Anda di halaman 1dari 58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

OPTIMASI METODE ANALISIS HIGH PERFORMANCE LIQUID


CHROMATOGRAPHY FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR
KURKUMIN DALAM EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Maria Philomia Christanti Raga
NIM : 168114104

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN JUDUL

OPTIMASI METODE ANALISIS HIGH PERFORMANCE LIQUID


CHROMATOGRAPHY FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR
KURKUMIN DALAM EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Maria Philomia Christanti Raga
NIM : 168114104

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Persetujuan Pembimbing

OPTIMASI METODE ANALISIS HIGH PERFORMANCE LIQUID


CHROMATOGRAPHY FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR
KURKUMIN DALAM EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

Skripsi yang diajukan oleh:


Maria Philomia Christanti Raga
NIM : 168114104

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

Dr. Christine Patramurti, Apt. tanggal 27 November 2019

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pengesahan Skripsi Berjudul

VALIDASI METODE ANALISIS HIGH PERFORMANCE LIQUID


CHROMATOGRAPHY FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR
KURKUMIN DALAM EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

Oleh:
Maria Philomia Christanti Raga
NIM : 168114104

Dipertahankan di hadapan Pantia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal: 22 November 2019

Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan

Dr. Yustina Sri Hartini, Apt.

Panitia Penguji: Tanda tangan

1. Dr. Christine Patramurti, Apt. ….……................

2. Dr. Dewi Setyaningsih, Apt. ……………….....

3. Michael Raharja Gani, M.Farm., Apt. ………………….

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana
layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah saya,


maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 27 November 2019

Penulis

Maria Philomia Christanti Raga

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Philomia Christanti Raga
Nomor Mahasiswa :168114104
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

OPTIMASI METODE ANALISIS HIGH PERFORMANCE LIQUID


CHROMATOGRAPHY FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR
KURKUMIN DALAM EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
medistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 27 November 2019
Yang menyatakan

(Maria Philomia Christanti Raga)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Obat herbal perlu memiliki pemastian mutu dengan melakukan


standardisasi bahan baku. Ekstrak rimpang kunyit sering menjadi bahan baku obat
herbal. Ekstrak rimpang kunyit mengandung senyawa kurkumin,
demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin, yang disebut kurkuminoid.
Senyawa kurkumin dalam ekstrak rimpang kunyit diketahui memiliki banyak efek
farmakologis.
Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian penetapan kadar
kurkumin dalam ekstrak rimpang kunyit dengan menggunakan metode HPLC fase
terbalik yang terdiri dari tahap optimasi dan validasi. Pada penelitian ini, dilakukan
optimasi metode analisis kurkumin dalam ekstrak rimpang kunyit menggunakan
metode HPLC fase terbalik. Optimasi dilakukan terhadap berbagai perbandingan
komposisi fase gerak asetonitril: methanol: asam orthofosfat 0,1%: aquabidest, dan
menggunakan fase diam oktadesilsilan (C-18). Parameter yang digunakan adalah
waktu retensi (tR) yang efisien serta bentuk peak yang dinilai dari tailing factor
(TF), efisiensi kolom (N) dan resolusi (Rs).
Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum pada sistem tersebut
berupa fase gerak asetonitril: methanol: aquabidest dengan rasio 65:5:30 dengan
kecepatan alir 1 mL/min dan volume injeksi 20µL pada detektor UV 353. Kondisi
ini dapat memisahkan kurkumin dengan dua bentuk senyawa kurkuminoid lainnya.
Kesimpulannya, kondisi ini memenuhi parameter optimasi yang baik dengan nilai
tR, TF, N dan Rs untuk kurkumin adalah 5,323; 1,257; 9337,874 dan 1,806.

Kata Kunci: Ekstrak rimpang kunyit, HPLC, Kurkumin, Optimasi metode.

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Herbal medicines need to have quality assurance by standardizing its raw
materials. Turmeric rhizome extract which is often be the raw material for herbal
medicines contains curcumin, demetoxycurcumin and bis-demetoxycurcumin
compounds, called curcuminoids. Curcumin in turmeric extract known to have
many pharmacological effects.
This research is part of a series of researches on the determination of
curcumin levels in turmeric extract using the reverse phase HPLC method
consisting of optimization and validation. In this study, an optimization method of
curcumin analysis was carried out in turmeric extract using the reverse phase HPLC
method. Optimization was carried out on various mobile phases of acetonitrile:
methanol: 0.1% orthophosporic acid: aquabidest and using the octadesylsilan (C-
18) as stationary phase. The parameters used are efficient retention time (tR) and
the peak shape assessed from tailing factor (TF), theoretical plate number (N), the
value of resolution (Rs).
The results show that the optimum condition of the system is a ratio of
acetonitrile: methanol: aquabidest 65:5:30, flow rate of 1mL/min and injection
volume of 20 µL at the UV 353 nm. This condition can separate curcumin with two
other curcuminoid compounds. In conclusion, this condition meets an optimum
criteria with tR, TF, N and Rs value from curcumin are 5,323; 1,257; 9337,874 and
1,806.

Keywords: Turmeric rhizome extract, HPLC, Curcumin, Optimization.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

There is surely a future hope for you and your hope will not be cut off.
-Proverbs 23:18-

Sujud syukur kusembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Esa

Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk

Kedua orang tua saya yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan semangat
baik moril maupun materil

Keluarga yang selalu memberi perhatian, kasih sayang, dan juga doa

Adik-adikku yang selalu menjadi alasan untuk semangat dan selalu mau
mendengarkan segala keluh kesah

Alm. Mbah Kakung, Alm. Oma Pilo dan Alm. Opa Pogon, Alm. Sebastianus
Erwinalis, seorang sepupu yang selalu mendukung dan mendoakan saya selama
kuliah, menyertai saya dari surga

Setiap guru dan dosen, yang dengan sabar mendidik saya selama ini

Teman-teman yang selalu mendukung, menyemangati, merajut memori setiap


harinya, tawa serta suka duka yang setiap hari kita miliki, dan solidaritas yang luar
biasa, seperti sebuah keluarga

Almamater Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi tempat saya menimba
ilmu selama ini melalui pembelajaran kontekstual dan aplikatif.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas berkat
dan penyertaan-Nya dari awal penyusunan sampai tahap akhir penelitian sehingga
naskah skripsi berjudul Optimasi Metode Analisis High Performance Liquid
Chromatography Fase Terbalik Pada Penetapan Kadar Kurkumin Dalam Ekstrak
Rimpang Kunyit dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian
Dr. Dewi Setyaningsih, Apt. yang berjudul “Microparticles to Potentially Improve
Bioavailability of Curcumin and Antidiabetic Activities in Pre-clnical Studies:
Combinging Solid Dispersion Technology and Metabolism Suppressors”
berdasarkan SK No. 035b/ LPPM USD/ IV/2019.
Dalam proses penyusunan naskah skripsi, penulis menerima banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma
2. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, dosen pembimbing akademik dan
dosen pembimbing skripsi yang telah berperan seperti orang tua dan senantiasa
memberikan masukan, arahan, serta pendampingan dengan sabar selama masa
perkuliahan.
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, Apt., selaku dosen penguji yang selalu memberikan
masukan, pendampingan, dan kritik yang membangun,
4. Bapak Michael Raharja Gani, M.Farm., Apt., selaku dosen penguji yang
senantiasa memberikan kritik, masukan, dan saran yang membangun,
5. Mas Bimo (Laboran Laboratorium Kimia Instrumen Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma), Bapak Bimo (Laboran Laboratorium Analisis
Pusat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma), dan Bapak Kayat (Laboran
Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma) yang
telah membantu dan memfasilitasi kegiatan penelitian di laboratorium,
6. Papa, Mama, Adik-adik, Mbah Uti, Alm. Mbah kakung, Oma, Opa, Om dan
tante serta sepupu yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan moril,

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Alm. Sebastianus Erwinalis seorang sepupu yang selalu mendukung dan


mendoakan saya selama kuliah, dan yang selalu menyertai saya dari surga,
8. Rekan penelitian Yosua Agung Santoso, Sinta Susanti, dan Christin Nesia
Sukma Wijayanti atas dukungan, solidaritas, suka-duka, dan kerja sama selama
proses penelitian,
9. M. Try Atmono, Desty Sandy Oktoviana Liunokas, Agustina Lilik Endah
Permatahati, Raysha McSeer, Fransisca Ina S.P, Maria Ari Kandela, Ruben
James Sibarani, dan Muhammad Helmi Bachtiar yang selalu memberikan
dukungan, bersedia membantu dan menemani saya selama masa perkuliahan,
10. Yohanes Aryo Gunadji, Yuventa Pariera, Maria Pasifica Ndalo, Laura K.
Theodorus, dan Agustinus Nara Tukan yang selalu menyemangati saya selama
masa perkuliahan dan penelitian,
11. Yemima, Arshyera, Maria, Regita, Herta, Jessica, Elsia, Vani, Justine, dan
Chelsea, Ivan, Bocil, Anton, Krisna selaku teman yang sudah selalu ada menjadi
tempat suka duka sejak sekolah dasar.
12. Aye, Steph, Elsa, Kenia, Dippu, Mas Andri selaku teman KKN yang sudah
banyak memberikan dukungan dan juga motivasi untuk menjalani penelitian
ini.
13. Teman-teman kelas FSM C 2016, teman-teman Farmasi Angkatan 2016,
BLADE 18, FRONTRATION dan segala pihak yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu.

Selama proses penyusunan skripsi penulis menyadari bahwa masih


terdapat banyak kekurangan dalam naskah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
terbuka terhadap segala masukan, saran dan kritik yang membangun agar naskah
skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat. Akhir kata, semoga naskah
skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 27 November 2019

Penulis

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………..….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………...… ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………. v
ABSTRAK…………………………………………………………... vi
ABSTRACT…………………………………………………………... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………... viii
PRAKATA…………………………………………………………... ix
DAFTAR ISI………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL.....………………………………………………... xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….... xiv
PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
METODE PENELITIAN…………….……………..…….................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN……..…...…………...……………… 7
KESIMPULAN………..….…………...……………………….……. 22
SARAN………………….....…..………………………...................... 22
DAFTAR PUSTAKA………………...…...…………………………. 23
LAMPIRAN…………….…..…………...…………….…………….. 25
BIOGRAFI PENULIS……………………………………………….. 43

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel I. Tabel penggunaan komposisi dan kecepatan alir


fase gerak……………………….…..….................. 6
Tabel II. Daftar karakteristik fase gerak ……………............ 8
Tabel III. Pegamatan panjang gelombang maksimum dari seri
konsentrasi kurkumin…………………………….. 10
Tabel IV. Komposisi fase gerak…………....……….………. 15
Tabel V. Optimasi rasio fase gerak.………..…………...….. 18
Tabel VI. Waktu retensi Kromatogram ekstrak kunyit dengan
konsentrasi 100 µg/mL; 45 µg/mL; dan 15 µg/mL
pada fase gerak optimum…………………………. 21
Tabel VII. Analisis hasil tes kesesuaian sistem baku kurkumin
konsentrasi 10µg/mL…………………................... 22

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Struktur senyawa kurkumin…………………………… 9
Gambar 2. Spektra seri kurkumin 2 µg/mL; 4 µg/mL; dan 6 µg/mL
pada range pembacaan 200-500 nm…………………… 9
Gambar 3. Overlay spektra kurkumin dan piperin pada range
pembacaaan 200-500 nm……………………………… 11
Gambar 4. Struktur kurkumin…………………………………….. 12
Gambar 5. Struktur demetoksikurkumin………………………….. 12
Gambar 6. Struktur bisdemetoksikurkumin………………………. 12
Gambar 7. Interaksi kukrumin dengan fase diam (Interaksi Van
Der Wals)……………………………………………… 13
Gambar 8. Interaksi kukrumin dengan fase gerak (Interaksi
Hidrogen)……………………………………………… 14
Gambar 9. Kromatogram blanko pada fase gerak optimum
asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30 v/v)………….. 19
Gambar 10. Kromatogram baku kurkumin 15 µg/mL pada fase
gerak optimum asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30
v/v)…………………………………………………….. 19
Gambar 11. Kromatogram ekstrak kunyit pada fase gerak optimum
asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30v/v)…………... 20
Gambar 12. Kromatogram ekstrak kunyit dengan konsentrasi
100µg/mL; 45µg/mL dan 15µg/mL pada fase gerak
optimum asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30 v/v)... 20

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Kromatogram optimasi ekstrak rimpang kunyit……… 25
Lampiran 2. Kromatogram blanko…………………………………. 31
Lampiran 3. Kromatogram baku kurkumin………………………... 32
Lampiran 4. Kromatogram ekstrak kunyit pada fase gerak optimum
asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30 v/v)…………. 33
Lampiran 5. Kromatogram baku kurkumin untuk tes kesesuaian
sistem…………………………………………………. 36
Lampiran 6. Perhitungan Indeks polaritas fase
gerak…………………………………………………... 42

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Standardisasi merupakan suatu tahap untuk meningkatkan nilai tambah
tanaman obat, sehingga penelitian ke arah pembuatan ekstrak terstandar perlu lebih
diintensifkan mengingat permintaan pasar untuk ekstrak terstandar tanaman obat
semakin meningkat (Pribadi, 2009). Standardisasi perlu dilakukan agar produk
memiliki keterulangan yang sama, membuktikan keamanan serta khasiat/efektivitas
obat herbal secara ilmiah. Salah satu tanaman yang paling sering dimanfaatkan
sebagai obat herbal menurut Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
(2017) adalah kunyit. Kunyit biasa digunakan karena mengandung senyawa aktif
yang memiliki banyak manfaat dan ketersediaan kunyit sangat melimpah di
Indonesia.
Bagian yang biasa dimanfaatkan dari kunyit adalah rimpangnya. Menurut
Meng et al., (2018) dalam rimpang kunyit terdapat banyak senyawa metabolit
sekunder seperti, terpenoid yang menyusun minyak atsiri (monoterpenoid,
sesquiterpenoid, diterpenoid, triterpenoid), senyawa kurkuminoid yang terdiri dari
kurkumin, bisdemetoksikurkumin dan demetoksikurkumin, senyawa fenolik,
flavonoid, sakarida, steroid, asam lemak dan alkaloid. Kurkumin merupakan salah
satu zat aktif dalam rimpang kunyit yang dilaporkan memiliki banyak manfaat. Jika
dibandingkan dengan senyawa kurkuminoid lain, kurkumin dilaporkan memiliki
efek anti-tumorigenik, anti-oksidan, anti-kanker, anti-inflamasi, efek anti-mikroba,
dan anti-malaria, anti kanker (Ghorbani et al., 2014).
Standardisasi kurkumin dalam ekstrak rimpang kunyit menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2008) dinyatakan dapat dilakukan dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri dan dibaca pada Panjang
gelombang 425 nm. Kulkarni et al., (2017) menyatakan pemisahan senyawa
kurkuminoid selain menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), dapat
menggunakan kromatografi kolom, dan juga high performance liquid
chromatography (HPLC).
Beberapa penelitian melakukan determinasi senyawa kurkumin
menggunakan metode spektroskopi UV-Vis (Murti, Y.B et al., 2019; Hazra et al.,
2015), metode raman spektrometri (Wirasuta et al.,2018) dan juga menggunakan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

metode kromatografi lapis tipis (KLT) (Setyaningsih et al.,2016). Namun, metode


spektroskopi dikatakan kurang selektif karena tidak dapat memisahkan tiga bentuk
senyawa kurkuminoid sedangkan metode KLT dikatakan kurang sensitif karena
tidak dapat dilakukan untuk pemisahan kurkuminoid dengan kadar yang kecil.
Kekurangan metode-metode tersebut mengarahkan penelitian ini untuk melakukan
standardisasi kurkumin dengan menggunakan metode yang lebih sensitif dan
selektif untuk mengukur dan memisahkan senyawa kurkuminoid yang hampir mirip
sehingga dapat ditentukan kadar kurkumin dalam ekstrak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuantifikasi dari senyawa
kurkuminoid dalam ekstrak rhizoma curcuma longa dapat menggunakan metode
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang hasilnya lebih sensitif,
presisi dan akurat. Metode HPLC yang umum digunakan oleh beberapa penelitian
sebelumnya adalah metode HPLC fase terbalik dengan fase diam yang paling sering
digunakan adalah C18 dan fase gerak yang beragam. Beberapa penelitian
sebelumnya (Jangle dan Throat, 2013; Jayaprakasha dan Lingamullu Jagan Mohan
Rao, 2002; Khismatrao et al., 2018; Sethi et al., 2009; Ali, Haque, dan Salem, 2014;
Setyaningsih et al., 2016) memiliki hasil yang kurang baik dari segi efisiensi waktu,
sehingga penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan metode yang memiliki
keunggulan dalam efisiensi waktu dan juga tetap menghasilkan kromatogram yang
memenuhi syarat. Syarat untuk dikatakan sebagai pemisahan yang optimal dapat
dilihat dari bentuk peak, waktu retensi, nilai resolusi dan reprodusibilitas dari
kromatogram. Waktu retensi yang efisien yaitu < 10 menit, bentuk peak dengan TF
≤ 2, nilai N ≥2000 dan nilai resolusi ≥ 1,5 akan memisahkan dengan lebih baik
(Gandjar dan Rohman, 2017; Günzler dan Williams, 2008; Meyer, 2004).
Penulis mengacu pada penelitian yang digunakan oleh Sethi et al., (2009)
yaitu analisis kurkumin dan piperin dalam plasma manusia dengan metode KCKT
fase terbalik. Penelitian tersebut menggunakan fase diam oktadesilan (C18) dan
komposisi fase gerak asetonitril: metanol: asam trifluoroasetat: aquabidest.
Penelitian oleh Sethi et al., (2009) digunakan sebagai acuan karena penelitian ini
merupakan rangkaian penelitian optimasi dan validasi metode analisis campuran
kurkumin dan piperin menggunakan metode HPLC fase terbalik. Penelitian ini

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berfokus pada standardisasi senyawa kurkumin. Penelitian ini harus dilakukan


dengan metode yang dapat memisahkan tiga bentuk senyawa dari ekstrak rimpang
kunyit agar senyawa kurkumin dapat dianalisis secara selektif.
Metode yang dilakukan pada penelitian ini memiliki perbedaan pada
komposisi fase gerak. Pada pembuatan metode baru perlu dilakukan tahap optimasi.
Optimasi metode analisis yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk
mendapatkan kondisi optimal dari instrumen HPLC untuk memisahkan 3 bentuk
kurkuminoid dalam ekstrak rimpang kunyit. Optimasi dilakukan terhadap
komposisi fase gerak. Komposisi fase gerak yang optimal diharapkan dapat
menghasilkan pemisahan optimal yang sesuai syarat.
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualitas pro analysis,
meliputi ekstrak rimpang kunyit dengan kandungan kurkuminoid 95% (PT.
Phytocemindo Reksa), baku kurkumin tingkat kemurnian 98% (Nacalai Inc.),
metanol gradient grade for liquid chromatography (E. Merck), asam ortofosfat
85% (E. Merck) dan asetonitril gradient grade for liquid chromatography (E.
Merck). Bahan lain yang tidak memiliki kualitas pro analysis meliputi
aquabidestilata. Bahan lainnya diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis
Instrumen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penilitian ini meliputi seperangkat HPLC merk
Shimadzu dengan detektor UV (LC-2010C HT Shimadzu), kolom C-18 (Knaurer)
dengan dimensi 250 x 4,6 mm dan ukuran pori 5 µm; spektrofotometer UV-1800
(Shimadzu); seperangkat komputer (Dell B6RDZIS Connexant system RD01-D850
A03-0382 JP France S.A.S); printer (HP Deskjet 1000 J110a); ultrasonikator
(RETSCH); neraca analitis ultramicro (RADWAG®) seri UYA 2.3Y dengan
kapasitas timbang maksimal 2,1 g, minimal 0,01 mg, dan d = 0,1 µg; neraca analitis
(Scaltec) dengan kapasitas timbang maksimal 60/210 g, minimal 0,001 g, d = 0,01
mg, dan e = 1 mg; jarum suntik (Terumo); syringe filter 0,45 µm (Ministar®);
pompa vakum; whatman membrane filter dengan ukuran pori sebesar 0,45 µm dan

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diameter sebesar 47 mm; corong buchner; mikropipet (Socorex); dan peralatan


lainnya diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Instrumen Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Tata Cara Penelitian
Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan adalah asetonitril: metanol: asam orthofosfat
0,1%: aquabidest. Asam orthofosfat 0,1% dibuat dengan cara mengambil 582 µL
asam orthofosfat 85% dengan menggunakan mikropipet. Larutan tersebut
dimasukkan kedalam labu takar 500 mL dan ditambahkan aquabidest hingga tanda.
Masing-masing cairan disaring dengan kertas saring whatman yang dibantu dengan
pompa vakum dan diawaudarakan selama 15 menit. Pencampuran fase gerak
dilakukan di dalam sistem HPLC dengan berbagai perbandingan asetonitril:
metanol: asam orthofosfat 0,1%: aquabidest.
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin
Pembuatan Larutan Stok Kurkumin 1000µg/mL
Pembuatan stok dilakukan dengan cara menimbang baku kurkumin
sebanyak kurang lebih 1,0 mg ditimbang seksama. Baku kemudian dilarutkan
dalam mikrotube dengan metanol sampai tanda batas 1 mL sehingga diperoleh
larutan stok kurkumin 1000 µg/mL.
Pembuatan Larutan Intermediet Baku Kurkumin 100 µg/mL
Sebanyak 100 µL larutan intermediet baku kurkumin 1000 µg/mL diambil
kemudian dilarutkan dengan menggunakan metanol sampai tanda batas 1 mL
sehingga diperoleh larutan intermediet baku kurkumin 100 µg/mL.
Pembuatan Seri Larutan Baku Kurkumin (konsentrasi 45; 30; 15µg/mL)
Sebanyak 450 µL; 300 µL; 150 µL larutan intermediet baku kurkumin
100µg/mL masing-masing dimasukkan dalam mikrotube, kemudian diencerkan
dengan metanol sampai tanda batas 1 mL sehingga diperoleh seri larutan baku
kurkumin dengan kadar 45 µg/mL; 30 µg/mL dan 15 µg/mL.
Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan
Panjang gelombang maksimum kurkumin ditentukan dengan mengambil
sebanyak 200 µL; 400 µL; 600 µL larutan intermediet baku kurkumin 100µg/mL.

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Masing-masing larutan dimasukkan dalam labu takar 10 mL, kemudian diencerkan


dengan metanol sampai tanda batas 10 mL sehingga diperoleh seri larutan baku
kurkumin dengan konsentrasi 2 µg/mL; 4 µg/mL; dan 6 µg/mL. Panjang gelombang
juga diukur berdasarkan overlay dengan piperin. Sebanyak 150 µL larutan
intermediet baku kurkumin 100 µg/mL diambil dan dimasukkan dalam mikrotube,
kemudian diencerkan dengan metanol sampai tanda batas 1 ml sehingga diperoleh
seri larutan baku kurkumin dengan konsentrasi 15 µg/mL. Larutan tersebut
kemudian dibaca dengan menggunakan spektrofotometer untuk menentukan
overlay panjang gelombang pengamatan dalam range bacaan 200-500 nm.
Preparasi Ekstrak Kunyit
Ekstrak rimpang kunyit ditimbang sebanyak kurang lebih 10 mg dengan
seksama, kemudian dilarutkan dalam labu takar 10,0 mL dengan metanol hingga
tanda batas sehingga diperoleh larutan ekstrak A dengan konsentrasi 1000 ppm.
Sebanyak 1,0 mL larutan ekstrak A diambil kemudian dilarutkan dengan
menggunakan metanol dalam labu takar 10,0 mL sampai tanda batas sehingga
diperoleh larutan ekstrak B dengan konsentrasi 100 ppm. Sebanyak 450 µL dan 150
larutan ekstrak B diambil kemudian dilarutkan dengan menggunakan metanol pada
mikrotube sampai batas 1 mL sehingga diperoleh larutan ekstrak C dengan
konsentrasi 45 ppm dan 15 ppm. Larutan B (100 ppm) dan larutan C (45 dan 15
ppm) disaring menggunakan millipore dan diawaudarakan selama 5 menit dengan
ultrasonikator. Larutan ekstrak siap diinjeksikan pada sistem HPLC pada kondisi
optimum.
Optimasi Metode Analisis
Optimasi Baku Kurkumin
Larutan baku yang telah dipreparasi diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam
sistem HPLC fase terbalik dengan pengaturan detektor pada panjang gelombang
pengamatan yang telah ditentukan. Optimasi sistem HPLC fase terbalik dilakukan
dengan beberapa komposisi fase gerak asetonitril: metanol: asam orthofosfat 0,1%:
aquabidest. Data kromatogram yang diperoleh diamati bentuk peak, waktu retensi,
dan resolusi sehingga diperoleh kondisi sistem HPLC fase terbalik yang dapat
memberikan pemisahan kurkumin yang baik dan optimal.

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Optimasi Pemisahan Tiga Bentuk Kurkuminoid


Larutan ekstrak yang telah dipreparasi diinjeksikan sebanyak 20 µL ke
dalam sistem HPLC fase terbalik dengan pengaturan detektor pada panjang
gelombang pengamatan yang telah ditentukan. Optimasi sistem HPLC fase terbalik
dilakukan dengan beberapa komposisi fase gerak asetonitril: metanol: asam
orthofosfat 0,1%: aquabidest. Data kromatogram yang diperoleh diamati bentuk
peak, waktu retensi, dan resolusi sehingga diperoleh kondisi sistem HPLC fase
terbalik yang dapat memberikan pemisahan kurkumin yang baik dan optimal.
Tabel I. Tabel Penggunaan Komposisi dan Kecepatan Alir Fase Gerak
Laju Alir Asetonitril Metanol OPA 0,1% Aquabidest
20 30 2,5 47,5
30 50 - 20
1,0 40 30 - 30
mL/menit 30 25 - 45
60 10 - 30
65 5 - 30
Reprodusibilitas Bentuk Peak, Waktu Retensi dan Resolusi Kurkumin dalam
Ekstrak
Larutan ekstrak diinjeksikan pada sistem HPLC dengan komposisi fase
gerak yang optimal, dilakukan replikasi sebanyak tiga kali pada konsentrasi rendah,
tengah dan tinggi. Bentuk peak, waktu retensi dan resolusi dari kromatogram yang
didapatkan kemudian dihitung CV-nya sebagai parameter reprodusibilitas.
Tes Kesesuaian Sistem
Larutan baku kurkumin dengan konsentrasi 10 ppm diinjeksikan pada
sistem HPLC dengan komposisi fase gerak yang optimum, dilakukan replikasi
sebanyak enam kali. Efisiensi kolom (N), tailing factor (TF), dan keterulangan
bentuk peak yaitu AUC dan waktu retensi dari kromatogram yang didapatkan
dilihat sebagai parameter kesesuaian sistem dan dihitung CV-nya.
Tata Cara Analisis Data
Penentuan kondisi optimal dilakukan dengan pengubahan komposisi dari
fase gerak. Hasil yang didapatkan digunakan untuk menetapkan kadar kurkumin
dengan melihat reprodusibilitas bentuk peak, waktu retensi dan resolusi dari
kurkumin dalam ekstrak.

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bentuk Peak
Menurut Meyer (2004), syarat peak yang baik adalah memiliki nilai TF ≤2.
Waktu Retensi (tR)
Waktu retensi merupakan selang waktu yang diperlukan analit mulai saat
dinjeksikan sampai keluar dari kolom dan sinyalnya dibaca oleh detektor,
dinyatakan sebagai tR. Apabila tR kurang dari 10 menit, maka pemisahan disebut
efisien.
Resolusi (Rs)
Menurut Meyer (2004) serta Gunzler dan Williams (2008) senyawa analit
terpisah dari senyawa-senyawa lain dengan baik apabila mempunyai nilai resolusi
antar peak terdekat adalah ≥ 1,5.
Theoretical Plate Number (N)
Menurut FDA (1994) dan Kazakevich dan Lobrutto (2007). Semakin besar
harga N dari senyawa maka semakin efisien pula pemisahannya. Nilai N yang baik
dinyatakan bila ≥2000 (FDA,1994).
Reprodusibilitas Bentuk Peak, Waktu Retensi dan Resolusi
Reprodusibilitas Bentuk Peak, waktu retensi, dan resolusi ditentukan dari
%CV. Hasil analisis memiliki reprodusibilitas yang baik apabila nilai CV yang
dihasilkan lebih kecil dari 2% (Gandjar dan Rohman, 2017).
Kesesuaian Sistem
Kesesuaian sistem ditentukan dari %CV dari parameter kromatogram yang
telah ditentukan. Hasil analisis memiliki kesesuaian sistem yang baik apabila nilai
CV yang dihasilkan lebih kecil dari 2%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian optimasi dan validasi metode
analisis kurkumin dan piperin dalam bentuk sediaan ekstrak yang mengandung
kurkumin dan piperin dengan perbandingan 3:1 menggunakan metode HPLC fase
terbalik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan standardisasi ekstrak. Pada
proses standardisasi ekstrak, dilakukan penelitian terpisah antara standardisasi
kurkumin dan piperin. Penelitian ini berfokus pada standardisasi senyawa
kurkumin.

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembuatan Fase Gerak


Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetonitril, metanol,
asam orthofosfat, dan aquabidest. Fase gerak dipilih dengan melalui beberapa
pertimbangan yaitu, kelarutan sampel pada fase gerak, polaritas, transmisi cahaya
dari fase gerak, indeks bias dari fase gerak, viskositas, titik didih, kemurnian dan
stabilitas, kemanan dan pH fase gerak (Günzler dan Williams, 2008). Berdasarkan
pertimbangan untuk memilih fase gerak, peneliti memutuskan untuk menggunakan
komposisi fase gerak asetonitril: metanol: asam orthofosfat 0,1%: aquabidest.
Pemilihan fase gerak ini mengacu pada penelitian yang digunakan oleh
Sethi et al., (2009) dengan komposisi fase gerak asetonitril: metanol: asam
trifluoroasetat: aquabidest. Metanol dan asetonitril digunakan sebagai komponen
campuran fase gerak karena metanol dan asetonitril dapat melarutkan senyawa
kurkuminoid (Priyadarsini, 2014). Komposisi asetonitril dan metanol banyak
digunakan untuk HPLC fase terbalik karena memiliki tekanan kecil. Fase gerak ini
juga memiliki UV Cut off di bawah panjang gelombang yang digunakan. Asam
orthofosfat digunakan untuk menjaga pH dari kurkumin yang stabil pada
lingkungan asam (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Asam orthofosfat memiliki pH
yang tidak serendah asam trifluoroasetat sehingga dapat menghindari terjadinya
korosi pada kolom karena pH fase gerak yang terlalu asam. Berikut merupakan
tabel daftar karakteristik fase gerak yang digunakan:
Tabel II. Daftar Karakteristik Fase Gerak
Fase Gerak Polaritas Kekuatan Konstanta UV Indeks Viskositas
solven Dielektrik Cut off bias
Asetonitril 5,8 0,65 37,5 190 1,341 0,34
Metanol 5,1 0,95 32,7 205 1,326 0,54
Aquabidest 10,2 80,0 1,333 0,89
(Günzler dan Williams, 2008).

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Kurkumin


Penentuan panjang gelombang pengamatan pada penelitian ini dilakukan
dengan mengukur serapan dari kurkumin dalam pelarut metanol menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.

Gambar 1. Struktur senyawa kurkumin


Kurkumin memiliki gugus kromofor dan auksokrom pada strukturnya
(Gambar 1). Kromofor merupakan gugus atau atom dalam senyawa organik yang
mampu menyerap sinar UV dan sinar tampak sedangkan auksokrom merupakan
gugus fungsional yang memiliki elektron bebas, kurkumin memiliki gugus
kromofor pada dua sistem cincin aromatik dan auksokrom pada gugus -OCH3 dan
-OH yang memiliki elektron bebas sehingga kurkumin dapat memberikan serapan
pada daerah sinar visibel.

Kurkumin 6 µg/mL

Kurkumin 4 µg/mL

Kurkumin 2 µg/mL

Gambar 2. Spektra seri kurkumin 2 µg/mL;4 µg/mL; dan 6 µg/mL pada


range pembacaan 200-500 nm.

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel III. Pengamatan panjang gelombang maksimum dari seri


konsentrasi Kurkumin
Konsentrasi Kurkumin Panjang Gelombang
Absorbansi
(µg/mL) Maksimum (nm)
2 424,90 0,159
4 424,90 0,351
6 424,90 0,538
Pada pengamatan panjang gelombang digunakan tiga seri konsentrasi
kurkumin yaitu 2, 4, dan 6 µg/mL untuk mengamati bentuk spektra kurkumin dan
melihat apakah perbedaan konsentrasi dapat mempengaruhi nilai panjang
gelombang maksimum (Gambar 2). Panjang gelombang diukur pada daerah
panjang gelombang 200-500 nm dengan detektor sinar UV dan Visibel. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) dalam Farmakope Herbal
Indonesia dinyatakan bahwa kurkumin memiliki panjang gelombang maksimum
425 nm. Tabel III menunjukkan hasil panjang gelombang maksimum 424,90 dari
semua seri konsentrasi yang digunakan. Pengukuran panjang gelombang
maksimum dalam Farmakope Indonesia edisi V (2014) dimaknai memenuhi syarat
jika kurang dari 1 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Hasil pengamatan
panjang gelombang kurkumin memiliki perbedaan kurang dari 1 nm dari panjang
gelombang teoritis, sehingga sudah sesuai persyaratan. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan konsentrasi tidak menyebabkan perubahan panjang gelombang kearah
yang lebih besar ataupun lebih kecil. Selain dilakukan pengamatan panjang
gelombang pada senyawa tunggal, dilakukan juga pengamatan panjang gelombang
campuran senyawa kurkumin dan piperin. Hal ini dilakukan karena penelitian ini
merupakan rangkaian penelitian optimasi dan validasi metode analisis kurkumin
dan piperin dalam bentuk sediaan ekstrak yang mengandung kurkumin dan piperin
dengan perbandingan 3:1.
Pada penelitian ini dilakukan penentuan panjang gelombang pengamatan
dengan melihat panjang gelombang overlay, sehingga dapat ditentukan panjang
gelombang pengamatan campuran kurkumin dan piperin. Pada penentuan panjang
gelombang overlay ini, absorbansi kurkumin dan piperin dengan konsentrasi
tertentu dibaca pada range pengukuran 200-500 nm. Gambar 3 menunjukkan

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

daerah overlap antara kurkumin dan piperin. Sebuah titik panjang gelombang
ditentukan dari daerah overlap tersebut untuk mendeteksi kurkumin dan piperin.
Panjang gelombang tersebut harus dapat mendeteksi kurkumin dan piperin
sekaligus dengan optimum.
Panjang gelombang yang ditentukan untuk pengukuran adalah 353 nm.
Penentuan panjang gelombang ini dilakukan pada campuran kurkumin dan piperin
dengan perbandingan 3:1, dengan konsentrasi masing-masing 15 ppm dan 5 ppm.
Kurkumin dan piperin masing-masing memiliki panjang gelombang maksimum
sendiri, namun panjang gelombang pada sistem HPLC tidak mempengaruhi waktu
retensi maupun pemisahan dari analit. Panjang gelombang hanya akan
mempengaruhi respon bacaan peak, sehingga panjang gelombang detektor tidak
harus sesuai dengan panjang gelombang maksimum dari analit.

Gambar 3. Overlay spektra kurkumin dan piperin pada range pembacaan


200-500 nm.
Panjang gelombang pengamatan ini dapat memberikan keuntungan dimana
metode ini dapat digunakan untuk standardisasi kurkumin piperin dalam campuran
dan juga dapat digunakan untuk menentukan kadar kurkumin maupun piperin pada
sediaan dengan komposisi kurkumin dan piperin 3:1 karena tidak ada pengaruh
antara panjang gelombang dengan parameter yang diinginkan seperti tailing factor

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(TF), resolusi, nilai N maupun waktu retensi. Standardisasi senyawa kurkumin


tunggal juga tetap dapat digunakan dengan mengganti panjang gelombang deteksi
menjadi panjang gelombang maksimum kurkumin.
Optimasi Rasio Fase Gerak
Sistem kromatografi yang digunakan dalam analisis senyawa kurkumin
dalam ekstrak rimpang kunyit adalah sistem kromatografi fase terbalik
menggunakan fase diam oktadesilsilan (C18). Kromatografi fase terbalik artinya
fase diam lebih non polar daripada fase geraknya. Kurkumin merupakan analit yang
bersifat lebih polar daripada senyawa kurkuminoid lainnya namun tetap memiliki
afinitas yang besar terhadap fase diam.

Gambar 4. Struktur kurkumin

Gambar 5. Struktur demetoksikurkumin

Gambar 6. Struktur bisdemetoksikurkumin


Kurkumin memiliki bagian non polar yang berinteraksi dengan fase diam
dan memiliki bagian polar yang berinteraksi dengan fase geraknya. Interaksi yang
kemungkinan terjadi antara kurkumin dan fase diam adalah interaksi Van Der

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Waals. Oleh karena itu, diperlukan rasio fase gerak yang mampu berinteraksi kuat
dengan kurkumin dan juga mampu mengelusikan kurkuminoid keluar dari kolom.
Waktu retensi kurkumin dan pemisahan dengan senyawa lainnya
dipengaruhi oleh interaksinya dengan fase diam dan fase gerak. Perbedaan dari
kurkumin dengan bentuk isomer lainnya adalah bentuk demetoksikurkumin tidak
memiliki gugus metoksi pada salah satu cincin aromatiknya sedangkan bentuk
bisdemetoksikurkumin tidak memiliki gugus metoksi pada kedua cincin
aromatiknya, perbedaan dalam struktur tersebut yang mengakibatkan perbedaan
kemungkinan interaksi yang terjadi antara senyawa dengan fase diam maupun fase
gerak.

Gambar 7. Interaksi kurkumin dengan fase diam (Interaksi Van Der Waals)

Bagian non polar pada ketiga senyawa kurkuminoid akan berinteraksi


dengan fase diam C18 melalui interaksi Van der Waals (Gambar 7) sehingga
ketiganya dapat tertahan pada fase diamnya. Perbedaan waktu retensi ketiga
senyawa tersebut diduga karena adanya gugus metoksi pada kurkumin yang

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berinteraksi dengan fase diam sehingga kurkumin dapat tertahan lebih lama pada
fase diam, disusul dengan demetoksikurkumin kemudian bisdemetoksi kurkumin
yang memiliki waktu retensi paling cepat.
Penelitian ini mengacu pada penelitian oleh Sethi et al (2019) dimana
dilakukan pemisahan antara kurkumin dan piperin dalam plasma manusia
menggunakan fase gerak asetonitril: metanol: asam trifluoroasetat: aqua dengan
perbandingan 17,6: 35,3: 0,1: 47,0 v/v dengan laju alir 2,5 ml/min dan fase diam
C18. Fase gerak dibuat dalam 6 komposisi yang berbeda seperti yang tertera dalam
tabel III. Kurkumin yang dialiri fase gerak akan berinteraksi melalui interaksi
hidrogen (Gambar 8). Senyawa kurkuminoid juga harus berinteraksi dengan fase
gerak yang nantinya akan melarutkan dan mengelusikan kurkuminoid keluar dari
fase diam. Kurkuminoid diduga dapat dielusikan keluar dari fase diam karena
adanya interaksi hidrogen antara kurkuminoid dengan fase gerak yang digunakan.
Interaksi hidrogen lebih kuat dibandingkan dengan interaksi Van der Waals
sehingga interaksi kurkuminoid dengan fase gerak lebih kuat daripada interaksi
kurkuminoid dengan fase diamnya, dan kurkuminoid dapat terelusikan dari kolom.

Gambar 8. Interaksi kurkumin dengan fase gerak (Interaksi Hidrogen).

Fase gerak dibuat dalam beberapa komposisi kemudian ditentukan


komposisi fase gerak yang dapat memberikan hasil pemisahan yang paling
optimum untuk kurkumin. Fase gerak pada metode Sethi et al (2019) dimodifikasi
dengan merubah asam trifluoroasetat menjadi asam orthofosfat. Menurut
Setyaningsih et al., (2016) penambahan asam dapat meningkatkan pemisahan dari

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

senyawa kurkuminoid. Hal ini dapat terjadi jika analit asam hadir dalam lingkungan
asam akan menghasilkan proton (H +) yang cukup dalam larutan sehingga analit
asam akan mempertahankan protonnya dan selanjutnya terjadi ion supresi yang
meningkatkan retensi pada HPLC fase terbalik dan membuat pemisahan semakin
baik (Claydon,2015). Penambahan asam juga dapat bersifat korosif pada fase diam
karena dapat melepaskan fase diam dari silika (Claydon,2015), untuk menghindari
hal tersebut fase gerak dimodifikasi dengan menggunakan asam ortofosfat (OPA),
modifikasi ini dijaga agar pH komposisi fase gerak tidak kurang dari 2. Komposisi
fase gerak dibuat agar memiliki pH ±4.
Optimasi fase gerak ditentukan dengan menggunakan ekstrak kunyit yang
mengandung 3 bentuk senyawa kurkuminoid yaitu bisdemetoksikurkumin,
demetoksikurkumin dan kurkumin. Hal ini dilakukan agar dapat dilihat pemisahaan
antara tiga bentuk senyawa kurkuminoid seperti pada tabel IV dan ditentukan
kondisi yang paling optimum. Menurut Meyer (2004), syarat peak yang baik adalah
memiliki nilai TF ≤2, maka pemisahan disebut efisien. Menurut Meyer (2004) serta
Gunzler dan Williams (2008) senyawa analit terpisah dari senyawa-senyawa lain
dengan baik apabila mempunyai nilai resolusi antar peak terdekat adalah ≥ 1,5.
Menurut Kazakevich dan Lobrutto (2007) waktu yang dikehendaki penulis untuk
menghasilkan peak yang efisien dari segi waktu dalam skala industri adalah <10
menit. Semakin besar harga N dari senyawa maka semakin efisien pula
pemisahannya. Nilai N yang baik dinyatakan bila ≥2000 (FDA,1994).
Tabel IV. Tabel Komposisi Fase Gerak
Komposisi
OPA Indeks
Fase Asetonitril Metanol Aquabidest
0,1% Polaritas
Gerak
I 20 30 2,5 47,5 7,79
II 30 50 - 20 6,33
III 40 30 - 30 6,91
IV 30 25 - 45 7,605
V 60 10 - 30 7,05
VI 65 5 - 30 7,085
Tabel IV menggambarkan komposisi fase gerak yang digunakan beserta
indeks polaritas dari campuran fase gerak. Tabel V merupakan hasil optimasi fase
gerak yang didapatkan menggunakan komposisi fase gerak dari tabel IV. Pada tabel

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

V konsentrasi ekstrak tidak memiliki ketentuan sehingga dapat digunakan beragam


konsentrasi untuk melakukan optimasi agar dapat dilihat pemisahan dari peak. Hal
ini memiliki syarat bahwa konsentrasi tersebut masih dapat dipisahkan oleh fase
gerak. Berdasarkan tabel V komposisi fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest:
asam orthofosfat 0,1% (20:30:47,5:2,5v/v) dengan indeks polaritas 7,79 hanya
menghasilkan 1 peak kurkuminoid yang muncul pada menit ke 11,802.
Kromatogram muncul pada waktu retensi yang kurang dikehendaki karena penulis
menginginkan waktu retensi < 10 menit, selain itu juga komposisi ini belum dapat
memisahkan ketiga bentuk senyawa kurkuminoid. Hal ini diduga karena fase gerak
tidak memiliki eluent strength yang cukup kuat untuk memisahkan kromatogram
menjadi tiga bentuk senyawa kurkuminoid. Eluent strength ini dikatakan kurang
cukup kuat diduga karena komposisi asetonitril yang kurang, sedangkan asetonitril
berperan besar dalam pemisahan karena memiliki eluent strength yang cukup besar.
Meskipun menurut Setyaningsih et al., (2016) penambahan asam dapat
meningkatkan pemisahan dari senyawa kurkuminoid, komposisi ini belum dapat
memisahkan ketiga bentuk senyawa kurkuminoid. Komposisi fase gerak yang
mengandung campuran asetonitril dan fosfat juga diketahui kurang tepat karena
akan cenderung membentuk pengendapan.
Fase gerak selanjutnya dimodifikasi dengan menghilangkan komposisi
asam menjadi fase gerak dengan komposisi asetonitril: metanol: aquabidest. Jumlah
asetonitril pada komposisi ini ditingkatkan untuk meningkatkan eluent strength dan
indeks polaritas dari fase gerak. Pada sistem fase gerak asetonitril: metanol:
aquabidest (30:50:20v/v) dengan indeks polaritas 6,33 mulai dapat muncul
pemisahan ketiga bentuk senyawa kurkuminoid namun belum dapat memisah
dengan sempurna. Metode ini memiliki separasi yang belum begitu baik. Menurut
Meyer (2004) untuk meningkatkan pemisahan dari kromatogram, salah satu hal
yang paling perlu dilakukan adalah memodifikasi fase gerak dengan meningkatkan
indeks polaritas dan eluent strenght. Peningkatan eluent strength dilakukan dengan
menambahkan komposisi asetonitril, sedangkan indeks polaritas dicoba
ditingkatkan dengan merubah komposisi dengan meningkatkan jumlah fase gerak
dengan indeks polaritas yang tinggi. Pada peningkatan indeks polaritas perlu

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diperhatikan pula jumlah air yang ditambahkan, karena terlalu banyak komposisi
air dapat mengganggu kelarutan kurkumin dalam fase gerak.
Indeks polaritas dari fase gerak kemudian ditingkatkan menjadi 6,91 dengan
komposisi asetonitril: metanol: aquabidest (40:30:30v/v), namun hasil yang
didapatkan masih belum memisah dengan baik. Indeks polaritas kemudian
ditingkatkan lagi menjadi 7,605 dengan fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest
(30:25:45v/v), hasil yang didapat hanya muncul 2 peak, hal ini diduga karena terlalu
banyak komposisi air pada fase gerak. Komposisi air yang semakin tinggi dapat
meningkatkan indeks polaritas dari fase gerak, menurunkan interaksi antara
kurkuminoid dengan fase diam sehingga tidak semua bentuk kurkuminoid dapat
berinteraksi dengan fase diam dan juga dapat menganggu kelarutan dari analit.
Fase gerak kemudian diubah lagi komposisinya dengan menurunkan
komposisi air, menjadi asetonitril: metanol: aquabidest (60:10:30 v/v) yang
memiliki indeks polaritas 7,05. Komposisi ini memiliki hasil yang baik, ketiga
bentuk kurkuminoid muncul dan dapat terpisah satu sama lain, selanjutnya untuk
meningkatkan hasil dari pemisahan dilakukan peningkatan indeks polaritas dan
eluent strength dengan menambahkan asetonitril sehingga komposisinya menjadi
asetonitril: metanol: aquabidest (65:5:30v/v), dari perubahan tersebut didapatkan
pemisahan yang baik antara ketiga bentuk senyawa kurkuminoid. Pada sistem
tersebut, bisdemetoksikurkumin memiliki waktu retensi 4,592 dengan nilai resolusi
6,439 dan memiliki tailing factor 1,219 serta nilai N 7855,707. Demetoksikurkumin
memiliki waktu retensi 4,936 dengan nilai resolusi 1,659 dan memiliki tailing
factor 1,264 serta nilai N 9037,903. Kurkumin sendiri memiliki waktu retensi 5,323
dengan nilai resolusi 1,806 dan memiliki tailing factor 1,257 serta nilai N 9337,874.
Komposisi fase gerak ini sudah menghasilkan kromatogram yang memenuhi syarat
sehingga komposisi ini dapat dinyatakan sebagai fase gerak optimum dan dapat
digunakan untuk melakukan standardisasi senyawa kurkumin.

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel V. Optimasi rasio fase gerak


Konsentrasi
Ekstrak
Komposisi IP Pemisahan tR TF Rs N
Kunyit
(µg/mL)
B - - - -
Acn:Met:Aquabidest:OPA 0.1 %
15 7,79 D - - - -
(20:30:47.5:2.5v/v)
K 11,802 1,026 19,688 5256,616
B 4,256 1,114 5,609 5080,728
Acn : Met : Aquabidest
45 6,33 D 4,861 0 0 0
(30:50:20v/v)
K 5,350 0,914 0 3422,644
B 8,089 0 1,552 7135,374
Acn : Met : Aquabidest
45 6,91 D 8,520 0 1,075 7208,492
(40:30:30v/v)
K 8,989 0 1,140 7307,608
B - - - -
Acn : Met : Aquabidest
15 7,605 D 6,302 0 4,656 326,949
(30:25:45v/v)
K 6,634 0 0,763 3812,645
B 5,025 1,066 6,109 8436,052
Acn : Met : Aquabidest
45 7,05 D 5,379 1,204 1,562 8452,053
(60:10:30v/v)
K 5,777 1,188 1,644 8522,125
Acn : Met : Aquabidest (65:5:30 B 4,592 1,219 6,439 7855,707
15 v/v) 7,085 D 4,936 1,264 1,659 9037,903
K 5,323 1,257 1,806 9337,874
Keterangan : IP= Indeks Polaritas; tR= Waktu retensi; TF= Tailing Factor; Rs= Resolusi; N = Theoretical Plate Number; B=
Bisdemetoksikurkumin; D= Demetoksikurkumin; K=Kurkumin

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Reprodusibilitas Bentuk Peak, Waktu Retensi, dan Resolusi Peak


Kromatogram
Larutan ekstrak yang diinjeksikan pada sistem komposisi fase gerak optimal
dilihat reprodusibilitas waktu retensi, resolusi, kesesuaian sistem dan bentuk peak
dari kurkuminoid dalam sampel pada tiga konsentrasi ekstrak yang berbeda.

Gambar 9. Kromatogram blanko pada fase gerak optimum


asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30 v/v)

Blanko perlu diinjeksikan kedalam sistem sebelum ekstrak rimpang kunyit


diinjeksikan kedalam sistem. Gambar 9 menggambarkan kromatogram blanko yang
diinjeksikan pada sistem fase gerak optimum. Sebelum ekstrak rimpang kunyit
diinjeksikan kedalam sistem HPLC, baku kurkumin terlebih dahulu diinjeksi agar
dapat diketahui secara kualitatif waktu retensi kurkumin. Hal ini dilakukan untuk
menentukan secara kualitatif peak mana yang menunjukkan senyawa kurkumin.
Gambar 10 menunjukkan kromatogram baku kurkumin 15 ppm yang diinjeksikan
pada sistem fase gerak optimum. Peak pada kromatogram tersebut menunjukkan
bahwa kurkumin peak kurkumin muncul pada menit ke 5,349.

Kurkumin

Gambar 10. Kromatogram baku kurkumin 15 µg/mL pada fase gerak optimum
asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30 v/v)

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ekstrak kunyit 15 ppm diinjeksikan pada fase gerak optimum sehingga


didapatkan kromatogram seperti pada Gambar 11. Dimana bila dibandingkan
dengan baku, peak yang menunjukkan senyawa kurkumin muncul pada menit ke
5,323 sedangkan pada menit ke 4,592 dan 4,936 merupakan peak yang
menunjukkan senyawa bisdemetoksikurkumin dan demetoksikurkumin.
Bisdemetoksikurkumin muncul pada peak yang paling awal karena memiliki
interaksi dengan fase diam yang lebih kecil dibandingkan dengan
demetoksikurkumin. Bisdemetoksikurkumin tidak memiliki gugus metoksi yang
dapat meningkatkan interaksi dengan fase diam, sedangkan demetoksikurkumin
memiliki satu gugus metoksi yang menjadikan demetoksikurkumin lebih tertahan
pada fase diam, disusul dengan kurkumin yang memiliki dua gugus metoksi yang
menahan kurkumin sehingga memiliki waktu retensi yang lebih lama.

D
B

Gambar 11. Kromatogram ekstrak kunyit pada fase gerak optimum


asetonitril:metanol:aquabidest (65:5:30 v/v) B= Bisdemetoksikurkumin; D=
Demetoksikurkumin; K=Kurkumin
uV
600000

550000

500000

450000
K
400000

350000

300000

250000

200000
D
150000

100000

50000 B
0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 min

Gambar 12. Kromatogram ekstrak kunyit dengan konsentrasi 100 µg/mL; 45 µg/mL;
dan 15 µg/mL pada fase gerak optimum asetonitril: metanol: aquabidest (65:5:30) B=
Bisdemetoksikurkumin; D= Demetoksikurkumin; K=Kurkumin

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 12 merupakan hasil kromatogram dari beberapa konsentrasi ekstrak


kunyit yang diinjeksikan pada fase gerak yang optimum. Kromatogram tersebut
menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi sedikit mempengaruhi waktu retensi.
Tabel VI menunjukan perbedaan waktu retensi yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi dengan nilai RSD untuk ketiga bentuk senyawa kurkuminoid berturut
turut adalah 0,494; 0,468 dan 0,346. Gambar 12 tersebut menunjukan bahwa
Tabel VI. Waktu retensi kromatogram ekstrak kunyit dengan konsentrasi
100 µg/mL; 45 µg/mL; dan 15 µg/mL pada fase gerak optimum
Konsentrasi Waktu retensi
B D K
15 4,592 4,936 5,323
45 4,547 4.890 5,289
100 4,573 4,913 5,294
X 4,571 4,913 5,302
SD 0,023 0,023 0,018
CV 0,494 0,468 0,346
Keterangan : B= Bisdemetoksikurkumin; D= Demetoksikurkumin;
K=Kurkumin
Kesesuaian Sistem
Kesesuaian sistem biasa diaplikasikan untuk melihat efisiensi kolom,
resolusi dan keterulangan dari sistem kromatografi. Kesesuaian sistem ini berguna
untuk memastikan kemampuan analisis dari metode maupun performa dari
instrumen yang digunakan, tes kesesuaian sistem ini dapat dilakukan secara berkala
guna memastikan metode pengujian dan instrument bekerja dengan baik. Parameter
yang dilihat pada pengujian kesesuaian sistem ini beragam seperti resolusi,
keterulangan (RSD dari respon peak dan waktu retensi), efisiensi kolom (N) dan
tailing factor (TF) (Bose,2014).
Pada penelitian ini penulis menggunakan parameter efisiensi kolom (N),
tailing factor (TF), dan keterulangan yaitu dengan melihat RSD dari AUC dan juga
waktu retensi. Parameter RSD dari AUC dan waktu retensi ini juga dapat membantu
dalam acuan dari waktu retensi dan AUC dari kromatogram karena AUC dan waktu
retensi tidak memiliki nilai optimum yang ditetapkan. Kesesuaian sistem ini
dilakukan pada kondisi fase gerak yang optimum. Larutan baku kurkumin

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diinjeksikan sebanyak enam kali replikasi untuk melakukan tes kesesuaian sistem.
Menurut USP (2017) CV yang baik memiliki nilai < 2%. Pada tabel VII didapatkan
hasil yang menunjukan bahwa setiap replikasi pada tes kesesuaian sistem memiliki
nilai CV untuk tailing factor sebesar 0,22; Nilai N sebesar 0,63; waktu retensi
sebesar 0,13% dan untuk AUC sebesar 0,56%.
Tabel VII. Analisis Hasil Tes Kesesuaian Sistem Baku Kurkumin
Konsentrasi 10µg/mL

Replikasi tR AUC Tf N
1 5,65 231654 1,205 8309,94
2 5,64 231993 1,202 8244,12
3 5,66 231806 1,201 8165,74
4 5,65 233889 1,199 8270,25
5 5,65 234457 1,199 8281,56
6 5,64 234157 1,198 8298,79
X 5,65 232992,7 1,200 8261,73
Sd 0,007 1304,06 0,003 52,32
Cv 0,13 0,56 0,22 0,63
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi optimum
pada analisis kurkumin dengan metode HPLC fase terbalik menggunakan kolom
C18 (250x4,6 mm, 5µm) yang dapat memisahkan tiga bentuk senyawa kurkuminoid
dalam ekstrak rimpang kunyit adalah fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest
(65: 5: 50 v/v) pada kecepatan alir 1,0 mL/menit, menggunakan detektor UV pada
panjang gelombang 353 nm.
SARAN
Perlu dilakukan tahap validasi metode setelah tahap optimasi untuk dapat
dikembangkan pada penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang kunyit.

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Ali, I., Haque, A., Saleem, K., 2014. Separation and Identification of Curcuminoids
in Turmeric Powder by HPLC Using Phenyl Column. Analytical Methods,
6(8), 2526-2536.
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, 2017. Info Komoditi Tanaman
Obat.
Bose Anirbandeep, 2014. HPLC Calibration Process Parameters in Terms of
System Suitability Test. Austin Chromatography, 1(2), 1-4.
Claydon, A., 2015. Why is pH important for HPLC buffers?.
https://www.chromacademy.com/chromatography-pH-importance-HPLC-
buffers.html diakses pada 12 November 2019 pukul 19:30 WIB.
FDA, 1994. Reviewer Guidance, Validation of Chromatographic Methods. Center
for Drug Evaluation and Research, U.S. Food and Drug Administration, 26-
28.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.
Gandjar, I.G., Rohman, A., 2017. Kimia Farmasi: Analisis. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Ghorbani, Z., Hekmatdoost, A., Mirmiran, P., 2014. Anti-hyperglycemic and
insulin sensitizer effects of turmeric and its principle constituent curcumin.
International Journal of Endocrinology and Metabolism, 12(4), 1–9.
Günzler, H., Williams, A., 2008. Handbook of Analytical Techniques. Wiley-VCH,
Germany.
Hazra, K., Kumar, R., Sarkar, B. K., Chowdary, Y. A., Devgan, M., Ramaiah, M.,
2015. Uv-Visible Spectrophotometric Estimation of Curcumin in
Nanoformulation. International Journal of Pharmacognosy, 2 (3), 127-130.
Jangle, R.D., Throat, B.N., 2013. Reversed-phase High-performance Liquid
Chromatography Method for Analysis of Curcuminoids and Curcuminoid-
loaded Liposome Formulation. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences,
60-66.
Jayaprakasha, G.K., Lingamullu Jagan Mohan Rao, K.K.S., 2002. Improved HPLC
Method for the Determination of Curcumin, Demethoxycurcumin, and
Bisdemethoxycurcumin. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50,
3668–3682.
Kazakevich, Y., Lobrutto, R., 2007. HPLC for Pharmaceutical Scientists. John
Wiley & Sons, Ltd.
Khismatrao, A., Bhairy, S., Hirlekar, R., 2018. Development and Validation of Rp-
Hplc Method for Simultaneous Estimation of Curcumin and Piperine.
International Journal of Applied Pharmaceutics, 10(5), 43.
Kulkarni, S. J., Maske, K. N., Budre, M. P., Mahajan, R. P., 2017. Extraction and
Purification of Curcuminoids from Turmeric (Curcuma longa L.).
International Journal of Pharmacology and Pharmaceutical Technology,
1(2), 81-84.
Meng, F. C., Zhoum Y. Q., Ren, D., Wang, R., Wang, C., Lin, L. G., Zhang, X. Q.,
Ye, W. C., Zhang, Q. W., 2018. Turmeric: A review of Its Chemical
Composition, Quality Control, Bioactivity, and Pharmaceutical Application.

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Natural and Artificial Flavoring Agnts and Food Dyes, 299-350.


Meyer, Veronika R., 2004. Practical High-Performance Liquid Chromatography.
John wiley & SOns, Ltd.
Murti, Y. B., Hartini, Y. S., Hinrichs, W. L. J., Frijlink, H. W., Setyaningsih, D.,
2019. UV-Vis Spectoscopy to Enable Determination of the Dissolution
Behavior of Solid Dispersions Containing Curcumin and Piperine. J Young
Pharm, 11 (1), 26-30.
Pribadi, E. R., 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya. Prespektif, 8 (1), 52-64.
Priyadarsini, K.I., 2014. The chemistry of curcumin: From extraction to therapeutic
agent. Molecules, 19(12), 20091–20112.
Sethi, P., Dua, V.K., Mohanty, S., Mishra, K., Jain, R., Edwards, G., Unit, F., Steel,
R., 2009. Development and Validation of a Reversed Phase HPLC Method for
Simultaneous Determination of Curcumin and Piperine in Human Plasma for
Application in Clinical Pharmacological Studies. Journal of Liquid
Chromatography & Related Technologies, 2961–2974.
Setyaningsih, D., Murti, Y.B., Martono, S., Hinrichs, W.L.J., Hertiani, T., Fudholi,
A., 2016. A Novel Reversed Phase High Performance Liquid Chromatography
Method To Accurately Determine Low Concentrations Of Curcumin In Rat
Plasma. International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 8(5),
377–386.
Tonnesen, H.H., Karlsen, J., 1985. Studies on curcumin and curcuminoids.
International Journal of Pharmaceutics, 180, 132–134.
Unites States Pharmacopeial Convention, 2017. The United States Pharmacopeia
40 National Formulary 35 (USP40-NF35). Unites States Pharmacopeial
Convention Inc, USA.
Wirasuta, I M., A. G., Dewi., C. I. T.R., Laksmiani, N. P. L., Srinadi, I G. A. M.,
Putra, D. P., 2018. The Prediction of Curcumin Content in the Turmeric
Rhicome with Raman Handheld Spectroscopy. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology, 5 (3), 88-92.

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1. Kromatogram Optimasi Ekstrak Rimpang Kunyit


1. Ekstrak rimpang kunyit 15 µg/mL dalam komposisi fase gerak
asetonitril: metanol: OPA 0,1%: aquabidest (20: 30: 47,5: 2,5 v/v)

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Ekstrak rimpang kunyit 45 µg/mL dalam komposisi fase gerak


asetonitril: metanol: aquabidest (30: 50: 20 v/v)

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Ekstrak rimpang kunyit 45 µg/mL dalam komposisi fase gerak


asetonitril: metanol: aquabidest (40: 30: 30 v/v)

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Ekstrak rimpang kunyit 15 µg/mL dalam komposisi fase gerak


asetonitril: metanol: aquabidest (30: 25: 45 v/v)

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Ekstrak rimpang kunyit 45 µg/mL dalam komposisi fase gerak


asetonitril: metanol: aquabidest (60: 10: 30 v/v)

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Ekstrak rimpang kunyit 15 µg/mL dalam komposisi fase gerak


asetonitril: metanol: aquabidest (65: 5: 30 v/v)

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Kromatogram Blanko

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Kromatogram Baku Kurkumin

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Kromatogram Ekstrak Kunyit pada Fase Gerak Optimum


asetonitril: metanol: aquabidest (65:5:30)

1. Kromatogram ekstrak kunyit dengan konsentrasi 100 µg/mL

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kromatogram ekstrak kunyit dengan konsentrasi 45 µg/mL

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Kromatogram ekstrak kunyit dengan konsentrasi 15 µg/mL

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Kromatogram Baku Kurkumin untuk Tes Kesesuaian Sistem

1. Kromatogram kesesuaian sistem 1

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kromatogram kesesuaian sistem 2

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Kromatogram kesesuaian sistem 3

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Kromatogram kesesuaian sistem 4

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Kromatogram kesesuaian sistem 5

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Kromatogram kesesuaian sistem 6

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Perhitungan Indeks Polaritas Fase Gerak


1. Komposisi fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest: OPA 0,1%
(20:30:47,5:2,5 v/v)
20 30 50
( 𝑥 5,8) + ( 𝑥5,1) + ( 𝑥10,2) = 7,79
100 100 100
2. Komposisi fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest
(30:50:20 v/v)
30 50 20
( 𝑥 5,8) + ( 𝑥5,1) + ( 𝑥10,2) = 6,33
100 100 100
3. Komposisi fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest
(40:30:30 v/v)
40 30 30
( 𝑥 5,8) + ( 𝑥5,1) + ( 𝑥10,2) = 6,91
100 100 100
4. Komposisi fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest
(30:25:45 v/v)
30 25 45
( 𝑥 5,8) + ( 𝑥5,1) + ( 𝑥10,2) = 7,605
100 100 100
5. Komposisi fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest
(60:10:30 v/v)
60 10 30
( 𝑥 5,8) + ( 𝑥5,1) + ( 𝑥10,2) = 7,05
100 100 100
6. Komposisi fase gerak asetonitril: metanol: aquabidest
(65:5:30 v/v)
65 5 30
( 𝑥 5,8) + ( 𝑥5,1) + ( 𝑥10,2) = 7,085
100 100 100

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Optimasi Metode Analisis
High Performance Liquid Chromatography Fase Terbalik
pada Penetapan Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Rimpang
Kunyit” memiliki nama lengkap Maria Philomia Christanti
Raga. Penulis lahir di Bekasi tanggal 21 Desember 1998
sebagai anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan IJanus
Raga dan Chatarina Aan Purwati Dinastiwi. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh penulis adalah menyelesaikan
Pendidikan TK Bina Kasih (2002-2004), SD ST. Bellarminus Bekasi (2004-2010),
SMP ST. Bellarminus Bekasi (2010-2013), dan SMA ST. Bellarminus Bekasi
(2013-2016). Penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2016. Selama menempuh Pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis terlibat dalam berbagai
kegiatan dan organisasi, antara lain Pengurus Jaringan Mahasiswa Kesehatan
Indonesia Komisariat Sanata Dharma (2016), Badan Eksekutif Mahasiswa Farmasi
sebagai Humas CP JMKI (2017). Selain itu penulis pernah menjadi steering
committee pada acara FACTION #3 (2018) dan Titrasi (2018), Panitia Titrasi
sebagai pendamping kelompok (dampok) (2017), Panitia Pharmacy Performance
(2016) sebagai sponsorship, dan juga aktif dalam organisasi tingkat nasional
Jaringan Mahasiswa Kesehatan Nasional sebagai staff nasional dirjen medfohum
(2017-2019). Pada bidang akademik penulis pernah menjadi asisten dosen
Praktikum Biokimia (2018), Praktikum Kimia Analisis (2018 dan 2019). Penulis
pernah mendapatkan juara 1 Lomba OSCE tingkat Nasional “PHARMANATION”
dan juga mendapat gelar “best bedah jurnal” juga pernah terlibat sebagai anggota
tim dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian yang didanai oleh Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi (2017).

43

Anda mungkin juga menyukai