Anda di halaman 1dari 3

4. Apa hubungan rokok dengan gejala pada scenario?

Inflamasi kronis

Inflamasi kronis pada perokok terutama mengenai saluran napas perifer dan parenkim paru. Epitel saluran
napas merupakan regulator respons imun terhadap berbagai insult termasuk asap rokok. Inhalasi asap
rokok, asap bahan bakar, polutan udara mengaktifkan pattern recognition receptors (PRC) seperti toll-like
receptor sehingga menimbulkan respons imun alamiah (innate). Respons imun ini menyebabkan
peningkatan jumlah neutrofil, makrofag di paru dan sel epitel saluran napas dan sekresi mukus. Pajanan
langsung pada sel epitel dan sel imun saluran napas menimbulkan sekresi beberapa faktor proinflamasi
yang meningkatkan pengerahan dan survival beberapa sel imun lain seperti neutrofil, makrofag sel T dan
sel dendritik. Secara simultan, asap rokok mengganggu mekanisme pertahanan innate pejamu dan
mengubah respons imun adaptip terhadap antigen inhalasi. Hasil akhir dari efek tersebut adalah injury dan
inflamasi kronis saluran napas. (Daniel, 2019)

Gambar . Patogenesis Asap rokok


Stres oksidatif

Stres oksidatip meningkat karena pajanan asap rokok dan juga secara endogen dari aktivasi beberapa sel
inflamasi terutama neutrofil dan makrofag. Mekanisme Reactive Oxygen Species (ROS) dapat dilihat
pada gambar. Reactive Oxygen Species mengaktivasi NF-kB dan p38 MAPK sehingga menimbulkan
peningkatan ekspresi gen inflamasi dan protease. Reactive Oxigen Species menghambat antiprotease
endogen seperti a,-antitrypsin sehingga terjadi peningkatan elastolisis. Stres oksidatif menimbulkan
kerusakan DNA yang secara normal diperbaiki oleh perbaikan mesin DNA. Pada perokok dapat terjadi
kegagalan perbaikan rantai ganda DNA yang rusak sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya kanker paru. ROS menimbulkan karbonilasi protein, pada pasien perokok disertai PPOK berat
dapat menyebabkan terbentuknya autoantibodi sirkulasi yang dapat memperberat inflamasi dan injury
paru. ROS juga mengaktifkan transforming growth factor-ß (TGF-B) sehingga terjadi fibrosis. Stres
oksidatif juga mengurangi respons kortikosteroid melalui pengurangan dan ekspresi HD2. ROS juga
mengurangi ekspresi dan aktivitas sirtuini (SIRTI), yang sangat berkurang pada paru pasien PPOK dan
mempunyai peran mempertahankan stabilitas genomik, regulasi autophagy dan proteksi terhadap cellular
senecence dan penuaan. Ada bukti defek pertahanan antioksidan endogen pada perokok. Faktor
transkripsi nuclear factor erythroid 2-related factor 2 (NRF2) berperan penting pada regulasi beberapa gen
antioksidan dan sitoprotektip terhadap stres oksidatip. (Daniel, 2019)

Hubungan rokok berkaitan dengan gejala sesak nafas dan batuk pada pasien karena asap rokok dapat
menyebabkan inflamasi kronis sehingga menyebabkan reaksi respon imun yang menyebabkan
peningkatan jumlah neutrophil, peningkatan makrofag paru, peningkatan sekresi mucus. Merokok dan
inflamasi membuat kelenjari mucus yang berada di saluran pernafasan membesar menyebabkan
metaplasia sel goblet dan penggantian sel sehat dan sel yang memproduksi mucus. (Daniel, 2019)

Selain inflamasi kronis, akibat paparan asap rokok juga akan memberikan efek stress oksidatif sehingga
menyebabkan teraktivasinya TGF-B sehingga terjadi fibrosis yang menyebabkan paru paru menjadi kaku
menurunkan tekanan elastic recoil paru yang menyebabkan pengurangan air flow dan air trapping karena
penyempitan saluran nafas. Akibat paparan asap rokok pula menyebabkan apparatus mucosiliary saluran
pernafasan menjadi atrofi sehingga drainase mucus menjadi kurang baik yang dapat memperberat sesak
pada pasien. (Daniel, 2019)

Anda mungkin juga menyukai