Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH BAHASA DAERAH BUOL TERHADAP

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI DESA LAKEA


KABUPATEN BUOL

PROPOSAL

DISUSUN OLEH:

ANDI ALFARIZKI

A 111 18 171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
TADULAKO
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kami
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah
dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat
menyelesaikan tugas kewirausahaan ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah seminar karya ilmiah.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil
dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik, oleh karena
itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya
hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas
ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Palu, 20 April 2021


BAB I
PENDAHULUAN
I.Latar belakang

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai bahasa
berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat, salah satunya adalah bahasa daerah
kabupaten buol yang memiliki ciri khas. Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat memahami
penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu masyarakat merasa canggung menggunakan
bahasa Indonesia yang baku di luar acara formal atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih
cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik secara
pengucapaan maupun arti bahasa tersebut. Kebiasaan penggunaan bahasa daerah ini sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi
negara Indonesia.

Bahasa sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.Seiring dengan


perkembangan era globalisasi yang makin maju maka tingkat bahasa juga sangat penting.Tapi
kita lihat sekarang ini bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam melakukan
komunikasi satu sama lain.Fenomena ini sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
di kalangan orang tua,tapi yang lebih parahnya lagi para remaja atau anak sekolah juga sudah
mengikuti dialek-dialek tersebut.Mengingat masalah ini bukan hanya di hadapi oleh orang tua
saja bahkan sudah berpengaruh di kalangan siswa, dan hal sudah menjadi sangat umum di daerah
buol yangbamyoritas masyarakatnya menggunakan dialek bahasa buol dalam acara formal
maupun resmi.Maka pada kesempatan ini saya ingin menfangkat judul “Pengaruh Bahasa
Daerah Buol Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia”.

Penelitian ini saya lakukan untuk menambah pengetahuan masalah pengaruh bahasa


daerah buol terhadap bahasa Indonesia.Sehingga dapat di jadikan sebagai sebuah
pertimbangan,agar tidak ada lagi pengguna bahasa secara  bersamaan dan perlu dapat perhatian
yang lebih serius dalam rangka membentuk remaja-remaja yang pandai terutama para peserta
didik untuk menggunakan bahasa yang sesuai dengan tata bahasa yang ada.

II.Rumusan masalah

            Adapun rumusan masalah dari proposal ini yaitu:

1. Bagaimana  pengaruh  bahasa daereh buol terhadap  penggunaan  bahasa  Indonesia

2. Apa  tindakan  yang harus  dilakukan untuk  mencegah  pnggunaan  bahasa  daerah buol

   terhadap  bahasa  Indonesia

III.Tujuan  Penelitian

            Berikut tujuan penelitian makalah ini :

1.      Untuk mengetahui penggunaan bahasa daerah buol terhadap penggunaan bahasa Indonesia

2.       Untuk  mengetahui tindakan pencegahan penggunaan bahasa campuran (bahasa daerah dan


Bahasa Indonesia )
IV. Manfaat Penelitian

            Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.      Penulis dapat nengetahui keterkaitan penggunaan bahasa daerah buol terhadap bahasa Indonesia

2.      Masyarakat dapat mengerti  tentang penggunaan  bahasa  yang  sesuai dengan  tata  bahasa yang


baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Pengertian bahasa

 Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi,


yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga merupakan perwujudan tingkah laku
manusia baik lisan maupun tulisan sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta
merasakan apa yang dimaksud. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di
dunia ini yang secara rutin dipergunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk
menjalin hubungan antara sesama manusia.

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa,
bila makna tidak terkandung di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran mengandung makna
atau tidak, haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap
kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat
bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan
demikian terhimpunlah bermacam-macam susunan bunyi yang satu berbeda dari yang lain,
yang masing-masing mengandung suatu makna tertentu bersama-sama membentuk
perbendaharaan kata dari suatu masyarakat.

Makna kata baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Kalau
lepas dari konteks kalimat, makna kata itu umum dan kabur.tetapi penggunaan secara khusus,
dalam bidang kegiatan tertentu. Penggunaan kata secara cermat sehingga maknanya pun
tepat.

Perkembangan makna mencakup segala hal tentang makna yang berkembang, berubah, dan
bergeser. Gejala perubahan makna sebagai akibat dari perkembangan makna oleh para
pemakai bahasa. Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pikiran manusia.

II. Pengertian bahasa indonesia

 Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa


Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor
Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu.


Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riaudari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia
mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi
kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia"
diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan
"imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.Proses ini menyebabkan
berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau
maupunSemenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup,
yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa
daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur
Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian,
Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra,
perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah
dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. [Dasar-dasar yang


penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.

Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai


untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda
para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi
(karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam
standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung
dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio"
bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-
Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van
Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia)
di bawah Inggrismengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari
penyusunan Kitab Logat Melayu(dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de


Volkslectuur("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi Balai
Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan
program Taman Poestakadengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan
beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun
telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.[12] Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa
persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan,
dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu
bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh


sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli,Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir
Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, danChairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak
mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
III. Pengertian Bahasa Daerah

Bahasa daerah adalah suatu bahasayang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara


kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah
yang lebih luas

Definisi dalam hukum internasional

Dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau Minoritas:"bahasa-bahasa


daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang:

 secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari
negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari
populasi lainnya di negara tersebut; dan
 berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.

IV. Pengaruh Penggunaan Bahasa Daerah Buol Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia

Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap
bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau
resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang berasal dari
daerah salumpaga sedangkan ayahnya berasal dari daerah palu dan keluarga ini hidup di
lingkungan orang buol. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu yang
berasal dari salumpaga mengucapkannya kenna, sedangkan bapaknya yang dari palu
mengucapkannya nakuya dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan kaati. Ketika sang
anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan
“mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak untuk
memilih ucapan apa yang akan digunakan.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus
dilestarikan. Seperti bahasa buol ini yang mengandung begitu banyak unsur budaya di dalamnya,
bahkan bahasa buol sendiri mengalami perkembangan yang sangat pesat contohnya seperti
terciptanya kata serapan baru yang diserap langsung dari bahasa Indonesia. Dengan
keanekaragaman bahasa buol ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan
kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas
masing-masing daerah. Masyarakat daerah buol yang merantau ke ibukota Jakarta mungkin lebih
senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah
yang sama, salah satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang
pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak
dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap
menjadi Bahasa Indonesia yang baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).

 Dampak penggunaan bahasa daerah buol terhadap bahasa indonesia

Berikut beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah buol terhadap bahasa
Indonesia:
1) . Dampak positif bahasa daerah buol
i)        Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.

ii)       Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.

iii)     Sebagai identitas dan ciri khas dari suku dan daerah kabupaten buol.

iv)     Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi pada masyarakat.

2).  Dampak Negatif:

i)        Bahasa daerah buol yang sulit dipahami oleh daerah lain.

ii)      Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena terlalu banyak
kosakata.

iii)    Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena
sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah.

iv)    Dapat menimbulkan kesalah pahaman.


BAB III
METODE PENELITIAN

I. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka jenispenelitian
termasuk kedalam jenis penelitian kuantitatif dengan teknik penelitiansurvei. Penelitian
ini merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner sebagaiinstrumen penelitian.
Dalam pelaksanaan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh manapengaruh penggunaan Bahasa daerah terhadap
penggunaan Bahasa Indonesia di Buol khususnya di desa lakea.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 20 April hingga 20 Mei
2021, dan lokasi yang menjadi tempat penelitian penulis yakni kecamatan lakea
kabupaten buol

II.Jenis dan Sumber Data


Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang digunakan ialah:

 Data Primer
Menurut Hasan (2002: 82) data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
yang memerlukannya. Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini
antara lain;

- Catatan hasil wawancara.


- Hasil observasi lapangan.
- Data-data mengenai informan.

 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data ini digunakan
untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka,
literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

III. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting bagi kegiatan penelitian,
karena pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil
tidaknya suatu penelitian. Sehingga dalam pemilihan teknik pengumpulan data harus
cermat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam (Hasan, 2002: 85). Sedangkan maksud dari
wawancara menurut Lincon dan Guba (1985) dalam Basrowi dan Suwandi
(2008: 127) ialah mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi
kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi,
mengubah dan memperluas informasi dari orang lain. Wawancara dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui persepsi pemustaka tentang
kinerja pustakawan. Didalam penelitian ini saya mewawancarai beberapa
informan, seperti para anak-anak muda, siswa, dan juga beberapah tokoh
masyrakat yang ada di desa lakea. Dalam mencari informan tentunya saya
membaginya menjadi dua yaitu, informan yang lancer berbahasa buol dan
yang tidak lancer berbahasa buol.

3. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan


langsung pada objek kajian. Menurut Hasan (2002: 86) Observasi ialah
pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku
dan suasana yang berkenaan dengan organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan
empiris. Observasi yang di maksud dalam teknik pengumpulan data ini ialah
observasi pra-penelitian, saat penelitian dan pasca-penelitian yang digunakan
sebagai metode pembantu, dengan tujuan untuk mengamati bagaimana
kinerja komunikasi dalam berbahasa yang di lakukan masyarakat. Dalam
penelitian saya melakukan observasi langsung di lapangan, dan tentunya saya
melaksanakan observasi ini dengan bertahap agar bisa mendapatkan hasil
penelitian. Misalnya saja saat observasi pertama, saya mengamati beberapa
anak muda yang sedang nongkrong, di pengamata pertama ini saya langsung
mendapatkan hasil dari cara mereka berkomunikasi. Kebanyakan dari
mereka menggunakan dialek bahasa buol yang sudah menyatu dengan dialek
bahasa daerah lain seperti kaili, toil-toli, dan juga gorontalo.

3. Studi Pustaka
Menurut Martono (2011: 97) studi pustaka dilakukan untuk memperkaya
pengetahuan mengenai berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar
atau pedoman dalam proses penelitian. Peneliti juga menggunakan studi
pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi pustaka dalam teknik
pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang digunakan untuk
membantu proses penelitian, yaitu dengan mengumpulkan informasi yang
terdapat dalam artikel surat kabar, buku-buku, maupun karya ilmiah pada
penelitian sebelumnya. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mencari
fakta dan mengetahui konsep metode yang digunakan.

IV. Teknik Analisis Data


Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2009: 244) adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Sedangkan menurut Hasan (2002: 98)
analisis kualitatif ialah analisis yang tidak menggunakan model matematika, model
statistik dan model-model tertentu lainnya. Proses analisis yang digunakan dalam
penelitian ini ialah dengan menggunakan model Miles dan Huberman dalam
Prastowo. Akan tetapi dalam penelitan ini saya memilih teknik pengumpulan
data yang diperoleh dari hasil wawncara. Dengan begitu saya dapat
menentukan hak aoa saja yang menjadi pengaruh bahasa daerah buol terhadap
nahasa Indonesia.

V. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau
daftar pertanyaan (kuesioner), yang dipersiapkan untukmendapatkan informasi dari
responden.instrumen itu disebut pedoman pengamatan atau pedoman wawancara atau
kuesioner atau pedoman documenter, sesuai dengan metode yang dipergunakan. Dalam
penelitian ini indikator yang digunakan untuk 4 pilihan jawaban pada
variabel X (penggunaan bahasa daerah), yaitu:
1. Sangat Setuju (SS) dengan skor 3
2. Setuju (S) dengan skor 2
3. Tidak Setuju (TS) dengan skor 1
4. Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 0

Selain mengunakan indikator diatas, penulis juga menggunakan indicator lain untuk 4
pilihan jawaban pada variabel Y (minat dengar), yaitu:
1. Sangat Berminat (SB) dengan skor 3
2. Berminat (B) dengan skor 2
3. Tidak Berminat (TB) dengan skor 1
4. Sangat Tidak Berminat (STB) dengan skor 0.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Studi ini dititik beratkan pada pokok masalah mengenai penggunaan bahasa daerah buol
tehadap penggunaan bahasa Indonesia. Maka berdasarkan prngaruh penggunaan bahasa daerah
buol yang dikemukakan proposal ini, saya mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :

1. Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak agar berbahasa Indonesia yang baik dan
benar

2. Bahasa daerah buol merupakan bahasa suku buol yang harus dijaga sebagai budaya yang menjadi
pemersatu dalam suku buol itu sendiri, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta tidak mempergunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan
karena dapat mengurangi maupun menambah makna dari kata yang di ucapkan dan juga sangat
berpengaruh terhadap etika berbahasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat meningkatkan wawasan
pengetahuan peserta didik tentang bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta segala makna yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia

Struktur Bahasa Bakhadiah, Sabarti dkk. 1985. Bahasa

Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud. Alwi, Hassan dan Dendy Sugono (ed.).

2003. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.

Badudu, J.S. 1993. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 12(2), 137-141. Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Ardianto, Alvinaro. (2010). Metode Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian kualitatif.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

Ayatrohaedi. 2000. Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa Daerah di

Indonesia: Provinsi Sulawesi Tenggara. Departemen pendidikan nasional.Jakarta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. PT. Rieneka
Cipta.Jakarta.

Darwis, muhammad. 2011. Nasib Bahasa Daerah Di Era Globalisasi. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai