Anda di halaman 1dari 5

NAMA DANUR MUHAMAD IKHSAN

NIM 181010504010

RUANGAN A-601

MATKUL SOSIOLOGI EKONOMI

NAMA DOSEN Putri Nilam Kencana, S.E., M.M.


ULANGAN TENGAH SEMESTER

INTEGRASI DAN REINTEGRASI SOSIAL

Pengertian Integrasi

Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat
sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan
kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.

Suatu integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung pada factor-faktor
berikut:

1. Homogenitas Kelompok
2. Besar kecilnya kelompok
3. Mobilitas geografis
4. Efektivitas komunikasi

Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

1. Integrasi Normatif

Integrase normatif dapat diartikan sebagai bentuk integrase yang terjadi akibat adanya norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat.

1
2. Integrasi Fungsional

Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. 


Sebuah integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankann fungsi dari masing-masing pihak
yang ada dalam sebuah masyarakat. Misalnya, Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam
suku mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi dari masing-masing suku yang ada,
seperti suku Bugis yang suka melaut sebagai penyedia hasil laut, suku minang yang pandai
berdagang difungsikan sebagai penjual hasil laut tersebut. Dengan demikian akan terjadi
integrasi dlam masyarakat.

3. Integrasi Koersif

Integrasi terakhir ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam hal
penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan). Contohnya adalah perusuh yang berhenti
mengacau karena polisi membakar gas air mata.

Proses-proses Integrasi

1. Akulturasi

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

2. Asimilasi

Asimilasi adalah pembaruan dau kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-
usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu,

2
Faktor-faktor Pendorong

Faktor-faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara lain:

 Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan.


 Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.

Faktor Pendorong Integrasi Sosial

1. Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda.


2. Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat.
3. Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaan.
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6. Perkawinan campuaran.

Pengertian Reintegrasi Sosial

Perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat membuat pudarnya


norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kondisi ini oleh Soerjono Soekanto disebut
sebagai disorganisasi atau disintegrasi sosial. Awal terjadinya kondisi ini adalah situasi
dimana ada ketidakseimbangan atau ketidakserasian unsur dalam masyarakat karena salah
satu unsur dalam sistem masyarakat tidak berfungsi dengan baik.

Apabila terjadi disintegrasi sosial, situasi di dalam masyarakat itu lama-kelamaan akan
menjadi chaos (kacau). Pada keadaan demikian, akan dijumpai anomie (tanpa aturan), yaitu
suatu keadaan di saat masyarakat tidak mempunyai pegangan mengenai apa yang baik dan
buruk, dan tidak bisa melihat batasan apa yang benar dan salah.

Dalam kebingungan tersebut, masyarakat berusaha untuk kembali pada tahap integrasi
dimana lembaga politik, ekonomi, pemerintahan, agama, dan sosial berada didalam keadaan
yang selaras, serasi, dan seimbang. Proses ini disebut dengan reintegrasi.

3
Sumber:

Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Esis Erlangga.

Contoh Studi Kasus :

Konflik dan integrasi sosial antara etnik Ambon dengan etnik Muna serta implikasinya
terhadap ketahanan wilayah : Studi kasus di Kecamatan Katobu Kabupaten Muna Propinsi
Sulawesi Tenggara

Sejak pergantian Orde Baru ke masa Reformasi, daerah-daerah di Indonesia mengalami


banyak peristiwa yang meresahkan bahkan cenderung bersifat anarkhis yang mengarah
disintegrasi bangsa. Konflik-konflik sosial dimulai dari pertikaian antar etnik, antar agama
sampai kerusuhan sosial yang telah menghancurkan kehidupan masyarakat bukan saja
material tetapi juga perekonomian dalam skala luas. Semua peristiwa tersebut tentu saja akan
berdampak buruk pada ketahanan wilayah bahkan integritas bangsa. Peneliti berusaha
menemukan sebab-sebab konflik dan cara mengatasi konflik tersebut secara lebih dini. Kali
ini peneliti mengambil studi kasus atas peristiwa konflik antar pemuda dari etnik berbeda
sebagai obyek penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah Integrasi Sosial Antara Etnik
Ambon Dengan Etnik Muna Di Kecamatan Katobu Kabupaten Muna Serta Implikasinya
Terhadap Ketahanan Wilayah. Penelitian bertujuan; 1) untuk memberikan gambaran tentang
proses integrasi sosial yang terjadi antara etnik Ambon dengan etnik Muna di Kecamatan
Katobu Kabupaten Muna;2) memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
sebagai pendukung dan penghambat terhadap proses integrasi antara etnik Ambon dengan
etnik Muna;3) menjelaskan implikasi peristiwa konflik etnik Muna dan etnik Ambon
terhadap ketahanan wilayah. Lokasi penelitian ini terjadi di kecamatan Katobu kabupaten
Muna propinsi Sulawesi Tenggara yang melibatkan dua etnik yang berbeda, yaitu etnik Muna
dan etnik Ambon. Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif dengan pengumpulan data
yang menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek yang dipakai
sebagai sampel penelitian adalah warga daerah dimana peristiwa itu terjadi
4
digunakan adalah metode kualitatif. Faktor-faktor yang dilibatkan mencakup pemahaman
bahasa, adat istiadat, kegiatan sosial kemasyarakatan dan amalgamasi yang selanjutnya
dianalisis implikasinya terhadap ketahanan wilayah. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa
faktor bahasa telah menjadi faktor integrasi sosial masyarakat di kecamatan Katobu. Selain
itu proses Amalgamasi yang sudah lama terjadi sehinggga menghasilkan warga-warga dari
etnik campuran yang telah menyatu dengan adat istiadat setempat. Sedangkan implikasi
konflik terhadap ketahanan wilayah sangat meresahkan warga masyarakat Kabupaten Muna
umumnya dan masyarakat Kecamatan Katobu khususnya. Setelah adanya tindakan Resolusi
Konflik dan Rekonsiliasi Konflik yang diprakarsai oleh Bupati Muna, Dandim, dan Kapolres,
maka situasi keamanan dapat stabil kembali. Dengan demikian stabilitas keamanan di
Kecamatan Katobu Kabupaten Muna tetap terjaga dan ketahanan wilayah mampu
dipertahankan. Olehnya itu toleransi untuk saling menghormati suatu kesepakatan yang telah
dibuat tetap terjaga serta dapat mengendalikan diri untuk tidak saling mendendam.
Penyelesaian konflik Maluku merupakan suatu pelajaran yang sangat berharga bagi para
tokoh adat serta tokoh masyarakat dengan tidak memberi peluang kepada pihak luar untuk
mencampuri kejadian ini. Demokrasi dan kesepakatan memberi arti tersendiri bagi warga
masyarakat Kecamatan Katobu Kabupaten Muna dalam mencapai mufakat untuk
mempertahankan ketahanan wilayahnya.

Anda mungkin juga menyukai