3. Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun
4. Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat
pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang sangat kecil (Mikrositik)
5. Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala - gejala
karena anemia semakin memburuk
Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan
membentuk sel darah merah, janin dan plasenta
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi
Etiologi anemia pada kehamilan
1. Umur Ibu
Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
2. Paritas
Ibu hamil dengan paritas (jumlah kelahiran) tinggi mempunyai resiko besar untuk
mengalami anemia di banding dengan paritas rendah
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti
kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil
dan keluarganya
4. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak
mudah terserang penyakit. Ibu hamil dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah
putih yang rendah pula. Keadaan fisiologis seseorang (hamil, kehilangan darah karena
kecelakaan, pascabedah atau menstruasi) dan adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi
cacing tambang, malaria, TBC)dapat menyebabkan anemia
5. Jarak kehamilan
Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dengan jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun
Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk
memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya
Ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang
dikandungnya.
Klasifikasi anemia pada kehamilan
1. Anemia defisiensi besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah
Pengobatannya: pemberian tablet besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi
yang dianjurkan
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah pada hamil muda
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode
sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III
2. Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi
vitamin B12 (cyanocobalamin)
Pemberian tablet asam folat dalam dosis 15-30 mg, atau table vitamin B12 dengan dosis
100-1000 mikrogram sehari, baik per oral maupun parenteral
3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik
Anemia disebabkan sum-sum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru
4. Anemia Hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
daripada pembuatannya
Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah
memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan
vitamin B12
Pengaruh anemia pada kehamilan
Abortus
Persalinan prematuritas
Hambatan tumbuh kembang janin
Mudah infeksi
Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
Heperemesis gravidarum
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini
Pencegahan anemia pada kehamilan
Konsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang –
kacangan, protein hewani, terutama hati
Konsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan
lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi
E. GANGGUAN KARDIOVASKULER PADA
KEHAMILAN
Pada ibu hamil, terjadi adaptasi fisiologis sehingga menyebabkan perubahan
signifikan pada sistem kardiovaskuler
Wanita dengan jantung normal dapat beradaptasi dengan baik selama kehamilan
Sedangkan yang mengalami penyakit jantung,terjadi komplikasi yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin, bahkan dapat membahayakan
nyawa ibu dan janin
Etiologi gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
1. Kelainan Primer
Kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, kelainan katub jantung, iskemik dan
cardiomiopati
Kelainan primer lebih disebabkan karena kelainan pada fisiologi jantung
2. Kelainan Sekunder
Kelainan sekunder berupa penyakit penyerta seperti hipertensi, anemia berat,
hipervolumia, perbesaran rahim, dll
Kelainan sekunder ini lebih disebabkan oleh penyakit-penyakit lain selain masalah jantung
itu sendiri
Manifestasi klinik gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
1. Kelas 1
Tanpa gejala pada kegiatan biasa
Tanpa batas gerak biasa
2. Kelas 2
Waktu istirahat tidak terdapat gejala
Gerak fisik terbatas
Cepat lelah, palpitasi, sesak napas, dapat nyeri dada, edema tangan/tungkai
3. Kelas 3
Gerakan sangat terbatas karena gerak minimal saja dapat menimbulkan gejala payah jantung
4. Kelas 4
Dalam keadaan istirahat sudah terjadi gejala payah jantung
Pemeriksaan diagnostik gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
Foto thoraks: untuk melihat gambaran jantung seperti pembesaran jantung dan edema paru
Elektrokardiografi (ECG): untuk mendeteksi adanya gangguan seperti irama jantung,
system konduksi jantung, dan lain sebagainya
Ekokardiografi: untuk melihat struktur dan fungsi pembuluh darah, serta merekam denyut
jantung
USG: untuk memantau kesejahteraan janin dalam kandungan
Elektrolit serum: untuk menilai kalium sebagai petunjuk terapi cairan dan elektrolit
Penatalaksanaan gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
Pengawasan antenatal
Rawat pasien bersama dengan ahli kardiologi
Banyak istirahat karena jantung melakukan kerja ekstra saat hamil dengan peningkatan
sekitar 12-15 bpm selama hamil.
Pengawasan antenatal lebih sering disertai pemeriksaan EKG dan Ekokardiografi
Serial USG sehingga dapat dipantau kesejahteraan janin dalam rahim
Perhatikan saat kehamilan berusia 32-34 minggu karena puncak hemodulasi besar
kemungkinan terjadi akut dekompensasio kordis.
Pengobatan tergantung dari ahli kardiologi
1. Tingkat I-II
Anjurkan frekuensi ante natal care trimester I setiap dua minggu, dan trisemester II setiap
minggu
Konsultasi dokter anak atau kardiologi
Diet: kurangi garam, dan banyak minum yang memperlancar diuresis
Pengawasan ketat terhadap pasien sbb:
Nadinya agar tidak melebihi 20-28 x/menit
Temperature untuk menetapkan kemungkinan infeksi
Perhatikan bertambahnya BB, tidak melebihi ½ kg/minggu
Berikan nasihat bila timbul keluhan agar segera datang kembali
Setiap bulan, konsultasi rutin pada kardiolog atau bila dipandang perlu
3. Tingkat III
Periksan ANC setiap minggu sejak trimester II
Perhatikan keluhan dan gejala dekompensasio kordisnya
Konsultasi dengan kardiolog atau dokter anak sesuai dengan indikasi atau dilakukan secara
rutin
Sekitar 14 hari menjalang persalinan harus masuk rumah sakit untuk persiapan definitive
4. Tingkat IV
Sebagian besar waktunya di rumah sakit, dengan perawatan bersama dokter anak,
kardiolog
Persiapan untuk menghadapi persalinan sehingga terhindar dari dekompensasio kordis
Komplikasi gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
1. Eklampsia
Terjadi kejang akibat spasme serebrovaskular
Kematian disebabkan oleh hipoksia dan komplikasi dari penyakit berat yang menyertai
2. Perdarahan serebrovaskular
Perdarahan serebrovaskular terjadi karena kegagalan autoregulasi aliran darah otak pada
MAP (Mean Arterial Pressure) diatas 140 mmHg.
Masalah liver dan koagulasi: HELLP Syndrome (hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelets Count).
Preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi
hepar dan trombositopenia
3. Gagal ginjal
Diperlukan hemodialisis pada kasus yang berat
4. Edema Paru
5. Kematian maternal
Munculnya satu atau lebih dari komplikasi tersebut dan muncul secara bersamaan,
merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan
Fetal Kematian perinatal dan morbiditas fetus meningkat
Pada usia kehamilan 36 minggu, masalah utama adalah IUGR yang terjadi karena plasenta
iskemi
Kelahiran prematur juga sering terjadi At-term
Preeklampsia mempengaruhi berat lahir bayi dengan penigkatan risiko kematian dan
morbiditas bayi
Pada semua umur gestasi terjadi peningkatan risiko abrupsi plasenta.
6. Komplikasi pada janin
Persalinan premature
Pertumubuhan janin terhambat
Kematian perinatal
IUGR (Intra Utery Growth Restriction)
Thank you