Anda di halaman 1dari 9

1) Asma

DEFINISI

Asthma adalah kelainana proses peradangan yang bersifat kronis pada saluran napas yang ditandai oleh
obstruksi jalan napas yang ditandai oleh obstruksi jalan napas total atau parsial, dengan banyak elemen
selular yang berperan. Inflamasi kronis memiliki kaitan dengan hiperesponsivitas jalan napas yang
menyebabkan episode berulang dari wheezing, dyspneu, nyeri dada, dan batuk, khususnya pada makam
atau dini hari. Konstriksi airway berhubungan dengan gejala yang ditimbulkan. Kelainan ini biasanya
bersifat reversible baik secara spontan maupun pengobatan. (Udin, 2019)

ETIOLOGI

Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi
berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperraktivitas bronkus). Hiperaktivitas bronkus itu belum diketahui
dengan jelas penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan Sebagian system adrenergic, kurangnya
enzim adenilsiklase dan meningginya tonus sistem parasimpatik. Keadaan demikian menyebabkan mudah
terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan sehingga terjadi spasme bornkus. Banyak
faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau Iritabilitas tersebut. Faktor genetic, biokimiawi,
saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam
proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit yang multifactorial.

Asma (hiperraktivitas bronkus) agaknya diturunkan secara poligenik. Alergi (atopi) salah satu
faktor pencetus asma juga diturunkan secara genetic tapi belum pasti bagaimana caranya.

Source: hal. 1203, ilmu Kesehatan anak oleh staf pengajar ilmu Kesehatan anak fakultas kedokteran
universitas indonesia

Udin, Fahrul Muchamad. 2019. Buku Praktis: Penyakit Respirasi Pada Anak untuk Dokter Umum.
Malang: Tim UB Press.

2) Bronkitis kronik

DEFINISI

Bronkitis kronis memiliki beragam definisi secara epidemiologi, namun secara klasik didefinisikan
sebagai batuk produktif kronis selama tiga bulan dalam satu tahun selama dua tahun berturut-turut dan
penyebab batuk kronis lainnya (misalnya, bronkiektasis) telah disingkirkan. Kondisi ini dapat mendahului
atau mengikuti perkembangan dari hambatan aliran udara. Penyakit ini merupakan subtipe dari penyakit
paru obstruksi kronis (PPOK). (Amin, 2019)
ETIOLOGI

Penyebab utama bronkitis kronis adalah merokok. Kejadian kumulatif bronkitis kronis 30 tahun pada
perokok saat ini adalah 42%. Bronkitis kronis juga ditemukan sebesar 4 sampai 22% dari pasien yang
tidak perokok. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor risiko lainnya. Faktor risiko lainnya meliputi
pajanan inhalasi bahan bakar biomassa, debu, dan asap kimia. Faktor risiko potensial lainnya adalah
adanya refluks gastroesofagus yang mangkin disebabkan aspirasi dari refluks isi lambung, atau karena
refleks bronkokonstriksi sekunder yang dimediasi secara neurologi akibat iritasi mukosa esofagus. (Amin,
2019)

3) Aspirasi pneumonitis

DEFINISI

Pneumonia adalah penyakit pada parenkim paru yang mengalami proses radang atau inflamasi.
Mikroorganisme virus, jamur atau bakteri dan beberapa hal lain seperti aspirasi dan radiasi adalah
penyebab terjadinya penyakit ini. (Amin, 2019)

ETIOLOGI

Pneumonia Aspirasi adalah Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya
polimikrobial namun jenisnya tergantung kepada lokasi tempat terjadinya yaitu di komunitas atau di RS,
baik pada PAK atau PAN primer ataupun sekunder. Data terbaru menunjukkan bahwa pada PAK
penyebab infeksi adalah kuman yang serupa pada PK (Pneumonia komunitas) dan PPK (Pneumonia pada
pusat perawatan kesehatan), yaitu tersering adalah S. pneumonia, S.aureus, H. influenza,
danEnterobacteriace. PAN sering disebabkan oleh bakteri Gram negative termasuk P. Aeruginosa.
Sebagian peneliti menyatakan bakteri anaerob bakteri anaerob seperti Peptostreptococcus, Bacteroides,
Fusobacterium, dan Prevotella tidak berperan banyak, namun pada pasien dengan periodontitis yang berat
dan sputum yang berbau lebih mengarah kepada infeksi anaerob.

Sumber : Hal. 1622, ilmu penyakit dalam Jilid II, Edisi VI

4) Abses paru

DEFINISI

Abses paru adalah suatu penyakit jaringan paru yang didefinisikan sebagai proses nekrosis dari jaringan
paru dan terbentuknya kavitas yang berisi debris nekrotik atau cairan yang berasal dari infeksi bakteri.
Pengertian lain yaitu suatu infeksi paru nekrotik akibat proses supurasi yang ditandai dengan adanya pus
yang mengisi kavitas yang disebabkan oleh mikroorganisme piogenik. Istilah necrotizing pneumonia
sering digunakan untuk menjelaskan proses patologi yang mirip dengan kavitas kecil yang multipel
(diameter <2cm) di area yang berdekatan pada paru. (Amin, 2019)

ETIOLOGI

Bakteri patogen yang paling sering pada abses paru adalah bakteri anaerob, tetapi hampir setengah dari
kasus yang didapat adalah bakteri anaerob dan aerob. Abses paru monomikrobial dapat disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, batang gram negatif seperti Klebsiella spp. Pseudomonas aeruginosa,
Burkholderia pseudomallei (melioidosis), Pasteurella multocida, grup A streptococci, Haemophilus
influenza tipe b dan c, Legoinella spp., Rhodococcus equi, Actinomyces spp., dan Nocardia spp.,
Streptococcus pneumoniae, terutama tipe 3, telah dilaporkan menyebabkan abses paru, namun
pembentukan kavitas paru pada pneumokokus pneumonia juga dapat disebabkan oleh bakteri anaerob.
Organisme lain yang dapat menyebabkan abses paru yaitu jamur, Mycobacterial, dan parasit
(Paragominus westermani, Entamoeba histolytica). (Amin, 2019)

Bakteri aerob yang paling sering sebagai penyebab abses paru adalah Streptococcus dan Staphylococcus,
kadang-kadang bakteri gram negatif, khususnya Klebsiella. Pada pasien imunokompromais, kuman
penyebab abses paru adalah Nocardia dan mycobacteria spp. Mikroorganisme penyebab pneumonia yang
sering berlanjut menjadi abses paru adalah Pseudomonas arruginosa, Klebsiella pneumoniae,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, spesies Nocardia dan spesies jamur. Organisme dan
predisposisi abses paru dapat dilihat pada table.
5) Bronkiektasis

DEFINISI

Bronkiektasis adalah kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap
disebabkan kerusakan komponen elastik dan muskular dinding bronkus. (Amin, 2019)

ETIOLOGI

Etiologi dari Bronkiektasis bermacam-macam diantaranya infeksi paru (tuberkulosis, infeksi jamur, abses
paru, pneumonia), kistik fibrosis, gangguan sistem imunitas (HIV, Defisiensi alfa-1 antitripsin karena
rokok, disfungsi bersihan mukosilier, penyakit reumatik) dan sumbatan saluran napas lokal (benda asing,
tumor, plak mukoid). Imunodefisiensi yang menyebabkan bronkiektasis adalah kongenital (panhipo
gamaglobulinemia) dan didapat (terapi sitotoksik, AIDS, Limfoma, Myeloma Multiple, Leukemia, Gagal
Ginjal, Penyakit Liver). (Amin, 2019)
(Hariyanto, 2019)

Source: Amin, Muhammad. 2019. Buku Ajar Paru. Departemen / SMF Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD dr. Soetomo.

Hariyanto, Wahyuni. 2016. Bronkiektasis. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.
Fakultas Kedokteran Airlangga/ RSUD dr. Soetomo.
6) Fibrosis pulmonal idiopatik (IPF)

DEFINISI

Fibrosis kistik adalah kelainan genetik yang bersifat resesif heterogen dengan gambaran patobiologik
yang mencerminkan mutasi pada gen regulator transmembrana fibrosis kistik (cystis fibrosis
transmembrane conductance regulator = CFTR). Kelainan ini ditemukan sebagai penyakit multisistem.
(Alwinsyah, 2014)

Source: Setiati, Siti. (Ed.). et al. 2014. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Interna Publishing.

ETIOLOGI

Penyakit ini ditandai dengan infeksi saluran napas kronik yang akhirnya akan menimbulkan bronkiektasis
serta bronkiolektasis, insufisensi kelenjar eksokrin pankreas dan disfungsi intestinal, fungsi kelenjar
keringat yang abnormal dan disfungsi urogenital. (Alwinsyah, 2014)

Fibrosis kistik yang klasik mencerminkan kehilangan 2 fungsi mutasi pada gen CFTR dan mempunyai
karakteristik adanya infeksi bakteri kronik pada saluran napas dan sinus-sinus, gangguan percernaan
lemak oleh karena kekurangan enzim eksokrin pankreas, kekurang-suburan pada laki-laki oleh karena
azoospermia obstruktif dan peningkatan konsentrasi chlor dalam keringat. (Alwinsyah, 2014)

Source: Setiati, Siti. (Ed.). et al. 2014. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Interna Publishing.

7) PPOK

DEFINISI

Penyakit Paru Obstruktip Kronik (PPOK) merupakan terminologi yang relatip baru untuk suatu penyakit
lama yang manifes dengan fenotip berbeda. Definisi kerja yang sudah diterima secara universal berasal
dari Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (Amin, 2019)
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun,
sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. (PDPI, 2003)

Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli. (PDPI, 2003)
PDPI. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
ETIOLOGI

Faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui adalah merokok tembakau. Selain jenis
tembakau, (misalnya pipa, cerutu, dan ganja) juga merupakan faktor risiko PPOK. PPOK tidak hanya
berisiko bagi perokok aktif saja namun juga bisa berisiko bagi perokok pasif yang terkenan pajanan asap
rokok.
Selain itu faktor - faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan perburukan PPOK antara lain:
1. Faktor genetik

2. Usia & jenis kelamin

3. Pertumbuhan dan perkembangan paru

4. Pajanan terhadap partikel, gas berbahaya

5. Faktor sosial ekonomi

6. Asma dan hipereaktivitas saluran napas

7. Bronkitis kronis

8. Infeksi berulang di saluran napas (GOLD, 2017)

Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa faktor risiko utama PPOK antara lain merokok, polutan
indoor, outdoor dan polutan di tempat kerja, selain itu ada juga faktor risiko lain yaitu genetik, gender,
usia, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas fisik.

8) Obstruktive sleep apnea (OSA)

DEFINISI

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah keadaan terjadinya obstruksi jalan nafas atas secara periodik
selama tidur yang menyebabkan nafas berhenti secara intermiten, baik komplit (apnea) ataupun parsial
(hipoapnea).

ETIOLOGI
Beberapa faktor predisposisi OSA antara lain, umum (obesitas, usia, jenis kelamin), genetik atau
kongenital, abnormalitas hidung/faring, penyakit lain dan kelainan struktur saluran napas atas.

9) pneumoconiosis (silikosis)

DEFINISI

Pneumokoniosis adalah kelainan paru akibat inhalasi debu partikel anorganik dengan manifestasi
patologisnya. (Amin, 2019)

 Asbestosis

Asbestosis adalah pneumonitis interstisial dan fibrosis difus yang disebabkan oleh pajanan debu/serat
asbestos. Asbestos adalah serat (fibrus) terhidrasi magnesium silikat yang tidak terhancurkan oleh alam,
tahan api, dapat dipintal. (Amin, 2019)
 Silicosis

Penyakit paru akibat inhalasi jangka panjang debu silika kristalin bebas silikon dioksid-SiO2). (Amin,
2019)

 Coal Worker Pneumoconiosis

Penyakit yang disebabkan menghirup debu dari arang, graphit, atau bahan2 (man made) yang dibuat
manusia, atau karbon dalam waktu yang lama. CWP disebut juga Black Lung Disease. (Amin, 2019)

ETIOLOGI

 Asbestosis

Deposit serat asbestos pada bronkiolus respiratorius dan alveoli terjadi melalui proses impaksi,
sedimentasi, intersepsi. Klirens inkomplit serat oleh makrofag dapat berakibat fibrosis paru. Derajat
fibrosis pada asbestosis terkait muatan debu asbestos. Bila muatan debu sedikit, reaksi jaringan mungkin
terbatas, penyakit dapat ringan dan tidak berkembang. Bila muatan debu besar, reaksi jaringan dan
alveolitis lebih intens, terjadi jejas yang lebih berat, kronik dan dapat berkembang progresif. Terbukti
adanya hubungan dose-response pada pekerja asbestos. Prevalensi asbestosis meningkat dengan
meningkatnya intensitas dan durasi pajanan. (Amin, 2019)

 Silicosis

Silika akan difagosit oleh makrofag, dengan akibat timbulnya kematian el dan disertai dengan keluarnya
enzim yang akan merangsang timbulnya fibrosis. Silika dengan struktur tetrahedral (quartz, cristobalite,
trydamite, esite) merupakan bahan fibrogenik, sedang silika dengan struktur oktahedral (stistovite, amorf)
tidak fibrogenik. Diperkirakan ada faktor autoimun (arthritis reumatoid). (Amin, 2019)

 Coal Worker Pneumoconiosis

Coal Workers' Pneumoconiosis disebabkan inhalasi kronik debu batu bara yang mengandung karbon
dalam dosis tinggi (Anthracite and Bituminous) dan jarang sekali graphite, lebih dari > 20 tahun. (Amin,
2019)

Anda mungkin juga menyukai